Sunday, November 23, 2014

Melatih akhlak

Suatu saat saya bertanya kepada teman mengapa dia bisa sabar menanti 3 tahun untuk mulai membangun project. Padahal proyek itu sudah selesai tahap studi dan dari segi dana, pasar, tekhnologi sudah tersedia. Tapi mengapa harus tunggu tiga tahun, baru memulai. Ternyata baru saya tahu bahwa dia menunggu jawaban atas tawarannya kepada seseorang.Seseorang itu adalah executive dari salah satu perusahaan asing , lulusan universitas biasa saja di Indonesia. Dia ingin orang itu  duduk sebagai Presiden Direktur Perusahaan yang akan mengelola proyeknya.  Apa kelebihan orang itu? Padahal banyak lulusan universitas terbaik di Negeri ini  dan juga diluar negeri. Mengapa harus menunggu orang itu setuju atas tawarannya. Teman itu jatuh cinta kali pertama dengan orang itu dalam suatu pertemuan bisnis. Orang itu,katanya , pendengar yang baik, wajahnya selalu memberikan pancaran magnit kepada kita bahwa kita berbicara dengan orang yang tepat. Dia murah senyum. Bijak menyikapi perbedaan pandangan dan kalau dia menyampaikan argumentasinya sangat efektif membuat kita mengerti. Dan yang lebih membuat dia jatuh cinta adalah orang itu bisa dengan segera keluar dari meeting busines hanya karena ingin melaksanakan ritual sholat. Sholatnya tidak lama, ya hanya 10 menit dia sudah ada diruangan rapat lagi. Untunglah setelah menanti 3 tahun, orang itu bersedia menerima lamarannya.Proyekpun mulai dibangun dan sukses.

Seorang ahli inspirasi berkata bahwa ketika orang itu taat beragama maka dia pasti menjadi petarung yang hebat. Dia selalu unggul karena didalam dirinya ada agama yang menuntunya berakhlak yang agung. Kehebatan seseorang itu bukan karena skill tapi karena akhlaknya. Mengapa ? skill anda pasti ada harganya dan dibayar, selesai.  Tapi akhlak tidak ada harganya. Itulah mengapa teman saya tidak melirik kepada orang lain yang skill nya lebih hebat dari executive yang akan di hired nya.Akhlak dari target calon executive itu membuat dia berbeda dan bernilai. Akhlak membuat dunia yang sesak menjadi lapang, yang gelap menjadi terang. Senyuman tulus anda kepada seseorang akan selalu abadi dihati seseorang dan hanya senyuman pula pembayarnya. Menolong orang yang kesusahan , kesempitan, tanpa berharap apapun tapi hanya karena Allah maka tak akan bisa dibayar dengan apapun. Itu akan abadi bagi sipenerima dan doanya untuk yang menolong akan selalu menghias langit ,yang akan menyelematkan sipenolong dari segala prahara. Memaafkan orang yang tak mampu membayar hutang adalah kemewahan yang tak terhingga. Itulah salah satu kemewahan dari akhlak. Karena Akhlak , orang menjadi pemaaf, sabar dan selalu bersyukur atas apapun yang terjadi padanya. Karena Akhlak orang menjadi kuat. Akhlak pengasih penyayang adalah sikap kerendahan hati untuk berharap datangnya rahmat Allah diakhirat kelak.

Lantas bagaimana cara termudah melatih akhlak itu dalam diri kita sehingga menjadi pribadi kita dalam keseharian ? Teman saya berkata , cara yang tepat adalah lewat kebiasaan berdoa. When you pray for anyone you tend to modify your personal attitude toward him. Bahwa ketika kita berdoa kepada Tuhan sebetulnya bukanlah komunikasi satu arah tapi komunikasi dua arah antara kita dengan Tuhan. Tuhan hadir dalam diri kita. Ketika kita memohon kepada Tuhan pada waktu bersamaan Tuhanpun mengingatkan kita tentang kelemahan kita, kelalaian kita, kesombongan kita, ketidak jujuran kita, kemalasan kita, kerakusan kita, kebodohan kita, kekikiran kita, Tanpa disadari proses doa itu adalah ajang intropeksi kita dihadapan Tuhan untuk mengingatkan kita agar berubah menjadi sempurna. Hanya diri kita sendiri yang bisa menjadi pengadilan terefektif didunia ini, bukan orang lain. Ya bila doa dilakukan setiap hari , setiap hari kita sedang mengadili diri kita sendiri. Secara kejiwaan kita cenderung untuk berjuang , untuk berubah menjadi lebih baik maka tanpa disadari berdoa adalah membangun karakter pribadi yang kuat untuk berakhlak sesuai kata Tuhan.  Tapi masalahnya adalah apakah kita bisa berkomunikasi dua arah dengan Tuhan?

Maka perhatikan bila anda berdoa "minta sesuatu" tapi anda tidak mendengar Tuhan berkata " kamu-kan kerjanya malas lebih banyak planning daripada tindakan, lebih banyak bermimpi daripada melihat realitas. Kamu bilang cinta kepada KU tapi mengapa kamu membenci makhluk ciptaanKU; lebih sering menghujat orang , lebih sering menyalahkan orang lain. Kamu bilang hanya Aku satu satunya yang dicintai, tapi mengapa kamu lebih mencintai jabatanmu sehinggga kamu senang berhutang daripada berhemat, Mengapa kamu lebih mencintai anak dan istrimu daripada Aku sehingga waktu sibukmu kadang mengabaikan suara azan. Kamu bilang sorga itu rahmatKU tapi mengapa kamu bilang kamu paling suci dan benar, sehingga paling berhak masuk sorga. " maka yakinlah anda tidak sedang berdialogh dengan Tuhan tapi Iblis. Doa anda didengar oleh Iblis sambil membisikan "kamu berhak dengan semua pintamu karena kamu paling benar, palin soleh, paling benar mahzabnya, kamu berhak dengan doa kamu, tunggulah Doa kamu pasti terkabulkan" Karena itulah semakin banyak ibadah semakin anda lupa sama tetanggga lapar, dan teman yang tak bisa bayar sewa rumah. Lupa hutang itu RIBA dan anda menyokong sistem berhutang demi citra. Berjalan semakin menaikkan dagu dan mensyiarkan islam dengan kepalan tangan dan amarah...Akhlak mengabur,nilaipun hablur. Anehnya anda tidak menyadari bahwa anda sudah menjadi laskar iblis,yang terus mengecap orang kafir. 

Saturday, November 15, 2014

Indahnya Islam...

Sedari kecil anak anak kalau pulang sekolah yang pertama dipanggilnya adalah ibunya. Apapun masalah  mereka bicara dengan ibunya. Semua kebutuhan mereka meminta kepada ibunya. Bahkan setelah berumah tangga , tetap ibunya sebagai magnit. Istri saya tidak pernah mengambil keputusan penting soal anak tanpa persetujuan saya, seperti kapan anak boleh bawa mobil sendiri,kapan boleh tinggal diluar, izin jalan jalan, dan setiap keputusan saya selalu ada syarat dan istri saya dapat menyampaikan syarat itu kepada anak anak dengan “bahasa ibu”. Mengapa mereka lebih dekat kepada ibunya dibandingkan saya? Sebagai anak yang juga putra dari ibu saya ,saya dapat merasakan alasan anak anak dekat dengan ibunya. Apa itu ? karena mereka merasakan ketulusan tanpa syarat pada ibunya. Ibu bagi mereka sebagai kekuatan ketika mereka lemah, sebagai penyeimbang ketika mereka ragu, sebagai tempat teraman dan terdamai  didunia. 5000 tahun sebelum masehi,manusia di Barat mempercayai “Bunda Agung”.Suatu lambang imajiner tentang ketulusan yang menentramkan. Semua orang, baik secara individu maupun kolektif menyimpan  “bunda agung” sebagai archetype, sebagai citra yang terawat dalam jiwa. Karena itu mereka bergerak kesatu arah dalam semangat kebersamaan. Agaknya sama dengan dikita “ibu Pertiwi” yang dipercaya sebagai tempat yang damai untuk pulang, karena disana ada “pemurah” penuh kasih dan sayang.

Tapi archetype itu kemudian tersingkir oleh citra Tuhan sebagai Bapa yang membatasi manusia dengan hukum dan pembalasan. Agama diperkenalkan tentang reward dan punishement. Tentang sorga dan neraka. Sesuatu yang sebetulnya agung tentang Tuhan menjadi hablur oleh prinsip kapitalisme agama. Orang dekat kepada Tuhan karena berharap sorga dimana semua serba menyenangkan tanpa kerja keras. Sejak itu bunda agung dipertanyakan, ibu pertiwi diragukan dan ketulusan/keikhlasan berubah menjadi rakus. Di masa itulah Adam Smith merumuskan pemikirannya tentang ekonomi: pada mulanya adalah Langka, dan langka pun jadi gerak, dan gerak menuju ke kekayaan. Ekonomi berjalan dari premis itu. Apalagi dari langka pula lahir nilai. Ketika kemudian yang berkuasa adalah ”nilai tukar”, uang dan bank pun kian berperan. Bank, yang memproduksi uang, sekaligus membuat uang sebagai sesuatu yang terbatas jumlahnya. Dengan memberikan pinjaman seraya memungut bunga, bank akan memperoleh lebih banyak uang tanpa ia harus memperbanyak uang yang beredar. Di barat dan juga di Indonesia, uang dan sistem peredarannya itulah yang membuat Langka dan Rakus ”terus menerus diciptakan dan diperbesar”. Bank Sentral, yang merawat langkanya uang dengan menjaga suku bunga, secara tak langsung menguntungkan mereka yang menyimpan uang di bank. Investasi di sektor riil jadi tak selalu memikat—terutama ketika dana bisa dengan cepat melintasi batas nasional dalam rangkaian pinjam meminjam dengan bunga berbunga. Lapangan kerja makin sedikit. Ketimpangan pun menajam, seperti di Indonesia kini, dan semua itu karena kapitalisme berarti rakus dan rakus berarti tidak ada ketulusan.

China ketika menerima kapitalisme, yang pertama dikendalikan oleh negara adalah sifat rakus dan tetap menjadikan Mao sebagai kiblat tentang ketulusan seorang ibu. Bagi Deng, semua didunia ini  hanyalah omong kosong bila ketulusan tidak ada lagi. Karenanya Deng tidak terlalu mengatur mekanisme pasar tapi mengatur ritme jantung dari kapitalisme. Apa itu? Uang. Negara memastikan hanya negara yang tahu nilai uang itu.Tidak boleh ada orang lain tau , apalagi pihak asing. Berapa kurs RMB tergantung oleh negara bukan oleh pasar. Rakyat tidak boleh pegang mata uang asing.Rakyat tidak bisa bebas memindahkan dananya keluar negeri. Berapapun devisa ekspor yang mereka dapatkan, itu akan diambil oleh negara dan mereka akan mendapatkan RMB. Siapapun yang menempatkan uang dibank akan rugi dalam jangka panjang karena negara menerapkan pajak progressive terhadap tabungan/devosito. Orang tidak boleh semakin kaya dengan hanya tiduran menikmati bunga. Orang harus kerja dengan uangnya agar distribusi uang melahirkan pabrik dan usaha yang menampung angkatan kerja. China menerapkan kapitalisme namun by system orang dipaksa “memberi”, dipaksa ikhlas. Dari itulah negara punya legitimasi dan dipercaya untuk semua orang berkiblat kesatu arah, Partai Komunis.

Nabi Muhammad SAW datang memperkenalkan Islam tentang makna ketulusan. Tidak ada batas antara Manusia dengan Tuhan. Setiap orang beriman percaya bahwa didalam dirinya ada islam, ada rahmatan lilalamin, ada bunda agung, ada ibu pertiwi, dan ada Tuhan. Semuanya tentang hakikat memberi dan pemurah. Berkali kali krisis politik dan ekonomi terjadi,indonesia tetap berdiri tegak bukan karena pemerintah kuat tapi karena didalam diri rakyat indonesia sebagian besar ada islam. Islam itu adalah  ”memberi”. ”Memberi” membebaskan manusia dari rakus, dari kapitalisme. Hanya dalam memberi, dalam berkorban, orang menemukan sesuatu yang suci, justru dalam sadar tanpa laba, ya seperti keikhlasan seorang  ibu. Karena ibu, Tuhan membuat semua menyenangkan, dan mendamaikan. Bila semangat “memberi” memudar, keikhlasan  terhalau maka sebetulnya Islam sudah hilang di negeri ini, karena islam sudah removed dihati umat islam. Islam yang ada hanyalah islam simbol ritual yang miskin spiritual sosial,yang selalu bertikai dalam amarah tak berkesudahan...

Friday, November 07, 2014

Berbuat dan berharap.

Semua tahu bahwa standard international untuk bandara berkelas dunia adalah tersedianya fasilitas klinik. Tahukah anda, kemarin ketika di sidak oleh KemenHub, di Bandara Soekarno Hatta klinik berubah fungsi menjadi gudang ( banyak tumpukan karton). Bertahun tahun itu dibiarkan dan bandara kita seperti pasar malam namun hari itu juga dibenahi untuk dapat dipastikan seluruh fasilitas bandara berfungsi dengan baik. Semua tahu bahwa bahwa standard untuk PJTKI adalah tersedianya Tempat Penampungan yang manusiawi. Tahukah anda, kemarin Menteri Tenaga kerja sidak ketempat penampungan TKI tapi ditolak. Karena PJTKII itu ilegal. Ternyata penyebab brengseknya penyaluran tenga kerja  Indonesia karena banyak PJTKI ilegal. Ini telah berlansung tahunan tapi dibiarkan. Hari itu juga program audit PJTKI dilakukan secara nasional untuk memastikan tidak ada lagi PJKTI ilegal. Semua tahu bahwa para prajurit yang bertugas atas nama negara dimedan perang adalah pahlawan. Kemarin waktu Menteri Sosial bertemu dengan ex pejuang Timor TImur, ternyata banyak diantara mereka yang cacat tanpa ada kepedulian negara secara optimal, termasuk menyediakan kaki palsu dll. Hari itu juga dipastikan seluruh pejuang mendapat santunan dari negara. Semua tahu bahwa Listrik itu fital bagi rakyat. Tapi tahukah anda bahwa krisis listrik di Sumatera Selatan dan Lampung karena tidak adanya izini dari Mentri ESDM untuk mensupplai gas. Ini telah berlangsung 6 tahun, dan oleh menteri ESDM yang sekarang itu hanya selesai 1 malam.

Begitu banyak yang tahu tentang bagaimana seharusnya bandara berstandar international, bagaimana pengelolaan pengiriman tenaga kerja keluar negeri, bagaimana bertanggung jawab kepada pahlawan, bagaimana menyediakan sarana umum listrik, bagaimana memimpin negara. Begitu banyak yang tahu, begitu banyak yang mengerti tapi begitu banyak tidak berbuat. Itulah yang dipahami oleh Jokowi dan itulah yang diingatkan kepada para Mentri ketika usai dilantik bahwa mereka harus mengusai masalah dan tahu lapangan.  Menguasai masalah tanpa tahu lapangan akan terjebak dengan mesin birokrasi yang selalu terlambat meng up date masalah dan terkesan dengan keyakinan waktu akan menyelesaikannya ( Time will heal ). Usai dilantik, semua menteri langsung berkeja. Mereka datang, mereka liat, mereka selesaikan. Mereka harus terus bekerja keras karena masih terlalu banyak PR dari rezim sebelumnya yang elitenya sangat yakin tanpa kerja, tanpa sibuk pembangunan dapat sukses. Sebetulnya pemerintah itu bermakna dua yaitu bisa dia bermakna pengatur ( administratur) dan bisa juga bermakna pengurus. Di Indonesia , kesan pengatur lebih dominan karena itu birokrat sibuk rapat, sibuk buat perencanaan, sibuk studi banding, sibuk ikut seminar, agar bisa melahirkan produk yang bernama aturan. Setelah itu, mereka akan sibuk lagi buat aturan dan aturan. Sehingga mereka lupa bahwa aturan itu tidak akan efektif bila tidak diiringi dengan sikap pengurus.

Birokrat adalah bagian dari kepemimpinan Nasional. Pemimpin yang baik adalah mereka yang melaksanakan fungsi management. Yaitu pertama Planning, 25% waktunya membuat perencanaan dan berpikir, yang kedua organizing , 25% waktunya untuk mengorganisir rencana itu agar dapat terlaksana dengan baik, yang ketiga actuating , 25% waktunya untuk mengambil keputusan selama peksanaan, yang keempat controlling , 25% waktunya mengendalikan atau mengawasi untuk memastikan semua rencana atau niat dapat mencapai tujuan dan setiap masalah dapat segera diatasi dengan cepat. Pemimpin yang baik harus menjaga ritme kerja seperti itu. Karena kepemimpinan adalah juga proses dan pendelegasian wewenang maka keteladanan pemimpin paling atas atau presiden sangat menentukan ritme kerja dibawahnya. Apa yang dilakukan menteri, itulah yang diteladankan oleh Presiden. Kalau dulu semua serba telambat sehingga masalah menumpuk, ya itu yang diteladankan SBY kepada menteri dan tentu menteri akan meneladankannya kepada bawahannya lagi sampai ke level terendah. Akibatnya walau APBN naik berlipat namun infrastruktur masih buruk dan hutang terus bertambah , deindustrialisasi dan akhirnya terjadi defisit account yang merupakan gabungan dari semua defisit.  Sangat dahsyat sekali akibat dari ritme kerja yang berprinsip TIME WILL HEAL.  Ini sudah menjadi penyakit mental. Jokowi bertekad merubah mental TIME WILL HEAL menjadi TIME IS MONEY. Waktu sangat berharga dan lebih lagi bila diisi dengan kerja maka karena proses kerja keras itulah Time Will Heal.

Orang barat berkata "TIME IS MONEY ".Ini bukan berarti hidup mengejar uang atau hidup bermakna uang tapi betapa waktu begitu berharganya. Makanya orang yang suka menunda pekerjaan dengan keyakinan bahwa TIME WILL HEAL, sebetulnya orang yang sangat sombong dihadapan Allah. Mengapa ? karena begitu yakin Allah akan menolongnya dimasa depan sementara berkah usia yang diberi Allah hari ini tidak digunakannya untuk berbuat. Padahal perbuatan masa lalu berhubungan dengan masa kini dan perbuatan masa kini menentukan masa depan. Tanpa berbuat tidak ada hope.  Karenanya Rasul mengingatkan “Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara : [1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, [2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, [3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, [4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, [5] Hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya, dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Hadits shahih). Kita tidak bisa memastikan apa yang terjadi dimasa depan kecuali kematian. So berbuatlah sekarang dan berharaplah.... 

Sunday, November 02, 2014

Kekuatan berbagi..

Waktu kunjungan ke Changsha ( Hunan, China ), teman saya dengan senang hati mengantar saya ke Mesjid untuk sholat jumat. Lokasi masjid tidak jauh dari Stadion Olah raga dan nampak terawat sangat baik. Ukuran mesjidnya cukup besar dengan diapit dua menara. Arsitekturnya sepertinya gabungan dari Arstitektur China dan Spanyol. Tamannya luas dan bersih. Ketika masuk kedalam masjid , saya bingung karena suasana sunyi. Apakah saya suda telat. Tapi saya lirik jam saya , ini masih belum waktunya sholat. Kedatangan saya disambut oleh 5 orang. Mereka semua pengurus masjid. Mereka membawa saya kedalam masjid. Kemudian, salah satu dari mereka azan. Apakah mereka sholat Jum’at baru akan dimulai hanya karena menanti saya.? Belum hilang kebingungan saya, salah satu dari mereka berdiri dipodium untuk kotbah jumat. Saya tidak paham apa yang disampaikan namun berlangsung sangat cepat sekali. Usai kotbat Jumat, salah satunya maju sebagai  imam sholat.  Makmum sholat jumat ini hanya lima orang, saya, tukang azan, pengkotbah dan dua lainnya dari pengurus. Semua proses sejak saya datang sampai selesai sholat jumat,  berlangsung kurang lebih 30 menit.  Teman saya menjawab kebingunan saya dengan penjelasan bahwa sebelum saya datang dia sudah menelphone pengurus masjid. Mereka sudah biasa lakukan untuk para turis,khususnya untuk acara sholat jumat. Tapi mereka juga melayani untuk turis melakukan sholat lim waktu. Namun imamnya tetaplah mereka.

Huogongdian
(Temple of Fire-god) Restaurant
Malamnya saya diajak teman dinner. Tempatnya bekas komplek Vihara. Vihara itu tetap berdiri utuh namun telah berubah fungsi. Tempat persembahan berubah fungsi menjadi toko cindera mata dan museum. Dibelakang vihara itu ada asrama para Biksu yang sudah berubah fungsi menjadi restoran berlantai dua. Suasana restoran seakan membawa kita kemasa era sebelum revolusi kebudayaan dimana Vihara menjadi pengikat antara rakyat dengan agamanya. Saya bingung mengapa vihara dirubah jadi restoran. Sementara masjid di biarkan berdiri. Hal ini saya tanya keteman saya yang kebetulan adalah pejabat pemda. Menurutnya, China tidak melarang masjid berdiri tapi melarang umat islam mengorganisir zakat infak dan sadaqah. Mengapa? Tanya saya tambah bingung. Untuk melemahkan Islam, tidak perlu masjid dirobohkan tapi larang mereka mengorganisir zakat, infak dan sadaqah. Lambat namun pasti maka Islam akan memudar dan tentu masjid akan ditinggalkan umat. “ Anda bisa liat tadi di Masjid. Yang sholat hanya anda. Itu yang memimpin ritual sholat juga tidak paham apa itu Islam. Mereka di training oleh Dinas Pariwista bagaimana melaksanakan ritual sholat jumat. Pemerintah china menanggung semua kebutuhan biaya merawat masjid, honor pengelola masjid, dalam pos anggaran kebudayaan.

Lantas mengapa Vihara ditutup, bahkan diganti dengan restoran.? tanya saya.Dengan tersenyum teman saya itu berkata,melemahkan budha haruslah dengan menghilangkan tempat ibadah. Karena tempat ibadah adalah lambang persatuan dan kekuatan mereka. Beda dengan islam, dimana kekuatan umat Islam itu adalah berbagi satu sama lain. Selagi mereka berbagi bukan karena agamanya, kita engga peduli. Itu urusan pribadinya dengan Tuhannya.Tapi kalau di organisir maka mereka menjadi kekuatan yang mengancam kekuatan negara dimanapun. Saya tidak tahu apakah kata teman ini memang menjadi kebijakan politik negara China namun sebagai kader Parti komunis china maka itu dapat dipahami karena Partai Komunis punya dokrin tidak boleh ada isme lain selain Komunisme. Apapun kekuatan diluar partai Komunis harus dilemahkan. Itu sebabnya tidak ada isme lain yang bisa hidup ketika Partai Komunis memegang kekuasaan. Juga bila isme lain seperti Agama memegang kekusaan maka komunisme tidak boleh ada. Menurut teman itu, bukan hanya komunisme yang melemahkan gerakan Islam tapi juga isme lain seperti Kapitalisme dan sosialisme. Kapitalisme menanamkan budaya individualisme dan hedonisme sehingga orang menjadi individu yang miskin empati untuk berbagi. Sosialisme menanamkan budaya orang hidup serba tergantung kepada negara sehingga orang malas berproduksi tentu akhirnya tidak mampu berbagi. Mereka menjadi kumpulan komunitas yang bergantung kepada negara,bukan kepada Tuhannya. Demikia katanya tersenyum dengan penuh arti seakan meminta saya tidak hanya sekedar memahaminya.

Saya termenung. Benarlah, dalam suasana demokrasi sekalipun , walau umat islam mayoritas namun partai yang mengusung bendera  islam tetap tidak bisa unggul.  Banyak ormas islam tidak punya pengaruh besar menentukan arah kebijakan politik yang bersumber kepada Al Quran dan hadith. Banyak sekali aliran Islam berjuang untuk tegaknya syariah islam namun mereka bagaikan kunang  kunang atau buih ditengah laut yang mudah tersibak oleh sampan terkecil. Teman saya ada benarnya bahwa walau Islam mayoritas tapi kekuatan islam semakin melemah karena semakin memudarnya semangat berbagi dan digantikan oleh budaya individualistik. Begitu banyak kegiatan tabligh Akbar diadakan dimasjid namun itu tak lebih seperti ajang motivasi keimanan dan ketaqwaan, bukan ajang berbuat nyata dalam program berbagi. Seperti program The Tzu Chi yang menggalang semua orang dari semua lapisan untuk berbagi. Ya berbagi apa saja yang mereka punya untuk cinta.  Saya rasa tidak ada salahnya belajar dari gerakan Tzu Chi. Saya yakin apabila gerakan ormas Islam bisa meniru cara Tzu Chi maka gerakan itu tidak akan butuh waktu lama untuk menjadi kekuatan yang diperhitungkan. Karena umat islam mudah sekali tersentuh kepada siapapun yang membelanya bukan lewat kata kata tapi lewat perbuatannya. Karena islam itu ada di hati dan hati hanya bisa ditaklukan dengan cinta.  Ormas islam harus mampu merebut cinta itu dengan program cinta.

Semoga kita mendapatkan hikmah dari keadaan di China. Kalau kekuatan spritiual kita di masjid tidak menimbulkan semangat berbagi maka tunggulah kekuatan umat Islam akan memudar dan akhirnya kalah total...KIni kita sudah kalah tapi belum kalah total. Tidak ada salahnya untuk berbenah diri..mari kerja ,kerja dan perterbal empati agar bisa berbagi...

Cerdas berlogika dan bersikap.

Mengapa kegiatan ekonomi itu terbelah.Ada yang formal dan ada yang informal. Ada yang kaya dan ada yang miskin. Ada yang melimpah sumber day...