Saturday, August 16, 2008

Padamu Negeri...

''Proklamirkan kemerdekaan sekarang juga.'' Demikian Chaerul Saleh berkata lantang kepada Soekarno di tanggal 14 agustus 1945, jam 15.00. Soekarno sadar bahwa ada tuntutan dari kaum muda untuk segera merdeka. Namun sebagai orang tua yang sangat mencintai rakyatnya, Soekarno sadar kata kata proklamasi itu sangat berbahaya dalam posisi Jepang masih mencengkram leher bangsa Indonesia. Juga dibayangkan oleh banjir darah rakyat yang tak berdosa menghadapi bedil sardadu jepang. Bayangan paska kemerdekaan yang menyeramkan inilah membuat Soekarno lebih memilih untuk menhikuti protocol Jepang untuk mencapai Indonesia merdeka,yaitu melalui Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).. Yang tua ragu dan yang muda berhati satu its Now or never.

Ditengah kecemasan akan balantentara Jepang dan hasrat kaum muda untuk merdeka, Wikana mengancam Soekarno ''Kalau Bung Karno tidak mau mengumumkan proklamasi, esok akan terjadi pertumpahan darah di Jakarta.'' Bung Karno pun naik pitam, , ''Ini batang leherku. Potonglah leherku malam ini juga.'' Wikana terkejut melihat kemarahan Bung Karno itu. Ancaman para pemuda rupanya bukan omong kosong. Pada 16 Agustus 1945 pukul 04.00, setelah sahur, mereka menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok. Di sini sekali lagi para pemuda di bawah pimpinan Sukarni gagal memaksa keduanya untuk memproklamasikan kemerdekaan.

'Perdebatan' kelompok muda dan tua terjadi kembali pada menit-menit menjelang proklamasi. Meski proklamasi diputuskan akan dibacakan pukul 10.00 di kediaman Bung Karno, para pemuda tetap gelisah. Mereka khawatir tentara Jepang akan menggagalkan nya. Mereka mendesak Bung Karno segera membacakannya tanpa menunggu Bung Hatta. ''Saya tidak akan membacakan teks proklamasi kalau Bung Hatta tidak ada. Jika Mas Muwardi tidak mau menunggu, silakan baca sendiri,'' kata Bung Karno dengan lantang. Tak lama kemudian terdengar teriakan, ''Bung Hatta datang... Bung Hatta datang. “ Tepat pukul 10.00 tanggal 17 Agustus 1945, kemerdekaan RI pun
diproklamasikan.

Mungkin ketika proklamasi kemerdekaan dikumandangkan, para pemuda sadar bahwa inilah takdir dibulan ramadhan berlaku bagi lahirnya ketetapan Allah untuk sebuah negeri baru berdiri bernama Indonesia. Juga awal dari satu proses panjang untuk membuktikan tekad kaum muda itu. Soekarno dan Hatta dan juga para pemimpin ketika itu tidak ada pilihan lain kecuali mendukung langkah “irrasional “ ini menghadapi segala kemungkinan terburuk menuju kemerdekaan sejati. Benarlah, pidato singkat maklumat Prokmasi disambut dengan kalimat “ Merdeka atau mati. ! “ oleh seluruh lapisan masyarakat. Semua mereka bersiap menjemput sahid demi tegaknya Indonesia merdeka.

Tahun tahun berikutnya adalah jutaan mayat terbujur dibumi pertiwi. Negeri inipun tercatat dalam sejarah dunia sebagai pemilik batu nisan “pahlawan “yang mati dan dikubur ditanahnya sendiri, terbanyak didunia. Inipulalah negeri satu satunya didunia yang mempunyai makam Pahlawan disemua Kota. Seakan menjadi saksi abadi tantang harga sebuah kehormatan yang harus dibayar untuk lahirnya generasi tanpa terjajah. Maka kemerdekaan dibangkitkan oleh jiwa yang tulus. Hati yang tenang meregang nyawa lepas dari jasad. Senyuman terpancar karena mati demi sebuah keyakinan. Dapat dikatakan pejuang kemerdekaan bukan hanya pahlawan bangsa tapi lebih dari itu adalah prajurit Tuhan ( Soldier of god ) yang balasannya hanya satu, yaitu sorga.

Enam puluh tiga tahun sejak proklamasi dikumandangkan. Enam puluh tiga tahun yang lalu ketika para pemuda menjemput sahid disemua medan pertempuran. Enampuluh tiga tahun lalu ketika harga diri bangsa dibela dengan nyawa dan harta. Kini , masa lalu dipertanyakan. Makam pahlawan , hanyalah penghias kota sebagai taman dan monumen bisu. Lagu “
pada mu negeri , kami berbakti…“ digantikan oleh “ Padamu uang , kami berbakti… “. Begitupula denga lagu “ Maju tak gentar , membela yang benar “ diganti dengan “Maju tak gentar , membela yang bayar ”. Plesetan lagu ini telah mewarnai setiap seluruh aspek kehidupan social, budaya dan politik. Masa lalu yang heroic tetaplah menjadi kumpulan buku cerita yang jarang disentuh lagi di rak rak perpustakaan. Tak lagi menarik untuk di tampilkan di televise ataupun layer lebar. Kemerdekaan bukan lagi sacral untuk direnungkan karena era pencerahan tentang nilai nilai baru. Nilai yang lebih universal tentang peach , freedom, equality untuk semua dan satu tanpa batas, neoliberal. Sebuah ungkapan menghilangkan nilai nilai sejarah kemerdekaan. Mengaburkan heroisme yang bau amis darah

Maka kemerdekaan juga adalah kesediaan untuk menerima lahirnya kebebasan dari pasar untuk pasar. Tentu akhirnya adalah kemerdekaan bagi pemodal untuk memaksa para buruh berbaris dalam satu komando untuk “Maju tak gentar membela yang bayar”. Juga me nggiring politisi berkata bulat “ maju tak gentar membela yang bayar”. Juga menggiring hakim dan Jaksa “ maju tak gentar membela yang bayar”. Menggiring ribuan anak gadis belia diperkampungan miskin didesa untuk memenuhi tempat pelacuran di kota “ maju tak gentar membela yang bayar”. Semua diukur dengan “ Pada mu uang” dan ketulusan pun tak ada lagi karena semua harus dalam lagu yang sama “ maju tak gentar membela yang bayar. Maka kini kemerdekaan menciptakan “ business class dan economic class. Semuanya terpampang jelas dipemukiman real estate, di Sekolah International dan di Rumah Sakit International di kawasan elite. Disisi lain juga ada kumpulan wajah muram dipemukiman kumuh dibalik gedung pencakar langit kota, dibalik gunung, di pesisir pantai, didesa desa terpencil.

Semakin bertambah usia kemerdekaan bangsa ini , semakin jauh jarak antar kelas social. Yang pasti 63 tahun negeri ini merdeka berhasil menciptakan
23.000 orang mempunyai dana diatas USD 1 juta dan menguasai 90% uang beredar di negeri ini. Kiri kira 23 ribu orang itu komunitasnya hampir sama banyak dengan elite belanda ketika menjajah kita dulu. Enam kali berganti president , hutang kepada asing terus bertambah dan bertambah hingga makna kemedekaan tak perlu lagi dibahas kecuali “ Pada mu Kreditur, kami berjanji , Pada mu Asing kami berbakti…karena "Hutang atau mati !!

Tuesday, August 12, 2008

Soros

Masa depan perekonomian dunia terancam oleh system pasar modal kapitalis. Ancamn itu datang dari supper bubble asset dipasar modal. Sekarang saham saham emiten yang bergerak dibidang pertanian dan tambang mencapai harga overvalue dan bahkan mengarah ke supper bubble. Bahkan Soros mengatakan bahwa biang kesalahan ini sudah berlangsung sejak 25 tahun lalu. Ini disebabkan oleh kesalahan philosophy mengambil kebijakan.Terutama mengizinkan Wall Street meningkatkan uang dipasar modal melalui credit derivative. "The idea was that regulators always make mistakes, state interference in the markets just messes things up and that was a false idea .... Regulators are human and bound to make mistakes, but markets are also human and they are also bound to make mistakes. Instead of markets always being right, they're actually always groping at trying to find out what the facts are. But they never get it right."

Yang menarik dari ungkapan itu adalah karena disampaikan oleh seorang Soros, pemain culas dipasar uang. Tentu Soros paham betul segala kelemahan dan kelebihan dari system kapitalisme. Seakan ada feeling guilty terhadap masa lalunya ketika masih bertindak sebagai player memimpin Quantum Hedge Fund. Dia mencoba mengkoreksi kebijakan system kapitalisme dalam bukunya The New Paradigm for Financial Markets. Entah apa sebenarnya dibalik ungkapan tersebut. Apakah mungkin kecintaannya kepada Negaranya yang selalu saja tidak pernah sepi dari gelombang resesi dari satu masa ke masa berikutnya. Karena semua tahu bahwa system capitalism menciptakan pasar bukan hanya sekedar bertemunya antara pembeli dan penjual tapi juga untuk memberikan kesempatan pada siapapun untuk menentukan harga tanpa fundamental base, yang didukung oleh berbagai skema financing dari lembaga keuangan. Yang terjadi adalah permainan harga oleh sekelompok orang, merugikan yang lain dan menguntungkan yang lainnya.

System pasar modal yang ideal tentulah pasar modal yang memungkinkan terciptanya pertumbuhan sector riel melalui penyertaan modal melalui pasar modal untuk terjadinya sprea ownership. Harga yang berbicara atas setiap lembar saham bukanlah ditentukan oleh unsur spekulasi tapi lebih kepada fundamental value emiten. Harus disadari bahwa spekulasi bukanlah kegiatan investasi . Spekulasi tidak memberikan manfaat apapun bagi produktifitas emiten. Sudah pula menjadi kenyataan sejarah bahwa spekulasi adalah penyebab terjadi krisis keuangan sebagai akibat mental rakus dan ingin kaya dengan memperdaya orang lain.

System yang ideal itu ada dalam Islam. Islam mengatur transaksi pasar modal melalui konsep syariah. Transaksi pembelian dan penjualan saham tidak boleh dilakukan secara langsung. Dalam pasar modal konvensional investor dapat membeli atau menjual saham secara langsung dengan menggunakan jasa broker atau pialang. Keadaan ini memungkinkan bagi para spekulan untuk mempermainkan harga. Akibatnya perubahan harga saham ditentukan oleh kekuatan pasar bukan karena nilai intrinsik saham itu sendiri. Hal ini dilarang dalam Islam. Untuk itu dalam proses perdagangan saham, emiten memberikan otoritas kepada agen di lantai bursa, selanjutnya agen tersebut bertugas untuk mempertemukan emiten dengan calon investor tetapi bukan untuk menjual dan membeli saham secara langsung. Kemudian saham tersebut dijual/dibeli karena sahamnya memang tersedia dan berdasarkan prinsip first come - first served.

Pada Modal syariah adalah purity zone dari transaksi yang tidak beretika dan amoral, seperti manipulasi pasar, transaksi yang memanfaatkan orang dalam (insider trading), menjual saham yang belum dimiliki dan membelinya belakangan (short selling). Sementara itu etika di pasar modal syariah, yaitu setiap orang bebas melakukan akad (freedom contract) selama masih sesuai syariah, bersih dari unsur riba (freedom from al-riba), gharar (excessive uncertainty), al-qimar/judi (gambling), al-maysir (unearned income), manipulasi dan kontrol harga (price control and manipulation), darar (detriment) dan tidak merugikan kepentingan publik (unrestricted public interest), juga harga terbentuk secara fair (entitlement to transact at fair price) dan terdapat informasi yang akurat, cukup dan apa adanya (entitlement to equal, adequate, and accurate infromation).

Seharusnya Soros memperdalam Al Quran dan Hadith sebelum menulis The New Paradigm for Financial Markets. Tentu akan lebih konkrit sebagai new paradigma menuju keadilan dan kesejahteraan bagi penduduk planet bumi ini.

Monday, August 11, 2008

Pemimpin

Dalam Al Quran tidak ada kata president atau pemilu. Tapi bukan berarti Al Quran tidak mengaturnya. Dalam konteks politik biasanya president disebut dalam dua kata yang bermakna sama namun berbeda secara substantial. Dua kata itu adalah Khalifah dan imam. Dalam bahasa Indonesia, makna kedua kata itu sama yaitu pemimpin atau penguasa namun berbeda secara substantial. Kata Khalifah berakar dari khalafa, yang berarti menunjuk pada seseorang yang berada di “belakang” atau orang yang menggantikan tokoh yang ada didepan ( pendahulunya). Kata Khalifah masih dibagi lagi dalam bentuk tunggal dan jamak. Dalam bentuk tunggal, misalnya , dapat ditemukan dalam Al-Baqarah ayat 30 : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi” Dalam bentuk jamak, khalaif , disebut empat kali dalam Alquran , dan Khulafa disebut tiga kali

Sementara kata imam adalah orang yang ada “didepan”. Artinya tokoh yang harus diteladani dan memberikan teladan didepan. Tokoh ini harus terepan dari segala puncak kepribadian dan moral ; santun, terpuji, bermoral tinggi, bijaksana, rendah hati, dan yang paling utama dalam iman dan taqwa. Kata Imam dalam Al Quran disebut 7 kali, dengan makna dan konteks yang berbeda namun tetap saja Iman bermakna sama tentang tokoh keagungan, tokoh segala tokoh yang dijadikan teladan bagi keturunannya dan seluruh umat manusia, yaitu Nabi Ibrahim ( QS. Al-Baqarah (2):124) yang menjadi pemimpin langsung dari Allah , bukan melalui musyawarah, begitupula Nabi Muhammad tapi lebh memilih menjadi “pemimpin “ saja.

Dalam system politik kekuasaan, system presidential , President adalah Khalifah dan juga imam. Sebagai kepala negara ( bapak bangsa/imam) juga sebagai kepala pemerintahan ( khalifah ). Itulah dasar berdirinya negara kita, yang menempatkan posisi president begitu sempurnanya sebagai pemimpin. Dia harus menjadi teladan dan sekaligus pengatur berjalannya roda pemerintahan. Atau dalam teori managemen, kepemimpinan yang berlandaskan kepada kekuatan moral mengambil kebijaksanaan namun memahami ketentuan mengenai compliant (term and procedure). Dalam system demokrasi liberal ini , kedudukan president , posisi moral tidak otomatis menjadi kekuatan politik bila dia tidak bisa memenuhi compliant. Sementara compliant ini berbentuk UU dan PP yang syarat dengan kepentingan kekuasaan kelompok ,yang bermuara kepada kepentingan pribadi

Seharusnya para mereka yang duduk di Parlemen, sebagai pembuat compliant terhadap tugas kepresidenan juga memenuhi criteria imam karena dia dipilih langsung oleh Rakyat. Bukankah jargon demokrasi “ suara rakyat adalah suara Tuhan” . Seperti firman Allah “ orang orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka dimuka bumi ini, niscaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf ( baik) dan mencegah perbuatan yang munkar ( QS AL- Haji (22) : 41). Dari makna firman ini tidak lain adalah memimpin itu dengan cinta dan kasih sayang. Tidak ada pertikaian karena semua berbicara bernafaskan peran yang sama sebagai rahmat bagi alam semesta. Tidak sampai disitu saja, bahkan kita semua sebagai rakyat juga adalah pemimpin ( keluarga ) yang setiap kepeminpinannya akan dipertanggung jawabkan kelak di akhirat.

Ingatlah bahwa kepemimpinan itu adalah kekuasaan diberikan karena sebuah amanah. Tidak ada dogma lain yang membalut kepemimpinan kecuali dia harus mampu menunaikannya dengan baik. Jika tidak maka dia adalah pengkianat dan khianat itu adalah ciri orang munafik. Dalam islam kekuasaan bukanlah suatu kemewahan ataupun ketenaran, melainkan beban berat yang harus dipikul, dan tentu tidak sembarang orang yang mampu memikulnya. Sehingga tidak pantas bila kekuasaan itu menjadi rebutan. Tapi itulah yang kini kita saksikan…

Saturday, August 02, 2008

Manusia

Hari ini saya mendapatkan kirim email dari dua sahabat saya. Entah mengapa email yang dikirim satu sama lain saling berhubungan. Satunya menyampaikan kisah Nabi Ibrahim yang berusaha mengetahui rahasia Illahi. Satunya lagi menyampaikan tentang sifat ihsan yang sesuai tingkatannya seperti mukmin, mutaqin, muhsin dan muchlas.Mereka memberikan pencerahan tentang hakikat manusia diciptakan didunia. Dua email ini kembali memaksa saya membuka Al Quran ( Alhamdulillah software AL Quran juga dikasih Mas Hend, sehingga memudahkan saya melakukan search sesuai dengan topiknya). Saya tergugah ketika mencoba menghayati firman Allah "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan ke dalamnya Ruh Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud". (QS Al Hijir 28-29)"

Firman Allah itu membuat saya termenung lama. Ada pencerahan seperti melesat dalam kalbu saya. Ditengah tekanan berbagai masalah yang menyesakan , dua sahabat ini membuat saya tergiring untuk memahami ayat tersebut diatas. Bahwa benarlah manusia itu diciptakan dari dua dimensi. Dimensi pertama adalah phisik ( tanah liat kering ) dan kemudian setelah dalam keadaan sempurna , ditiupkan "Ruh ". Ayat itu ditutup dengan kata kata yang membuat saya tersentak " Maka tunduklah kamu (seluruh makhluk ) kepadanya dengan sujud. " Masya Allah. Begitu tingginya derajar manusia. Begitu mulianya kedudukan penciptraan manusia. Lantas mengapa akhirnya manusia kebanyakan menjadi hina lebih dari mahkluk lainnya? Mengapa manusia tak pernah lelah membuat tesis tentang keberadaan Allah. Padahal didalam manusia itu ada Allah ( Ruh)?.

Ayat tersebut menyadarkan saya tentang hubungan Raga dan Ruh. Raga manusia adalah sisi terlemah dari manusia itu sendiri. Raga terjebak oleh ruang dan waktu. Dibalik raga ada Akal dan Rasa. Dua ini berperan menyetir raga untuk bergerak atau diam, merasakan lapar, sakit, birahi, sedih, bahagia dan lain sebagainya. Mengapa dikatakan rendah derajat karena Raga itu renta oleh Akal dan Rasa. Berbagai penyakit Raga datang karena Akal dan Rasa. Namun disisi lain ada derajat tertinggi yang memiliki kekuatan tak tertandingi oleh apapun ,yaitu Ruh yang ada pada manusia. Ruh ini suci dari segala kebohongan , kecurangan. Ia tidak pernah dapat ditembus oleh kekuatan mahluk apapun, termasuk oleh ilmu akal manusia. Ruh tidak mengenal ruang dan waktu. Dia kekal , abadi. Kekuasaan menyelimuti seluruh alam semesata beserta isinya. Dan Ruh adalah "Aku" bersemayam pada manusia. Namun karena hakikat manusia diciptakan terdiri dari dua dimensi tersebut maka interaksi dengan “Aku” haruslah melalui raga. Itu adalah fitrah manusia, sebagai proses untuk mencapai kesempurnaan ;menyatu dengan "Aku"

Makanya manusia selalu diminta oleh Allah "dekatlah kepadaku", karena aku dekat dari urat nadimu". Rahasia 'Aku" ini tidak akan pernah terjawabkan bila manusia tidak mempercayai alquran dan hadith. Walau sebetulnya Alquran itu hanyalah secuil rahasia kehadiran "Aku" yang hanya diberikan kepada mahluk yang berujud "manusia”. Namun secuil rahasia itu menggiring manusia kembali kepada esensi “Aku”. Itupula sebabnya ilmu pengetahuan modern yang mengabaikan kehadiran “Aku” akan selalu menimbulkan paradox. Padahal dari sisi derajat terendah raga yang dibungkus oleh akal dan rasa ini terselip untaian mutiara tentang kehadiran Allah yang maha perkasa; Banyak buku dibaca tapi kurang bijak. Banyak obat dibuat tapi semakin banyak penyakit, Besar rumah dibuat tapi kurang kenyamanan. Mengejar kebahagiaan tapi miskin waktu. Jabatan tinggi tapi rendah kebijakan. Istri cantik tapi menyebalkan. Semakin manusia menempatkan raganya sebagai hal yang esensi maka sebetulnya dia lebih memilih sisi terendah derajatnya, hina dan zolim. Akan selalu menimbulkan paradox. Padahal esensis eksistensi manusia itu bukan raga tapi Ruh!. Buktinya Allah menempatkan manusia sebagai mahkluk yang "harus disembah oleh mahluk lainnya. Dia khalifah dimuka bumi.

Dari pemahaman ini maka siapakah kita? . Apakah kita lebih memanjakan raga kita , yang notabene adalah materi terendah derajatnya atau kita mengutamakan Ruh ( bashirah) kita dalam berbuat sebagai dimensi tertinggi derajatnya dibandingkan seluruh makhluk ciptaan Allah. Itulah yang membuat saya terharu ketika Mas Hend mengirim SMS untuk memberikan dukungan sikap saya dengan kalimat "BISMILLAHIRAHMANIIRAHIM, dia mengharapkan saya kembali kepada esensi saya diciptakan , dimana setiap perbuatan haruslah mendahulukan kehadiran Allah untuk berbuat karena cinta dan kasih sayang. Ungkapan hakikat cinta ini seperti email Mas Edi " mencintai anak dia akan meninggalkan kita dan akan mati. Mencintai istri yang ketika muda cantik segar, bila sudah tua sering sakit ,rewel , kadang menjengkelkan kemudian mati, mencintai gelar, S1, S2, S3 selanjutnya Professor, bila tua akan menjadi pikun. Mencintai pangkat letnan, kolonel, jendral , jendral bintang lima stroke sakit perut, dan satunya terjerat sarung jatuh dan mati. Mencintai diri muda cerdas mata awas, tenaga perkasa, ketika senja rambut memutih, mata kabur, suara melemah, tenaga loyo gampang mengantuk, diringgalkan teman-teman kemudian mati juga..." ternyata yang abadi adalah Allah dan tentulah setiap apapun kecintaan kita didunia ini karena didasarkan kecintaan kepada Allah.Karena itulah yang abadi.

Maha suci Allah. Dari dua orang sahabat ini saya dikembalikan setelah terjebak sesaat dengan raga saya.

Friday, August 01, 2008

Giliran yang muda

Saya termasuk tergolong tua walau usia saya belum 50 tahun. Tapi saya senang melihat orang yang dibawah usia saya lebih cerdas dan tanggap terhadap situasi yang ada. Mereka yang saya temui dalam keseharian saya adalah mereka para pebisnis muda dan juga para aktivis muda. Ada dua kelompok tempat mereka berada, dunia business dan kemasyarakatan. Dari dua kelompok ini masing masing punya cabang berbeda beda. Pebisnis muda , pertama yang tampil berkat dukungan orang tua atau tepatnya “ lahir sudah berdasi”. Kedua , yang tampil dari komunitas bawah atau tepatnya “ anak kolong”. Sementara politisi muda, terbagi dua juga. Pertama, politisi yang besar karena reformasi dan memilih jalur partai untuk berkarir. Kedua, politisi kelas informal atau tepatnya aktivisi kemasyarakatan. Kelompok aktivis kemasyarakatan ini ada yang memang bergerak bergerilya dibawah tanah untuk keyakinannya. Adapula yang sengaja keliatan sibuk sebetulnya sekedar mengharapkan dukungan dana LSM luar negeri

Dua kelompok anak muda hadir melengkapi kehidupan social ,politik ,ekonomi kita. Mereka adalah orang orang yang cerdas dan tidak inferior complex. Tampil percaya diri dengan segala sikapnya, menampakan sosok yang mengagumkan kita. Mereka muda belia, lulusan universitas didalam maupun luar ngeri ,berwawasan luas, negosiator ulung dan bersemangat tinggi pantang menyerah. Dari dunia business umumnya lahir dari keluarga the have seperti Sudiro Andi Wiguno, Sandiaga Uno , Rosan Roslani, Patrick Waluyo, Anindya Bakrie, Michael Sampoerna, Erick ,Garibaldi Tohirr. Dari kalangan manager professional muncul nama seperti Anton Harjanto , Yoris Sebastian, Erwin Tenggono,.Dari kalangan politisi kita dapat mengenal seperti Budiman Sudjatmiko, Nusron Wahid, Rama Pratama, Pius Lustrilanang, dan Fahri Hamzah, Para aktivis LSM kita sering mendengar nama nama seperti Usman Hamid ,Ifdhal Kasim ,Agung Putri ,Sri Palupi, Waluyo Jati, Fadjroel Rachman, Mohamad Qodari . Dari kalangan kampus juga muncul nama seperti Anis Baswedan, Deny Indrayana, dan Saldi Isra. Banyak lagi yang lain yang tak kurang militannya berbuat untuk negeri ini. Namun mereka memilih diam dalam berbuat bersama komunitas muram negeri ini.

Sebuah fakta bahwa tidak perlu ada kecemasan akan hilangnya generasi First class.Akan selalu tampil dalam catatan sejarah para kaum muda untuk menggantikan estapet para orang tua. Namun, mereka tetap saja bagian elite negeri ini. Mereka tampil dalam bidang politik , ekonomi mapun social karena keberadaan orang tua. Mungkin karena sikap pemberontak karena orang tua yang bebal. Atau karena memang dibesarkan dan dituntun oleh orang tua. Tentu kedua duanya tidak bisa disalahkan. Ini hokum alam dari proses lahirnya regenerasi. Tidak seharusnya meredam gejolak para orang muda ini hanya karena ingin mempertahankan statusquo. Stigma orang tua lebih wisdom daripada orang muda , sudah seharusnya dihilangkan dalam budaya kita. Bagaimanapun mereka adalah anak anak kita yang berhak menuntut porsinya. Sudah saatnya kita mempercayai mereka. Kalau tidak, kapan lagi ?

Hanya yang harus digaris bawahi. Para orang muda harus pandai membaca sejarah orang tua. Bahwa tak banyak yang bisa diteladani dari generasi tua, kecuali rasa syukur bahwa kalian para generasi muda memiki rumah sendiri bernama ‘Indonesia. Simaklah kata kata dari Pramoedya Ananta Toer “ kami adalah generasi yang gagal. “ Hanya hal yang patut dijadikan pijakan bahwa kekuasaan karena ingin mengejar harta adalah kezaliman, kekuasaan karena amanah Allah adalah kemuliaan.. Membangun business tanpa Erika moral adalah animal business. Membangun business untuk kepentingan stakeholder adalah hero. Mengembangkan karir managerial tanpa visi enterprenueship adalah pengekor alias budak.Professional yang entrepreneurship adalah pembaharu. Itu semua tertulis dengan jelas dalam buku sejarah orang tua kita. Yang baik ditiru dan yang buruk dihapus. Jangan ulang lagi kesalahan generasi tua. Jangan lagi. Ingatlah disebelah sana jauh dari tempat kalian tinggal ada kumpulan diam para kaum duapa harta dan ilmu. Mereka ada dipelosok desa, dibalik gunung, dipantai, dibalik gubuk reot. Mereka tak pernah berhenti menanti uluran tangan para orang berilmu dan berharta untuk melindungi mereka dengan cinta.

Maka mulailah berinprovisasi untuk lahirnya visi Indonesia kedepan. Kita berharap Indonesia ditangan orang muda akan lebih baik, setidaknya orang muda dapat belajar dari kesalahan orang tua dan menjadikan hal yang baik dari orang tua sebagai inspirasi membangun kejayaan negeri ini. Ingatlah kata kata Soekarno “Kalau pada saya diberikan seribu orang tua, saya hanya dapat memindahkan gunung semeru. Tapi kalau sepuluh pemuda bersemangat diberikan kepada saya, maka seluruh dunia dapat saya goncangkan”

Pria minang...

  Orang tua saya mengingatkan saya, “ Kalau hanya sekedar makan untuk mu dan keluargamu, monyet di hutan juga begitu.” Kata orang tua saya. ...