Saturday, June 23, 2012

Kemiskinan?

Sehari sebelum pulang ke Jakarta, teman sengaja mengundang saya makan malam bersama keluarganya. Tempat yang dipilihnya adalah Sky dining , yang terdepat di element building, Kowloon. Ini tempat yang sangat berkelas dan tentu mahal sekali. Karena tak banyak orang kaya yang bisa makan malam ditempat ini. Usai makan malam itu, saya melirik bill yang diajukan oleh pelayan restoran. Jumlahnya  sama dengan gaji tiga bulan TKW di Hong Kong atau sama dengan gaji Pejabat eselon 1 di Indonesia. Mau tahu berapa bill nya ? HKD 8500 atau Rp. 10 juta rupiah! Ketika membayar  bill itu nampak dia melirik kearah saya. Mungkin dia melihat ada sesuatu diwajah saya makanya dia berkata, ini hanyalah uang namun kesenangan dan layanan yang ramah tak bisa dihitung dengan uang. Katanya. Saya hanya tersenyum. Namun setelah usai makan malam, kami berjalan keluar restoran itu, saya berkata bahwa memang hanya uang dan seharusnya memang tidak perlu membeli kemewahan dengan uang. Inilah yang membuat dunia menjadi tidak adil. Kata saya. 

Mengapa ? tanyanya. Ada kesan dia kurang memahami soal kata kata saya itu.  Menurut saya ,agama saya mengajakan banyak hal tentang kesederhanaan diatas tumpukan harta dunia. Kesederhanaan ini tak lain agar kami semakin dekat dengan orang miskin dan merasakan penderitaan mereka untuk berkorban membantu mereka. Banyak sekali dalam Al Quran berbicara soal membantu orang yang lemah ini. Dia tersenyum sambil berkata , ya  suatu ajaran yang agung ,  yang oleh mereka yang berkuasa di Timur Tengah ditenggelamkan dengan kebisingan benda-benda impor dan dengan suara angker pemuka agama yang hanya mengukuhkan kebekuan pikiran dan kekuasaan oligarki. Menurutnya kata kata saya itu akan antusias didengar oleh orang  miskin di sekitar jazirah Arab , Indonesia, juga tidak jauh berbeda dari apa yang dirasakan orang Kristen miskin di benua Amerika. Benarlah, uang adalah sumber ketidak adilan, ketika keikhlasan hilang maka manusia menjadi budak. Katanya. 

Dua minggu lalu saya sempat membaca berita lewat media internet. Dua orang bocah berasal dari Pariaman Sumetara Barat, terpaksa makan tanah karena orang tuanya tak mampu memberi makan. Mereka keluarga miskin dan kedua anaknya mengalami penyakit buruk gizi. Tak jauh dari Pariaman, ada ratusan ribu ladang Sawit yang membuat ribuan orang kaya hidup mewah di Jakarta, makan malam berkelas di Orchard Singapore dan memberikan hadiah bagi selirnya jam tangan berlapir emas dan bertaburkan berlian seharga ratusan ribu dollar. Benarlah, bahwa kemiskinan adalah ketidak adilan yang dipertontonkan dihadapan siapapun. Rumah mewah, tempat hiburan mewah, mobil impor mewah dan lain sebagainya kemewahan bersanding dengan kemiskinan. Hebatnya jarak itu semakin hari semakin timpang. Bayangkanlah makan direstoran Jepang di Indonesia sama dengan gaji dua bulan pekerja kelas bawah atau sama dengan gaji kelah menengah di Indonesia dan  lima kali dari gaji buruh tani… 

Kemiskinan, dan terutama ketidakadilan yang mencekik dalam konteks kemiskinan itu, memang persoalan yang bagi Dunia Ketiga merundung siapa saja yang peka dan prihatin. Dan bagi sebagian para pegiat dakwah tegaknya syariah islam, keadaan itu menorehkan rasa pedih yang lebih, karena sementara umat mereka tertindas, Masjid dan mushollah mereka tegakkan namun ketidak adilan tidak pernah kunjung tegak. Mereka memprotes, mereka ingin menegaskan lagi bahwa Allah dekat kepada mereka yang miskin dan mengecam yang kaya  yang tak peduli, dan mereka pun mengerahkan dalil agama  untuk memihak kepada yang dianiaya secara lebih tegas. Komunitas islam Indonesia yang sebagian besar adalah lautan buruh tani dan nelayan, harus tampil memimpin perubahan untuk tegaknya keadilan. Nah, kalau begitu harus ada upaya transformasi dari kehidupan beragama sehari-hari menjadi suatu kesadaran baru untuk perlawanan. Katanya.

Teman saya itu mengatakan seakan mengamini bahwa inti persoalannya adalah  kemiskinan, atau lebih tepat lagi ketidakadilan. Dan seperti terlihat dalam sejarah dan ekspresi agama manapun, inti itu tak bisa dilepaskan dari soal iman. Saya tegaskan bahwa dalam Islam adalah bagaimana kita berpegang kepada harapan tentang sebuah sumber AL Quran dan hadith untuk menterjemahkah hakikat adil itu sendiri. Saya teringat Firman Allah dari Surat Abasa (Al Quran 80:42) yang sampai menegur Rasul karena asyik mencerahkan para orang pintar dan sempat mengabaikan ( bermuka masam) orang buta yang miskin yang lapar pengetahuan untuk sebuah pencerahan. Mengabaikan  mereka yang miskin untuk bertanya saja Allah marah apalagi mengabaikan mereka dari keadilan, dan rasa lapar...

Monday, June 18, 2012

Budaya empati


Pada waktu di Zhuhai saya ngobrol ngalur ngidul dengan teman warga negara Canada. Bersama kami juga ada teman dari China. Melihat kemajuan china yang begitu pesat dan upaya kerja keras pemerintah mengatasi dampak krisis, teman dari Canada sempat melontarkan pertanyaan, mengapa rakyat china dengan populasi terbesar didunia mau saja dikelola oleh segelintir orang? . Tidak ada system demokrasi. Kepemimpinan ditentukan oleh elite politik Partai komunis. Anehnya kekuasaan dengan model seperti ini tetap bisa eksis ditengah upaya kampanye demokrasi diseluruh dunia. Mengapa ? Teman saya orang china tersenyum mendapatkan pertanyaan itu. Menurut dia , itu pertanyaan yang wajar. Apalagi dikaitkan dengan standard norma dan pengetahuan yang orang asing pelajari. Di china, rakyat kebanyakan tidak terbiasa memikirkan masalah ruwet. Mereka percaya bahwa kehidupan ini hanya sebatas dinding rumah dan gang kampung mereka. Selebihnya bukan urusan mereka. Ini sudah budaya. Tidak mudah merubahnya.

Teman dari Canada mengatakan bahwa kekuasaan yang terlalu besar akan cenderung membuat orang korup. Seharusnya ada niat dari para orang terdidik di china untuk melakukan koreksi terhadap kebijakan pemerintah seperti cara cara demokrasi dengan memicu adanya polemik, debat,  dll sebagainya. Ini human being bahwa kita peduli dengan  nasip orang lain dan berempati dengan mereka untuk berbuat sesuatu agar kebenaran, kebaikan , keadilan dapat dirasakan oleh semua. Ketahuilah, teman orang Canada ini mencoba mencerahkan. Siapapun yang hidup dalam system demokrasi punya waktu untuk berbicara  dan memikirkan nasip orang banyak. Makanya LSM tumbuh bagaikan jamur. Para pegiat LSM sibuk mengagalang opini apa yang terbaik yang harus pemerintah lakukan. Dan media massa sebagai mitra yang solid untuk memaksa pemerintah mendengar. Dengan itu semua, check and balance terjadi. Teman dari China menanggapi dengan tersenyum.

Menurutnya, bahwa Orang china percaya dengan siapa saja yang mau memimpin mereka . Mereka tidak peduli soal sistem pemerintahan mau seperti apa. Dikekang atau dibebaskan , bagi rakyat china bukan masalah asalkan mereka diberi kanal untuk mendapatkan makan dan tempat tinggal, kesehatan, pendidikan. Itu saja. Bila terjadi interaksi antar individu atau kelompok, itu bukanlah  LSM yang lebih banyak bicara sedikit berbuat. Mereka bertemu dan orientasinya adalah ; bagaimana meningkatkan produksi, bagaimana menghasilkan barang yang bagus , bagaimana mendapatkan mitra yang kuat, bagaimana mendapatkan pekerjaan, bagaimana meningkatkan penjualan, dan lain sebagainya. Pemerintah sebisanya mendukung semua itu agar berjalan diatas budaya china. Karenanya , kalau mereka punya masalah maka itu adalah tanggung jawab mereka sendiri. Mereka tidak suka berkeluh kesah , menyalahkan  siapapun termasuk pada pemerintah. Itu sebabnya, mereka tidak punya waktu untuk berdebat soal sesuatu yang bukan urusan mereka, apalagi bicara soal politik yang jauh dari dapur mereka.

Tapi, dimana sikap empati rakyat china bila melihat ketidak adilan bagi mereka yang tidak mampu berbuat. Bukankah ini bagian dari akibat keberadaan system yang di create oleh Pemerintah.  Tanya saya. Teman ini menjawab bahwa empati mereka kepada orang terdekat mereka, seperti anak, istri, orang tua, tetangga, teman. Hanya sebatas itu empati mereka. Untuk itu mereka punya budaya yang sangat luar biasa , yang menjadikan empati bukan hanya soal perasaan tapi tindakan untuk berkorban. Bila tetangganya punya masalah mereka akan membantu, tapi tidak dalam bentuk uang tapi kemitraan untuk berproduksi atau berkarya. Bila temannya punya masalah maka mereka akan bergotong royong membantu temannya, tapi tetap tidak dalam bentuk uang melainkan dalam bentuk natura. Ingat di china , ketika orang memberi , si penerima akan menjawab se se ( terimakasih). tapi sipemberi akan menjawab fu young se ( tidak perlu terimakasih). Artinya, ketika memberi maka orang yang menerima punya kewajiban untuk menebarkan kepada yang lain, bukan kepada si pemberi. 

Teman saya orang Canada terpesona dengan uraian singkat teman saya orang china itu. Dia mengatakan ,kalau begitu secara budaya sebetulnya setiap orang china adalah agent pembaru bagi lingkungan terdekatnya dan ini  meluas secara nasional. Itulah sebabnya mengapa pemerintah China dapat dengan mudah mengelola populasi besar ini. Para elite politik china  paham budaya bangsanya dan mengelola budaya itu untuk membangun peradaban. Budaya ini dijadikan platform oleh Deng ketika membuka china dari dunia luar. Kekuatan kapitalis dikelola dengan smart lewat budaya china. Negara mengawal keberadaan budaya , dengan menjaga keseimbangan produksi ( capitalism ) dan distribusi barang, modal dan pasar yang adil sesuai dengan azas gotong royong ala sosialis namun betumpu kepada kekuatan komunitas ( komunis ), bukan golongan atau kelompok…

Tuesday, June 12, 2012

Al Quran



Dulu semasa Rasul masih hidup, kebudayaan besar bangsa telah ada lebih dulu. Romawi dan Parsi berada di sekeliling semenanjung Arab, baik di utara maupun di selatan. Ditambah lagi agama Yahudi dan Nasrani yang telah ada di tengah-tengah semenanjung itu sejak berapa lama. Berbagai ilmu pengetahuan dari kebudayaan tersebut berkembang pesat.  Pada saat itu peradaban Yunani (Greek), ilmu mantiknya, falsafah dan keseniannya telah dikenal luas. Begitu juga peradaban Parsi, keseniannya, sajaknya, syair dan dongengnya, kepercayaan dan sistem perundangannya, serta peradaban lain.  DIsamping itu kebudayaan China dan India juga telah exist. Harap dimaklum sebagian besar pengetahuan tersebut sampai kini masih dipelajari. Umumnya komunitas Arab ketika itu adalah pedagang yang sering keluar negeri. Dari interaksi dengan komunitas luar itu tentu  ikut pula mempengaruhi prilaku banga Arab. Ditengah situasi seperti inilah Rasul harus berjuang merubah prilaku mereka menjadi sesuai dengan tuntunan Allah. Jadi bukanlah hal yang mudah. Apalagi Rasul dikenal sebagai anak yatim piatu dan buta hurup.

Project social yang dibangun oleh Rasul lewat perbaikan Akhlak bangsa Arab yang ada di Madinah dan Makkah memang tidak berjalan dengan mulus karena lewat budaya yang sudah exist telah terbentuk road block yang tak mudah ditembus. Lantas bagaimana sampai bisa merubah road block yang sudah ada tersebut?  Dalam istilah marketing sekarang dikenal apa yang disebut dengan istilah Positioning. Rasul focus dengan apa yang disampaikan oleh Allah. Rasul tidak perduli orang mendebat dengan segala macam cara termasuk menggunakan tesis pengetahuan seperti paham nasrani dan yahudi. TIdak peduli bila orang pintar yang ada di Makkah mencoba mendebatnya dengan pengetahuan berasal dari Persia dan Yunani. Menurut cerita pernah Umar bin Al-Khattab R.A, memegang sehelai kitab Taurat. Melihat keadaan ini beliau pun bersabda: “Demi Allah sekiranya Nabi Musa masih hidup bersama-sama kamu sekarang ini, tidak halal baginya melainkan mesti mengikut ajaranku. Beliau tetap pada pendiriannya walau dianggap oleh sebagian orang ketika itu bahwa beliau tukang sihir dan pembohong.

Berjalannya waktu, sikap konsistensi terhadap positioning apa yang diajarkan oleh Allah itu membuahkan hasil. Orang percaya atas kebenaran yang disampaikan beliau bukan hanya karena apa yang dikatakannya tapi lebih daripada itu adalah akhlak mulia yang diteladankan beliau memang menentramkan bagi siapa saja. Rasul berkata jangan ada lagi perbudakan, sayangi hamba sahaya kalian, dan rasul membebaskan Bilal sebagai hamba sahaya dan menjadikannya bagian dari keluarganya. Rasul berkata sayangi keluarga kalian dan rasul menjaga kehormatan Istrinya dengan cara pergaulan yang santun penuh kasih sayang. Jangan menipu, dan rasul membuktikan itu dalam berdagang yang dikenal sebagai orang yang jujur ( al Amin ).  Bersikap sabarlah kalian dan Rasul membuktikan itu terhadap segala cobaan yang datang. Bersikap santunlah kalian, dan Rasul membuktikannya kepada lawan maupun kawan dan segala prilaku rasul adalah dakwah yang menjadi inspirasi orang untuk belajar dan mengikutinya. Allah sebagai creator  Rasul dan memastikan keagungan pribadi Rasul sebagai  messenger ( QS 33:21 dan QS.68:4)

Itulah yang membuat langkah kecil di kota Makkah, sepatah kata tentang Allah akhirnya meluas menjadi sebuah inspirasi untuk terbangunnya  satu komunitas baru yang sangat berbeda dengan komunitas yang sudah exist. Lewat project social politik di Madinnah yang  kamunitasnya hidup dalam kasih sayang, penuh tolerant, musyawarah, hormat menghormati dalam semangat gotong royong senasip sepenanggungan menimbulkan inspirasi bagi banyak orang , bahkan sampai keluar negeri. Karena berita kehebatan Komunitas itu disebarkan oleh para pedagang yang berkunjung ke Madinnah.Itu sebabnya China di zaman DInasti Tang meminta agar Madinah mengirim guru untuk memperkenalkan Islam di China. Rasul menyanggupinya dengan mengirim sahabatnya ke China. Dan ketika Zaman Khalifah Utsman bin Affan, Kaisar mengirim  pelajarnya datang ke Madinah untuk belajar tentang Islam dan setelah itu , Islam diperkenalkan luas di China , khususnya wilayah barat China. Ini sebagai fakta bahwa perluasan ajaran Islam lebih disebabkan oleh keagungan akhlak komunitas pertama Islam yang langsung dibawah binaan Rasul dan Allah.

Apakah yang membedakan antara generasi semasa Rasul masih hidup dengan umat yang hidup di era kita sekarang ? Yang pasti generasi semasa Rasul mendapatkan pembelajaran tentang kehidupan ini langsung dari Allah. Semasa Rasul , AL Quran belum dbukukan dan disusun secara teratur.   Ketika mereka bertanya kepada Rasul tentang sesuatu hal, dan Rasul tidak bisa menjawabnya karena belum ada petunjuk dari Allah , maka Allah akan memberitahu jawabannya. Singkatnya dialogh pembelajaran terjadi secara intensip antara Rasul dan Umatnya dengan Allah sebagai pendidik langsung. Rasul berhasil menjadikan generasi pertama Islam itu yang berjiwa dan berakhlak Al Quran. Mereka komunitas kecil namun cahayanya memancar keseluruh dunia dan menjadikan Islam sebagai jalan hidup bagi seluruh umat manusia. Generasi itu telah lewat dengan sejarah yang penuh inspirasi untuk kita tiru. Memang mereka hebat dari segi apapun namun bukan berarti kita tidak bisa menirunya. Konsep Neoro Linguistic Programming ( penyusunan bahasa syaraf ) menjelaskan bahwa setiap manusia mempunyai susunan syaraf yang sama. Artinya segala sesuatu yang orang lain dapat lakukan , kita juga bisa melakukannya. Jejak langkah yang patut kita tiru itu kini dapat kita pelajari melalui kitab Mulia dan Hadith.

Semua firman Allah telah dibukukan dalam bentuk AL Quran dan Sunnah rasul juga sudah dibukukan. Keduanya ada ditangan kita. Hanya diri Rasulullah SAW saja yang tidak lagi bersama kita sekarang. Inikah rahasia perbedaan antara generasi sahabat dengan generasi kita saat ini? Allah SWT telah memberikan jaminan untuk memelihara Al-Quran, dan telah mengetahui bahwa dakwah ini harus terus tegak selepas zaman Rasulullah SAW. Setelah membuahkan hasil yang baik; lalu diwafatkan-Nya Rasulullah SAW setelah 23 tahun beliau menjalankan tugas dakwah dan menyampaikan tugas kenabian. Allah SWT akan tetap memelihara agamaNya ini hingga ke hari kiamat. Dengan demikian, maka ketiadaan diri Rasulullah SAW itu tidak boleh dijadikan jawaban atas kegagalan dakwah di zaman ini. Yang harus kita lakukan kini adalah meniru cara Rasul dimana focus pada positioning yaitu Al Quran. Jangan melihat selain Al Quran. Jangan jadikan pegangang bersikap dan berbuat selain Al Quran. Apalagi berkiblat kepada sekularisme yang serba pragmatis. Semua prilaku kita harus berdasarkan AL Quran. Nilai nilai AL Quran harus  hidup dalam kehidupan sosial politik, ekonomi dan budaya.  Hanya dengan cara itu kita akan besar sebesar generasi pertama Islam dan menjadi cahaya untuk lahirnya komunitas yang dirahmati Allah.

Friday, June 08, 2012

China dan budaya..

Kemarin ketika sedang makan malam, teman menelphone saya bahwa tasnya hilang dalam perjalanan dari Stasiun Louhu ke hotel. Teman ini punya dua tas. Satu tas besar yang berisi pakaian dan satu lagi tas kecil yang berisi computer berserta dokumen penting. Yang hilang itu adalah tas kecil namun sangat pital bagi dia yang pengusaha. Dia tidak tahu pasti dimana tas itu hilang. Karena dia baru menyadari tas itu hilang ketika sampai di hotel. Mungkin karena selama dalam perjalanan dari station Louhu ke hotel didalam MTR, dia sibuk menerima telephone dari temannya di Malaysia sehingga dia tidak perhatikan barang yang dibawanya. Apalagi ketika itu, menurutnya, orang ramai sekali didalam MTR. Teman ini harus mendapatkan surat keterangan dari polisi bahwa tas yang berisi dokumen itu hilang sehingga dia punya alasan untuk mendapatkan ganti dokumen yang baru dari pemerintah. Yang jadi masalah adalah dia tidak bisa bahasa china, begitupula petugas polisi tidak bisa bahasa inggeris. Itulah sebabnya dia menelphone saya.

Bersama teman orang china , saya datang kekantor polisi membantu teman ini untuk mendapatkan surat keterangan. Pihak polisi lebih focus terhadap barang yang hilang. Mereka menanyakan secara detail route yang ditempuhnya. Karena didalam MTR ada Circuit Televisi disetiap sudut. Sehingga tidak sulit bagi polisi untuk melacak barang itu. Namun teman ini tidak tahu pasti dimana barangnya hilang. Untunglah dia naik MTR menggunakan kartu digital ( bukan coin sekali jalan ). Sehingga tidak sulit bagi polisi untuk melacak route nya.  Setelah diketahui route nya, dengan cepat rekaman CCTV dibuka. Benarlah dapat dilihat dengan pasti dimana barang itu hilang. Pihak polisi melihat barang itu ditemukan oleh perempuan dan menyerahkannya kekantor polisi terdekat. Polisi langsung menghubungi kantor polisi stasiun pusat dan mendapat kabar bahwa barang itu ada ditangan polisi jaga. Nampak teman itu terasa lega dan senang karena barangnya aman.

Kamipun bersegera pergi ke stasiun pusat untuk mengambil barang. Teman ini berkeyakinan bahwa komungkinan besar computer hilang kecuali dokumen. Karena begitulah keyakinannya bila terjadi di Indonesia. Dia ikhlas. Dia hanya berharap pada dokumen penting itu saja. Namun ketika sampai di kantor polisi, dengan ramah polisi menyerahkan tasnya dan polisi minta agar dia memeriksa kelengkapan isi tasnya.  Semua yang ada didalam tasnya utuh. Tidak ada satupun yang hilang. Setelah mengisi formulir, polisi mempersilahkan kami pergi dan tersenyum. Luar biasa. Berkat system yang canggih teman ini selamat dari kehilangan barang berharga. Namun yang lebih menarik lagi kata teman saya orang china bahwa di china orang percaya dengan nasehat orang tua bahwa mengambil barang tergeletak yang bukan miliknya akan mengakibatkan sial selama 7 tahun. Itulah yang membuat mereka takut mengambil barang yang bukan miliknya.

Saya teringat pengalaman dua tahun lalu. Tas tangan saya ketinggalan di hotel. Padahal saya sudah check out dan itu sudah berlangsung lebih dari 5 jam sejak perjalanan dari Beijing ke Hong Kong. Didalam tas itu ada uang sebesar USD 2000 dan dokumen. Bersegera saya menelphone ke Beijing di hotel tempat saya tadi menginap. Pihak Hotel menjawab dengan ramah bahwa tas saya ditemukan oleh petugas pembersih kamar.  Pihak hotel mengizinkan saya untuk mengambil sendiri tas itu atau saya bisa menyuruh orang lain mengambilnya dengan menyebutkan nama dan alamatnya. Saya minta tolong kepada teman di Beijing untuk mengambil. Menurut teman saya, semua isi tas tangan itu utuh tanpa ada satu lembarpun uang yang hilang. Jadi benar kata teman saya orang korea bahwa di China, apapun barang yang ada tergeletak dikamar hotel, tidak akan pernah hilang. Tidak perlu safety box untuk menjaga barang berharga akan hilang.

Di China adalah lebih 1 miliar penduduk. Mereka bisa tertip dibawah system komondo tunggal, yaitu partai komunis. Pembangunan berlangsung efektif dan cepat.  Kalau dihitung kader partai komunis mungkin jumlah hampir tidak ada artinya dibandingkan dengan jumlah penduduk. Tapi mengapa rakyat patuh dan mau dikelola dengan tertip? Tanyata jawabanya ada pada budaya orang china. Budaya itulah yang dijadikan instrument oleh penguasa untuk membuat rakyat berbaris dengan tertip menuju arah masa depan. Salah satu budaya,itu adalah jangan mengambil barang orang lain, jangan mengabil hak orang lain dengan cara apapun. Ini menjadi keyakinan yang selalu dihidupkan kepada semua orang ,termasuk kepada penguasa.  Hasilnya , semua orang harus bekerja keras, jujur,  untuk mendapatkan barang / harta.

Sunday, June 03, 2012

Peradaban Islami


Komunitas yang tidak teratur dan banyak dosa hanyalah komunitas yang amoral atau komunitas yang jauh dari niat untuk berbuat baik. Demikian kata teman saya ketika wabah korupsi dan maksiat terjadi dimana mana. Karena seharusnya , menurut dia bahwa  komunitas ideal adalah yang memiliki moral berkualitas malaikat bahkan lebih dari itu sebagaimana firman Allah “ sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik baiknya “ ( QS. At –Tin (95):4 ). Camkanlah ayat itu.? Tegas teman itu. Manusia adalah mahkluk yang berbentuk paling indah, baik secara material maupun spiritual. Manusia diberi tugas sangat agung sebagai pemimpin dimuka bumi ( khalifah ) oleh Alah karena bumi, gunung, langit takut mengemban tugas tersebut. Inilah takdir manusia. Namun kesempurnaan kita sebagai manusia tidak secara otomatis. Ia terbungkus dengan rapat dan tugas kita membukanya lewat proses sunatullah.

Kehadiran manusia dibumi dapat dianggap sedang menempuh perjalanan untuk menjadi makhluk yang sempurna. Ini terus berproses selama manusia  terus mengembangkan karunia yang menghiasnya  dan hidup sesuai dengan inspirasi Tuhan. Itulah sebabnya manusia itu tidak bisa hidup sendiri. Manusia adalah makhluk social yang butuh organisasi yang teratur dengan pemimpin yang berkualitas baik.  Dengan begitu maka akan lahirlah komunitas yang indah. Keindahan itu membuat Allah bangga akan ciptaanya sebagaimana bangganya ALllah ketika Adam diciptakan dan meminta kepada semua hakhluk sujud kepadanya. Demikian kata teman saya sambil tersenyum. Tolong gambarkan kepada saya bagaimana sebetulnya komunitas yang indah itu? Tanya saya. Teman ini terdiam sebentar yang nampaknya berpikir untuk memulai. 

Ya, lanjutnya, komunitas itu sangat paham misteri misteri seperti apa itu arti hidup, alasan keberadaan dan tanggung jawab sebagai manusia yang selalu takut akan dosa, senang berbuat baik dan saleh.  Punya sifat empati dan kehalusan hati yang terpancar sebagai sebuah cahaya yang bersumber dari kebijaksanaan Tuhan. Karena itu memungkinkan mereka  dapat melihat apa yang tersembunyi dibalik tirai.   Mereka  akan jauh dari sifat sombong. Mereka bukan peniru Firaun yang doyan kekuasaan akhirnya mati terbenam bersama kesombongannya dilaut. Mereka juga bukan pengikut Hamman yang bangga dengan pengetahuannya, mati tersambar petir. Mereka  bukan pula pengikut Qarun yang kemaruk harta , tenggelam ditelan bumi. Mereka bukan seperti Samiri yang membesarkan eksistensi diri , akirnya hilang ditelan masa. Mereka adalah komunitas rendah hati namun tidak merendahkan diri dihadapan manusia kecuali dihadapan Allah.

Mereka  sadar bahwa mereka akan terus menerus diuji dan dibersihkan oleh Allah, sehingga mereka  dapat mencapai kebahagiaan hakiki. Meskipun menghadapi bencana dahsyat dan jatuh kedalam  pusaran air yag paling mengerikan, bahkan disaat saat paling tak berdaya, dan menyedihkan, mereka  mendengar bisikan” janganlah kamu merasa sedih ; dan bergembiralah kamu dengan ( memperoleh ) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.(QS. Fussilat (41): 30). Mereka sujud dan ruku dengan rasa syukur ,apapun yang terjadi didunia ini. Nikmat Allah menerangi jiwa mereka untuk sabar dan ikhlas. Mereka bergerak teratur sebagai sebuah barisan. Kiblat mereka satu. Cita cita mereka satu. Karena aqidah mereka satu yaitu AL Quran. Teladan mereka satu, yatiu Hadith. Kesatuan mereka bukan karena dunia tapi karena akhirat. Didunia mereka melangkah namun akhirat tujuannya.

Mereka  mencoba agar selalu bersih dari dosa karena mereka telah merancang jalan hidupnya sesuai dengan hukum Allah. Mereka berjihad setiap waktu melawan egonya sendiri. Mereka pekerja keras dan tak suka wasting time for nothing.  Mereka gunakan harta, ilmu dan pengatahuanya untuk memberi dan melayani. Menjauh dari kelakuan berhura hura mabuk dunia yang bergaya hidup hedonism. Mereka mencintai kebebasan namun menerima batasan yang ditetapkan oleh Al Quran dan Hadith. Mereka selalu mencari cari kebaikan sahabatnya dan berusaha pula menutupi keburukan sambil menasehatinya dengan kerendahan hati.  Hati mereka adalah taman yang cerah dan berwarna warni yang terbuka untuk dikunjungi oleh siapapun. Membuat yang berbeda dengan mereka merasa tentram karena mereka menghindari pertengkaran dan kekerasan. Mereka berdamai dengan diri mereka sendiri demi cinta bagi semua. Mereka tampil berani digaris depan untuk tegaknya keadilan, kebaikan dan kebenaran.

Demikian teman ini memberikan gambaran. Namun simpulnya,  dinegeri kita hal tersebut masih jauh api dari panggang.  Karena kita belum bisa membalas kesalahan dengan kebaikan. Kita menghadapi kekerasan dengan kekerasan dan kebencian dengan kebencian. Membalas fitnah dengan fitnah. Suka membuka aib orang lain. Kita bangga dengan kebebasan berpikir dan menyebut diri rasional namun itu tak bersumber dari AL Quran dan hadith. Jadi kita menodai perjuangan kita dijalan Allah dan kalah, meskipun kita berusaha. Kita keluar dari lingkaran cahaya dan sinar keagungan Al Quran akibat akhlak rendah dan ini semakin membuat gelap jalan mencapai kesempurnaan sebagai manusia , dan komunitas yang dirahmati Allah semakin memudar. Kita masih punya harapan, asalkan para pemimpin sadar untuk kembali kepada keagungan Al Quran dan Hadith untuk melahirkan kebijakan dan inspirasi Tuhan. Semua kembali kepada kita sebagai individu untuk berubah , untuk harapan kini dan besok..

Cerdas berlogika dan bersikap.

Mengapa kegiatan ekonomi itu terbelah.Ada yang formal dan ada yang informal. Ada yang kaya dan ada yang miskin. Ada yang melimpah sumber day...