Saturday, April 17, 2021

Wahyu dan Zaman

 




Wahyu yang selama ini dikenal dan dipahami oleh umat Islam berbeda dengan fakta dan klaim sejarah. Karena wahyu yang absolute hanya saat wahyu berada dalam lauhul mahfudz, dan inilah yang kemudian ia sebut dengan term ummu al-kitab. Sedangkan saat wahyu verbal bertransformasi menjadi mushaf maka sisi dan dimensi wahyu telah berubah, dan faktor pengubahnya adalah tindakan, respon dan interaksi manusia terhadap wahyu. Sehingga nilai kebenaran wahyu tidak lagi terjaga, dan bisa dikatakan bahwa nilai ke- otentikan wahyu telah berubah karena berada dalam ruang lingkup sejarah dan sosial antropologi manusia. 


Apa mau dikata. Al-Quran sebagaimana kitab suci lainya, memang ilham agung. Tapi Al Quran adalah kalâm al-âti yang masuk menjelma kalâm al-lafz, dan akhirnya “turun” ke dunia bahasa di muka bumi. Bahasa memang mudah multikeliru. Yang bisa membuat orang berjarak walau duduk bersedekat. Misal percakapan antara Udin dan Sukri tak akan melebur Sukri ke dalam Udin, dan begitu juga sebaliknya. Ia dimaknai tergantung suasana hati dan persepsi yang sudah terbentuk. Mau gimana lagi. ?


Manusia berubah karena zaman. Rangkaian transformasi terjadi begitu saja. selalu bertemu dengan reduksi arti atau distorsi makna. Misal, bila bahasa itu, sebagai bagian dari kebudayaan, mengunggulkan laki-laki di atas perempuan, pesan yang disampaikan tetap menyiratkan keunggulan pria diatas perempuan. Wanita menentang poligami dosa besar. Menghindari zina, pria boleh punya istri empat. Padahal definisi zina tidak ada dalam AL Quran. Definisi itu berasal dari para ulama yang kemudian dikodifikasikan dalam fiqh atau tradisi hukum Islam.  Pesan dalam Al-Quran hanya tentang larangan berzina. 


Muhammad Syahrur. Ia Profesor Teknik Sipil Emeritus di Universitas Damaskus yang banyak menulis tentang Islam. Dia insinyur jebolan Universitas Dublin dan Moskow yang menghasilkan buku tentang Islam dan kemanusiaan. Dia menafsirkan Al Quran dengan metode  hermeneutika hukum dari aspek filologi dengan prinsip antisinonimitas. Metode itu menggambarkan bahwa setiap istilah di dalam Al Quran punya makna yang tidak identik. Dari sini dia bisa menemukan definisi zina. Apa itu ?


Yaitu hubungan intim disebut zina bila dipertontonkan ke publik. Bila hubungan intim dilakukan di ruang privat, berlandaskan suka sama suka, keduanya sudah dewasa, tidak ada penipuan, dan niatnya tulus maka tidak bisa disebut zina. Maka hubungan intim tersebut halal. Walau tafsir Muhammad syahrur dengan metode sains yang rumit, namun di Indonesia itu tidak diakui sebagai sebuah tafsir.  Pengakuan atau tidak, Tafsir akan terus bertransformasi. Mengapa?


Yang paling mengerti arti sebuah teks Al-Quran tentu hanya Allah. Namun tak seorang pun bisa meminta penjelasan langsung kepada Allah. Nabi sebagai saksi dan messenger udah lama tiada. Kini para ulama hebat selalu mengakhiri tafsirnya dengan kalimat Wallahu Alam Bissawab. “ Hanya Allah yang tahu. Kami sih hanya menduga benar. Jadi dimungkinkan untuk ditulis dan dibaca lebih dari satu macam makna. Ya biarkan sajalah. Yang penting jangan bertengkar karena perbedaan. Karena apapun itu, kebenaran itu sendiri engga pasti. Sementara bertengkar itu pasti dosa dan buruk laku.


Friday, April 09, 2021

Magic Word

 




Waktu saya pergi merantau. Setiap bulan pasti surat ibu saya datang. Walau saya tidak kuliah. Pekerjaan tidak tetap. Tetapi tidak pernah ibu saya berkata” Kamu bego sih.” atau “ udahlah terima aja nasip. Kamukan disleksia. “ atau “ kamu sih nakal dan tidak bisa bergaul.” Kalau salah satu kalimat itu ibu saya katakan. Saya yakin saya akan gagal di rantau dan pulang kampung sampai menua dalam kekalahan. Tetapi ibu saya selalu memberikan semangat “ Kamu anak kebanggaan Amak. Jeli paling pinter matetimatika dibandingkan adik adik. Jeli harapan amak yang selalu amak doakan siang malam. Dan selalu ditutup dengan kalimat, jangan lupa sholat.


Banyak orang berubah bukan karena peristiwa tetapi karena magic world. Kadang hanya kalimat sederhana tetapi disampaikan pada moment yang tepat, itu bisa mengubah segala galanya. Waktu saya bangkrut. Saya merasa tak berguna. Dalam kebingungan di halte bus. Saya bertemu dengan teman lama. Dia berhentikan kendaraanya disamping saya. Dia ajak saya pergi makan siang. Saat itu dia berkata kepada saya.


 “ Jangan pernah kamu berharap orang akan kasihan dengan hidup kamu. Jadi jangan pernah mengeluh. Focus perbaiki sajalah hidup kamu. Pada akhirnya kamu sendirilah yang menentukan nasip kamu.” 


Kalimat sederhana dan terkesan ketus. Namun sangat dalam maknanya bagi saya.  Saat itu juga mindset perasa dan tergantung  sebelumnya kepada orang lain bisa saya kubur. Benarlah. Ketika saya bisa bangkit. Saya merasa  lebih bebas dan merdeka. Karena saya tidak merasa berhutang kepada siapapun. Kreatifitas lebih tinggi dan semangat lebih besar, keberanian engga ada batasnya. Saya bisa bersaing dengan siapapun. 


Pada puncaknya saya tidak lagi merasa kawatir. Engga perlu mikir orang suka atau tidak suka kepada saya. Tidak lagi mikir soal penampilan agar terhormat. Mengapa? rasa kawatir itu karena anda tergantung dan berharap penuh kepada orang lain dan lupa berserah diri kepada Tuhan dalam jiwa tak tergantung kepada manusia. Sehingga anda juga lupa meliat kedalam. Selalu meliat keluar. Artinya secara spiritual anda berjalan ditempat gelap. Pasti tersesat.


Saya pernah tugaskan Yuni untuk bangun industri kliker di Vietnam. Di tengah jalan saya hentikan dukungan. Cutloss. Semua biaya operasional saya hentikan. Saya mau liat sejauh mana dia bisa mandiri tanpa saya.  Saya juga tidak pernah kontak dia. Saya tutup komunikasi. Namun diam diam saya pantau. Apa yang terjadi dua tahun kemudian? Dia berhasil membangun pabrik itu dengan skema yang luar biasa bagusnya. Saat berhasil dia serahkan kepada saya untuk diakuisisi. Tanpa ada pikiran untuk menguasai. Saat itu juga saya tahu kesetiaannya. 

“ Kalau semua mudah, semua orang tentu ingin jadi pengusaha. Engga ada lagi yang mau jadi pegawai. Kelau kepercayaan itu mudah, sudah banyak investor  bangkrut. “ Kata Yuni yang dia ingat sebagai kata kata yang keluar dari mulut saya. Ternyata kata kata itu jadi magic word bagi dia untuk berubah menjadi pengusaha profesional yang tangguh dan percaya diri tinggi. Sehingga dia qualified sebagai sehabat dan sekaligus mitra.


Tuesday, April 06, 2021

Kapitalime agama.

 






Samad kecewa dengan kehidupan yang penuh dengan kemaksiatan. Dia bertekad menjauh dari hiruk pikuk kehidupan dunia transaksional serba kapitalis. Kehidupan penuh korup. Politisi yang hipokrit. Dia ingin mencari Tuhan.  Lewat tafakur dalam kesunyian. Pergilah dia ke sebuah desa yang jauh dari kota. Pagi hari dia masih mendengar burung berkicau. Embun yang menetes jatuh dari dedaunan. Hamparan hijau yang membuat hati dan pikirannya tenang. Ah ternyata untuk bahagia itu tidak perlu mewah. Tuhan memberikan mata dan hati. Alam menterjemahkannya untuk kebahagiaan manusia.


Untuk hidupnya, dia beternak ayam. Tetangga jauh datang. Mereka memberinya seorang pembantu wanita. Wanita muda yang tak cantik rupawan. Bibir sumbing. Sepertinya keluarga wanita itu hanya ingin melepas beban dari putrinya yang cacat dan tidak ditengok pria. Samad senang. Apalagi keluarga perempuan itu menghadiahinya sepasan kambing. Kebaikan dan kemudahan selalu datang dari ketulusan dan iman. Itulah yang tidak ada dalam dunia kapitalis. Pikir Samad.


Berjalanya waktu, ternak kambing semakin banyak. Wanita itu sangat telaten menjaga kambing kambing itu. Samad hanya asik dengan dunia tafakurnya. Tapi saat itu juga Samad jatuh cinta kepada wanita itu. Mereka menikah. Keluarga wanita itu senang. Peternakan semakin maju. Samad jadi orang kaya. Diapun membeli lahan lebih luas untuk pertenakannya. Istrinya dia bawa ke dokter bedah plastik. Bibir sumbing berubah jadi bibir manis. Buruk rupa berubah menjadi cantik.


Kecantikan istrinya juga mengubah tabiat istrinya. Dia mulai berpikir. Bagaimana mungkin dia bisa hidup bersama pria gaek di kampung bersama kambing kambing bau. Suatu waktu, istrinya pergi ke kota dan tidak kembali lagi. Samad tinggal bersama tiga orang putrinya. Dia juga tidak peduli istrinya pergi. Hartanya banyak. Belakangan di lahannya ditemukan zeolit. Ada investor kota yang ingin mengolahnya. Mengajak Samad kerjasama. Samad menolak. Dia lebih suka menjualnya. Dia tidak perlu berpikir jauh. Usianya tidak muda lagi. 


Kekayaan yang datang mudah. Membuat pride dan kesombongan mudah bangkit. Samad menikah lagi dengan wanita cantik rupawan. Apapun keinginan istrinya dia penuhi. Dia berharap suatu saat istri pertamanya datang dari kota. Melihat kehidupannya lebih bahagia dengan wanita cantik tampa operasi pelastik. Tapi istri pertamanya tidak pernah datang. Ketiga anaknya tumbuh dewasa, juga hidup hanya bersenang senang. Sampai hartanya habis, istri yang baru 5 tahun dinikahinya,  pergi begitu saja ke pria lain. Ketiga anaknya pergi ke kota. Samad seorang diri dalam kemiskinan. Namun dia masih ada rumah.


Samad mulai mencari Tuhan di masjid. Dari sana dia tahu arti berjihad. Namun sebenarnya dia berharap sorga yang too good to be true. Kekalahan di dunia ada pembenaran. Orang beriman dan beramal soleh tidak butuh dunia. Karena sorga jauh lebih baik. Samad menjual rumahnya untuk disumbangkan bagi gerakan jihad. Samad terpaksa tinggal di Masjid. Namun akhirnya orang mengusirnya. Masjid tidak untuk menampung tunaswisma. Tetapi untuk menyembah Tuhan. 


***


Samad kembali ke kota jadi gelandangan. Tua dan miskin. Tak ada lagi orang yang mengajaknya berjihad. Ketiga anaknya yang perempuan jadi pelacur di kota. Demikian Samad termenung di pojokan pasar. Samad berusaha menghindari kapitalisme. Pergi menyepi di sebuah dusun. Itu bukan karena dia benci kapitalisme. Mengutamakan agama. Tetapi kalah bersaing. Ketika kemudahan dan kemakmuran dia dapat. Dia mulai loba karena laba. Istri buruk rupa diubah jadi cantik dengan uangnya. 


Istrinya yang buruk rupa mau bekerja dan menikah dengan Samad. Itu juga karena merasa kalah dengan kapitalisme. Tetapi ketika dia mendapatkan kesempatan, dia loba. Samad pun dia tinggalkan. Ternyata fantasi bersama pria yang dia cintai jauh lebih besar daripada Samad yang berstatus sebagai suami. Dari koran bekas yang ada di emperan toko. Samad membaca berita. Seorang wanita berusaha ingin meledakan gereja. Belum sempat lakukan. Dia tertangkap. Wanita itu tergoda dengan pria, bukan karena harta dan kegantengannya. Tetapi karena magic word.  Wanita itu adalah  mantan istri pertamanya.


Pituah dan narasi agama memang lebih mudah menjerat orang yang kalah akibat kapitalisme. Akan lebih mudah lagi ketika fantasi too good to be true hidup senang tampa kerja itu ditawarkan.  Sorga jadi fantasi yang menggoda untuk jadi teroris. Samad sadar bahwa dia, korban kapitalisme agama. Istrinya korban kapitalisme agama. Tidak ubahnya dengan ketiga putrinya yang juga korban kapitalisme. 

Namun setidaknya ketiga putrinya tidak sebodoh ayah dan ibunya. Karena mereka menjual “ asetnya” dengan uang. Bukan dari fantasi too good to be true sorga. Mereka berani hidup. Ketiga putriya berproses karena berkah kehidupan. Samad sebetulnya takut bersaing karena loba, itu sebabnya dia mudah jadi predator kapitalisme agama. Mantan istrinya, sebetulnya takut hidup makanya dia berani mati. Keduanya tetap saja korban kapitalisme agama. Membuat segelintir orang kaya dari donasi dan narasi. Kemurnian agama? itu omong kosong!


Pria minang...

  Orang tua saya mengingatkan saya, “ Kalau hanya sekedar makan untuk mu dan keluargamu, monyet di hutan juga begitu.” Kata orang tua saya. ...