Tuesday, December 27, 2011

Natal...

Karena tugas yang harus diembannya, dia tak bisa berkelit untuk tidak datang. Dia datang ke Hong Kong tepat dua hari sebelum natal. Rencananya hanya sehari di Hong Kong dan setelah itu kembali ke Eropa. Tapi rencananya kandas untuk pulang. Urusan belum selesai. Dia harus mendampingi saya untuk rapat pada tanggal 28. Saya sudah menyarankannya untuk pulang dan kembali tanggal 26 tapi pesawat penuh untuk jadwal penerbangan tanggal tersebut.  Maka terpaksa dia harus Natal jauh dari keluarga. Bagi saya yang muslim, suasana Natal tidak begitu terpengaruh walau saya jauh dari keluarga. Namun tidak bagi teman ini. Tentu sangat berat baginya. Semua tahu bahwa bagi umat kristiani Natal bukan hanya hari sacral tapi juga hari kebersamaan untuk mengaktualkan cinta kasih bersama keluarga dan sahabat. Tahu bahwa dia dalam suasana batin kesendirian dihari Natal, saya berinisiatif untuk  bersama sama dengannya menghabiskan hari libur natal ini. Usulan saya untuk mengajaknya berlibur ke Shenzhen diterimanya.

Kami berjalan kaki menuju CITIC Plaza untuk makan malam. Karena tidak begitu jauh dari hotel kami menginap. Langkah kami seketika terhenti didepan gedung Pemerintah. Ada tiga orang sedang duduk didepan gedung itu. Seorang  ibu yang menyelimuti dirinya dengan selimut tebal , duduk bersimpuh didepan gerbang. Dua anak juga duduk bersimpuh disamping ibu itu. Disamping mereka ada photo berukuran agak besar. Mungkin itu photo suami atau ayah dari dua anak itu. Mereka tidak bersuara. Wajah mereka menyiratkan penderitaan ditengah cuaca 7 derajat Celsius dimalam hari. Taka da yang peduli dengan protes diam itu. Tidak ada. Ada apa  dengan mereka ? saya berusaha mendekati mereka. Ada tulisan dihamparan karton didepan mereka. Salah satu sahabat saya orang china yang ikut bersama kami mengatakan bahwa mereka adalah keluarga yang berharap kepada pemerintah agar ayahnya dikembalikan kepada mereka.  

Kami tidak tahu alasan mengapa pemerintah menahan ayahnya. Kami hanya peduli kepada dua anak anak yang diam membisu sambil bersimpuh didepan gerbang kantor megah itu. Mereka nampak dari keluarga miskin. Teman dari China sempat bercerita bahwa persoalan antara rakyat dan pemerintah bukanlah soal politik tapi soal hak tanah. Ada saja orang  yang terpanggil untuk melawan kebijakan pembangunan yang merampas tanah rakyat, selalu saja orang itu berhadapan dengan pedang hukum dan selalu pemerintah dipihak yang benar. Akibatnya mereka terelimnate dari lingkungan dan keluarga yang dibelanya. Tentu demi grand design pembangunan, yang memang harus ada korban. Apakah  demi pembangunan harus ada korban ? tanya teman saya yang kristiani ketika sampai direstoran.

Teman saya orang  China menjawab dengan sederhana bahwa Ini bukan masalah harus ada korban atau tidak. Ini masalah grand design pembangunan menyangkut populasi diatas 1 miliar orang. Pembangunan yang digerakan oleh pemerintah China seperti arus besar , membuat semua orang shock. Yang tidak siap harus rela ditelan arus gelombang besar itu. Yang siap harus berselancar diatas gulungan ombak besar. Ada yang berhasil melewatinya, adapula yang tersungkur. Ini hukum alam dalam sebuah peradaban modern. Dimana saja terjadi hal yang sama. Berhentilah berharap terlalu ideal. Tidak mudah untuk bersikap ideal. Bagi saya , bagaimanapun sulit untuk memahami  pola pembangunan yang harus ada korban, apalagi itu dirasakan oleh simiskin yang lemah.

Walau begitu kami sepakat bahwa ada sesuatu yang salah dalam pembangunan diera modern sekarang ini. Entah itu komunis, sosialis, kapitalis, semuanya berujung kepada penindasan kelompok bawah yang lemah.  Saya merindukan bagaimana Madinah dibangun oleh Rasul tanpa ada korban rakyat. Perang adalah jalan terakhir  namun tidak untuk tujuan hegemoni tapi untuk keadilan. Rasul membangun peradaban dengan cinta dan kasih sayang.  Membuka diri untuk bermusyawarah tentang urusan dunia. Selalu tampil digaris depan melawan kezoliman. Beliau mencintai simiskin yang lemah dan menghormati orang yang berbeda paham maupun agama.  Karenanya para sahabat, keluarga dan masyarakat merasa aman dan tentram. Keadilan dan rahmat Allah menjadi bagian dari peradaban yang dibangunnya. Ya Rasul adalah bayang  bayang Allah yang hanya bersuara untuk cinta dan kasih sayang.

Ketika hidangan datang, teman saya umat kristian meminta saya berdoa sebelum makan. Dia ingin di hari natal ini saya yang memimpin doa. Tanpa bisa menolak , Sayapun berdoa “ Ampunkan kami ya Tuhan. Kami paham titahMu namun kami tidak menghiraukannya. Dihadapan kami ada orang yang di zolimi namun kami tak berdaya menolongnya. Orang miskin dan lapar  diseluruh benua terbentang dihadapan kami yang setiap hari memohon bantuan namun kami tidak menghiraukannya. Ada orang yang berbuat baik kepada kami namun kami lupa berterimakasih. Ada orang meminta maaf kepada kami namun kami tak memaafkannya. Banyak kami berjanji namun banyak pula kami inkari. Bila kami mengetahui aif sahabat, kami tidak menyembunyikannya. Ampuni kami Ya Tuhan, dari semua keburukan sifat itu. Tuntunlah kami untuk bertobat dan berubah agar kami menjadi rahmat bagi alam semesta.”

Teman saya umat kristian itu nampak berlinang  airmata ketika saya usai berdoa. Dia merangkul saya. This time I felt a very meaningful Christmas, thanks so much for being my friend.  Ketika usai makan malam, kami berjalan kaki menuju hotel. Ketika kembali melintasi  gedung pemerintah dimana sebuah keluarga masih bersimpuh disana dengan dingin yang menggigit malam, kami menundukan kepala tanpa bersuara apapun kecuali berdoa didalam hati. Itulah yang kini dapat kami lakukan ditengah seruan natal tentang hidup damai. Bayangan saya kepada negeri saya yang tak henti jatuh korban rakyat miskin yang membela tanahnya, tak terbilang mereka beteriak butuh keadilan namun kita semua berdiam diri dan berdoa dalam hati sekedar meyakinkan kepada Allah bahwa kita peduli tapi kita takut berbuat, juga ragu berubah... 

Tuesday, December 20, 2011

Ian dan mereka

Entah kenapa saya teringat akan Ian. Dia tidak menamatkan SD. Tak pandai membaca namun paham berhitung. Dia ponakan saya dari pihak istri. Dia menikah terlalu muda barangkali. Karena ketika dia menikah usianya barulah 17 tahun. Baginya pernikahan bukanlah sesuatu yang rumi. Mungkin kehidupan Jakarta yang keras , tidak membuat dia nyaman. Maka hijrah ke lampung adalah pilihan yang rasional , mungkin. Tanpa bekal modal , kepintaran atau apalah , dia bertekad membangun sebuah keluarga di tempat baru itu. Demikian cerita awalnya yang saya ketahui. Ada niat saya untuk membantunya namun dia nampak tegar ketika melangkah membawa beban, Dia tidak berusaha meminta tolong, dan juga tidak minta dikasihani. Saya memberinya zakat . Dia junjung uang itu dan sujud syukur kepada Allah. Begitulah caranya berterima kasih.Tak terasa waktu berlalu, lebih 10 tahun rumah tangga dibangunnya. Selama itu dia mampu mandiri hidup di sebuah kecamatan di Lampung.

Dari uang zakat yang saya beri itu, dia gunakan untuk berdagang keliling dari kampong ke kampong. Bukan barang mewah yang dijualnya, tapi hanyalah pakaian bekas yang dibelinya dari pedagang besar di kota. Konsumennya kadang membayarnya dengan uang tapi lebih banyak melakukan barter dengan hasil kebun. Dari usaha seperti inilah dia menghidupi keluarganya lebih dari 10 tahun. Tahun lalu dia datang ke Jakarta. Wajahnya nampak tua dari usianya. Menderitakah dia ? tidak! Hanya memang beban hidup yang semakin sulit karena usahanya berdagang semakin kehilangan daya beli konsumen. Menurutnya, hidup di kampong semakin sulit. Banyak rakyat melepas ladangnya kepada pengusaha Perkebunan. Yang bertahan menjual akan mendapat tekanan dari aparat. Harga jual ladang itu memang cukup besar  bagi rakyat namun tak lebih dua tahun uang hasil jual ladang itu habis karena semua kebutuhan hidup terus meroket.

Kalau tadinya mereka sebagai petani berladang sendiri namun kini mereka menjadi buruh kebun sawit, tebu, dan lain lain, katanya. Tak ada lagi panen besar yang dinanti dengan pesta ala kampong. Tak adalagi rencana petani untuk memikirkan nasip anak anaknya bersekolah dikota. Juga tak ada lagi berpikir untuk merubah nasip. Jangankan untuk hidup sederhana , untuk membeli baju bekas saja mereka tidak mampu lagi, Demikian yang dikeluhkan oleh Ian. Itu sebabnya usahanya berjualan baju bekas dari kampong ke kampong semakin sulit dan akhirnya dia memilih untuk tutup tenda. Anak dan istrinya ditinggalkannya di kampong. Katanya. Itulah sebabnya dia minta zakat dari saya untuk memulai usaha berjualan asongan di Pasar.  Sampai kini Ian masih bertahan dan setiap bulan sekali dia mengirim uang belanja untuk keluarganya di kampung.

Bagi Ian, dan juga rakyat kebanyakan yang kalah oleh kepongahan penguasa dan pemodal, uang begitu berarti bagi mereka untuk bertahan hidup. Sementara kelompok menengah dan atas di Indonesia punya kegemaran berburu barang mewah di pusat mode dunia, seperti Paris, Italia, London, Hong Kong. Bagi konsumen seperti ini, harga tidak penting. Untuk sebuah prestige berapapun uang selalu tersedia. Konon katanya kedekatan Nunun dengan Miranda Gultom karena sama sama penggemar  salah satu merek tas wanita (Hermes) yang harganya mencapai Rp 500 juta rupiah. Mari berhitung,  uang Rp 500 juta untuk sebuah tas bermerek itu bisa membiayai mahasiswa miskin sebanyak 5 orang sampai jadi sarjana. Ada anggota DPR dan juga petinggi Partai yang punya kendaraan mewah seharga Rp. 7 miliar. Itu sama dengan penghasilan 1000 orang miskin seperti Ian selama setahun.  Tas hanya puas dipandang dan dibanggakan, begitu juga kendaraan. Tapi bagi simiskin uang adalah kehidupan.

Dari tahun ketahun  yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin terpuruk. Gap sikaya dan simiskin semakin lebar dan lebar. Andaikan, kelompok menengah dan atas Indonesia mau sedikit berempati dengan menghidupkan ruh cinta didalam hatinya, saya yakin keadilan social ( ekonomi?) di Indonesia akan terjelma. Andaikan para pejabat sadar akan amanah yang harus dipertanggung jawabkan dihadapan Allah, maka  keadilan ekonomi akan terjelma. Ketahuilah bahwa rakyat miskin hanya butuh sebuah system yang memungkinkan mereka tak sulit mendapatkan papan, sadang, pangan. 

Ya, rumah sederhana untuk berlindung dari hujan dan terik matahari . Mereka butuh makan untuk sekedar mengganjal perut yang lapar dan kesehatan untuk sekedar menahan sakit menuju ajal dan pendidikan untuk sekedar membuat mereka tidak bodoh dan dibodohi. Itu saja. Tapi itupun dari tahun ketahun semakin mahal dan mahal mereka dapatkan…begitulah yang dirasakan oleh Ian.

Monday, December 12, 2011

Be Smart

Ada satu cerita. Seorang perampok melarikan diri dengan mengendari pesawat ringan. Yang menjadi pilot adalah dia sendiri. Dia terbang seorang diri. Ketika berada ditengah hutan, dia melompat keluar dari pesawat dengan menggunakan parasut. Bersama dia ada satu koper uang hasil rampokan. Pesawat akan jatuh dengan sendirinya. Rencana pelariannya dibuat dengan begitu rapi. Tentu orang akan menduga dia ikut terkubur bersama pesawat yang meledak ketika jatuh kebumi. Selanjutnya dia akan mengoperasi wajahnya untuk sekaligus merubah indentitas dirinya. Namun sebaik baiknya rencana, yang terjadi lain. Dia jatuh tidak diatas tanah datar tapi jatuh terprosok kedalam sumur bersama parasutnya, juga uang satu koper. Lobang sumur itu cukup dalam hingga tidak mungkin dia bisa keluar dari sumur itu. Kini dia berada ditangah hutan dan didalam sumur tanpa ada yang tahu.

Waktu berlalu, badan mulai terasa dingin. Setiap malam untuk menjaga hangat tubuhnya, dia membakar uang hasil rampokan. Begitulah setiap malam ,ketika dingin mulai menusuk tulang, uangpun dibakar. Itu dilakukanya setiap malam sampai tidak ada lagi lembaran uang untuk dibakar menghangatkan tubuh. Akhirnya dia menemui ajalnya seorang diri ditengah hutan didalam sumur. Ini hanya sebuah cerita. Tapi hikmahnya teramat luas. Bahwa dia melakukan apa saja untuk mendapatkan harta. Akal dan kemampuannya digunakan untuk itu Namun ketika tidak ada lagi jalan keluar dari ancaman maut maka harta yang ada menjadi tak ada nilai. Uangpun dibakar begitu saja untuk sebuah kehidupan. Dan berharap bila umur masiih panjang aka nada pertolongan datang untuk dia bebas dari dalam sumur. Tentu doa siang malam tak henti dipanjatkan untuk keluar dari himpitan rasa takut mati itu

Tak ubahnya seperti cerita lain, seorang pejabat yang pension dengan deposito hasil korup tak terbilang. Namun ketika dia pension, penyakit kanker datang. Segala daya digunakan untuk keluar dari ancaman kematian. Karena harta berlebih maka tak lagi dipikirkan biaya berobat bila harus keluar negeri atau mendatangi dokter ahli dari manca Negara. Lambat namun pasti , harta yang dikumpulkan dari hasil korup bertahun tahun akhirnya terkuras habis. Ketika harta habis, mautpun menjemput. Tak usah dibayangkan betapa penderitaan yang harus dirasa selama proses pengobatan itu. Selama proses menanti ajal. Rasa cemas akan maut yang segera menjemput. Rasa takut akan meninggalkan semua yang dicintai. Semua menyatu jadi satu dalam derita tak bertepi. Akhirnya Semua sirna begitu saja. Tak ada lagi kehebatan dan kepintaran yang dulu dibanggakan hingga pantas mencuri uang rakyat dengan menggunakan jabatan dan kekuasaan.

Apa yang diilustasikan diatas dengan jelas kita ketahui bahwa betapa kehidupan itu sangat mahal. Tidak ada harta dan kekuasaan didunia ini yang dapat membeli kehidupan. Bila saatnya datang tak ada yang bisa menghindar. Tidak ada!. Masalahnya kita ingin seperti apa akhir dari kehidupan ini Apakah ingin happy ending ataukah suffered ending. ? BIla ingin happy ending maka turutilah aturan dari Allah sebagaimana yang telah diteladankan oleh Rasul. Agama mengatur kehidupan ini tak lain agar kita smart menentukan pilihan. Mengapa saya katakan smart? Karena hanya orang bodoh yang memperturutkan hawa nafsu hingga menghalalkan segala macam cara untuk mendapatkan kebahagiaan didunia. Bila kebahagiaan bersandar kepada harta maka harta itu pulalah yang akan menyiksa kita. Penyakit phisik maupun psikis datang akibat dari sumber harta yang kita makan. Buktinya sebagian besar penyakit jantung dan stroke dihidap oleh golongan berharta. Ramainya tempat hiburan malam diisi oleh orang orang berduit yang stress.

Benarlah , Orang yang tidak smart akan “ … berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak…," (al-Hadiid: 20). Ini merupakan sebuah kebodohan. Karena semua kemilikan di dunia dikuasai oleh Allah. Manusia hanya membodohi diri mereka sendiri dengan menyangka bahwa mereka memilikinya. Hal ini karena mereka tidak menciptakan yang mereka miliki dan mereka pun tidak memiliki kekuatan menjaga semuanya secara abadi. Ditambah lagi, mereka tidak dapat mencegah kerusakan yang terjadi. Juga, karena mereka tidak memiliki hak untuk "memiliki" sesuatu karena mereka termasuk "milik" dari pemilik yang lain. Pemilik tertinggi ini tidak lain (an-Naas: 2), yaitu Allah. Al-Qur`an memberitahu kita bahwa seluruh alam adalah milik Allah, "Kepunyaan-Nyalah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah." (Thaahaa: 6)

"Tidakkah kamu tahu, sesungguhnya Allahlah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, disiksa-Nya siapa yang dikehendaki-Nya dan diampuni-Nya bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Alah Mahakuasa atas segala sesuatu." (al-Maa`idah: 40). Camkanlah firman Allah ini untuk smart menjalani hidup. Kalau kita mengejar harta karena ingin kepuasan dan kebanggaan tanpa menyadari bahwa semua itu adalah titipan Allah maka tunggulah siksa Allah yang sangat pedih. Namun bila kita mengejar harta karena niat beribadah kepada Allah maka hasilnya adalah cinta dan kasih sayang untuk ikhlas berbagi kepada yang lemah. Maka rasa syukur meliputi hidup kita, kebahagiaan akan merupakan bagian dari keseharian kita untuk meraih happy ending dalam drama kehidupan kita didunia. Be smart!

Wednesday, December 07, 2011

Bersahadat...


Terus terang saya malu sekali karena dia tak punya alasan untuk mengagumi saya. Syahadat usia dini tidak mengarahkan saya menjadi humanis yang berarti. Sewaktu saya tanya tentang inti filosofinya, Samanta hanya menjawab, ”Untuk membahagiakan orang lain.” Sebuah filosofi yang melawan sifat mementingkan diri sendiri. Demikian buya Safie Maarif bertutur dalam tulisannya di Kompas. Ungkapan itu disampaikannya kepada Dr Achyuta Samanta yang dikenal sebagai the Poorest of the Poor, Nabi kaum miskin dari yang termiskin. Semua tahu bahwa buya Safie Maarif mantan ketua Umum Muhammadiah yang dikenal Ormas terbesar di Indonesia yang mengabdikan diri untuk kemanusiaan dibidang pendidikan, kesehatan, panti asuhan. Namun bagaimanapun kehebatan gerakan Muhammadiah tetap membuat Safie Maarif menaruh hormat dan merasa rendah dihadapan pejuang kemanusiaan Dr Achyuta Samanta.

Betapa tidak? Achyuta Samanta, menggeluti perjuangan selama 20 tahun untuk orang miskin diantara yang miskin itu. Dia melepaskan jabatan dosen dan menggunakan ilmunya untuk berbaur dengan orang mskin dan berbuat untuk mereka. Selama dua puluh tahun, dia berhasil membuat project bernilai ratusan juta dollar , bukan untuk dirinya dan tidak diwariskan kepada keluarganya, tapi untuk orang miksin. Sikap dan perbuatannya menyatu dengan pribadinya yang rendah hati, Demikian yang dirasakan oleh Buya Safie Maarif ketika kali pertama bertemu dengan Dr Achyuta Samanta di kota Bhubaneswar, Negara Bagian Orissa, India. Dia memang panta disebut sebagai pejuang pembebas dari ketertindasan: kasta, ekonomi, pendidikan, sosial, dan politik. Melihat Samanta , mengingatkan tentang almarhum Madam Teresa yang mengabdikan umurnya membela kaum duafa di pusat kota Bombay.

Tapi keiklasan berkorban juga dilakukan oleh mereka yang kaya raya. Seperti Angelina Jolie yang mengabdikan populartisnya sebagai artis untuk membantu rakyat teraniaya akibat perang. Menjadi duta keliling bagi UNHCR. Bukan hanya dari kegiatan melepas harta dan waktunya untuk orang miskin tapi juga membagi jiwanya dengan mengadopsi anak anak yang terlantar dari Negara miskin. Juga ada Bill Gate yang melepas 6/10 dari total hartanya yang diperkirakan mencapai USD 59 miliar dan Warren Baffet sang portfolio investment jenius dari AS yang menghibahkan 6/10 dari USD 52 miliar hartanya. Lakshimi Mittal, jutawan baja dari india yang menyumbangkan 6/10 dari total hartanya. Carlos Slim Helu dari Meksiko yang menyumbangkan 9/10 dari USD 67,8 miliar hartanya. Mereka kaya raya namun dengan hartanya tidak membuat mereka berjarak dengan orang miskin, dan berkorban untuk itu.

Tentu di Indonesia atau umat islam dibelahan dunia lain, juga berbuat hal yang sama untuk kemanusiaan walau tidak diberitakan secara luas. Namun ada juga kita melihat kenyataan yang kadang membua kita miris. Bahwa bukan rahasia lagi bila banyak pengurus Ormas social / Yayasan , entah itu Pendidikan seperti Ponpes, Panti Asuhan, Kesehatan, Pendidikan. Hidup mereka bergelimang dengan kemewahan. Kegiatan social dibuatnya dan pada waktu bersama mereka juga menumpang hidup dari kegiatan social itu. Bahkan ada yang hidup makmur karena itu. Bahkan Dai yang sering berkotbah didepan kamera televise dan popular maka apapun dikomersialkan , termasuk menulis buku, mendapatkan fee dari program umroh bersama Dai. Kalau mereka aktifis politik utuk syiar islam, maka lihatlah gaya mereka ketika terpilih sebagai anggota dewan atau Menteri. Bahkan Partainya memilih hotel termewah didunia sebagai tempat Muktamar.Sangat jauh dari gaya orang miskin. Kalau gaya berbeda dengan orang miskin bagaimana hati akan mendekat ?

Dari pengusaha kaya raya muslim Indonesia, kita lihat ada yang berhasil mengambil alih jaringan retail modern namun pengaruhnya membuatnya banyak usaha kelas rumahan terpuruk karena gagal bersaing oleh gerai raksasanya. Tak terdengar dia menghibahkan hartanya. Kalaupun ada tak lain hanyalah pelengkap ceremonial meningkatkan corporate image , yang nilai sumbangannya secuil dari hartanya. Juga ada pengusaha kaya raya yang usahanya melilit disemua sektor, termasuk pertambangan, property, perbankan, dll, Namun yang dapat dia lakukan tak lain membuat terpuruk ribuan penduduk yang kehilangan tempat tinggal akibat ulah bisnis pemboran minyak yang salah urus. Ada ganti rugi tapi tak ada ganti untung. Apalagi untuk berbagi atas hartanya. Justru hartanya digunakan untuk menjadi pemain politik dengan menghibahkan dana triliunan rupiah sebagai dana abadi partai. Di negara muslim tempat rumah suci kiblat umat islam sedunia, tak terdengar para bangsawan Arab yang kaya raya akibat berkah minyak dan visa haji , menyumbangkan hartanya lebih dari separuh hartanya seperti pengusaha non muslim.

Begitu banyak contoh orang yang bukan muslim yang menjadi pejuang kemanusiaan bagi simiskin. Ada mereka yang memang tak berharta namun mewakafkan umur dna keahliannya bagi simiskin. Ada mereka yang memang diberkati harta berlebih karena profesi atau bisnisnya namun tidak hidup bermewah dengan itu kecuali merasa puas ketika mereka melepas hartanya bagi program kemanusiaan. Bagi saya, mereka semua itu adalah cobaan bagi orang muslim. Suatu pembelajaran yang dibentangkan Allah dihadapan kita bagaimana ruh kasih sayang Allah itu tampil kepermukaan, walau lewat orang yang tidak bersahadat. Jangan sampai keberadaan mereka membuat kita mencibir dengan berkata untuk apa pengorbanan mereka , toh mereka tidak beriman kepada Allah maka amalan itu akan terbang dibawa angin. Tapi pada waktu bersamaan kita yang mengaku bersahadat lupa akan makna sahadat. Lupa makna cinta dan kasih sayang untuk berkorban dijalan Allah.

Lupa bahwa Allah itu dekat dengan orang miskin dan yang dizolimi. Tidak kita temukan Allah di Mesjid mewah, TIdak kita temukan Allah di acara Zikir akbar. Allah ada bersama mereka yang miskin dan terlupakan oleh orang orang yang berada. Kalau ingin mencari Allah maka temuilah fakir miskin, anak yatim dan piatu, orang yang terjerat hutang, orang terzolimi. Bantulah mereka karena kita yang berlebih telah ditakdirkan menjadi wakil Allah untuk menegakkan keadilan bagi mereka yang duafa harta maupun ilmu. Setidaknya mulailah berpikir dan besikap seperti ungkapan Samanta " Untuk membahagiakan orang lain"

Thursday, December 01, 2011

Perjuangan cinta

Perjuangan cinta bagi semua. Demikian teman mengawali pembicaraan kepada saya kemarin ketika kami meluangkan waktu bersama sama minum kopi disalah satu café. Bahwa , lanjutnya, perjuangan itu tidak mudah. Saya tahu bahwa teman ini adalah segelintir orang yang masih percaya dengan kekuatan cinta. Dia seorang aktifis kemanusiaan kelas dunia. Sebelumnya saya mengenalnya sebagai professional yang berkarir diberbagai lembaga keuangan international. Begitu banyak penderitaan akibat perang namun jauh lebih banyak penderitaan akibat kebijakan Negara yang tidak pro rakyak miskin, hanya memikirkan kepentingan segelintir pemodal, yang akhirnya melahirkan elite kaya raya yang menguasai lebih separuh GNP nasional. Ini benar benar system pembunuhan massal yang sangat mengerikan. Lambat namun pasti akan menggiring orang banyak masuk dalam system perbudakan dan mati sia sia. Setidaknya mati secara moral. Demikian katanya.

Saya bisa merasakan kegundahannya. Namun saya mencoba memberikan semangat kepadanya. Ingatlah kisah Rasul, kata saya. Rasul yang kita tahu sebagai kekasih Allah,yang namanya bersanding dipintu gerbang sorga, yang hatinya dijaga Allah dari segala kotoran, harus merasakan kegetiran , kelelahan, sakit, terancam nyawanya dan keluarganya , menyepi dalam kesendirian ditengah orang ramai, selama jangka waktu kurang lebih 10 tahun di Mekkah. Selama itupula beliau tak henti, tak kenal lelah terus melangkah kedepan menyerukan bahasa cinta kepada semua orang untuk dekat kepada pemberi cinta, Allah. Rasul berbicara atas nama Allah bahwa pemujaan harta adalan bencana kehidupan, menzolimi orang lemah adalah sumber kerusakan peradaban, ya rasul bicara tentang cinta, kekuatan untuk lahirnya keseimbangan dan kebaikan diatas rahmat Allah.Itulah yang membuat Rasul terasing ditengah komunitas jahiliyah yang memang miskin cinta.

Kaum jahiliah tak ubahnya kaum kapitalis yang gemar memanjakan diri sendiri diatas penderitaan orang lain. Ketika itu, Rasul menyampaikan pemahaman tentang tauhid, komunitas Jahiliah Arab tidak begitu mempermasalahkan. Namun menjadi lain ketika Rasul bicara tentang cinta;. Jangan ada lagi perbudakan, jangan zolimi anak perempuan kalian, lindungi kaum perempuan, sayangi hamba sahaya kalian, sayangi fakir miskin dan para yatim, jangan ada kelas diatara kalian hanya karena perbedaan ras ,kekuasaan dan harta. Inilah yang sulit diterima oleh mereka. Betapa tidak. Bagi mereka yang mendewakan harta dan kekuasaan, semua bisa dibeli, yang lemah biasa terjajah dan yang kuat dimaklumkan menjajah. Demikian saya menyampaikan uraian tentang perjuangan cinta. Membuat dia termenung,

Walau saya tahu soal perjuangan rasul namun hikmah tentang perjuangan cinta itu baru kini saya disadarkan. Katanya. Bahwa memang itu tidak mudah dan tidak murah. Karena ini pesan Allah, pesan kepada umat manusia untuk menjadi bayang bayang Allah. Tentu semua kita diwajibkan melaksanakan perjuangan menegakkan cinta itu, tanpa berputus asa dan tanpa berprangsaka buruk kepada Allah. Bagi pegawai negeri tak usah sedih bila harus istiqamah untuk tidak korupsi walau harus menghadapi gaji yang tak cukup hidup layak seperti para koruptor. Bagi pengusaha tak perlu bersedih bila usaha lambat berkembang karena harus istiqamah dalam kejujuran memanjakan konsumen dan mensejahterakan karyawan. Bagi para professional tak perlu rendah bila penghasilannya jauh lebih rendah dibandingkan professional dari negeri kapitalis. Ingatlah semua, bahwa perjuangan anda semua adalah perjuangan cinta didalam sebuah negeri yang dikelola oleh system jahiliah.

Tanpa kekuatan cinta dari anda semua, dari kita semua, rasanya perubahan tidak akan pernah terjadi. Mungkin kita lelah menanti perubahan terjadi, tapi jangan berhenti dijalan hingga larut menjadi bagian dari keburukan. Ingatlah kisah Rasul yang harus berjuang di Makkah selama kurang lebih 10 tahun, yang hanya mendapatkan pengikut sebanyak kurang lebih 10 orang. Itupuan hanya segelintir para sahabat dan kerabat dekat. Jadi bersabar dan istiqamah melewati waktu , dan sadar bahwa sorga itu tidak mudah, juga tidak gratis. Ini harus ditanamkan dalam diri kita untuk melebur dalam jiwa ,hingga bulat hati hanya untuk menjemput ridho Allah. Maka hari hari akan dilewati dengan pengabdian, keteladanan akhlak mulia dan tak henti bersuara untuk lahirnya kebaikan, kebenaran, keadilan bagi semua.

Cerdas berlogika dan bersikap.

Mengapa kegiatan ekonomi itu terbelah.Ada yang formal dan ada yang informal. Ada yang kaya dan ada yang miskin. Ada yang melimpah sumber day...