Kemarin saya ikut antrian pendaftaran E-KTP. Cukup lama antrian itu. Dari jam 2 sampai jam 6 sore. Ketika antrian itu saya menerima telp dari sahabat saya. Dia mengundang saya untuk hadir dalam acara pernikahan putrinya di Riau. Dengan suka cita saya menyambut undangan itu dan insya Allah saya akan datang. Sahabat ini bercerita bahwa calon menantunya bukanlah orang kaya tapi pria yang sholeh. Lantas bagaimana dia mengetahui bahwa pria calon menantunya itu sholeh,tanya saya. Menurutnya sangat sederhana bahwa pria calon menantunya itu sangat berbakti kepada ibunya. Ayahnya sudah meninggal namun kecintaannya kepada ibunya yang buta , sangat luar biasa. Pria calon mantunya itu mempunyai saudara lima orang namun hanya dia yang sangat bertanggung jawab kepada ibunya. Walau dia bukanlah orang kaya namun tidak mengurangi cinta kasihnya merawat ibunya. Menurut teman saya itu, bila anak sangat mencintai orang tuanya dan ikhlas berkorban maka itu tanda hatinya lembut. Dia adalah calon suami yang pantas ditumpangi.
Manusia beda dengan binatang. BIla binatang terjalin cinta dalam waktu yang singkat namun manusia , hubungan kasih sayang orang tua dan anak akan terus berlanjut. Bahkan sampai orang tua meninggal kewajiban anak tetap ada tanpa terputus. Seorang laki-laki dari Bani Salimah datang dan bertanya kepada baginda SAW. "Ya Rasulullah, adakah sesuatu kebaikan yang masih dapat aku lakukan terhadap ibu bapakku yang keduanya sudah meninggal dunia? Rasulullah menjawab: "Ada, yaitu: Menshalatkan jenazahnya, memintakan ampun baginya, menunaikan janjinya, meneruskan silaturrahimnya dan memuliakan sahabatnya." (HR. Abu Daud). Dari sabda Rasul ini, cinta kasih kepada orang tua tidak hanya kepada orang tua saja tapi juga kepada orang orang terdekat dari orang tua yaitu sahabat, kerabat adalah bagian dari tanggung jawab anak untuk menjaganya dan mencintainya. Tanggung jawab untuk mencintai ini tidak hanya terbatas ketika orang tua masih hidup tapi terus tiada henti.
Manusia beda dengan binatang. BIla binatang terjalin cinta dalam waktu yang singkat namun manusia , hubungan kasih sayang orang tua dan anak akan terus berlanjut. Bahkan sampai orang tua meninggal kewajiban anak tetap ada tanpa terputus. Seorang laki-laki dari Bani Salimah datang dan bertanya kepada baginda SAW. "Ya Rasulullah, adakah sesuatu kebaikan yang masih dapat aku lakukan terhadap ibu bapakku yang keduanya sudah meninggal dunia? Rasulullah menjawab: "Ada, yaitu: Menshalatkan jenazahnya, memintakan ampun baginya, menunaikan janjinya, meneruskan silaturrahimnya dan memuliakan sahabatnya." (HR. Abu Daud). Dari sabda Rasul ini, cinta kasih kepada orang tua tidak hanya kepada orang tua saja tapi juga kepada orang orang terdekat dari orang tua yaitu sahabat, kerabat adalah bagian dari tanggung jawab anak untuk menjaganya dan mencintainya. Tanggung jawab untuk mencintai ini tidak hanya terbatas ketika orang tua masih hidup tapi terus tiada henti.
Ya, mungkin banyak diantara kita yang merasa tanggung jawab dan kasih sayang kepada orang tua sebatas mulut. Namun ketika diminta berkorban , misal orang tua sakit, atau butuh bantuan, kita tidak bersegera membantu dan berkorban. Kita berharap kepada kakak atau adik atau keluarga ibu untuk membantu lebih dulu atau mengirim orang tua ke Panti Jompo. Padahal "Keridhaan Allah ada pada keridhaan orang tua. Dan kemarahan Allah ada pada kemarahan orang tua." (HR. Tirmidzi). Atau ada keluarga besar ibu / ayah kita seperti paman, tante, sepupu yang butuh pertolongan , kita berkerut kening untuk membantu. Kasih sayang hanya nampak dalam tegur sapa tapi tidak dalam bentuk berkorban. Kita hanya peduli kepada diri kita dan keluarga kita sendiri. Dan bila kepada keluarga orang tua kita tidak peduli bagaimana empati kita akan terbangun untuk orang lain? Hampir tidak mungkin akan terjadi. Inilah akibat hati tidak lembut. Saya rasa manusia seperti ini bukan manusia yang dimaksud Allah sebagai khalifah dimuka bumi. Dia tidak ubahnya dengan binatang.
Jadi apa yang dikatakan oleh sahabat saya tentang calon menantunya adalah pria yang baik dan berhati lembut karena dia mencintai ibunya , benarlah adanya. Tentu dia akan menjadi pria yang sholeh. Kecintaannya kepada ibunya juga adalah kecintaanya kepada siapa saja yang dekat dengan ibunya. Pria seperti ini terlatih untuk senantiasa menjaga hatinya dengan cinta dan kasih sayang. Bila kelak dia beristri maka dia akan mendidik keluarganya untuk melakukan hal yang sama seperti apa yang dia perbuat kepada orang terdekat dengannya. Dapat dibayangkan bagaimana kelak rumah tangga itu terbangun bila sang suami yang pandai menjalin hubungan kepada keluarganya tentu akan pandai pula menjaga hubungan kasih sayang kepada keluarga istri. Hubungan kasih sayang itu tidak hanya terbatas pada ungkapan sapa tapi juga keikhlasan untuk berkorban. Tentu rumah tangga itu akan menjadi cahaya bagi keluarga besar. Menjadi perekat dan pendamai bagi semua.
Suasana seperti inilah yang inginkan oleh Rasul terhadap umatnya. Dari hubungan kasih sayang antara orang tua dan anak , berlanjut kepada hubungan kasih sayang antara keluarga besar dan terus berlanjut dengan keluarga istri. Bila semua itu menjadi bagian dari platform keluarga muslim maka dipastikan kehidupan akan damat sejahtera. Karena pada akhirnya semua kita adalah bersaudara untuk saling menjaga dan mencintai , berkorban untuk itu.