Saya tahu pasti bahwa pemberi rezeki itu adalah Allah. Penjelasan soal rezeki ini ada didalam Al Quran dan hadith dengan sangat jelas. Sangking jelasnya, tidak diperlukan lagi tafsir luas. Orang awam ilmu agamanya dapat mengetahui bahwa soal Rezeki itu adalah hak Allah yang akan memberinya. Namun dalam berhadapan dengan sunattulah, kita dihadapkan suatu pertanyaan yang kadang sulit mendamaikan antara hati dan akal kita. Seperti kata teman saya ” Ya benar semua rezeki datang dari Tuhan tapi Tuhan tidak pernah mengantarkan makanan ke sangkar burung. Atau Allah tak pernah mengirim uang ke rekening tabungan saya. Kemudian , ada lagi teman berkata , Kalau benar Tuhan itu pemberi rezeki kenapa Allah membiarkan kemiskinan terjadi dimana mana. Bahkan yang miskin itu kebanyakan orang baik dan Soleh sementara yang kaya kebanyakan orang kafir. Lihat tuh china yang tak ber Tuhan dan Amerika yang mayoritas Kristen . Mereka makmur dibandingkan negara kita yang mayoritas Islam. Demikian rekaman pendapatan yang acap saya dengar dari banyak orang.
Kemarin teman memberi saya link untuk membaca satu tulisan dalam blog. Dari sekian uraian itu, saya mendapatkan satu hal yang langsung akal dan hati saya dapat berdamai. Apa itu? Ternyata rezeki itu adalah pemberian. Ya Jelas begitu ayatnya. Tapi pemahaman tentang makna ”pemberian” itulah yang membuat saya tersentak dan akhirnya tercerahkan. Saya analogikan seperti orang memanah. Sebagian orang berkata bahwa yang membuat panah melesat ke sasarannya adalah Busur. Tapi ada juga yang berkata bukan busur, melainkan mata. Faktor lain yang sangat menentukan adalah saat ”H” panah melesat dari busur, posisi tubuh dan angin ketika itu sangat menentukan . Nah , disini satu sasaran tapi tiga versi anggapan tetang penyebab sampainya panah kesasaran. Manakah yang benar? Menurut saya tidak ada yang benar. Karena arah panah dibusur tergantung mata,mata tergantung jiwa. Pertanyaannya adalah siapa yang menguatkan jiwa terhadap sasaran itu ?
Teman saya yang hoby main golf, berkata kepada saya bahwa bila dia sedang banyak pikiran maka permainannya jadi tidak bagus. Pemanah hebat, tak akan berhasil mencapai sasaran bila pikirannya tidak konsentrasi terhadap sasaran. Untuk konsentrasi maka jiwanya harus tenang. Itulah yang menjadi jawaban terhadap fenomena rezeki. Mungkin entah kenapa anda punya pikiran untuk berbuat sesuatu yang orang lain tidak melihatnya itu sebagai peluang mendatangkan rezeki. Anda tergerak untuk berbuat. Untuk lebih sempurna perbuatan itu anda berproses kearah sasaran. Anda belajar tentang hal specifik soal mencapai tujuan itu. Anda bertemu dengna orang orang yang bisa memenuhi tujuan anda. Tak terasa waktu berlalu, pikiran dan phisik anda bergerak secara teratur kearah sasaran. Dan akhirnya anda berhasil mendapatkan sesuatu. Orang mengatakan bahwa ini semua berkat kerja kerasnya makanya dia berhasil. Tapi orang lupa , siapakah yang pertama kali membuat dia bergerak?
Mengapa anda berbulat hati untuk kuliah. Mengapa anda berbulat hati memilih fakultas yang anda inginkan. Mengapa anda bertekun dan bergiat dalam bisnis. Mengapa anda memilih bisnis dagang bukan industri atau bukan jasa. Mengapa anda lebih senang jadi pegawai dibandingkan pedagang. Atau mengapa anda lebi senang menjadi pengusaha dibandingkan jadi pegawai? Mengapa anda tidak mau sekolah tinggi dan juga tidak mau jadi pedagang, dan mungkin tak pula mau jadi apa apa. Anda miskin. Itu semua berhubungan dengan jiwa. Dibalik jiwa itu ada Allah. Dialah yang menggerakan anda untuk melata dimuka bumi ini mencari rezekiNYa. Ini terjadi secara otomatis melekat pada diri kita yang begitu sempurna di rancang oleh Allah. Bila semua sama dirancang oleh Allah dengan software dan hardware yang sama, mengapa terjadi perbedaan antara manusia soal rezeki. Ini tak lain dipengaruhi oleh attitude ( sikap mental ) atau akhlak..
Rasul dikirim ke dunia tak lain dengan misi memperbaiki akhlak itu sendiri. Dua pertiga isi Al quran bicara tentang ajaran hubungan antar manusia. Keteladanan rasul adalah sunattulllah atau tunduk dengan hukum sebab musabab, atau aksi dan reaksi. Lihatlah peradaban yang dibangun oleh rasul diawali di Madinah dan kemudian berkembang keseluruh dunia. Sangat luar bisa membawa kemkamuran dan kemajuan ilmu pengetahuan untuk mempermudah manusia mendapatkan rezeki yang dibentangkan oleh Allah didunia ini. Siapa saja yang bisa mengikuti sunattulah ini, akan mendapatkannya dari ALLAH. Bagi yang tidak mengikuti sunattullah , ini tidak akan mendapatkannya. Inilah letak perbedaan nya. Namun perbedaan ini bukan pula diluar kontrol Allah, Allah punya rahasia sendiri dibalik perbedaan soal rezeki ini. Disinilah peran misi manusia diciptakan sebagai khalifah dimuka bumi sebagai rahmat bagi semua. Konsep memberi adalah bagian dari akhlak yang diajarkan oleh Allah. Agar kita bisa melaksanakan keadilan Allah bagi mereka yang tidak beruntung.
Bagi manusia yang melaksanakan fungsi keadilan Allah dalam konsep memberi maka itu tandanya dia bersyukur. Tapi memberi seperti apa yang dikatagorikan syukur itu ? tentu dasarnya adalah ketulusan /ikhlas karena Allah. Bukan memberi seperti kapitalis , yang berharap keuntungan dari setiap pemberian.. Inilah membedakan antara akhlak Islam yang dirahmati Allah dengan akhlak kafir yang tidak dirahmati Allah. Dua duanya memang memperoleh rezeki dari Allah tapi nikmatya berbeda. Yang beriman kepada Allah , rezeki mendatangkan kedamaian, dan bagi yang tak beriman, mendatangkan keresahan. Nah, terakhir, silahkan definisikan soal rezeki ini , apakah rezeki itu adalah sesuatu yang membuat anda damai atau resah ? karena dua duanya dari Allah. Silahkan.