Wednesday, October 19, 2016

Iman?


Surti, hampir menangis ketika pria dengan wajah teduh datang membawa beras 5 liter. Pria itu berpesan agar besok besok kalau dia tidak ada beras untuk di tanak , datang ke tempatnya. Sambil  memberi tahu alamat. Betapa haru dia, karena sudah dua hari suaminya menanti upah mingguan yang belum di bayar oleh juragan kebun. Alasannya perusahaan lagi sulit dan pembayaran upah biasa tertunda. Selama upah belum di bayar Surti bersama anaknya makan umbian yang di tanam di belakang rumah. Namun setelah pulang, beras 5 liter itu di buang semua oleh suaminya. Hanya karena yang memberi beras itu seorang misionaris yang tidak seiman.  Surti  tidak mengemis. Dia manusia biasa yang di datangi orang dengan cinta, untuk memberi. Saya bisa memaklumi sikap tegas dari suami Surti yang melarang istrinya menerima bantuan orang yang tak seiman. Kawatir aqidah tergadaikan hanya karena perut lapar. Masalahnya bagaimana menjelaskan kepada seorang ibu yang dapurnya tidak ngebul sementara anak menangis lapar?   Berharap kepada mandor kebun yang seiman, malah selalu membentak bila di tanya kapan upah di bayar. Bagaimana. ? Surti tidak ada niat untuk pindah agama. Dan si pemberipun tidak hendak mempengaruhi Surti untuk memeluk agamanya. Ia hanya terpanggil akan seruan Tuhan untuk memberi mereka yang lapar. Dan Surti adalah makluk ciptaan Tuhan, yang sadar bahwa Tuhan maha adil, dan keadilan Tuhan itu melalui orang yang pemberi tanpa harap kembali. 

Ada juga Murni, wanita usia mendekati usia 40 tahun. Menjanda karena suaminya pergi tanpa alasan yang jelas dengan meninggalkan beban dua anak. Ia bekerja sebagai buruh memecah batu alam untuk aksesoris taman dengan sehari Rp. 1200. Di bayar seminggu sekali yang nilainya lebih rendah dari harga segelas kopi di starbuck. Sore menjelang malam menjemput. Dia berhias dengan gincu murahan yang di belinya di warung kampung. Sepatu usang dan baju terbaik satu satunya yang dia miliki di kenakannya untuk pekerjaan lainnya. Setiap hari baju itu di cuci untuk di pakainya kembali. Sambil menitipkan anak Balitanya kepada anak gadisnya untuk di jaga, dia melangkah menembus malam.  Yang kemudian nampak adalah Murni yang lain, sang kapitalis penjual tubuhnya. Suatu saat Murni , menemukan pelanggan yang tak ingin membeli tubuhnya. Pelanggan itu memberinya uang untuk dia segera pulang, sambil berbicara dengan lembut " Pulanglah. Jangan lagi berbuat dosa. Tuhan mengasihimu. Datanglah ketempat saya, dimana orang berkumpul untuk menerima kasih Allah." Murni terharu. Namun ke esokannya ketika orang kampung tahu dia datang ketempat yang di haramkan, orang kampung mengecapnya murtad, kafir. Dia di asingkan oleh pergaulan. 

Murni, tidak hendak pindah agama. Tidak hendak berbuat dosa. Hanya karena tidak ada lagi yang bisa dia perbuat untuk bertahan hidup. Sementara di sekitarnya , orang kampung yang setiap hari menyembah Tuhan, pergi haji berkali kali, naik motor kemana  pergi, abai kepada nasipnya. Dia tidak hendak mengemis menuntut haknya yang di titipkan Tuhan kepada orang berlebih. Dia hanya menjual apa yang bisa dia jual untuk sekedar meyakinkan dia tidak kalah dan putus asa dengan hidupnya sehingga harus mencuri atau korup. Namun ketika ada yang menyeru menjauh dari hidup melacur, sambil memberi uang sebagai solusi. Diapun berbalik arah untuk menemukan tempat dimana orang peduli dan tidak menghujatnya, tidak memburunya dengan pentungan, kecuali memberi solusi , memberi hati bahwa bersama kita bisa. 

Tidak semua orang punya kesabaran tinggi. Tidak semua orang punya tingkat keimanan tinggi. Tidak semua paham ilmu agama. Namun semua orang paham satu hal " Bahwa cinta bisa merubah yang keras menjadi lembut. Merubah putus asa menjadi harapan. Merubah lelah menjadi kuat. Merubah kalah menjadi pemenang.  Dan itulah sebabnya banyak orang punya kekuatan kata kata yang di lantunkan dalam dakwah, predikat orang suci yang tak  bisa di salahkan, kalah sama orang yang tak menyebutkan firman Tuhan namun ia memberi dengan tulus, tanpa mengadili. Dia merebut hati orang dengan cinta tanpa mengucapkan  dalil tentang sorga bagi orang bertawwa dan neraka bagi pendosa. Dan buah agama itu hanya satu yaitu CINTA. Ketika cinta mengabur maka kata kata tinggal lah kata kata, ia akan terbang di bawa angin , jatuh kebumi dengan suara kepongahan, menciptakan permusuhan, melahirkan kebencian, dan amarah yang tak sudah. Entah pesan Tuhan apa yang di perjuangkan bila yang dekat menjauh, yang jauh semakin jauh. Marilah kita semua kembali kepada nilai Islam, yang rahmat bagi alam semesta. Agama cinta yang tak lain pesan kecuali menebarkan cinta dan kasih sayang bagi semua.

Nasionalisme?


Pria belia, usia 20 tahun. Menghadap penghulu untuk menikahi seorang gadis usia 16 tahun. Pria muda itu, berdandan dengan pakaian jas, pentalon dan dasi. Sang penghulu ketika melihat pria itu, dengan lembut menasehati 
“ Anak muda” Katanya. ”dasi adalah pakaian orang yang beragama Kristen… tidak sesuai dengan kebiasaan kita dalam agama Islam.”
”Sudah di perbaharui”. Pria itu membela diri. 
“Pembaharuan itu hanya terbatas pada pantalon , dan jas buka” kata penghulu dengan nada membentak.
‘ Tak sudi “ Kata pria itu dengan tegas menyikapi suara keras dari penghulu“Biar Nabi sendiri sekalipun tak kan sanggup menyuruhku untuk menanggalkan dasi”. Sambungnya. Maka ia bangkit dari kursi dan mengancam membatalkan akad nikah, jika ia harus mencopot dasi. Ketika penghulu tak mau mundur, mempelai itu berkata: ”Persetan, tuan-tuan semua. Saya pemberontak dan saya akan selalu memberontak. Saya tak mau di dikte orang di hari perkawinan saya.”

Suasana tegang. 

Ada si Alim yang berada di tengah acara ijab kabul itu yang berdiri untuk mengambil alih tugas penghulu dalam prosesi pernikahan itu. Akhirnya akad nikah dilakukan sesuai kehendak Pria muda itu, bukan oleh si penghulu, melainkan oleh seorang alim yang ada di antara tamu. Pria muda itu, suatu kelak menjadi tokoh pergerakan nasional yang berhasil mendobrak kepongahan kolonialis Belanda. Ia adalah Soekarno. Apakah sikap Soekarno itu mencerminkan dia tidak paham agama? Justru Soekarno sangat paham agama. Melebihi penghulu yang bersorban itu.  Itu berkat didikan dari H.O.S. Tjokroaminoto, pemimpin Sarekat Islam, pengusaha yang ulama, ulama yang tidak hidup dari dakwahnya tapi berkorban demi dakwah, yang juga adalah ayah mertuanya sendiri. Soekarno adalah kader pergerakan syarikat islam. Karena itulah seorang ayah tokoh pergerakan islam, ikhlas menyerahkan anak gadisnya kepada Soekarno.

Syahdan, pada 1939 ada sebuah berita tentang Bung Karno: ia meninggalkan sebuah rapat Muhammadiyah sebagai protes. Bung Karno tak setuju karena ada tabir yang dipasang di sana untuk membatasi tempat perempuan dengan tempat laki-laki. Maka koresponden Antara pun mewawancarainya. Bung Karno menegaskan: tabir tampaknya soal kecil, soal kain yang remeh. Tapi sebenarnya soal maha besar dan maha penting, sebab menyangkut posisi sosial perempuan. ”Saya ulangi: tabir adalah simbol dari perbudakan kaum perempuan!” Bagi Bung Karno, tabir adalah aturan agama yang lahir dalam sejarah sosial. Seperti halnya kolonialisme, ”perbudakan” seperti itu bukan hasil dari sabda yang kekal. Ia akan berubah. Ia bisa diubah. Juga Hatta, Tan Malaka, dan sebelumnya Tjipto Mangunkusumo dan Soewardi Soerjaningrat. Pergerakan menentang kolonialisme Belanda telah melahirkan sebuah nasionalisme yang lain: melihat ke depan. Nasionalisme itu berkait dengan agenda modernitas, dan islam harus di garis depan dalam hal modernitas ini. Nilai islam sebagai obor pembaharuan yang di canangkan Rasul harus benar benar menjadi rahmat bagi semesta. Perjuangan islam juga adalah perjuangan kaum terpelajar, adalah bagaimana membebaskan indonesia dari penjajahan sistem tapi juga pembebasan dari tradisi kolot, penuh mistik, taklik buta.

Penjajahan dalam konsep pemikiran dengan dalil agama, idiologi, yang membuat manusia malas berpikir bebas, adalah sumber kemunduran. Karena Keistimewaan manusia ada pada kebebasan bersikap dan berpikir. Tuhan menciptakan manusia dengan akal yang di beri kebebasan menentukan pilihan. Sangking bebasnya, sorga dan neraka pun di ciptakan. Silahkan pilih. Karena kalaulah Tuhan ingin semua seperti Tuhan mau, tentu akan mudah sekali dengan KeMaha KekuasaanNYA. Tapi adakah keimanan yang sejati dengan pemaksaan?. Adakah kehidupan dengan pemaksaan?. Dengan taklik?. Karenanya hanya orang bego yang mau di atur oleh pemikiran orang lain, dan hidup mendera dalam kebahagian semu di bawah status pengekor. Dia hanyalah kunang kunang, bukan lebah. Soekarno sadar , sebetulnya sebelum Belanda atau asing menjajah bangsa Indonesia, bangsanya sudah terjajah lebih dulu oleh tradisi agama dan budaya yang memenjarakan akal. Kekuatan pikiran terabaikan sudah.

Memahami kekuatan pikiran ini memang tak jauh dari hal pertama, bahwa kita menciptakan kejadian di alam semesta ini bersama Tuhan. Kedua, kita bekerja sama dengan Tuhan untuk menciptakan berbagai peristiwa yang kita kehendaki. Artinya Allah itu sangat dekat dengan kita. Bahkan kalangan ahli tasawuf mengajarkan manusia harus memikirkan diri sebagai manifestasi Tuhan. God as me. Tuhan sebagaimana saya. Sebagaimana paham wahdatul wujud, bahwa kehendak seseorang bersatu dengan kehendak Tuhan. Pada tingkat tertentu, menurut pandangan itu, dalam pengalaman ruhani yang sangat tinggi, yakni paling ujung dari seluruh perjalanan sufi, manusia tidak lagi bisa membedakan mana dirinya dan mana Tuhan. Pada tahap ini kemampuan akal tak lagi berfungsi untuk membedakan antara khalik dan makhluk, antara Tuhan dan saya. Karena berbagai peristiwa di alam ini tak lepas dari hasil yang dibentuk oleh pemikiran kita, maka kita harus bertanggungjawab atas berbagai peristiwa di sekitar kita. Think twice before you speak, because your words and influence will plant the seed of either success or failure in the mind of another. 

Baik dan buruk hasilnya adalah pilihan cara kita berpikir. Andai ada orang lain berpikir negatif, pesimis, maka hindarilah karena kalau buruk yang terjadi maka kitapun ikut bertanggungjawab. Nampaknya , di era reformasi kini, tradisi lama itu ingin di hidupkan lagi oleh sebagian orang di mana nasionalisme Indonesia mengandung pesimisme. Sadarlah. Zaman terus bergerak ke depan. Tak ada yang bisa membendung waktu bergerak. Dan kemuliaan manusia semakin mendapat tempat bukan karena dokrin atau dalil atau tafsir tapi karena manusia semakin punya kemampuan akal untuk mencerna dan memahami Firman Tuhan, bahwa Islam itu adalah rahmat bagi alam semesta, bukan teror pemikiran atau senjata yang memaksa semua orang punya persepsi yang sama, dan akhirnya kekuatan pikiran melemah. Bukan.

Thursday, October 13, 2016

Kebersamaan..



Saya akui takdir saya tidak di lahirkan sendirian di bumi ini. TIdak di lahirkan secara ekslusif. Apa yang ada pada saya juga ada pada orang lain. Karena itu Tuhan menjamin rezeki saya untuk memakmurkan bumi dengan cinta. itulah keadilan Tuhan yang saya imani tanpa pernah saya ragukan sedikitpun.Yang harus saya akui itu sebagai fitrah saya sebagai manusia. Mindset ini di tanamkan oleh kedua orang tua saya selama mendidik saya. Itu sebabnya dari 7 orang anaknya hanya dua yang menikah dengan orang satu suku padang, lainya menikah dengan suku jawa, banten. Kedua anak saya , yang putra menikah dengan wanita keturunan India dan Jawa Solo. Ayahnya asal India, dan ibunya asal Solo. Putri saya menikah dengan pria keturunan Arab-Solo. Ayahnya keturunan Arab dan ibunya keturuan dari keluarga Solo. Saya terima dengan suka cita sebagai bagian dari keluarga saya, dan bagian dari keyakinan akan fitrah manusia yang terlahir walau bersuku suku namun tidak membuat perbedaan itu berjarak. Kebersamaan untuk saling mengenal dan mendapatkan hikmah, betapa kebersamaan itu indah.

Kalau sampai kedua putra putri saya memilih pasanganya seiman , itu bukan berarti mereka memilih teman hanya orang yang seiman saja. Bukan. Saya didik mereka untuk berteman dengan siapapun. Utamakan ketulusan bersahabat karena Tuhan. Sebisa mungkin berbagi dan jangan berharap kembali. Kalau baik yang di dapat ya syukuri ,kalau tidak baik ya bersabar. Jangan salahkan agama, kalau manusia jahat. Jangan membeci manusia kalau dia jahat tapi bencilah dengan sifatnya. Apapun yang di alami dari interaksi dengan sesama manusia, itu bukanlah antara kita dengn orang lain tapi antara kita dengan Tuhan, sebagai proses melatih diri menjadi sempurna. Karena sebaik apapun kamu berteman, teman falsu akan selalu ada. Seberapa ikhlas kamu memberi, teman yang tak berterimakasih akan selalu ada. Seberapa kuat kamu menjalin kedekatan, teman yang menjauh akan selalu ada. Jadi tak usah di masukan hati dan kecewa sehingga membuat kamu ragu mencari teman, ragu memberi, ragu berbuat baik. Teruslah lakukan hanya karena Tuhan dengan tetap berprasangka baik kepada siapapun.

Dalam bisnis yang saya gelutin , saya bermitra dengan warga intas benua dan di dalam negeri saya bermitra dengan hampir semua etnis yang ada di Indonesia. Walau kami berbeda suku, agama dan wara kulit. Tidak pernah dalam kemitraan itu kami bersinggung rasa hanya kami berbeda karena agama atau entis atau bangsa. Bahkan dalam  dialogh ringan, kalau sudah masuk ke wilayah agama atau wilayah private, kami berusaha satu sama lain untuk mengerti dan memahami. Karena apapun agama kita, orang tidak akan bertanya terlalu jauh selagi akhlak kita baik, dengan menjaga commitment, punya emphati, dan mudah berdamai dalam perbedaan tanpa ada niat untuk membuat orang tersinggung dengan ke imanan kita. Agama itu kalau di analogikan sama dengan sebuah pohon, dimana bersendikan tiga hal yaitu pertama, Tauhid yang merupakan akar dari agama. Kedua, adalah syariat yang merupakan dahan, ranting dan cabangnya. Ketiga, akhlak yang merupakan buah. Pohon hanya bermanfaat apabila berbuah. Walau pohon itu kokoh berakar kuat, berdahan rindang , namun tanpa buah , ia bukan apa apa. Hanya simbol bisu diatas tanah subur. Itu aja.

Anak ku, Mari  berusaha memberikan buah agama kepada orang banyak dan orang merasakan kehadiran agama, kehadiran Tuhan di bawah Pohon itu, duduk bersama mensyukuri kehidupan. Tak terdengar debat dan hujat merasa paling benar soal Tauhid dan syariat. Karena di senja yang temaram, mereka saling berbagi. Malam menjemput dengan rasa syukur karena besok mentari pagi akan hadir kembali membawa harapan. Kehidupan memang indah dan kehadiran Tuhan di rasakan di setiap detak jantung dan tarikan nafas..., Anakku kita terlahir karena kasih Tuhan. Kalau kita berbeda kulit, nasif, jenis kelamin ,agama, itu bukan karena kasih Tuhan berbeda. TIdak anakku. Kasih Tuhan itu kepada siapapun nak, selalu sama. KasihNya melimpah tak terbilang. Jangan karena perbedaan membuat kamu membenci dan antipati. Kalaupun ada perbedaan disisi Tuhan setelah manusia mennggal, itu hanya karena akhlak. Sebaik baiknya manusia di sisi Tuhan karena Akhlaknya baik. Alhamdulilah kedua putra putri saya ketika menentukan pilihan pasangan hidupnya ya akhlak sebagai pertimbangan utama, bukan suku, titel, harta, kancantikan atau kegagahan. .

Monday, October 10, 2016

Memenangkan hati


Dia bukan orang kaya. Dia hanyalah seorang dosen teknik di sebuah universitas. Hidupnya sederhana karena penghasilannya pun sederhana. Beda dengan Erdogan yang sebelum terpilih jadi gubernur dia seorang pengusaha. Dengan kesederhanaannya itu dia selalu hadir di setiap sholat subuh di masjid. Kegiatan rutinnya bukan berdakwah dari masjid ke masjid tapi menjadi Makmum sama seperti rakyat kebanyakan.Karena semua orang tahu dia seorang pahlawan revolusi menjatuhkan raja yang tiran , maka diapun menjadi tempat berkeluh kesah rakyat atas keadaan pemerintahan setelah revolusi . Rakyat mengeluhkan kurangnya rasa keadilan dan semakin jauhnya kemamkmuran karena sistem politik yang baru berdasarkan demokrasi membuat proses politik semakin lambat dan brengsek. Dia mendengar dengan seksama namun tak pernah sekalipun dia hanyut dalam diskusi menghujat para pemimpin.

Dengan rendah hati, dia mengajak orang ramai untuk bersabar dan memberikan kesempatan pemimpin menyelesaikan janjinya. Semua sedang berproses sampai sistem pemerintahan Iran yang menggunakan jalan demokrasi memilih pemimpin dapat mencapai kesempurnaan. Lambat laun orang pun minta dia berbicara di mimbar seusai sholat. Namun dalam dakwahnya dia lebih menekankan akhlak cinta untuk menjadi perekat kesatuan dan persatuan di antara rakyat Iran. Pemimpin hanya alat kekuasaan yang di create oleh rakyat dan rakyat yang baik akan menghasilkan pemimpin yang baik. Tanpa janji pembawa kotak pandora untuk lahirnya kemakmuran tanpa kerja keras. Tanpa menyitir firman Allah agar berkiblat kepada dia. Tanpa uang yang di bagikan agar dia terpilih. Tanpa poster dan slogan disetiap spanduk di tengah kota. Tanpa merubah gaya hidupnya yang tinggal di rumah sederhana kendaraan tua. Tanpa kata penuh agitasi terhadap lawan politiknya. Dia terus menemui rakyat dari satu masjid ke masjid lainnya tanpa bicara politik apalagi menghujat lawan. 

Diapun akhirnya terpilih sebagai Walikota Teheran dalam pemilu langsung dan kemudian dengan suksesnya sebagai walikota, mengantarkannya sebagai Presiden Iran dalam dua periode. Di masanya Iran menghadapi embargo ekonomi dunia barat dan AS namun di tengah embargo itu dia berhasil membangun semangat kemandirian rakyat Iran. Sehingga Iran tetap bisa membangun , bahkan lebih hebat dari sebelum di embargo. Ya, politik dalam sistem demokrasi adalah seni memenangkan hati pemilih. Orang jatuh cinta karena akhlak. Akhlak itu adalah bukan hanya mencintai pemilih tapi juga yang tidak memilihnya. Mencintai bukan hanya kepada teman tapi juga kepada lawan...Orang yang berharap terpilih karena patron agama sebetulnya orang yang tidak punya stok cinta melimpah di dalam dirinya dan dia kehilangan cara untuk merebut hati pemilih kecuali menggunakan firman Allah , dan yang mempercayainya hanyalah orang yang juga miskin cinta namun hidup dalam imajinasi bahwa Firman bisa memakmurkan tanpa perlu kerja keras…

Ada teman non muslim bertanya kepada saya mengapa umat Islam sulit sekali bersatu dalam beragama ? Saya terdiam. Mengapa ? Menurut saya memang tidak seharusnya orang di luar Islam tahu bahwa umat Islam sulit di persatukan. Tapi karena adanya medsos , dan banyak orang Islam yang coba membahas masalah agama kontemporer secara terbuka , debat pun bisa di ketahui secara terbuka. Bahkan debat ini sampai terkesan merasa paling benar dan sempat sempatnya saling menghujat.Dan ketika pemahaman agama masuk dalam wilayah politik maka keadaan semakin memalukan. Sesama umat Islam saling menyalahkan dan mulailah perang dalil. Bahkan apabila lawan politik merasa di sudutkan karena dalil agama, diapun bebas menggunakan dalilnya menyerang balik. Dan orang lain dengan tersenyum seakan berkata," Bagaimana bisa meyakinkan orang lain agama, sesama Anda saja tidak bisa saling meyakinkan. Agama apa yang sedang Anda perjuangan kan kalau hanya karena pandangan saja kalian saling berebut kavling sorga. Pantas aja lawan si A yang bukan ahli agama, kalah. Dan bukan engga mungkin lawan yang beda agama, bakal kalah lagi.”

Memang tidak seharusnya Islam di bahas di depan publik bila hanya sepotong potong saja. Contoh memandang Islam secara Ilmu Hukum dan Fiqih saja, menyebabkan terjebak pada pertentangan pendapat antar mazhab, dan terjadi perpecahan di tubuh ummat, timbul perselisihan dan cekcok. Karena yang dikaji mana yang halal dan haram, mana yang sunnah dan yang bid'ah, yang dilarang dalam Islam. Sehingga dari mulutnya yang keluar adalah kata-kata haram, dan bid'ah saja, ketika harus dihadapkan pada problematika masyarakat. Islam pertama kali di dakwahkan Rasulullah adalah "Laa ilaaha illallah "Tiada tuhan selain Allah. Berarti masalah Aqidah yang diutamakan dan yang pertama sekali ditanamkan pada ummat Islam. Bukan fiqih. Seandainya Fiqih duluan, tentu yang pertama sekali diajarkannya adalah Sholat dan perangkat-perangkatnya seperti bersuci dan berwudhu'. Tetapi Rasul tidak mengajarkan sholat duluan. Karena begitu banyaknya lapangan kehidupan, tidak semuanya dijelaskan secara detail dalam Islam, cukup hal-hal pokok, seperti Sholat, zakat, haji, warisan dan sebagainya. Sedangkan hal-hal yang bersifat teknis keduniaan, rasul menyerahkan pada keahlian masing-masing.

Sebaiknya gunakan medsos hanya berkaitan dengan bagaimana memperkenalkan Islam sebagai rahmatan lilalamin, kekayaaan akhlak Islam yang menetramkan dan mendamaikan , itulah syiar yang menyejukkan. Kalau internal kita damai maka keluar menjadi teladan dan mengharumkan agama itu sendiri. Siapapun pemimpin Islam, dia akan di ikuti bukan karena dia bicara politik tapi karena kehidupan kesehariannya adalah pribadi yang agung, menentramkan siapapun, mendekatkan yang jauh, dan merapatkan yang dekat. Apabila siapapun kita, selagi menggunakan akhlak untuk berhubungan dengan sesama manusia, maka merebut hati siapapun juga tidak perlu ongkos mahal, ia akan datang dengan sendirinya. CInta akan menemukan jalannya sendiri walau di hujat, dan terasing dari kejauhan..

Pria minang...

  Orang tua saya mengingatkan saya, “ Kalau hanya sekedar makan untuk mu dan keluargamu, monyet di hutan juga begitu.” Kata orang tua saya. ...