Saturday, July 30, 2011

Belajar dari hewan

Ketika makan malam, teman saya sempat melempar kata kata yang mengundang dialogh. Dia berkata , belajarlah dari hewan ! saya sempat terkejut. Mengapa harus belajar dengan hewan, Bukankah hewan tidak punya akal sehebat manusia. Kenapa pula harus belajar dengan hewan Aneh.! Belum hilang keterkejutan saya , teman ini melanjutkan. Kami orang China , belajar bijak dari hewan. Wah, dia bicara tentang ” bijak ” dan itu belajarnya dari hewan. Rasa ingin tahu saya bangkit. Saya ingin lebih tahu banyak alasannya berkata seperti itu. Teman ini tersenyum sambil menatap saya dan menyuap sup dihadapannya. Kami umat islam, disarankan oleh rasul untuk belajarlah kenegeri China, tapi malah orang china belajarnya dari Hewan. Kata saya. Kini dia tidak lagi tersenyum tapi tertawa berderai derai. Mungkin ada benarnya. Jawabnya. Ada empat jenis hewan yang patut menjadi pembelajaran bagi kita. Katanya.

Apa empat hewan itu ? tanya saya. Teman ini menjawab dengan cepat. Pertama adalah kelinci, kedua adalah srigala, ketiga adalah keledai dan keempat adalah Lebah. Sebetulnya hampir semua hewan dapat dipelajari sifatnya dan semuanya kaya hikmah. Tapi untuk kebijakan hidup, memahami empat ini saja sudah membuat kita sangat bijak. Kelinci , jelasnya, hewan yang rajin bekerja keras namun sedikit makan. Bertolak belakang dengan kerbau, malas kerja kecuali dipaksa namun banyak makan. Kelinci tak suka bertengkar satu sama lain. Bertolak belakang dengan srigala atau singa. Ia merupakan hewan yang paling akur dengan sesamanya. Dalam situasi apapun kelinci selalu punya akal untuk bertahan hidup dan melindungi dirinya dari segala resiko. Dalam kehidupan kelinci , mengutamakan perdamaian dan kerja keras tanpa ada sifat rakus serta keyakinan untuk mampu berbuat secara mandiri.

Srigala, adalah hewan yang suka berkelompok. Dalam mencari mangsa atau rezeki mereka selalu melakukannya bersama sama. Bila menghadapi bahayapun mereka saling melindungi secara berkelompok. Lantas apanya yang hebat dari Srigala.? bukankah terkesan srigala rakus dan licik dan pemangsa ? Tapi ada yang lebih hebat dari srigala, bahwa pemimpin selalu tampil digaris depan untuk menghadapi resiko. Contoh , untuk memasuki wilayah baru, selalu pemimpin kelompok datang sendirian. Sementara yang lain menanti dari kejauhan. Bila situasi aman dan terkendali maka pemimpin akan melolong tinggi untuk didengar oleh anak buahnya dari kejauhan. Maka berhamburanlah anak buahnya memasuki wilayah baru dengan tenang. Bila ternyata pemimpin mengalami hambatan dari musuh dan akhrnya tewas, maka salah satu dari mereka akan tampil sebagai pengganti untuk memasuki wilayah itu dan menghadapi segala kemungkinan buruk. Kalau dapat mangsa ,pemimpin makan belakangan atau makan sisa anak buah.

Keledai, adalah hewan suka makan namun tak rakus dan tak bertenaga sekuat kuda. Namun sekali dia melangkah maka dia tak berhenti walau seberat apapun beban dipunggungnya. Keledai tak suka menyepak. Dia teramat sabar diantara hewan lainnya. Keledai tidak bergerak seperti kuda yang perkasa dan anggun namun keledai melangkah dengan kepala kebawah terkesan seperti makhluk bodoh dan lemah. Dia akan terus melangkah dan melangkah dengan sabar. Dia adalah pribadi hewan yang cinta perdamaian dan kesetiaan diatas sifat rendah hati dengan kesabaran yang tinggi.

Lebah, adalah hewan yang pandai mengorganisir dirinya secara berkelompok. Masing masing mempunyai perannya untuk keutuhan kelompoknya. Apabila diserang oleh musuh maka lebah tak pernah lari. Dia akan bertarung melindungi sarangnya dan tentu sang ratu harus dijaga dengan nyawa. Kemanapun lebah hinggap maka kebaikan yang ditebarkannya. Walau banyak bunga yang diisap sarinya, banyak bunga yang dia hinggapi, namun dia akan kembali kesarangnya, memberikan kehidupan bagi kelompoknya dan juga sang ratu. Lebah adalah pribadi yang cinta perdamaian dengan mengutamakan kebaikan dan mengutamakan kesetiaan diatas segala galanya.

Teman itu tersenyum kepada saya. Lanjutnya, sebagai wiraswastawan , maka belajarlah kepada kelinci yang rajin bekerja keras namun tidak rakus. Sebagai Pemimpin organisasi sosial maupun politik maka belajarlah kepada Srigala, yang selalu siap digaris depan mengambil resiko. Sebagai pekerja atau profesional , maka belajarlah kepada keledai. Walau terkesan lemah dan bodoh namun rendah hati dan kuat melangkah menanggung beban berat dengan penuh kesabaran, yang pasti tidak rakus. Sebagai orang biasa, maka lebah adalah pelajaran terbaik karena dia hanya memberikan kebaikan dan manfaat kepada orang lain namun tetap istiqamah untuk melawan segala keburukan dan kezoliman, walau nyawa taruhannya.

Bagi saya, segala yang terbentang di bumi ini adalah ayat ayat Allah yang merupakan pembelajaran bagi mereka yang berakal. Alam terhampar menjadi guru. Baik dan buruk adalah pelajaran bagi kita untuk menjadi sempurna. Demikian saya menyimpulkan. Teman itu hanya tersenyum.

Thursday, July 21, 2011

Pak Karim...

“ Dihadapan Allah kita tidak bisa menimpakan kesalahan kepada ulama bila ternyata fatwa yang dikeluarkan ulama itu salah. Kita bertanggung jawab atas sikap kita sendiri dan tidak bisa orang lain dilibatkan. Manusia memiliki kebebasan dan bertanggung jawab atas setiap pilihannya” itulah prinsip yang diajarkan oleh Pak Karim kepada saya. Dia guru spiritual saya. Yang membuat saya tak bosan mendengar pituahnya yang selalu berdasarkan Al Quran dan Hadith. Bila saya bertanya tentang satu masalah , dia dengan tanggap membuka kitab mulia. Lembaran kitab mulia itu dibukanya dengan cepat untuk sampai kepada jawaban atas pertanyaan saya. Diapun akan membaca ayat ayat Al Quran dan sedikit ulasan dalam hadith yang berhubungan dengan firman Allah itu. Kemudian , dia serahkan kepada saya untuk bersikap. Kalau saya desak , mengapa Allah berfirman seperti itu. Dia tidak mau menjawab. Itu urusan Allah, katanya.

Mengapa ? menurutnya satu ayat firman Allah di dalam Al Quran melebihi segala pengetahuan yang ada pada manusia. Ilmu pengetahuan manusia hanyalah setetes air ditengah samudera Ilmu Allah. Itulah sebabnya terlalu sombong bila manusia menganggap pintar dengan pengetahuannya. Puncak dari ilmu bukanlah sains tapi keimanan kepada Allah, ya sebuah kesadaran bahwa manusia tidak berarti apapun tanpa Allah, yang akan membuat manusia senantiasa rendah hati dihadapan Allah. Demikian wejanngan Pak Karim kepada saya. Inilah yang membuat saya tak pernah berprasangka buruk terhadap situasi yang ada disekitar saya. Mengapa umat islam terbelakang dibandingkan umat lain?. Saya berusaha menghindar tentang kajian budaya, filsafat, sosiolog tentang jawaban atas pertanyaan itu. Sama halnya mengapa Nabi Yunus selalu kalah dalam undian diatas kapal yang akhirnya dia orang terpilih untuk dikorbankan agar kapal selamat dari karam dan akhirnya ditelan ikan Paus.

Menurut Pak Karim, ketika itu rahasia kekalahan Nabi Yunus dalam undian diatas kapal itu belumlah dibuka oleh Allah. Di era Nabi Muhammad barulah itu dibuka sebagaimana surah Annisaa' (4) ayat 163, Al-An'aam (6) ayat 86, Yunus (10) ayat 98, Al-Anbiyaa (21) ayat 87-88, dan Alshaafaat (37) ayat 139-148. Butuh berabad abad akhirnya tabir itu terbuka. Tapi ketika itu Nabi Yunus menerimanya dengan ikhlas sambil berzikir “Laa ilaha illa Anta, Subhanaka inni kuntu min al-zhalimin (Tidak ada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau sesungguhnya saya termasuk orang-orang yang zalim) “ sebagai ujud puncak keimanan kepada Allah , yang tak pernah berprasangka buruk kepada Allah atas segala peristiwa yang datang, walau itu sangat pahit dan menyakitkan. Kasihnya Allah kepada umat Muhammad , berbagai rahasia kebijakan Allah di masa masa nabi sebelunya disingkap dalam kitab mulia sebagai cara agar kita menggunakan akal kita untuk mencapai puncak keimanan kepada Allah. Singkatnya kehebatan telaah teologis, sains yang kita miliki belum cukup untuk sebagai sandaran beriman kepada Allah. Maka iman adalah iman , yang hanya bisa dipahami oleh hati , dan ini hidayah Allah, rahmat Allah.

Demikianlah sedikit tentang perkenalan saya dengan Pak Karim. Kini dia telah tiada. Telah berlaku takdir untuknya pada tanggal 20 Juli 2011,jam 11.30, kembali dalam dekapan rabb nya. Terakhir saya bertemu dengan beliau tiga minggu lalu di Surabaya. Dialogh dalam untaian nasehat kepada saya , masih terngiang ngiang ditelinga saya. Rasa hormat saya kepadanya bukanlah karena dia pejabat politik, jutawan tapi kerendahan hatinya , yang hidupnya telah diwakafkan kepada Allah. Betapa tidak? Dia ekonom lulusan German. Berkarir di luar negeri lebih dari 10 tahun dan hinggap dilebih 10 negara maju. Namun perjalanan hidupnya mengajarkannya untuk kembali pulang ke Indonesia. Mungkin dia merasa bernasip sama dengan Nabi Yunus yang lari dari umatnya yang ingkar. Ketika dia pulang, dia tak mengejar jabatan bergengsi sebagai professional di Partai atau di Perusahaan. Dia memilih untuk dekat kepada umat yang lemah. Beberapa panti Asuhan di bangun dan dikelolanya dengan segala keterbatasannya, dan akhirnya berkembang. Diapun membangun jaringan kesehatan ala Nabi yang menggabungkan pengobatan yang diajarkan sunnah dan pendekatan keimanan.

Apa yang saya tahu tentang Pak Karim, betapa banyak cita citanya untuk umat islam, yang membuat dia tak pernah berpikir soal apapun ketika dimintai tolong. Betapa banyak obsesinya untuk tegaknya kalamullah dibumi ini, yang tak pernah membuatnya lelah bila dimintai nasehat tentang kebenaran, kebaikan dan keadilan, Betapa banyak cintanya kepada kaum duapa, yang tak pernah membuatnya lelah menggerakan semua potensi untuk berbuat dan berkoban. Kini semuanya telah dia lewati dengan segala keterbatasnya sebagai manusia untuk akhirnya berhenti dan selesai. Selamat Jalan Pak Karim. Ya Allah, ampunilah seluruh dosa dan kesalahannya dengan mendapatkan tempat sebaik baiknya disisi mu, ,ya Allah. Amin, ya Allah.

Saturday, July 16, 2011

Rasa Aman

Kemarin saya bertemu dengan teman. Sudah hampir sepuluh tahun tidak bertemu. Terakhir saya tahu dia terkena AIDS – HIV. Virus mematikan dan merupakan musuh dunia modern nomor satu. Tapi ketika saya bertemu kemarin, dia nampak sehat dan bahkan wajahnya lebih bersih , lebih fresh. Dia sehat?. Saya tak ingin bertanya soal penyakitnya dulu. Cukuplah saya senang bahwa dia sehat. Namun , dia sendiri bercerita kepada saya prihal penyakitnya. Menurutnya, ketika vonis AIDS-HIV itu jatuh kepada dirinya maka yang dia lakukan adalah mempersiakan diri dengan sebaik baiknya untuk mati. Dia tidak punya lagi target hebat seperti orang kebanyakan. Hidupnya dijalani dengan sedemikian rupa tidak membuat dia stress. Pengelolaan pabrik diserahkan kepada istri dan iparnya. Sementara dia memilih pekerjaan yang menyenangkan dirinya. Keluarganyapun dapat menerimana itu.

Walau keluarga ingin agar dia dirawat oleh rumah sakit terbaik namun dia menolak. Dia ingin menjadikan AIDS – HIV itu sebagai anggota keluarga baru dalam tubuhnya. Ini berkah dari Tuhan, katanya. Berkah ? ya karena lewat virus ini dia bisa berdialogh setiap hari dengan Tuhan. Bukankah dialogh terbaik terjadi apabila kita sangat dekat dengan Tuhan. Apakah ada yang paling dekat dengan Tuhan kecuali diambang kematian yang pasti itu. Demikian alasannya. Lantas apa yang dia kerjakan. ? Setelah mencoba melakukan kegiatan yang menyenangkan seperti mencintai Piano, mendengar live music dipusat hiburan terbaik , berwisata ketempat tempat termashur didunia, dia belum merasakan kepuasan penuh. Dia masih gelisah dan kosong ditengah penantian akan kematian akibat Virus HIV itu. Dia bertanya dan mencari sebuah bentuk kebahagiaan di sisa sisa umurnya.

Ketika dalam perjalanan di Bangkok, dia bertemu dengan seseorang gadis, pelajar asal Australia yang kehilangan dompet dan passport. Gadis itu dalam kebingungan di Bandara. Didorong rasa kasihan , dia membantu gadis itu mengurus kehilangan passport pengganti di Kedutaan dan sekaligus memberi uang untuk ticket pulang. Sebulan setelah itu, ada surat dari keluarga gadis itu sampai dirumahnya. Ketika usai membanca surat itu, dia merasakan sesuatu yang luar biasa mengalir hangat didalam tubuhnya. Dia merasa lahir kembali dalam damai menyelimuti bahtera hatinya. Mengapa ? dalam surat itu orang tua gadis itu bertutur “ ketika putri saya dekat, saya merasa sayalah pelindung putri saya. Tapi ketika dia jauh dari saya, lantas siapakah pelindungnya ? Ternyata bukan kita sebagai pelindung siapapun. Kita hanyalah perantara saja. Pelindung sebenarnya adalah Tuhan. Dia ada dimana saja dan kapan saja. Termasuk pada diri anda untuk memberikan sepatah cinta kepada putri saya. Bersyukurlah bila kita menyadari ini karena menghayati ini adalah kunci kedamaian dan kebahagiaan”

Sejak itulah dia semakin mencari cara bagaimana bisa menolong orang lain. Dia ingin menjadi wakil Tuhan untuk menebarkan cinta kepada siapapun di bumi ini. Setiap dia berbuat baik ada jutaan atom kebahagiaan meliputi hatinya. Dia tercerahkan dalam damai akibat dari social spiritualnya namun belum sepenuhnya menemukan kesejatian dalam rasa aman. Dia masih belum merasakan kehadiran Tuhan dalam dirinya. Hanya dia tahu Tuhan membayangi setiap social spiritualnya. Dia ingin lebih dari itu. Tapi bagaimana ?

Nampak oleh saya airmatanya berlinang. Ya, lanjutnya. Kebahagiaan itu ada pada saat kita merasa aman dari segala masalah. Rasa aman itu harta tak terbilang didunia ini. Semua orang berusaha mencari keluar tapi tak pernah menemukannya. Sama halnya dengan apa yang sudah dia lakukan dengan banyak pergi ketempat yang indah, melakukan yang dikira menyenangkan , banyak social spiritual namun tetap tidak bisa merasakan kebahagiaan. Karena tidak ada rasa aman. Dia terdiam sebentar. Saya memberikan kesempatan untuk dia menghela nafas. Seperti ada desakan hebat didalam hatinya untuk mengungkapkan sesuatu yang lebih , sesuatu yang berasal dari lurung hati terdalamnya. Benar, Tuhan ada pada diri kita. Benar Tuhan menjaga kita siang dan malam. Benar Tuhan berdialogh dengan kita disetiap waktu dan kesempatan. Tapi bagaimana membenamkan keyakinan ini hingga mendapatkan rasa aman bagi diri kita. Itulah masalahnya. Dia harus mencari sumber bisikan itu. Dia harus menenukan pelindung sejatinya. Tuhan ada untuk dia dan tugasnyalah menemukannya. Katanya.

Agama menyediakan jawaban itu. Juga menyediakan jalan menemukan Tuhan. Dia berusaha mengexplore semua agama, semua jalan yang ditawarkan. Namun hanya satu jalan yang membuat akal dan hatinya berdamai untuk menerima, yaitu Islam. Diapun memeluk agama islam. Demikian katanya. Kini saya yang terharu. Oh, ternyata begitulah rahasia Allah, Penyakit yang dikirim tapi nikmat hidayah yang diterimanya. Taubah yang dijemputnya. Subhanallah. Kemudian dia melanjutkan. Dia mendalami islam. Dia menemukan hakikat islam. Ternyata ,menurutnya, Jalan manusia itu sudah ditentukan dengan pasti ketika ruh manusia akan ditiupkan kedalam jasad” Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap ruh mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul, (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (Al A’raf: 172).

Dalam diri manusia ada Ruh yang telah bersaksi Tiada Tuhan selain Allah. Maka dalam diri kita ada secuil ruhNYA “Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh-Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan sujud kepadanya.”. (Q.S. 38:72). Inilah hakikat hubungan antara kita dengan Tuhan. Katanya. Ruh selalu menyuarakan kebaikan. Selalu menyuarakan kedamian sebagaimana sifat Allah yang maha pengasih lagi penyayang. Namun walau sebegitu dekatnya antara kita denganNya, walau sebegitu seringnya Ruh berdialogh dengan kita, masalahnya adalah apakah kita peduli dengan ruh itu dan mau mendengarnya? Itulah yang membuat manusia itu tidak pernah menemukan kedamaian manakala dia menjauh dari Agama. Katanya. Saya terpukau dengan ulasan teman ini. Karena hanya lewat agamalah kita mendapat rahasia kehadiran Tuhan pada diri kita. Allah mengirim rasul kedunia tak lain tak bukan adalah memberikan kabar gembira kepada manusia tentang jalan pulang kepada kesejatian sebagai sebaik baiknya makhluk ciptaan Allah. Sebuah reminder system yang maha agung.

Ketika dia menemukan Tuhan dalam dirinya. Rasa damail meliputi hatinya. Dia ikhlas dengan semua yang terjadi. Berjalannya waktu, penyakit yang mematikan itu sembuh dengan sendirinya tanpa pernah dia datang kedokter atau kerumah sakit untuk perawatan medis. Benarlah , bila manusia sudah menyatu dengan Allah, maka segala organ jasadnya termasuk mikro kosmos berupa virus, bakteri yang merupakan bagian dari jaringan DNA , bertasbih kepada Allah dan tentu hanya melaksanakan perintah Allah, dan Allah cinta kepada orang yang dekat kepadaNYA,. Maka apapun yang meliputi raganya tentu akan bergerak untuk menjadi sebaik baiknya fungsi yang menyehatkan dan mendamaikan, sehat lahir batin. Itulah harta yang tak ternilai melebihi segala apa yang ada didunia sebagai buah iman dan taqwa. Katanya dengan tesenyum, Subhanallah.

Friday, July 15, 2011

Sekali dan mati

Setelah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam wafat ,tampilah para sahabat beliau menggantikannya sebagai pmeimpin umat islam. Mereka disebut Khulafaur Rasyidin yang terdiri dari Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali. Dalam sejarah dunia hingga kini , seperti mereka, belum ada tandingannya pemipin yang mampu dan berani menegakan kalamulllah tentang kebenaran, kebaikan dan keadilan. Mengapa ? kerena mereka mendapatkan bimbingan Allah. Pemimpin yang menerapkan syariat Islam dengan kaffah dan adil terhadap rakyatnya. Namun kita semua tahu bahwa semua mereka mengakiri usianya dengan tragis, terbunuh ditangan pengecut , membunuh mereka dengan cara cara tidak kestria. Bahkan Abu Abakar menurut cerita kitab tarikh al-Khulafa’ (1/74, MS) karangan Imam as-Suyuthi dan tarikh ath-Thabari menyebutkan beliau diracun oleh orang yahudi. Setidaknya mereka semua berlaku seperti syair Khairil Anwar " sekali berarti sesudah itu mati.

Kita tidak tahu pasti apa rahasia dibalik takdir yang menjemput para pemimpin terbaik diplanet bumi itu. Yang kita tahu bahwa Allah berbuat dengan sesukanya dan rahasia Allah termaha luas. Saya teringat kata teman saya bahwa ini sebagai pelajaran termahal kepada umat islam bahwa perjuangan menegakkan kalamullah itu tidaklah mudah dan murah. Kehidupan didunia ini hamparan ibadah terluas bagi orang beriman. Baik dan buruk bersanding tak terelakan. Tak mudah untuk mengetahui dengan pasti orang terdekat kita, lingkungan kita. Kita hanya bisa menduga duga dan kemudian berserah diri kepada Allah untuk terhindar dari prasangka buruk. Namun dari sikap seperti inilah yang kadang membuat umat islam yang beriman dan bertakwa sangat renta untuk dikalahkan secara tak adil.

Menegakkan kebenaran ,kebaikan dan keadilan sesuai bimbingan Allah , memang sangat utopis, seruan sorga yang menolak keras segala kezoliman dimuka bumi walau dalam bentuk apapun. Kompromi hati , kompromi pemikiran, tak dikenal bagi mereka yang dibimbing oleh Allah. Mereka terlalu kuat untuk dipengaruhi harta, jabatan, wanita. Mereka terlalu kuat untuk difitnah, dilecehkan. Mereka selalu kuat dalam kondisi apapun termasuk bila harus berseberangan dengan orang orang terdekatnya, orang orang yang nampak setia dan mendukungnya. Baginya perjuangan minggikan kalamullah , cukuplah Allah sebagai penilai. Tak penting karena itu dia harus kehilangan citra. Harus kehilangan jabatan. Bahkan kehilangan sahabat , keluarga. Karena semua yang ada padanya adalah cobaan dari Allah untuk mengujinya agar mencapai kesempurnaan , sebaik baiknya ketakwaan dihadapan Allah.

Apa yang saya uraikan tersebut diatas tak lain sebagai bentuk kerinduan saya sebagai orang beriman akan pemimpin sekaliber Khulafaur Rasyidin,sahabat Nabi, untuk menjadi pemimpin di negeri saya. Apakah ini hanya sebuah utopia ditengah dunia yang brengsek ? Apakah ini impian ditengah siang hari. Apakah ini berharap hujan ditengah terik matahari. Oh, tidak kawan. Selagi Allah kita yakini ada, selagi AL quran dan Hadith kita ikuti, semua hal itu adalah realita yang harus kita jemput. Harus kita perjuangkan. Didunia ini , dikehidupan ini, tak ada yang sulit. Karena kita diciptakan Allah sangat istimewa. Karena kita tempat Allah membanggakan dirinya dihadapan semua mahkluk. Keistimewaan itu sudah melekat pada diri kita untuk menjadi sebaik baiknya makhluk dan pemimpin dimuka bumi. Caranya cukuplah bersandar kepada Al quran dan Sunah. Cukup. Tak sulit. Tak sesulit seperti memahami tulisan Ekonom Alfred Marshall, J.M. Keynes, . Tak sesulit seperti memahami tulisan sosiolog Auguste Comte , Pierre Guillaurne Frederic Le Play, Max Weber, Karl Marx.

SBY, telah ditakdirkan sebagai pemimpin diatas banyak harapan tentang kebenaran, kebaikan dan keadilan setelah kita lelah dengan janji para pemimpin sebelum tak pernah tertunaikan. Berjalannya waktu, kita mulai kembali disadarkan harapan itu semakin sirna. Tentu kita tidak boleh berprasangka buruk kepada manusia apalagi itu adalah pemimpin kita. Hanya setidaknya ditengah carut marut Partai yang dimpimpinnya , kita hanya berharap lagi agar beliau berkaca kepada Khulafaur Rasyidin. Bahwa hadiah tertinggi dari Allah kepada siapapun manusia yang berjuang dijalan Allah adalah syahid. Mati sebagai suhada ditangan musuhnya. Ya, walau tak harus nyawa meregang dari jasad namun setidaknya siaplah berbuat karena Allah walau harus meregang jabatan dari kekuasaan. Ingatlah bahwa sebaik baiknya nilai itu adalah dihadapan Allah. Semoga SBY dapat menarik hikmah dari segala peristiwa yang datang untuk meyakini hidupnya hanya sekali dan sangat singkat, dan alangkah meruginya bila tidak "berarti" dihadapan Allah.

Saturday, July 09, 2011

hikmah Ilahiyyah

“Saya merasa seolah-olah bedah transplantasi telah menyerahkan tubuh saya kepada jiwa yang asing- perasaan saya, cara saya bertindak, cara saya merasakan berbagai hal, pemikiran dan keinginan saya- semuanya berubah, seolah-olah ada dua jiwa yang menetap di tubuhku.”. Demikian ungkapan penerima donor jantung pada operasi transplatasi. Bahkan dalam beberapa kasus ada kepribadian penerima donor jantung praktis tidak dikenali lagi oleh orang-orang terdekatnya, dan bahkan oleh dirinya sendiri. Para ahli berkeyakinan bahwa seluruh tubuh dan pikiran manusia tidaklah terpisahkan. Ada keterkaitan antara pikiran, emosi, dan tubuh manusia. Kebanyakan orang saat ini menganggap memori (ingatan) hanya terkait dengan fungsi otak, sementara saat ini sudah banyak ilmuwan yang menolak anggapan tersebut. Candace Pert, penulis buku “Molecules of Emotion: Why You Feel the Way You Feel” mengatakan, “Memori tidak hanya tersimpan di dalam otak, tetapi juga tersimpan di dalam sebuah jaringan psikomatis yang meluas ke seluruh organ internal tubuh sampai ke permukaan luar kulit manusia.”

Setelah menemukan bahwa neuropeptides ada dalam semua jaringan tubuh manusia, Pert meyakinkan bahwa melalui cellular receptor (sel-sel yang peka rangsangan), kemungkinan pikiran atau memori tinggal di dalam bawah sadar atau kesadaran manusia yang secara psikologis telah terjadi jalinan hubungan antara memori, organ dan pikiran. Para saintis dari Universitas Arizona dan penulis The Living Energy Universe, Gary Schwartz, PhD, dan Linda Russek, PhD, mengemukakan hipotesa universal living memory (memori yang berada di segenap alam semesta) yang mereka yakini bahwa “Semua sistem menyimpan energi secara dinamis…dan informasi ini diteruskan sebagai suatu kehidupan, atau sistem yang berkembang setelah struktur fisik telah terbentuk. Schwartz dan Russek percaya bahwa teori inilah yang bisa menjelaskan bagaimana informasi dan energi dari jaringan pendonor bisa muncul secara sadar ataupun tidak sadar pada si penerima donor.

Paul Pearsall, MD, seorang psychoneuroimmunologist dan penulis buku The Heart’s Code, telah meneliti pemindahan memori melalui pencangkokan organ tubuh. Setelah mewawancarai hampir 150 penerima donor jantung dan organ tubuh lain, Pearsall mengemukakan suatu penemuan bahwa ternyata jaringan sel-sel yang hidup mempunyai kapasitas untuk mengingat. Akhirnya pada musim semi 2002, bersama Schwartz dan Russek, Pearsall melakukan satu penelitian, yang diterbitkan Journal Near-Death Studies, dengan judul, “Perubahan Paralel Kepribadian Pada Penerima Donor Jantung Dengan Si Pendonor.”. Ini semakin menjelaskan bahwa tubuh manusia dibentuk oleh DNA. Ketika transplatasi itu dilakukan sebetulnya terjadi pula transfer informasi DNA donor kedalam tubuh penerima donor dan ini akan menjadi bagian dari bab jurnal kehidupan nya. Makanya penerima donor dapat berubah sifat sesuai dengan pemberi donor.

Di dalam DNA itu tersimpan informasi tentang sejarah kehidupan keturunan sejak para leluhur sampai kepada diri kita dan selanjutnya akan diteruskan kepada anak kita, cucu kita sampai generasi dunia berakhir. Informasi pada DNA itu bagaikan buku jurnal yang sambung bersambung tanpa putus. Segala tabiat baik dan buruk pada diri kita kini akan direkam baik oleh DNA kita dan kemudian akan diteruskan kepada generasi dibawah kita. Walaupun kita sudah bertobat dengan segala perbuatan maksiat namun tetap saja informasi tentang maksiat itu terekam didalam sistem DNA kita dan ini akan diteruskan kepada keturunan kita sebagai sebuah blue print kehidupannya. Artinya ada memori kebaikan dan juga keburukan dalam DNA kita dan itu adalah bagian dari takdir kita. Itulah sebabnya mengapa Agama diturunkan oleh Allah untuk membuat manusia mampu mengelola unsur informasi DNA tentang kebaikan dan keburukan itu, agar kita selamat.

Manusia berbeda dengan binatang yang sudah di design oleh Allah secara tetap. Seperti lebah yang mampu mengorganisir dirinya untuk bertahan hidup. Seperti Harimau yang piawai menjadi kill master terhadap mangsanya. Dan lain sebagainya. Perbedaan manusia dengan binatang terletak pada jiwa. Jiwa manusia sendiri memang memiliki dua sisi. Satu sisi menuju alam ruh (alam tinggi, alamu’ a’la) dan sisi lain menuju alam bawah (rendah, alam materi yang terikat dengan fenomena DNA ) di mana dia diperintah agar memelihara dua sisi yang saling berseberangan ini. Dari sisi yang menuju alam tinggi ia mirip dengan malaikat dalam berbagai keutamaan dan ketekunan beribadat kepada Tuhannya. Sedangkan sisi yang menuju alam bawah membuatnya mampu berinteraksi dengan alam bawah yang terformulasi dari unsur materi (alam khalq).

Penguasaan jiwa terhadap alam materi tersebut adalah melalui tubuh fisik (jism). Itulah sebabnya bila manusia meninggalkan agama maka dia kehilangan kendali untuk mengelola alam ruh dan alam bawah. Bila agama kosong maka jangankan transplatasi materi ( jantung atau organ tubuh ) , transplatasi pemikiran orang lain saja bisa membuat kita tidak menjadi diri kita. Allah menurunkan agama dengan mempengaruhi akal untuk mencernanya. Karena agar manusia pada akhirnya tetap bisa cenderung pada sisi yang tinggi, maka Allah memperkuatnya dengan akal agar dapat menerima apa yang disampaikan dari para malaikat dan Rasul-Nya, di samping juga sanggup memahami apa yang dikehendaki Tuhannya. Inilah kebijakan Tuhan (hikmah Ilahiyyah) yang menjadikan manusia itu istimewa.

Pria minang...

  Orang tua saya mengingatkan saya, “ Kalau hanya sekedar makan untuk mu dan keluargamu, monyet di hutan juga begitu.” Kata orang tua saya. ...