Ketika saya masih remaja usia belasan tahun , Paman saya pernah berkata bahwa satu hal yang dibenci kadang mendatangkan kesenangan, satu hal yang disukai kadang mendatangkan kesusahan. Janganlah merasa aman dengan kesenangan, karena bisa saja ia menimbulkan kemudharatan. Janganlah merasa putus asa karena kesulitan, karena bisa jadi akan mendatangkan kesenangan. Allah Ta'ala berfirman, artinya: "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.Al-Baqarah:216). Setelah melewati usia dewasa dan kini sudah menjelang usia tua, saya mendapatkan hikmat teramat luas dari makna nasehat itu. Apalagi saya temukan firman Alalh tentang itu.
Memang benarlah bahwa segala cobaan itu ada batasnya disisi Allah. Jangan mengucapkan kata-kata makian, karena satu kata yang mengalir dari lidah, dapat membinasakan seseorang. Seorang mukmin yang kuat akan tegar menghadapi beban berat. Hatinya tidak akan berubah dan lisannya tidak akan mengutuk. Redamlah musibah itu dengan mengingat janji pahala dan kemudahan dari Allah, sehingga cobaan itu berlalu tanpa kita mengutukinya. Orang-orang berakal selalu menunjukkan ketegaran dalam menghadapi musibah, agar mereka tidak mendapatkan ejekan dari musuh-musuh mereka. Karena bila mereka menampakkan musibah itu, para musuh mereka akan merasa senang dan gembira. Sebaliknya menutup-nutupi musibah dan derita kelaparan adalah sifat orang-orang mulia. Ketabahan akan membendung bencana.
Demikian cepatnya masalah itu berlalu, bila dihadapi dengan ketabahan. Paling kita hanya harus tabah menghadapi hari-hari yang pendek dalam hidup kita. Orang-orang yang binasa mengalami kebinasaan mereka hanya karena mereka tidak memiliki ketabahan. Orang-orang yang tabah, akan mendapatkan pahala terbaik Firman Allah: "Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.(An-Nahl:96). Dan firman Allah, artinya:"Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan sebagian dari apa yang kami rizqikan kepada mereka, mereka nafkahkan.Al-Qashash:54).
Allah tidak pernah menahan sesuatu untukmu, wahai orang yang tertimpa musibah ( get trouble ), melainkan karena Allah akan memberimu sesuatu yang lain. Allah hanya mengujimu, untuk memberi keselamatan kepadamu. Allah hanya memberimu cobaan, untuk membersihkan dirimu. Selama masih ada umur, rezeki pasti akan datang. Allah berfirman: Tidak ada yang melata dibumi ini melainkan rezekinya ada disisi Allah.Huud:6). Bila dengan kebijaksanaan-Nya, Allah menutup sebagian rezeki, pasti Allah akan membukakan pintu rezeki yang lain yang lebih bermanfaat. Cobaan, justeru akan mengangkat derajat orang-orang shalih dan meningkatkan pahala mereka.
Shahabat Sa'ad bin Abi Waqqash mengungkapkan: "Aku pernah bertanya,"Wahai rasulullah! Siapakah orang yang paling berat cobaannya?Beliau menjawab:"Para nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian yang sesudah mereka secara berturut-turut menurut tingkat keshalihannya. Seseorang akan diberi ujian sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia kuat, akan ditambah cobaan baginya. Kalau ia lemah dalam agamanya, akan diringankan cobaan baginya. Seorang mukmin akan tetap diberi cobaan, sampai ia berjalan dimuka bumi ini tanpa dosa sedikitpun.(HR Bukhary). Seorang ulama mengungkapkan: "Orang yang diciptakan untuk masuk Surga, pasti akan merasakan banyak kesulitan. Musibah yang sesungguhnya adalah yang menimpa agama seseorang. Sementara musibah-musibah selain itu merupakan jalan keselamatan baginya. Ada yang berfungsi meningkatkan pahala, ada yang menjadi pengampun dosa. Orang yang benar-benar tertimpa merana adalah mereka yang terhalang dari mendapatkan pahala.
Tidak usah risau dengan hilangnya sebagian dunia. Karena keberadaannya hanyalah satu kejadian, membicarakan dunia justeru menimbulkan kesedihan, jalan-jalan untuk mendapatkannya sarat dengan duka. Dalam mencari dunia, manusia akan tersiksa sebatas rasa dukanya. Orang yang senang mendapatkan dunia pada hakikatnya adalah orang yang sedih. Berbagai kepedihan bermunculan dari kenikmatan dunia. Berbagai kesedihan justeru lahir dari kesenangan dunia. Jadi benarlah, baik yang kita rasa belum tentu baik hasilnya. Buruk yang kita rasa belum tentu buruk hasilnya. Sesuai dikata hati tak sesuai dikehendak hati. Akan selalu begitu. Tabahlah karena Allah senantiasa berdialogh lewat berbagai peristiwa dalam hidup kita, yang semuanya tak meminta kita untuk mengerti tapi meminta kita percaya bahwa Dia Pengasih lagi Penyayang.
No comments:
Post a Comment