Thursday, March 21, 2024

Akhlak atau spiritual

 





Apa pendapat bapak soal kenaikan pajak PPN 12 % “ tanya Lina. Peningkatan tarif PPN tujuannya tentu untuk meningkatkan penerimaan negara di setiap jalur produksi dan distribusi. Tetapi inflasi juga akan meningkat akibat harga jual barang dan jasa naik. Dalam konteks Indonesia,  ini implikasinya sangat luas terhadap sektor produksi. Sebelum ada kenaikan PPN, daya beli sudah turun. Dengan kenaikan pajak PPN itu akan semakin memukul daya beli, tentu produksi juga akan turun. Padahal kita tahu sektor industri kontribusinya terhadap PBD sejak tahun 2013 menurun dibawah 20%.


Susah juga ya kelola ekonomi negara itu.” kata Lina. Menurut saya tidak juga susah. Sederhana saja. Sesederhana hukum persamaan  filosofis ekonomi yaitu I= C+ S. Setiap individu punya hak menentukan sendirian pilihannya untuk mendapatkan income. Setiap Income digunakan untuk pengeluaran konsumsi. Sekaya apapun orang, makannya hanya tiga kali sehari. Nah kelebihan dari pendapatan setelah konsumsi itu mereka salurkan ke tabungan. Tabungan itu bukan hanya di bank tetapi juga dalam bentuk investasi.


Dari rumus I=C+S, fenomena ekonomi terjadi secara makro.Seharusnya kebijakan negara menginfluence terjadinya perubahan pada sisi S (saving). Karena ini berkaitan dengan behaviour economy dalam masarakat,  yang kadang terjebak dengan kebutuhan Maslow. Makannya diperlukan ilmu diluar ekonomi untuk melahirkan kebijakan yang bisa menimbulkan proses social engineering terhadap kelebih pendapatan. Dalam study public policy, social engineering itu dipelajari.  


Misal,  agar tidak terjadi tumpukan uang di sektor moneter dan beralih ke sektor real seperti industri barang dan jasa, maka pemerintah membuat kebijakan bahwa tabungan di Bank dikenakan pajak progressive. Tentu ini ditentang dalam teori ekonomi klasik. Tapi dampaknya bagus terhadap perubahan behaviour tentang uang.  Bahwa esensi uang itu adalah apabila produksi dan distrbusi berjalan lancar secara sistem. 


Nah agar aliran dana terjadi meluas dan tidak terakumulasi kepada sekelompok saja, maka pemerintah buat kebijakan anti rente. UU Persaingan usaha di-implementasi dengan tegas. Sehingga antara yang besar dan kecil hidup berdampingan dengan sinkronize.  Kebijakan ini jelas ditentang oleh teori ekonomi pro market. Tetapi bagus untuk kelancaran proses produksi. Kemudian agar sektor real bergairah, efisien atas dasar kreatifitas, pemerintah membuat kebijakan insentif pajak bagi dunia usaha yang melakukan riset IPTEK. Juga jelas tidak sesuai dengan ekonomi pasar. Tapi dari sini akan melahirkan kolaborasi dan sinergi antara akademisi, profesional dan dunia usaha. Perubahan pun terjadi.


Jadi tidak selalu harus mengikuti teori dasar ekonomi bekerja. “ Kata Lina. Memang teori ekonomi itu bukan ilmu eksakta. Selalu berdiri diatas asumsi ideal. Tetapi dalam prakteknya kehidupan ini tidak ada yang sempurna. Mana ada ideal itu. Artinya public policy itu basisnya adalah social engineering. Rekayasa sosial untuk terjadinya transformasi dari ekonomi tradisonal ke ekonomi modern, dan itulah perlunya negara mengatur, agar terjadi proses social engineering terus menerus. 


Hanya dengan social engineering ? tanya Lina.  Dalam  public policy, social engineering tidak akan efektif menginfluence perubahan prilaku ( behaviour) publik kalau tidak disertai dengan proses value engineering.  Kalau dianalogikan seperti teko dan teh. Social engineering itu teko. Sementara value engineering tehnya. Indah gimanapun teko tapi tehnya tidak berkualitas, ya  itu namanya penampilan doang yang hebat tapi tidak ada manfaatnya. Setinggi apapun pertumbuhan ekonomi tetapi tidak berkualitas itu hanya fake growth.


“ So, Value engineering itu apa ? tanya Lina. Rekayasa nilai terhadap kebiasaan yang menghambat kita berkembang mengikuti perubahan zaman. Kalau bahasa mesranya value engineering itu adalah spiritual. Spiritualitas bukanlah lari dari agama secara esensi dan nilai. Spiritualitas berkembang di setiap dimensi kehidupan dengan cinta, tanggung jawab, keseimbangan batin, kreativitas, dan kasih sayang.Saya peluk kamu. Itu jelas agama melarang. Karena bukan muhrim. Tetapi bagi saya memeluk itu sikap anti diskriminasi gender, meningkatkan trust dan rasa nyaman bawahan terhadap atasan. Jadi esensinya bukan soal patut atau muhrim. Tetapi value kemanusiaan. Bahwa kasih  atas dasar rasa hormat. 


Kadang kita terjebak dengan standar normatif. Kita anggap hubungan resmi menikah itu standar yang solid bagi agama. Soal hak dan kewajiban belaka. Tetapi kadang esensi hubungan manusia atas dasar hormat diabaikan. Betapa banyak wanita direndahkan suami. Hanya kelambanannya, ketidak sempurnaannya dibandingkan WIL dan lain sebagainya. Itu lebih rendah dari pelacuran dan perbudakan. Sama halnya kita banggakan pertumbuhan ekonomi, tetapi demi tataniaga pasar dalam dimensi ketahanan pangan, kita korbankan petani atau produsen.  Itu lebih buruk daripada kolonialisme.


Lina mengangguk angguk. : Singkatnya value engineering itu adalah bagaimana berproses menjadi orang sabar, jujur, dermawan, sopan, rela berkorban, adil, bijaksana, dan karenanya dia bisa melewati perubahan zaman dengan rendah hati melakukan kreatifitas dan inovasi tanpa jeda untuk peradaban yang lebih baik. Ya revolusi mental menjadi manusia free Will dan berani melakukan perubahan dan memperbaiki diri terus menerus 


Tuesday, March 19, 2024

Cerdas berlogika dan bersikap.




Mengapa kegiatan ekonomi itu terbelah.Ada yang formal dan ada yang informal. Ada yang kaya dan ada yang miskin. Ada yang melimpah sumber daya dan ada yang kekeringan. Mengapa ? tanya teman. Saya tahu ini pertanyaan retorik yang sebenarnya dia  sudah punya perspektif sendiri terhadap jawaban itu. Apa ? Ya faktor ketidak adilan. Sebenarnya kalau dia mengerti ilmu filsafat ekonomi. Dia akan paham apa yang disebut dengan teori rasional. Bahwa suatu individu atau kelompok selalu membuat keputusan yang bijak dan logis atas pilihan yang ada. Jadi bukan ketidak adilan sumber masalah tetapi soal pilihan.


Kemampuan membuat keputusan memilih itu tergantung kepada mindset atau prilaku. Sementara prilaku individu dipengaruhi banyak faktor, seperti nilai sosial dan budaya yang sering kali tidak dapat dijelaskan secara rasional. Contoh orang yang lahir dari keluarga pegawai, yang hidup secara linear. Sekolah, masuk universitas, terus jadi pegawai. Engga mungkin dia mengambil pilihan sebagai wirausaha mengelola sumber daya yang terbatas dan beresiko, Dia cenderung memilih cara aman. Walau sebenarnya cara aman itu justru tidak aman dalam jangka panjang.


Atau orang yang lahir dari lingkungan pendagang informal dan dari keluarga tidak terpelajar. Dia tidak akan mampu berpikir mendirikan pabrik dengan memanfaatkan fasilitas bank atau lembaga ventura. Dia lebih focus mencari lapak dan barang yang bisa laku dijual. Kalau karena itu tidak membuat dia kaya, itu bukan pilihan dia. Dia engga ambil pusing. Pilihannya hanya ganjel perut dan melanjutkan hidup dengan apa adanya. 


Melihat masyarakat seakan berkelas, itu bukan by design. Tetapi memang terjadi secara natural saja. Kalau terus dipertahankan maka proses membangun peradaban tidak akan bergerak ke depan. Makanya kajian filsafat aspek rasionalitas diperlukan, untuk menganalisis penyimpangan perilaku individu yang mungkin saja tidak bisa dijelaskan secara empiris. Lahirnya teori value engineering dan social engineering, sebenarnya cara jenial mengetahui hambatan orang untuk berubah dari belenggu tradisi atau status quo. Dibawah ini saya gambarkan singkat roadblock kita.


Merasa rendah.

Empat kali saya bangkrut di usia emas saya. Mengapa saya tidak bisa mapan dalam kesuksesan.? Ada apa dengan saya.? Pertanyaan itu sempat ada ada dalam pikiran saya. Ibu saya menasehati. Beras dikunyah tidak bisa seperti cabe yang langsung bisa dirasakan. Tetapi semakin sering makan beras, rasa manis akan terasa. Anak balita tidak bisa langsung berlari. Dia perlu berjalan melata dan kemudian merangkak dan berdiri untuk akhirnya berlari. Artinya hidup butuh proses. Tetapi proses yang terus berubah. Bukan waktu saja yang berubah. Jangan hanya usia berubah tapi mindset tidak berubah. Sikap dan mental kita harus juga berubah lewat kegagalan dan derita. Itu ilmu hikmah. So, jangan terlalu merendahkan diri sehingga menggelapkan jalan untuk bangkit menjadi hebat. 


Mudah menyerah
Banyak orang merasa menyerah ketika menghadapi kesulitan untuk hal hal baru. Perasaan ini semakin kuat ketika ada emosi yang terikat pada sebuah kegagalan atau hinaan, atau umpatan. Jadi lawan prilaku mudah menyerah. Bahkan dalam situasi tidak tertanggungkan. Ingatlah, bahwa kita harus berubah sepanjang usia untuk sampai kepada sebaik baiknya kesudahan. Tida ada batas waktu untuk berubah menjadi lebih baik. Jadi, perkuat resilience anda menghadapi setiap roadblock. Yakinlah tidak ada manusia terlahir dan tercipta dalam keadaan lebih buruk dari yang lainnya. Semua lahir telanjang. Proses yang menentukan nilai orang.


Mudah terjebak too good to be true.
Merasa kalau mengikuti jalan orang sukses anda akan sukses. Tidak ada kesuksesan yang bisa di copy paste. Hanya ikut seminar motivasi anda bisa sukses. Hanya jadi follow influencer anda akan mengikuti jejak langkahnya. Itu hanya retorika. Bukan realitas. Tidak ada yang too good to be true. Awalnya jalan itu tidak ada yang lewat. Karena penuh blukar dan onak. Mudah terluka melewatinya. Orang banyak menghindarinya. Namun karena anda melewatinya, jalanpun tercipta. Dibalik setiap hambatan tersedia peluang. Di setiap tampa hambatan, resiko jatuh mengancam. Hadapi hambatan dan kesulitan itu karena anda yakin Tuhan Maha Penolong. Cintai Tuhan dengan prasangka baik tanpa berkeluh kesah dan tetap focus. Bahwa sesuatu yang sulit terkandung hikmah untuk anda menjadi something else.


Perfeksionisme.
Tidak ada manusia yang terlahir sempurna. Tidak ada jalan yang selalu datar. Dan tidak ada jalan yang terus mendaki dan menurun. Jangan kecewa kalau orang berjanji tidak ditepati. Biasa itu. Jembatan biasa lapuk dan janji biasa mangkir. Jangan kecewa kalau rencana anda tidak berjalan sesuai harapan. Biasa saja. Yang tidak boleh anda berjalan tanpa tujuan dan tanpa rencana. Orang bijak berkata, orang yang tanpa rencana karena dia tidak berencana untuk sukses. Pelajari semua hal dibalik rencana itu. Tetapi jangan larut dengan perfeksionisme sehingga membuat anda tidak kemana mana. 


Demikianlah. The end of story, Jangan silau dengan sukses orang lain. Enak makanan hanya sebatas lidah. Setiap orang belajar dan mengasimilasi pengalaman baru secara berbeda. Lepaskan istilah harus. Focuslah kepada tujuan. Kalau lelah istirahat dan bersantai. Kalau bertemu dengan pasangan yang cocok menikahlah. Satu sama dengan nol, dua sama dengan satu. Itu aja filosofinya. Engga perlu harus mapan lebih dulu untuk menikah. Dimana beranak di situ bayi dibuai. Engga usah banyak mikir. Too much thinking can kill you

Wednesday, March 13, 2024

Ambisi yang merusak diri.

 




Dalam lakon karya shakespeare, Lady Macbeth memonologkan keinginannya untuk “melompati kehidupan yang akan datang”. Kata kerja “melompat” menunjukkan keinginan yang sangat besar untuk melompat maju, tanpa batas, ke dalam kekuatan dan saat-saat indah yang menantinya. Gagasan tentang “lompatan” juga menunjukkan niat Macbeth untuk menipu jalannya melalui hierarki, tidak hanya dengan membunuh raja tetapi juga dengan penipuan: menjebak putra-putra Duncan untuk memastikan penobatannya sendiri - seperti yang secara historis di Skotlandia, ahli waris dipilih dan bukan otomatis menjadi putra tertua Raja saat ini.


Gambar ini secara efektif menunjukkan potensi kekerasan berskala besar yang dapat ditimbulkan oleh Ambisi yang mustahil untuk dipenuhi, yang menggambarkan pembunuhan brutal lainnya yang dilakukan Macbeth dalam adegan berikut. Secara keseluruhan, ambisi dalam kasus kedua protagonis tragis ini pada akhirnya memberikan hasil yang berlawanan dengan apa yang mereka harapkan; alih-alih menjadi Raja dan Ratu Skotlandia, keduanya malah mati dan penonton dibiarkan merenungkan pesan moral Macbeth: bahwa ambisi egois pada akhirnya mengarah pada kehancuran.


Macbeth mengakhiri monolognya dengan peringatan pada dirinya sendiri untuk tidak membiarkan ambisi menguasai diri, dengan mendeskripsikan seorang penunggang kuda yang mencoba menaiki kudanya, tetapi terlalu bersemangat dan tetap terjatuh. Macbeth gagal memperhatikan peringatannya sendiri, malah menjadi terlalu bangga dan mengagumi diri sendiri. Namun, o'erleap dapat diartikan sebagai tindakan salah penilaian yang komedi, sangat mirip dengan ketidaktahuan Mcbeth yang hampir menggelikan tentang hidup akan abadi. Lupa setiap hari kematian itu sangat dekat.


Shakespeare menggunakan gambaran yang berhubungan dengan Alkitab atau Kristus untuk memperingatkan penonton betapa berbahayanya ambisi Macbeth nantinya. Metafora “piala beracun”  membuat penonton ngeri saat menyadari besarnya sikap tidak menghormati benda suci. Hal ini menarik perhatian pada kepercayaan yang tersebar luas di era Renaisans Akhir mengenai tatanan ilahi, dan karenanya membunuh raja tidak hanya merupakan pengkhianatan tingkat tinggi, namun juga merupakan pengkhianatan terhadap Tuhan.


Agama sebenarnya mengimbau agar setiap orang punya ambisi. Tetapi ambisi tidak seperti yang digambarkan oleh Shakespeare dalam 'Macbeth' sebagai sifat destruktif, yang mengikuti keyakinan agama di era Elizabeth; bahwa Tuhan memberi Anda tempat di bumi, dan upaya untuk menginginkan atau meningkatkan status kelas. Engga begitu. Agama mengajak orang berambisi untuk bermanfaat bagi orang lain. Status orang dihadapan Tuhan diukur dari manfaat seseorang bagi orang banyak. Tidak ada kelas karena suku, ras, atau harta atau jabatan. Yang ada adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

Monday, March 11, 2024

Soeharto lebih baik ?

 



Mereka yang berkuasa pasti menghabiskan banyak waktunya untuk menertawakan kita sebagai rakyat. Kita tidak menyadari itu. Karena kita berada di istana utopia dari sebuah kebodohan dan keluguan sebagai korban pemangsa. Sangat mudah percaya dengan janji utopia politisi dan bermimpi diatas kultus individu kepemimpinan.  Tapi sebenarnya kekuasaan tiran berdiri diatas istana pasir. Pujian orang bodoh dan tolol mudah berubah jadi kebencian. Jarak benci dan cinta diatas pencitraan itu tipis banget. Karenanya apapun opini dan oposisi itu dianggap ancaman. Kawatir pencerahan membuat rakyat tercerahkan. Dan akhirnya melawan. 


Tiran, sepanjang sejarah masa lalu, selalu memikirkan keuntungan mereka sendiri dibandingkan keuntungan masyarakat lainnya. Mengapa ? sifat manusia, pada umumnya dan sebagian besar, adalah egois.  Tanpa egoisme anda kehilangan semangat bertarung mengalahkan. Egoisme itu bagus kalau dalam takaran wajar. Masalah wajar seperti apa? inilah yang rumit. Serumit cara berpikir kaum liberal yang mengusung demokratisasi,


“Kami, kaum progresif. Mengusung perubahan“ Demikian argumennya terdengar bijaksana dan baik “  Kita tahu reformasi apa yang dibutuhkan dunia, jika kita punya kekuatan, kita akan menciptakan surga. Demikian obsesi menjatuhkan Soeharto yang terkesan tiran. Maka, karena terhipnotis secara narsistik oleh perenungan akan kebijaksanaan dan kebaikan reformasi, sebuah tirani baru tercipta. Yaitu oligarchi, Atau gerombolan bandit. Yang lebih sadis daripada tirani Soeharto.


Yang saya bingung, semua partai dari Paslon 1 dan 3  mengatakan telah terjadi pelanggaran Pemilu yang TSM. Anehnya kan Partai koalisi pemerintah adalah juga mereka yang menjadi pendukung Paslon 1 dan 3. Anehnya lagi mereka ribut setelah usai Pemilu. Pertanyaannya adalah mengapa sampai TSM begitu mudahnya. Apakah sehebat itu Jokowi? Tanya teman. Terkesan lugu memang. Jokowi bagian dari gerombolan oligarchi. Dia sama saja dengan elite partai lain yang menjadi koalisi pemerintah. Hanya saja kebetulan jabatannya presiden, dan dia punya kontrol terhadap institusi negara seperti menteri, POLRi dan TNI,KPU, dan lainnya.  


Nah mana ada Elite partai dan pejabat yang bersih? Itu sama saja seperti mana ada PSK yang perawan. Semua kotor lah. Jokowi bisa kapitalisasi situasi itu agar semua pihak TST saat dia berada dibalik paslon 2. Antar mereka saling sandera kasus. Bahkan mereka juga entertain keluarga Jokowi. Nah bertambah dah rumitnya. Apalagi masyarakat terpolarisasi dalam  kontestasi pemilu, yang seakan sebuah  perang antara si baik dan si Mantiko. Nyatanya itu hanya sebuah draman kolosal untuk rakyat yang bodoh. 


Misal Jokowi membagikan Bansos disaat menjelang Pemilu. Itu dianggap cawe cawe. Kelihatan dengan kasat mata, itu benar adanya. Episode sayang anak. Namun substansinya Bansos itu diberikan karena situasi ekonomi sedang genting.  Rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan pada 30 oktober 2023 dan 29 januari 2024, yang mengantisipasi dampak dari inflasi. Maklum keadaan ekonomi kita sejak dua tahun lalu memang memprihatinkan. Likuiditas global semakin seret akibat kebijakan suku bunga the fed. Ini membuat ongkos operasi moneter sangat mahal. Rakyat awam mana paham itu.


Jadi jadwal pemberian Bansos itu bukan kehendak Jokowi tetapi KSSK. Kalau engga, bisa chaos ekonomi kita. Bisa batal Pemilu. Ya. Coba bayangin kalau harga beras sebelum Pemilu seperti sekarang Rp, 16.000/Kg. Kan bisa chaos politik. Maklum saat menjelang Pemilu situasi politik memang memanas. Krisis pangan bisa berdampak kepada krisis politik. Rakyat mudah sekali terbakar oleh provokasi dan POLRI/TNI tidak akan bisa menghalangi people power pada musim politik. Kalau paslon 2 diuntungkan secara politik karena Bansos itu, paslon lain juga dapatkan trade off dari adanya Bansos itu. Tanya aja berapa mereka dapatkan dana kampanye dari pengusaha yang menikmati restruktur kredit C-19 ratusan triliun.

Heboh setelah usai pemilu soal TSM. Mau adakan hak angket lah.  Itu hanya drama. Yang harus dipahami dalam konteks politik. Keributan itu hanyalah bargain posisi. Termasuk hak angket. Kan politik selalu harus punya bargain. Perbedaan pendapat itu hanya karena merasa pendapatan beda. Kalau karena bargain terjadi kompromi, pendapatan sama, ya pendapat mereka jadi sama. Hak angket batal atau dibawa angin lalu hasilnya. Biasa saja. Kenapa begitu? Jangan meliat Jokowi dan Partai itu berdiri sendiri. Ada aktor lain yang juga menentukan, yaitu pengusaha. Selagi kepentingan pengusaha terjaga, kompromi antar elite pasti terjadi. Semua akan baik baik saja. Keberlangsungan oligarchi terus terjaga. Memang itu agendanya. Rakyat awam engga paham itu.

HAK istri.

  Ada   ponakan yang islamnya “agak laen” dengan saya. Dia datang ke saya minta advice menceraikan istrinya ? Apakah istri kamu selingkuh da...