Sunday, September 28, 2014

Sistem atau akhlak?

Ada SMS “When the world is ready to fall on your little shoulders, And when you're feeling lonely and small, You need somebody there ..” saya tersenyum. Wenni selalu begitu bila dia ingin bertemu dengan saya. Petikan lagu  you are only lonely adalah ciri khasnya untuk mengingatkan kepada saya bahwa dia tidak sendirian. Dia sahabat saya. Sehebat apapun rezim  itu, pada akhirnya mereka akan jatuh. Demikian katanya. Apa penyebabnya? Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Harvard's Center for Public Leadership bahwa krisis ekonomi di Amerika dan kemudian merambat ke Eropa serta dunia karena akibat dari krisis kepemimpinan. Seluruh lembaga trias politica yang tergabung dalam sistem demokrasi mengalami demoralisasi kepemimpinan. Albert Hirschman mengatakan dalam esainya, Against Parsimony: Three Easy Ways of Complicating Some Categories of Economic Discourse: ketika politik mengabaikan moralitas dan semangat bermasyarakat, public spirit, dan hanya mengandalkan gairah mengejar kepentingan diri atau golongan, sistem itu akan menggerogoti vitalitasnya sendiri. Sebab vitalitas itu berangkat dari sikap menghormati norma-norma moral tertentu, sikap yang katanya tak diakui dan dianggap penting oleh ideologi resmi kapitalisme. Kini memang terbukti: Pasar yang hanya mengakui bahwa rakus itu bagus seperti yang dikumandangkan oleh risalah macam The Virtue of Greed dan In Defense of Greed pada akhirnya terguncang oleh skandal Enron, Madoff, Lehman Brothers. Begitupula ketika Soeharto, SBY diujung kekuasaannya terungkap yang lama ditutupi dan akhirnya rupiah terpuruk dengan harga ikut pula melambung memenggal pendapatan para buruh, petani miskin.  

Kepercayaan runtuh, ketika para elite politik terbelah sikapnya paska Pilpres, yang membuat konstitusi semakin kacau. Menurut teman itu bahwa sekarang kita meributkan mengenai apakah UU Pilkada langsung lebih baik dibandingkan Pilkada Tidak Langsung (melalui DPRD). Setiap periode apabila ada masalah maka kita selalu menyalahkan UU. Padahal ini tidak ada hubungannya dengan UU. Ini berhubungan dengan akhlak. Apakah belum cukup bukti bahwa ini semua karena demoralisasi pemimpim, yang ditandai kesibukan duniawi sebatas ritual agama dan politik, yang apapun dimanfaatkan untuk memuaskan kerakusan. Apapun sistem baik asalkan semua pihak yang menjalankannya berakhlak baik. Inilah yang sering dilupakan oleh kita, dan anehnya para elite politik selalu menggunakan alasan sistem untuk mengaburkan kesalahan akibat demoralisasi politik. Imâm al-Ghazâlî dalam kitab Al-Arba´în fî Ushûl al-Dîn menjelaskan bahwa jiwa seseorang yang sudah terbiasa merasakan kenikmatan berbuat jahat maka dapat dipastikan akan sulit untuk bisa berbuat baik seperti kegemaran beribadah, cinta kepada Allah, cinta kepada makhluk. Apalagi karena harta dan kekuasaan membuat dia terus mendapatkan kemudahan melakukan perbuatan maksiat itu. Karenanya bila sudah diatas ambang batas, dan peringatan dari orang sholeh tak lagi didengar maka Allah yang berkuasa berbuat dengan sesukanya. Caranya ya dengan mencabut kenikmatan dunia. Bila harta yang memabukan maka harta itu akan dicabut Allah seperti Allah membenamkan Qarun kedalam perut bumi. Bila kekuasaan yang memabukan maka kekuasaan ini akan dijungkirkan seperti Firaun yang tenggelam didasar laut.

Apakah perlu datangnya kehancuran kekuasaan atau hilangnya harta baru berubah menjadi baik? Sebaiknya berubahlah bila saatnya harus berubah. Bukankah manusia dibekali kecerdasan lahiriah dan spiritual untuk menjadi lebih baik. Jangan biarkan diri seperti hewan. Mulailah meNolkan diri. Semua orang bisa menjadi baik asalkan ada kemauan. Rasul bersabda " Perbaikilah akhlakmu" Jika akhlak itu tidak dapat dirubah sudah tentu nabi Muhamamd Saw tidak memerintahkan sebagaimana hadis tersebut. Konsep perbaikan akhlak itu adalah dengan membersihkan dan mensucikan kalbu dari segala hal yang tidak disukai oleh Allah Swt.dan merias diri dengan segala hal yang dicintai oleh Allah. Dengan jalan mujâhadah dan riyâdhah melaui fase-fase sebagai berikut. Fase pertama: membersihkan atau menjernihkan hati dari akhlak tercela yang mencakup sepuluh sifat tercela yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan, yang meliputi; nafsu makan yang rakus, berbicara kotor, amarah, kedengkian, bakhil dan cinta dunia, ambisi dan gila harta, cinta dunia, takabur, takjub diri dan riya’. Fase kedua: merias atau mengisi hati dengan akhlak mulia yang mencakup sepuluh sifat mulia yang satu dengan yang lain juga saling berkaitan, yang meliputi; taubat, khauf, zuhud, sabar, syukur, ikhlas dan jujur, tawakal, cinta, ridla terhadap qadha’ , mengingat mati atau hakikat mati serta siksa kubur.

Imâm al-Ghazâlî berpendapat walaupun akhlak tercela manusia itu banyak jenisnya sebagaimana yang telah beliau uraikan dengan panjang lebar dalam kitab Al-Ihyâ’ . Namun, menurutnya sumber dari akhlak-tercela tercela itu timbul dari sepuluh sifat tercela di atas dan satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Sehingga tidak cukup menghilangkan satu, dua atau tiga sifat saja. Melainkan harus secara bersamaan. Dengan menghilangkannya berarti menghilangkan induk dari sifat-sifat tercela termasuk berbicara kotor yang mempunyai cabang sebanyak 20 sifat tercela. Demikian juga setelah seseorang itu bersih dari sifat-sifat tercela tadi. Maka, Dia harus segera memasukkan akhlak-akhlak yang mulia. Sebagai hiasan dan wujud bahwa akhlaknya telah bersih dari akhlak yang tercela. Imâm al-Ghazâlî memberikan juga sepuluh sifat mulia yang menjadi dasar bagi penanaman sifat-sifat mulia yang lainnya. Dengan memiliki akhlak yang mulia, yaitu akhlak yang bersumber dari al-Qur’an dan hadis, maka manusia akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Di tengah kepayahan yang menimpa bangsa ini diperlukan kearifan tersendiri untuk memandang masa depan. Setidaknya bagi mereka yang sudah terlalu kaya karena korupsi atau manipulasi tanpa tersentuh hokum untuk mengNolkan dirinya ; memulai sesuatu yang baru dan lebih bernilai. Agar masyarakat bangsa ini memandang masa depan bukan sebagai penantian waktu yang tak kunjung selesai. Kalau tidak , maka waktu yang makin absurd seperti diperlihatkan tokoh Estragon dan Vladimir dalam lakon Menunggu Godot (Waiting for Godot) Samuel Beckett. 

Jadi sudah saatnya siapapun kita ,khususnya para elite politik harus mulai mau menNOLkan dirinya dan kemudian melakukan revolusi mental melalui perbaikan Akhlak. Yakinlah bila ini menjadi upaya kolektif maka kebaikan, kebenaran dan keadilan akan menjadi bagian yang menghiasi kehidupan berbangsa dan bernegara, apapun sistemnya! Kalau tidak maka masa depan bangsa ini seperti lentingan Bob Dylan dalam lagu ballada Blowing in the Wind: How many times must a man turn his head/and pretend that he just doesn't see/How many ears must one have/before he can hear people cry/How many deaths will it take till he knows/that too many people have died.

Saturday, September 20, 2014

Kesendirian...

Tadi pagi seusai sholat subuh berjamaah, istri saya berkata kepada saya bahwa hanya masalah waktu sibungsu kami akan juga berumah tangga. Maka dirumah hanya tinggal kami berdua saja. Bila saya keluar negeri maka istri akan tinggal dirumah sendirian. Nampak wajahnya murung namun hanya sebentar. Dia kembali tegar dan berkata bahwa andaikan saya dipanggil Allah lebih dulu , dia tidak akan pernah meninggalkan rumah ini. Dia tidak mau jauh dari kamar tidur kami. Dia akan nikmati kesendirian dengan damai sambil berdoa untuk anak cucunya, serta berharap tubuh tetap sehat untuk bisa pergi menengok anak cucunya, kapanpun dia mau. Dia berharap sayapun akan melakukan hal yang sama bila dia panggil Allah lebih dulu. Saya hanya tersenyum mendengar celoteh istri sepagi ini. Namun saya dapat merasakan kekawatiran sangat pada dirinya tentang kesendirian yang pasti dijemput dan dirasakannya. “ Mbak pulang kekampung karena orang tuanya sakit. Semoga orang tuanya cepat sembuh dan mbak cepat kembali kerja.” Demikian bunyi SMS dari ibu saya yang mengabarkan ART pulang. Walau hanya sebuah pesan singkat namun setelah membacanya air mata saya berlinang. Betapa tidak. Pesan itu bermakna mendalam , bahwa keseharian bunda diurus oleh orang lain yang berstatus Asisten Rumah Tangga ( ART). Tujuh orang anak dilahirkannya, namun masa tuanya diurus orang lain. Walau Bunda tinggal dirumah namun apa bedanya dengan tinggal dirumah jompo? Berkali kali saya dan saudara saya meminta agar bunda tinggal bersama kami. Tapi Bunda menolak karena dia tidak mau keluar dari rumah warisan ayah.

Kami meminta Bunda tinggal bersama kami untuk kami rawat dan jaga karena begitulah perintah Allah, bahwa “ jangan menyembah selain aku dan berbuat baiklah kepada kedua orang tuamu (QS. Al Isra’:23). Kewajiban menyembah kepada Allah bersanding dengan kewajiban berbuat baik kepada Bunda. Inilah keadilan Allah. Karena ketika Bunda berkorban sebetulnya itulah repliksi cinta Allah yang hadir dalam kehidupan kami. Mencintai dan menghormati Bunda adalah repliksi kecintaan kepada Allah itu sendiri. Bila cinta Bunda tak bertepi maka begitulah cinta Allah yang juga tidak bertepi. Rasa syukur kepada Allah haruslah terujudkan dengan senantiasa menghormati dan berkorban kepada kedua orang tua , khususnya Bunda ( QS-Luqman 14 ). Itu mengapa ketika saya dengan tegas berkata kepada istri saya bahwa saya tidak akan pergi lebih dulu ke Tanah Suci untuk melaksanakan rukun islam ke lima sebelum Bunda pergi menunaikan ibadah haji lebih dulu.  Istri saya tersenyum bahagia dengan sikap saya dan karena itu adalah pelajaran terindah untuk anak anak kami bahwa orang tua harus utama. Tapi sebegitu besarnya keinginan kami untuk memuliakan Bunda , namun Bunda punya sikap sendiri. Dia ingin tetap dirumah bersama kenangan indahnya dengan Ayah. Bukan itu saja, juga kenangan indah tempat dimana dia membesarkan tujuh orang anaknya dengan segala kepayahan.Tidak ada tempat terindah selain dirumah ini, demikian kata bunda suatu waktu. Lelahnya segera larut bukan ketika kami menamatkan kuliah tapi ketika kami berumah tangga,Itu tandanya sebentar lagi dia akan mendapatkan cucu.

Lamunan saya kepada Bunda dirumah. Bunda  baru saja selesai berdoa setelah sholat isya. Dengan sedikit tertatih ia berjalan menuju almanak yang tergantung di dinding. Setelah mengamati angka demi angka dalam almanak tersebut, Hari Raya idul fitri masih lama, gumamnya. Karena hanya idul fitri hidupnya terasa lengkap, dengan wajah yang tak pernah henti tersenyum bahagia melihat anak,menantu, cucu, cicit datang memeluknya dengan hangat. Setelah hari raya, bunda kembali dengan kesendiriannya. Kemudian perhatiannya beralih pada sebuah foto keluarga dari masing masing putra putrinya. Dengan bingkai beraneka rupa sesuai dengan 7 orang anaknya. Juga photo wisuda anak, cucu yang juga terpampang didinding. Salah satu photo itu ada juga ketika bunda duduk dipelaminan bersama ayah. Bunda mengamati satu persatu foto yang terpampang tersebut. Suaminya. Dan tujuh orang anaknya. Tiga laki-laki dan empat orang perempuan. Entah mengapa, mereka sama-sama tersenyum saat berfoto. Bunda menghela nafas panjang. Kesunyian juga akhirnya yang menetaskan rindu. Suara anak-anak. Canda keluarga. Barangkali adalah arus kebahagiaan yang hanyut ke muara. Adakah kesendirian dapat melunasi semua itu?  Bunda bergumam sendiri, lalu duduk dilantai beralaskan karpet lembut untuk memulai aktivitasnya tiap malam, mengaji. Menulis untaian dakwah sebagai perintang waktu sebelum larut mengirimkan kantuk. Sebelum ia benar-benar jenuh dengan rangkak malam yang akhir-akhir ini ia rasa bergerak sangat lamban. Semenjak kami semua berkeluarga,  serta semenjak ayah meninggal, rumah itu mulai sunyi. 

Hanya Etek, adik ayah yang juga sudah uzur bertaut 5 tahun usianya dengan bunda yang setia mendampingi bunda. Usia bunda sudah tujuh puluh empat tahun. Tak banyak kesulitan memang dalam hidup bunda. Selain rumah peninggalan warisan ayah, kamipun tidak pernah absen untuk mengirimkan uang tiap bulan dan memenuhi semua kebutuhan bunda. Tapi kesunyian dengan apa harus dibayarnya? Tiap hari dilalui oleh bunda seolah-olah hari yang sama. Selalu bangun jam 3 pagi. Setelah sholat tahajud , dia mulai mengaji menanti subuh. Setelah itu Bunda akan melangkah kemasjid yang tak jauh dari Rumah untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah. Seusai sholat subuh , bunda akan berjalan pagi, biasanya tujuannya adalah Panti Asuhan yang didirikannya lima tahun lalu. Menjelang siang, bunda akan kembali kerumah. Demikian rutinitasnya. Sering ia tersenyum sendiri apabila mendengar lantunan tape dari rumah tetangga dengan lirik pantun Minang yang menggelitik: Kalaupun ada batang cumanak. Daunnya banyak yang muda. Kalaupun ada banyak dunsanak. Tapi tak ada tempat beriya. Ya, mereka semua jauh. Bunda tak sanggup memaksa kami untuk pulang, untuk menetap bersamanya sebagaimana bunda tak ingin tinggal bersama kami, dirumah kami. Tak terasa air mata saya berlinang. Bunda tentu sangat merindukan kami, apalagi cucunya. Sebagaimana istri saya sangat rindu untuk memeluk cium anak cucunya. Bila rindu itu datang,  kadang tak bisa dibendung untuk segera bersua. Tak dilaksanakan tentu akan menyiksa. Itu jugalah yang dirasakan oleh bunda, bertahun tahun lamanya jauh dari kami.

Mungkin ini yang kita lupa. Bahwa suatu saat pasangan kita pasti pergi. Anak-anak pergi. Dan kita kembali sendiri. Ketuaan adalah kesunyian. Serupa usia. Atau mungkin waktu yang juga sudah tua. Pada akhirnya kita memang tak akan dapat mengelak dari kesendirian. Rindu hanyalah sebatas keinginan. Apa pun selebihnya adalah milik Tuhan! Bunda sadar itu dan dia ikhlas.Semoga kelak istri saya juga bisa seperti Bunda...

Thursday, September 11, 2014

Pemilihan Tidak Langsung

Di China tidak ada PEMILU.Partai hanya satu. Dimanapun orang berada kiblat hanya satu yaitu Komunis. Kemananpun wajah dihadapkan maka yang nampak hanyalah Partai. Apakah china tidak menerapkan Demokrasi? satu saat teman saya di China pernah bilang bahwa dia ditunjuk sebagai anggota Kongres Rakyat semacam Dewan Kota, yang bertugas membuat UU dan Peraturan Kota. Penugasan ini bukan karena dia anggota Partai Komunis , bukan pula karena ia pejabat Pemerintah kota tapi karena kedudukannya sebagai ketua salah satu Asosiasi bisnis tingkat kota,yang otomatis melegitimasinya menjadi  anggota Kongres Rakyat (KR). Anggota KR ini memang terdiri dari para pemimpin komunitas /asosiasi tingkat kota, seperti komunitas Pengusaha Angkutan,Jasa kontruksi, Pedagang , Petani , Guru dll , tapi tetap menyisakan sepertiga anggota itu berasal dari kader Partai Komunis dan militer sebagai penyeimbang. Mereka bermusyawarah untuk menetapkan berbagai kebijakan tingkat kota tanpa ada istilah voting. Anggota KR yang bukan PNS dan Militer tidak digaji oleh Pemerintah tapi mereka dibayar oleh anggota komunitasnya, Makanya untuk menjadi ketua komunitas tidaklah mudah. Ia harus orang terpilih dan teruji dedikasinya untuk pengembangan komunitas. Tidak ada satupun pihak yang bisa mengtintervensi terpilihnya seseorang menjadi ketua komunitas kecuali anggotanya sendiri. Ketika ia terpilih ia hanya akan berjuang dan berkerja demi komunitasnya.

Kekuasaan tertinggi di China adalah Kongres Rakyat Nasional (KRN) yang merupakan lembaga legislative. KRN tingkat nasional terdiri dari 34 delegasi yang mewakili  KR tingkat: propinsi, wilayah administrasi khusus, kota khusus, daerah otonomi yang semuanya sekitar 3.000 anggota. Masing-masing delegasi tersebut mempunyai ketua, wakil ketua, dan anggota. Para anggota delegasi itu dipilih dari proses berjenjang dari lurah, camat, kabupaten dan propinsi. Mereka adalah elite terbaik China yang merupakan ketua dari komunitas rakyat. Untuk menjadi anggota delegasi tidaklah mudah. Mereka harus bersaing dengan calon lain. Mereka harus punya kualitas-kualitas tinggi dari segi moral dan karakter. Kualitas-kualitas, seperti visionary, empowering, authentic, resonant, heroic, transformation, dan lain lain. Hal itu adalah hasil tempaan yang lama dan penuh jerih payah melalui keterlibatan penuh pengabdian di dalam komunitasnya. Proses ini bukan sebentar , puluhan tahun bertekun, kadang harus bergerak melawan arus, dan tak jarang berkorban untuk para pengikut. Dari proses inilah lahir nature kepemimpinan  dengan  ide-ide dan perbuatan-perbuatan besar dan cinta besar yang membawa perubahan. Sehingga ia nampak berkilau ditengah komunitasnya sehingga menjadi harapan bagi banyak orang. Semua proses itu dikawal ketat oleh Para kader Partai Komunis yang ada disemua level, agar hanya anggota KR yang terbaik saja yang bisa berangkat ke Beijing sebagai anggota KRN untuk memilih Presiden dan Para Pemimpin Nasional dibidang Militer,Hakim, Dll serta menetapkan UU dan UUD.

Mengapa Komunis di China bisa solid sementara di Negara lain seperti Uni Soviet justru bankrupt. Bagi China, teori revolusi Marx hanyalah sebagai metode bukan sebagai dogma. Oleh karena itu, Marxisme bagi china dipahami dalam kerangka teoritis dan penerapannya amat tergantung pada budaya china. China tetaplah China yang membumikan budaya dan agama dalam mengelola komunitasnya. Ketika Indonesia merdeka, para pendiri negara sepakat bahwa idiologi Indonesia bukan sosialis, bukan komunis , bukan kapitalis juga bukan agamais. Indonesia tidak berkiblat keluar tapi melihat kedalam, kepada budaya dan agama sebagai platform idiologi. Mengapa ? Yang harus dipahami bahwa benar Indonesia exist setelah adanya Proklamasi Kemerdekaan. Namun “negara negara” di Nusantara ini sudah ada sebelum Indonesia terbentuk. Jadi beda dengan AS yang bangsanya barus exist setelah declarasi kemerdekaan AS.. Bangsa Indonesia itu terdiri dari berbagai kerajaan yang didominasi kerajaan Islam, diakui legitimasinya oleh negara didunia ketika itu. Proklamasi hanya mengumumkan Kemerdekaan bangsa Indonesia dalam bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Makanya lahirlah Pancasila sebagai idiologi negara Indonesia. Mengapa Pancasila? Fakta sejarah bahwa Pancasila itu di create awalnya oleh tokoh Intetektual Islam dan Ulama yang berhasil membentuk falsafah negara sebagai dasar idiologi yang dikenal dengan Piagam Jakarta. 

Perubahan sila pertama menghilangkan kalimat syariat islam bagi pemeluknya tidak menghilangkan ruh Pancasila sebagai puncak itjihad ulama untuk membangun peradaban yang dirahmati Allah. Sila Pertama adalah Ketuhanan yang Maha Esa. Ashadu anlla ilaha illa Allah. Sila kedua adalah kemanusian yang adil dan beradab. Waashadu anna Muhammadarrasulullah.Sila Pertama dan kedua ini menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan sebagaimana syahadat itu sendiri. Jadi menjadi kewajiban negara untuk mentauhidkan manusia Indonesia Qul huwAlllahu Ahad (surat Al-Ikhlas). Jika syahadatnya hanya kepada Allah saja, maka jadilah ia golongan yang lain contohnya iblis. Sedang kita, ummat Islam, untuk syahadat kita tentang Allah harus melalui baina-baina (perantara) yang berpangkal kepada Rasul saw. Sedang ummat lain, masing2 mengklaim punya baina sendiri. Sila Ketiga , Persatuan Indonesia Qul ’audzu birabbil falak. Untuk mewujudkan persatuan, maka prasarat utama dan pertama adalah menghilangkan sikap iri, hasad, hasud, dengki dan dendam. Tapi untuk itu tidaklah cukup untuk mengukuhkan kelanggengan persatuan dari berbagai macam budaya yang sangat rentan akan rasa-rasa was-was terhadap kepentingan masing-masing. Untuk itu permohonan perlindungan seperti yang tersirat  dalam Al-Qur’an sebagaimana yang tersebut dalam surat An-Naas sangat penting, sehingga Bhinneka Tunggal Ika bisa terjaga. Jadi kalau bisa dianalogikan antara wadah dan isi, maka yang menjadi wadah Sila ketiga, sedang isinya adalah sila pertama dan kedua.Timbul pertanyaan mana yang dulu antara wadah atau  isi.?

Jika Wadah dan Isi sudah ada, selanjutnya mau apa.? Berdasarkan misi kerasullan Rasulullah, sesungguhnya Baginda Rasul saw di utus Allah untuk menjadi rahmatan lil ‘alamin; Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tapi dengan cara bagaimana ? Apa petunjuk dan pedomannya, ilmunya? Kerakyatan yang dipimpinan oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan. Kalau dicari asa-usul kata ”hikmat” maka kata-kata tersebut berasal dari bahasa Arab ”hikam, hakim”. Dan kalau boleh disimpulkan, maka hikam di sini adalah Al-Qur’an yang merupakan pedoman. Sehingga jika pedoman ini dipegang teguh, maka kita menunggu qada dan qadarnya Allah yang akan berlaku. Jika Allah berkehendak Allah akan mengajari manusia (bukan hanya Rasul) ma lam ya’lam (surat Al-Alaq 3,4,5). Jadi manusia-manusia pilihan inilah yang seharusnya kita jadikan Petunjuk. Mereka bergabung dalam MPR atau Majelis Syuro. Merekalah yang akan memilih pemimpin atau membaiat Presiden/khalifah terpilih. Mereka tidak banyak. Mereka adalah elite yang kehadirannya bagaikan cahaya yang siapapun orang beriman dan bertaqwa pasti bisa mengenalnya dan merapat kepadanya.  Mengapa ? karena sudah sunattullah bahwa setiap orang beriman harus mencari baina (perantara) untuk mengukuhkannya, sehingga ia sampai pada pemahaman apa itu arti Alif Lam Mim. Dza likal kitabula roiba fihi hudallilmuttaqin. Alladzina yu’minuna bil ghoib (surat Al-Baqarrah 1,2,3).Bahwa benar manusia tersebutlah petunjuk yang bijaksana (fathanah) yang akan menuntun ke jalan shiratal mustaqim. Shiratal ladzina an’am ta alaihim (al-fatiha).

Pemilihan Pemimpin dengan cara langsung melalui Pemilu bukanlah idiologi Pancasila. Pemilihan pemimpin dengan cara tidak langsung melalui DPR/D , MPR namun anggotanya dipilih melalui Pemilu langsung juga bukan Pancasila. Yang benar menurut Pancasila dan sejalan dengan agama adalah pemilihan tidak langsung yang anggotanya merupakan sekumpulan baina yang bersandar kepada Al Quran sebagai sumber hikmat dan lahirnya kebijaksanaan untuk kebaikan, kebenaran dan keadilan. Seharusnya elite Partai Islam yang mengusung idiologi Islam sebagai asas partainya memahami ini. Jangan hanya mengikuti kemana angin kencang bertiup alias pragmatis alias petualang. Berjuang haruslah dengan dasar idiologi agar kita menjadi bagian dari perubahan untuk rahmatanlilalamin...

Sunday, September 07, 2014

Soetarni Njoto

Pada Jumat 5 September 2014, Soetarni Njoto tutup usia, pada usia 86 tahun. Siapakah Soetarni? Soetarni berasal dari keluarga ningrat Mangkunegaran, Solo. Ia hanyalah ibu Rumah Tangga yang sederhana. Ketika suaminya menjadi pejabat negara dan politisi,  dia tidaklah sesibuk sebagaimana ibu pejabat, apalagi menghabiskan dana miliaran di luar negeri. Waktunya habis untuk mengurus 7 anaknya. Suaminya adalah Njoto. Menurut diskripsi TEMPO,Njoto adalah nama yang nyaris tak menyimpan pesona. Njoto, anak seorang pengusaha kaya, berkacamata tebal, yang dianggap Bung Karno seperti adik sendiri adalah seorang penulis naskah pidato Presiden Soekarno. Njoto berbeda dari orang komunis pada umumnya. Ia necis dan piawai bermain biola dan saksofon. Ia menikmati musik simfoni, menonton teater, dan menulis puisi yang tak melulu ”pro-rakyat” dan menggelorakan ”semangat perjuangan”. Ia menghayati Marxisme dan Leninisme, tapi tak menganggap yang ”kapitalis” harus selalu dimusuhi. Hidupnya pun bertolak belakang dengan para komunis yang menekankan aspek moralitas. Makanya banyak orang  jadi bertanya-tanya, dia ini komunis atau bukan? Dia juga seorang agamais yang tanggap membantu orang tua sahabatnya untuk naik haji ke Mekkah setelah tanpa sengaja sahabatnya ini “curhat” betapa sulitnya untuk bisa naik haji. Karena kedekatannya dengan Soekarno membuat D.N. Aidit tidak suka dan memecatnya dari kepartaian. Aidit menganggap Njoto seorang Soekarnois dan bukan komunis, sehingga rawan menggembosi partai. 

Photo keluarga Soetarni
Tapi bukan itu saja. Yang membuat akhirnya Aidit menyingkirkan Njoto dari lingkaran dalam Elite PKI adalah karena alasan skandal seks dan perselingkuhan dengan seorang gadis Rusia. Bagi Aidit, perselingkuhan dan poligami adalah haram bagi partaiMenurut cerita , dulu ketika tahun 1955 , anti poligami ini menjadi isue utama bagi PKI untuk menarik kaum perempuan masuk dalam barisan setia PKI dan sekaligus alat PKI untuk propaganda anti feodalisme. Ketika itu banyak orang kaya dan patron yang mempunyai istri lebih dari satu sementara banyak rakyat yang kelaparan tanpa mereka pedulikan. Bagi PKI, poligami adalah mental feodal dan digemari oleh para patron yang mengusung agama. Walau ketika itu elite partai Masyumi tidak ada yang poligami. Namun propaganda anti poligami itu nampaknya efektif. Dalam pemilu 1955 , PKI masuk 3 besar Partai peraih suara terbanyak. Kelebihan PKI adalah para elitenya menanamkan apa yang mereka kerjakan dan mengerjakan apa yang mereka katakan. Ciri khas elite Partai PKI adalah kesederhanaan. Sikap dan perbuatan mereka sangat sederhana. Bila mereka bicarapun sangat sederhana sehingga orang pada lapisan terbawahpun bisa mengerti. Kesederhanaan para elite partai inilah yang membuat mereka dekat dengan rakyat kebanyakan yang umunya tertindas oleh mental feodal. Karena itu PKI cepat sekali merebut cinta rakyat khususnya kaum miskin.Lantas benarkah Njoto selingkuh?  Memang pada pertengahan tahun 1963 Nyoto sebagai Ketua II Comite Central PKI, sering ditugasi berkomunikasi dengan partai komunis internasional di Uni Soviet. Karena itu selama kunjungan ke Rusia , dia berkenalan dekat dengan penerjemah perempuan bernama Rita. Njoto, kata Soetarni, memang menceritakan banyak hal tentang Rita kepadanya. "Kata Bapak, Rita cantik, ramah, dan pintar." Gadis Rusia itu mahasiswi sastra Indonesia di sebuah universitas di Moskow. Setiap kali Njoto ke sana, Ritalah yang menemaninya. Benarkah Njoto pria yang selingkuh dari istrinya? 

Aidit dan Njoto
Saat tragedi G30S PKI terjadi, Njoto dan Soebandrio sebenarnya sedang dalam perjalanan tugas negara keliling Sumatera. Alibinya jelas bahwa dia tidak terlibat dalam G30S PKI. Sebetulnya, karena sudah dipecat dari partai, berarti Njoto sudah tidak punya urusan lagi dengan PKI. Seharusnya dia aman aman saja. Tapi sejarah ”resmi” 1965 menunjukkan tak ada orang komunis yang ”setengah berdosa” dan ”berdosa penuh”. Di mata tentara, sang pemenang pertarungan, hanya ada komunis atau bukan komunis. Politik selalu akhirnya membenarkan balas dendam, dan revolusi bau amis darah tidak bisa dihindari.Nyoto harus menerima kenyataan ini. Setelah ia mengikuti Sidang Kabinet bersama Bung Karno di Istana Negara Bogor pada akhir 1965, ia “diambil” oleh aparat militer atas perintah jenderal Sumitro Asisten Operasi Menpangad. Walau ia bukan lagi elite PKI namun di Mahmilub dia membela teman teman PKI nya yang dia tahu berjuang untuk kaum tertindas.  Menurutnya G30S tidak mungkin dilakukan oleh PKI. Ini diluar perhitungan logika politik yang dia pahami. Ketika itu pamor PKI sedang tinggi tingginya dihadapan Rakyat. PKI masuk dalam kelompok partai 4 besar hasil Pemilu 1955. Beberapa elite PKI duduk dipemerintahan pusat dan Daerah. Kekuatan organisasi PKI dari akar rumput sampai kepusat sangat solid. Hanya butuh waktu paling lama satu Pemilu lagi sudah bisa menjadi pemenang pemilu dan memimpin negeri ini. Mengapa harus kudeta? Ia tentu juga mati-matian membela bahwa PKI tidak tahu menahu dengan pembunuhan para jenderal, apalagi berniat untuk berkhianat kepada Republik yang sama sama mereka perjuangkan lepas dari penjajahan.

Pada akhirnya kabar selingkuh Njoto memang tak menjadi kenyataan. Njoto tetap menjadi suami Soetarni. Karena itupula ketika meletus G30S PKI, wanita yang tidak mengerti politik ini akhirnya harus menerima kenyataan pahit. Soetarni bersama ratusan tahanan politik lainnya, ditahan di Kodim (Komando Distrik Militer), Jalan Setiabudi, Jakarta Selatan, bersama tujuh anak-anaknya. Ketika itu dia sedang mengandung dan akhirnya melahirkan di dalam tahanan. ia dibebaskan setelah delapan bulan mendekam di Rumah Tahanan. Keluar dari tahanan, Soetarni dan anak anaknya tinggal di Baturetno. Tahun 1969 ,kedatangan aparat yang membawa kembali Soetarni membuat kerabat kerabatnya panik. Seorang kakak kandungnya yang tinggal di Solo lalu menemui Nyonya Tien Soeharto, meminta pembebasannya. Keluarga ini memang memiliki hubungan kekerabatan dengan Tien Soeharto. Ibu Soetarni keturunan trah Mangkunegaran, sepupu orang tua Tien. Soetarni ditahan selama 11 tahun tanpa proses hukum. Kini ia telah tiada. Sejak akhir tahun 1965, seumur hidupnya menanti kepulangan suaminya yang tak pernah kembali. Politik secara kejam memisahkannya dengan pria yang dia cintai.Di dunia tak bersua , tentu di akhirat ia akan bertemu kembali.  

Monday, September 01, 2014

Pengorbanan...

Deng Xioping? Itu yang kamu maksud? Kata teman saya sambil memejamkan mata sipitnya seakan membayangkan sesuatu. Deng adalah orang yang praktis, katanya kemudian. Deng tidak peduli dengan heroisme revolusioner. Deng tidak mau menyibukan diri dengan panduan politik Mao Tse Tung. Makanya tidak aneh sepanjang karirnya, Deng tiga kali dipecat, tiga kali ditahan oleh rezim Mao. Deng  dapat dipastikan bukan seratus persen komunis namun tentu bukan seorang kapitalis. Deng tidak percaya dengan mimpi komunis untuk lahirnya masyarakat yang berkeadilan sosial sesuai dengan standard partai. Manusia punyai cara tersendiri berdamai dengan realita untuk menentukan definisinya tentang keadilan sosial yang diinginkannya. Yang penting negara harus hadir ditengah kebebasan itu agar yang kuat tidak menindas yang lemah, dan yang lemah dapat berkembang. Tidak ada elite politik yang melirik Deng ketika Mao tutup usia, kecuali Tentara Pembebasan Rakyat ( TPR). TPR sadar bahwa negara tidak bisa dibangun dengan hanya retorika Mao yang inginkan masyarakat tanpa kelas, tapi juga  tidak boleh kaum pemodal menindas rakyat miskin. Deng adalah orang yang tepat bagi niat Tentara untuk membawa bangsa china kemasa depan dengan kemakmuran dan bermartabat diantara bangsa bangsa lain didunia. Tentara yakin karena Deng bukan Mao dan juga bukan Lishauqi yang pernah mereformasi China era Mao. Benarlah, kata teman itu, setelah Deng berkuasa maka dia melaksanakan kebijakan reformasi dibidang Ekonomi, bukan idiologi asing tapi idiologi budaya asli China yang dilandaskan kepada semangat gotong royong dan akal sehat.  

Dengxioping,muda
Terserah orang mau bilang apa itu idiologi. Bagi Deng selagi rakyat bisa meningkatkan produktifitas maka dia tidak peduli sebutan komunis atau kapitalis. Bagaimana konkritnya.? Beginilah...Setelah pulang dari lawatan ke Amerika ,Deng xioping terinspirasi untuk membangun China meniru Amerika. Bahwa Amerika bisa makmur karena pembangunan infrastruktur ekonomi yang meluas di semua wilayah. Arus barang dan orang terjadi sangat efisien  sehingga semua potensi ekonomi baik berupa potensi SDA maupun potensi SDM dapat di optimalkan. Alam akan memberikan manfaat sangat besar kepada manusia apabila terjadi interaksi antara wilayah, dan itu harus tersedianya sarana angkutan darat, laut maupun udara. Sementara kamu bisa bayangkan ketika awal Deng berkuasa 1976 , China tidak punya Anggaran untuk hanya membangun 50 km jalan. Deng tidak mau berhutang ke asing guna membiayai mimpinya itu.Lantas apa yang harus dilakukan oleh Deng? dia mengurangi lebih dari separuh anggaran partai yang minus kontribusinya untuk rakyat. Memangkas biaya pegawai dengan tidak menggaji 25 juta PNS. Menutup ribuan BUMN/D yang tidak efisien. Menghapus platform komunis dimana negara bertanggung jawab memberikan subsidi ekonomi dan sosial. Tidak ada lagi jaminan kesehatan, jaminan pendidikan, subsidi pertanian, subsidi perumahan, susbidi energi ( BBM). Tidak ada. Semua anggaran itu dialihkan kepada pembangunan infrastruktur ekonomi dan investasi pendidikan bagi siswa berprestasi melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Kamu bisa bayangkan tadinya rakyat China hidup serba dijamin  namun kemudian negara berlepas tangan dan meminta rakyat membiayai sendiri kebutuhannya sesuai harga pasar. Apakah rakyat China mampu menerima kebijakan yang drastis itu? Entahlah. Mereka hanya percaya satu hal bahwa pemerintah berniat baik. Pada waktu bersamaan negara memberikan kebebasan rakyat untuk berproduksi dan mendapatkan hasil sebesar yang dia mau asalkan dia mau bekerja keras. Negara menjamin keadilan distribusi barang, dan modal bagi semua orang dan dimanapun dia berada. 

Selama kurun waktu itu 25 tahun sejak tahun 1976 dibangun 12 jalan raya arteri nasional yang terdiri dari jalan-jalan raya kelas satu yang melintang pada arah timur barat, dan membujur pada arah utara selatan, panjang seluruhnya 35.000 km. Juga membangun jalan raya baru yang sampai akhir tahun 2003, panjang jalan raya di seluruh negeri lebih 1,8 juta km, di antaranya jalan raya bebas hambatan yang mewakili taraf perkembangan transportasi modern mencapai 40.000 km. Lebih dari 200 kota, Beijing, Shanghai, serta semua kota tingkat provinsi lainnya, ibukota propinsi dan daerah otonom di seluruh negeri dihubungkan oleh jalan raya kelas satu. China membangun jalur kereta mencapai 73.000 km, di antaranya rel ganda mencapai lebih 20.000 km, panjang jalan kereta api elektrifikasi mencapai 18.000 km. Jalan kereta api Yuehai, jalan kereta api lintas laut yang pertama di China diresmikan pada tanggal 7 Januari tahun 2003. China sudah menjadi salah satu negara yang volume angkutan jalan kereta apinya terbesar di dunia, juga negara paling cepat peningkatan volume angkutannya, dan paling tinggi efisiensi pemanfaatan alat transportasinya. Sampai akhir tahun 2003, pelabuhan utama di pantai China memiliki tempat berlabuh sekitar 1.800, diantaranya yang berkelas puluhan ribu ton mencapai lebih 530; volume lalu lintas barang mencapai 1,7 miliar ton. Volume total lalu lintas barang pertahun sejumlah pelabuhan besar di atas seratus juta ton. Pelabuhan-pelabuhan Shanghai, Shenzhen, Qingdao, Tianjin, Guangzhou, Xiamen, Ningbo, dan Dalian sudah masuk 50 besar pelabuhan peti kemas di dunia. Terhitung sampai akhir tahun 2003, bandar udara penerbangan sipil ada lebih dari 140 buah, dengan jumlah rute penerbangan mencapai 1000 lebih. Di antaranya terdapat 160 rute internasional yang menjangkau 60 lebih kota di 30 lebih negara didunia. China membangun hidropower terbesar didunia sehingga sangat efisien cost energynya.

Salah satu kota besar di China, Shanghai
Keliatannya mudah tapi kenyataannya tidak seperti membalikan telapak tangan. Akibat kebijakan reformasi Deng ini, tidak sedikit anak anak yang putus sekolah dan menjadi kuli berupah murah. Tidak sedikit rakyat meninggal karena sakit tak terobati. Penyakit sosial dikota kota besar seperti tumbunya daerah kumuh,pelacuran dan lain sebagainya tidak bisa dihindari sebagai akibat urbanisasi. Rakyat menjadi kumpulan manusia yang dipaksa berproduksi dan bekerja dengan upah rendah. Angka kematin bayi dan ibu melahirkan mencapai rekor tertinggi. Tidak sedikit tanah rakyat digusur demi pembangunan. Lingkungan rusak. Namun berlalunya waktu,seiring terbangunnya infrastruktur ekonomi keadaan ekonomi bergairah. Ekonomi tumbuh dua digit. Rasa percaya diri rakyat bangkit karena kesempatan terbuka luas dimana mana. Penyakit sosial perkotaan dibenahi menjadi manusiawi. Kerusakan lingkungan diperbaiki secara serius. Sejak reformasi ekonomi di tahun 1978, tingkat kemiskinan penduduk China turun dari 53% di tahun 1981 menjadi 8% di tahun 2001. Kini setelah kemajuan diperoleh, petani tidak lagi dipajaki dan dibebaskan dari semua bea dan pajak. Rakyat sudah boleh memiliki tanah sendiri tanpa harus menyewa kepada negara. Kredit tani diperluas. Subsidi sosial diperluas. Tadinya usaha asing mendapatkan fasilitas keringanan pajak. Tentu maksudnya untuk membujuk asing membangun pabrik di China dan menampung angkatan kerja. Namun kini usaha lokal sudah mampu menggantikan asing. Pajak usaha lokal diturunkan dan asing dinaikkan. Itulah perubahan yang kini dirasakan rakyat china. Para anak muda China mungkin hanya bisa mendengar cerita betapa masalalu orang tuanya sangat menyedihkan. Namun para orang tua merasa puas pengorbanan masa lalu mereka terbayar oleh kemakmuran yang dirasakan kini oleh anak anaknya dan juga kelak cucunya.

Tahukah kamu andaikan dulu ditahun 1976, Deng tidak berani menghapus subsidi karena alasan idiologi komunis yang menjamin sama rata sama rasa. Andaikan Deng lebih memilih pembiayaan pembangunan insfratruktur dari utang luar negeri maka dapat dipastikan China tidak akan semaju sekarang.Nasipnya akan sama dengan Indonesia: kaya sumber daya alam, kaya sumber daya manusia tapi tetap miskin dan tak tehormat. Mengapa? Membangun dengan sarat utang adalah membangun dengan cara kapitalis. Ini akan membuat negara tidak berdaya secara politik untuk menegakan keadilan. Kami bersyukur karena Deng membangun China dengan cara terhormat, walau karena itu satu generasi berkorban dan yang lebih penting lagi adalah Tentara dan rakyat tetap setia bersama pemimpin untuk China  yang lebih baik.
.....
Sebuah negeri, Adalah sebuah cita cita kebersamaan. 
Yang digayuh dalam kelelahan. 
Oleh satu generasi kegenerasi berikutnya. 
Yang tak lepas dari kehendak dan pengorbanan... 

Cerdas berlogika dan bersikap.

Mengapa kegiatan ekonomi itu terbelah.Ada yang formal dan ada yang informal. Ada yang kaya dan ada yang miskin. Ada yang melimpah sumber day...