Ahli tasawuf mengajarkan manusia harus memikirkan diri
sebagai manifestasi Tuhan. God as me. Tuhan sebagaimana saya. Sebagaimana paham
wahdatul wujud, bahwa kehendak seseorang bersatu dengan kehendak Tuhan. Pada
tingkat tertentu, menurut pandangan itu, dalam pengalaman ruhani yang sangat
tinggi, yakni paling ujung dari seluruh perjalanan sufi, manusia tidak lagi
bisa membedakan mana dirinya dan mana Tuhan. Pada tahap ini kemampuan akal tak
lagi berfungsi untuk membedakan antara khalik dan makhluk, antara Tuhan dan
saya. Karena berbagai peristiwa di alam ini tak lepas dari hasil yang dibentuk
oleh pemikiran kita, persepsi kita, maka kita harus bertanggungjawab atas
berbagai peristiwa di sekitar kita. Jodoh
,rezeki dan maut itu adalah takdir dari Allah. Benar, karena itulah keyakinan
orang ber-agama. Namun persepsi tentang takdir soal ini harus dipahami dengan
baik agar kita tidak putus asa ber-agama dan bahkan berprasangka buruk kepada
Allah.
Jodoh
Benar jodoh itu telah ditentukan Tuhan namun anda berperan
membuat ketentuan Tuhan terwujud. Terwujudnya jodoh itu, cepat atau lambat atau
tidak sama sekali berjodoh maka itu tergantung persepsi anda sendiri tentang
jodoh itu . Selagi jodoh itu atas dasar persepsi "keinginan"maka siap
siaplah mendapatkan kesulitan mendapatkan jodoh, kalaupun dapat maka siap siap
lah berselancar di gelombang panas. Tidak siap, maka perceraian terjadi. Tapi
bila persepsi tentang jodoh adalah atas dasar "kebutuhan" maka jodoh
akan datang dengan mudah, bila kelak terjalin ikatan maka dua akan dipersatukan
Tuhan, yang sulit dimudahkan, yang sempit akan lapang..Nah, jujurlah pada diri
sendiri apakah persepsi jodoh itu atas dasar keinginan atukah kebutuhan?
liatlah diri anda seutuhnya dan nilaiah sendiri, kemudian liatlah sekeliling
anda siapa yang pantas untuk anda..tunggu dan itu akan datang dengan
sendirinya...
Rezeki,
Setiap makhluk disediakan rezeki oleh Allah. Bumi
dibentangkan tuhan sebagai rezeki yang tak akan habisnya sampai hari kiamat.
Ini jaminan Allah. Namun rezeki itu tidak diberikan begitu saja.Untuk makan
saja anda harus melewati proses dari menyuap nasi kemulut dan mengunyah untuk
sampai keperut. Apalagi mendapatkan rezeki tentu ada proses. Kalau persepsi
anda bahwa rezeki itu datang dari mujizat atau kemudahan dari Tuhan maka anda
akan kalah bersaing dengan orang yang percaya bahwa Tuhan tidak memberi
kemudahan proses untuk meraih rezeki. Kalau persepsi anda bahwa rezeki itu
adalah atas dasar "keinginan" maka anda tidak akan mendapatkan
"rezeki" yang dimaksud Tuhan. Rezeki itu akan menyusahkan hati
anda.Tapi kalau persepsi rezeki atas dasar " kebutuhan " maka rezeki
itu akan datang sebagai rezeki yang menentramkan dan menyehatkan lahir batin.
Mati,
Semua orang pasti mati.Ini takdir manusia dari Tuhan.
Sehebat apapun anda menjaga kesehatan maka kematian itu pasti terjadi. Namun
bila persepsi anda bahwa kematian itu hak Tuhan yang kapanpun bisa mati maka
anda akan lalai menjaga kesehatan sehingga merusak tubuh anda dengan sifat
rakus dan tidak peduli menjaga istirahat, dan berperang tanpa merperhatikan
kekuatan diri, maka itu mati konyol. Tapi kalau persepsi anda bahwa kehidupan adalah berkah
Tuhan,yang harus di jaga sebaik mungkin maka anda tahu menjaga tubuh agar tetap
sehat dan menghindari bunuh diri karena hilang harapan. Kehidupan akan menjadi
nilai anda sesungguhnya untuk menemui kematian dengan sebaik baiknya
kesudahan..
Benar Jodoh, rezeki maut adalah hak Tuhan namun anda bertanggung
jawab untuk mewujudkan takdir itu, dan untuk itu sebaiknya utamakan atas
"kebutuhan", bukan karena "keinginan "..