Thursday, July 27, 2023

Salah niat salah jalan.

 





Kita percaya bahwa sistem demokrasi itu memberikan hak politik pada setiap orang untuk memilih orientasi politik berdasarkan one man one vote. Suara jenderal sama dengan suara prajurit. Suara konglo sama dengan suara pedagang kaki lima. Kita datang ke bilik  suara Pemilu untuk memilih langsung caleg yang akan mewakilli kita di Parlemen dan memilih pemimpin yang akan memimpin kita. Dengan sistem begitu maka setiap caleg dan Presiden/Gubernur / Bupati/Walikota bertanggung jawab langsung kepada kita. Kalau mereka tidak amanah, kita akan hukum dengan tidak memilh mereka lagi. Tamat karir politiknya.


Tapi tahukah anda. Caleg yang kita pilih itu bisa kapan saja diberhentikan oleh Partai ( PAW ). Lantas untuk apa kita pilih langsung kalau toh yang berhak atas anggota legislatif bukan kita tetapi partai. Tahukah anda?. Presiden/Gubernur / Bupati/Walikota yang anda pilih langsung itu, pada akhirnya berkoalisi dengan partai yang tidak anda pilih. Tanpa koalisi mereka engga bisa kerja. Lantas untuk apa kita pilih Presiden/Gubernur / Bupati/Walikota  secara langsung. Kalau toh pada akhirnya mereka kerja atas dasar koalisi partai.


Tahukah anda bahwa kita tidak bisa bebas menentukan pilihan pemimpin atau anggota legislatif.  Karena pilihan itu yang tentukan adalah partai. UU batasi hak kita itu lewat presidential threshold dan parlement threshold. Ibarat menue makanan. Mereka sudah sediakan menue untuk kita. Silahkan pilih. Minta selain daftar menue yang ada, engga ada. Silahkan pergi saja. Kalau suka, ya makan aja. Engga usah protes kalau menue yang kita pilih terlalu asin atau manis. Berani protes dijalanan atau medsos, salah salah bisa masuk bui.


Kita melaksanakan hak politik digerakan oleh mesin partai yang terdiri dari kader dan relawan. Diantara kader dan relawan itu ada elite atau segelintir orang yang mengibarkan bendera dan menabuh gendang lewat media massa dan sosial media.  Apakah mereka memikirkan kita ? tidak. Kalau pesta demokrasi selesai. Yang menikmati lebih dulu adalah para elite. Para kurcaci dapat ampas dan kita rakyat hanya dapat sampah. 


Setiap hari kita disuruh mastur lewat berita dan narasi. Faktanya bila ekonomi menurun, yang kena PHK bukan mereka tetapi rakyat. Harga naik, yang meradang rakyat dan mereka pura pura tidak tahu, Tagihan cicilan tidak terbayar, disita bukan rumah atau motor mereka tapi rakyat. Jadi kalau mau jujur, masalah substansi dalam sistem politik bukan soal demokrasi atau totaliter, atau otokrasi, tetapi adalah niat baik. Setidaknya mereka yang numpang makan dari sistem itu tahu diri. Cobalah tanya diri sendiri. Apakah anda pantas menikmati fasiltas dan gaji dengan kompetensi dan dedikasi yang anda berikan. Jujurlah,  setidaknya pada diri sendiri...Karena jujur itu adalah repleksi cinta bagi semua. Tanpa cinta, tidak ada lagi yang perlu diperjuangkan dalam hidup ini. 


Dan kita sebagai rakyat, tidak usah berharap terlalu banyak kepada politik dan kekuasaan. Lalui sajalah hidup ini dengan iman. Jangan mengejar melangkahi  bayangan. Bekerjalah dengan keras tanpa keluhan. Setiap orang melewati takdirnya. Setiap orang menerima setiap pilihannya. Setiap kebahagiaan bukan karena harta tapi rasa syukurnya. Maka kita akan sampai kepada tujuan sebaik baiknya.







Sunday, July 23, 2023

Dewasa...

 



Kalau beli buku, saya tidak pernah memperhatikan siapa penulisnya. Yang saya perhatikan adalah kata pendahuluan dari tulisan itu. Dari kata pendahuluan itu saya tahu motivasi dia menulis dan apa kerangka berpikir yang dia pakai. Kalau itu menurut saya perlu sebagai pengetahuan ya saya beli buku itu. Tapi ada teman, beli buku karena faktor siapa penulisnya. Sama dengan nonton film karena aktor film. Kalau aktor nya disukai ya tonton. Kalau engga, ya dia engga tonton. Ya dia focus ke cover buku.


Kalau saya beli buku karena suka tidak suka dengan penulisnya. Itu artinya saya bersikap emosional dan personal terhadap orang. Itu pasti tidak objektif. Saya terjebak antara sikap pemuja dan pembenci. Itu ciri khas ketidak mandirian. Hidup bergantung kepada orang lain. Sampai mati tidak akan pernah dewasa dan kalau ada masalah  selalu berharap empati dari orang lain lewat keluhan dan menyalahkan. Saya tidak punya preferensi berlebihan secara personal kepada siapapun. Saya hanya focus kepada masalah substansi saja. Bahwa tidak ada manusia sempurna. Tapi manusia punya akal untuk menentukan piihan. Nah saya memilih jalan rasional bukan emosional.  Apakah orang suka atau tidak suka. itu bukan urusan saya. Karena saya juga belum tentu benar. Yang pasti saya bukan orang baik amat.


Sebagai bayi, kita menangis sepuasnya untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Ketika kita lapar, kita menangis dan ibu kita menyuapi kita. Ketika kita lelah, kita menangis dan kita diayun untuk tidur. Ya, kita menangis untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dan itu bekerja dengan sangat baik. Sayangnya, terlalu banyak orang dewasa masih berkelakuan bayi. Sibuk mengeluh dan menyalahkan orang lain. Sepanjang waktu terus seperti bayi. Usia menua tapi kelakuan balita.


Di Hong Kong saya dimenani Wenny makan siang. Saat masuk restoran, saya bertemu Wu. Dia menyalami saya dan  saya balas senyum. Dia minta izin ke tablenya.  “ Wu selalu cerita hal yang buruk tentang kamu. Seakan dia sangat mengenal kamu. Padahal dia bukan siapa siapa. “ Kata Wenny. 


“ Ah biasa saja. Namanya bisnis. Saya juga bukan orang baik amat.” Kata saya tersenyum. 


“ Kamu engga tersinggung? 


“ Bagi saya bisnis itu battlefield. Kita bersahabat dan bermitra lebih dari 10 tahun. Apakah kamu pernah merasakan sikap emosional  saya terhadap kamu, sehingga menghilang sikap rasional saya? “ Kata saya. Wenny menggeleng. “ Nah, kalau saya larut dengan emosional maka kontruksi hubungan kita rapuh. Kapanpun bisa retak dan pecah. Dan terbukti kamu bisa menerima sikap saya. Itu artinya kamu memang dewasa.“


Wenny tersenyum


“ Wu belum beranjak dewasa. Saya tidak berteman dengan balita tetapi dengan orang dewasa. “ Kata saya membalas senyum. 


Perjalanan menempuh usia 60 tahun, mengajarkan banyak hal kepada saya. Secara personal saya tidak pernah membenci siapapun. Juga tidak pernah mengidolakan siapapun kecuali orang tua saya. Saya berusaha menjaga tetap objektif dan proporsional bersikap. Mengapa ? orang lain itu tidak ada kaitannya dengan masalah subtansi yang saya hadapi. Hidup ini bukan antara saya dan anda. Tetapi antara saya  dan Tuhan saja. 


Makanya dalam situasi apapun saya selalu ingat pesan ibu saya. “ Jangan pernah tinggalkan sholat lima waktu. “ Itu artinya ibu saya ingatkan saya bahwa dunia ini, hanya sendagurau belaka. Jangan focus kesana. Itu neraka. Yang ensensi adalah hubungan saya dengan Tuhan. Saya bukan siapa siapa tanpa Tuhan. Cukuplah Tuhan tempat bersandar. Kini saya menua dan saya baik baik saja. Saya punya financial freedom, bukan karena saya super rich  tapi karena saya hidup sederhana. Dipuji tidak melambung, dan dibenci tidak tersungkur. Menjadi tua itu keniscayaan tapi dewasa itu pilihan.

Sunday, July 09, 2023

Cerdas lah..

 




Di dunia ini hanya ada dua jenis manusia. Pecundang dan penakluk. Hewan juga begitu. Keduanya hidup saling melengkapi dalam satu ekosistem. Hanya saja untuk manusia tetap saja berbeda dengan hewan. Manusia punya kebebasan memilih mau jadi pecundang atau penakluk. Beda dengan hewan yang memang tidak punya kebebasan memilih. Kan engga mungkin harimau dimangsa kambing. Dalam bisnis anda bisa bersikap sebagai pecundang atau penakluk. Tentu dengan syarat anda punya akal untuk bersikap cerdas mengelola posisi dimana anda berada.


Pada tahun 2004 awal saya masuk ke China. Kalau saya memilih jalan produksi, saya pasti dikalahkan oleh rakyat China. Mengapa ? itu negara mereka. Sementara saya orang asing. Tentu hak saya terbatas mendapatkan fasilitas. Kalau saya andalkan modal jelas saya tidak punya seperti orang korea dan Jepang yang invest di China. Jadi dimana posisi saya berdiri? Ya kekuatan saya ada pada  pengalaman salesman dan itu adalah kelemahan pada umumnya pengusaha China. Mereka tidak paham menguasai pasar ekspor dan mereka perlu pasar untuk menyerap produksinya.


Saya masuk ke bisnis maklon di China. Saya tidak beli barang jadi untuk diekspor tapi masuk ke dalam proses produksi dari hulu sampai hilir. Dengan demikian saya menyediakan pasar bagi banyak industri di China. Tentu saya dapat dukungan luas. Karena posisi tawar saya sangat kuat. Fasilitas modal mudah saya dapatkan dari credit agency pemerintah. Saya kerja keras selama 3 tahun. Mengelilingi dunia sebagai salesman produk China dan tentu berhasil mendatangkan uang puluhan juta dollar. Di hadapan saya, industri china itu pecundang.


Orang  singapore juga sama. Mereka tidak punya sumber daya alam. Tapi mereka penakluk dihadapan orang Indonesia dan negara lain. Mereka kuasai sumber daya yang dimiliki negara lain. Itu bukan hanya sebagai broker tetapi diolah lewat ekosistem bisnis yang menghubungkan pasar, sumber daya dan financial. Contoh, Singapore punya kawasan industri sendiri untuk downstream CPO di China, India, Eropa, Malaysia. Di Indonesia mereka kuasai kebun sawit lewat ekosistem financial. Ya mereka mendekati pasar dan sumberdaya. Begitu juga dengan mineral dan batubara, bahkan migas.


Di era industri 4 G, singapore tidak punya pasar luas market place. Karena penduduknya sedikit. Tapi mereka punya infrastruktur Gateway dan data center Tier-1  di Jurong Industrial Park. Mereka terlibat dalam konsorsium Fiberoptik trans global. Semua ecomerce platform Unicorn / decacorn negara ASEAN memanfaatkan fasilitas infrastruktur internet itu. Negara lain yang punya sumber daya market, bakar uang untuk investasi ecommerce dan panetrasi market, tapi Singapore yang menikmati value dari setiap traffic transaksi. 


Tahukah anda bahwa kebutuhan Almunium dalam negeri sebesar 500.000 Ton per tahun. Dan tahukah anda dari kebutuhan pangsa dalam negeri itu, industri Almunium ( PT Inalum )   hanya mampu memenuhi sebesar 104 ribu ton per tahun. Walau kapasitas Pt. Inalum mencapai  260 ribu ton aluminium ingot per tahun , hanya 40% yang dijual ke pasar dalam negeri, sisanya di ekspor dalam rangka memenuhi kontrak offtaker dengan Jepang. Sementara kekurangan 400.000 Ton Almunium terpaksa Impor.


Sejak era reformasi kita tidak pernah berusaha meningkatkan kapasitas produksi Inalum. Dan tahun 2017, Jokowi sudah memerintahkan Inalum untuk menambah kapasitas dengan perluasan  3 kali lipat dari yang sudah ada sekarang. Artinya di samping Inalum bisa menjamin kebutuhan dalam negeri, juga bisa memenuhi pasar ekspor yang besar. Tapi Inalum tidak juga bangun. Nah tahun 2022, China melalui Nanshan Group membangun fasilitas pabrik alumina berkapasitas 2 juta ton per tahun. Di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang di Pulau Binta.  Bauksit dari wilayah Kalimantan di Indonesia. Alumina di kapalkan ke kawasan industri milik China di Kuantan Malaysia untuk diproses jadi aluminium, yang kemudian di ekspor ke manca negara, termasuk ke Indonesia. Kita kebagian debu dan lingkungan yang rusak.


Akhir tahun 2023, Nashan akan bangun unit peleburan aluminium berkapasitas 250.000 ton. Tapi semua produksi itu untuk kebutuhan relokasi downstream industri aluminium dari China. Rencana pembangunan kawasan industri itu selesai tahun 2028. Di komplek ini  nantinya akan memproduksi rekayasa metal dari ingot aluminium untuk industri pesawat terbang dan kendaraan listrik. Karena Nashan udah punya long term supply chain untuk Airbus, Boeing dan Tesla. Mengapa Nashan mau bangun komplek downstream Aluminium di Indonesia? karena kita melarang ekspor bauksit. Kita masih membolehkan pembangkit listrik batubara untuk pabrik alumina. Sementara negara lain udah dilarang. Karena pengolahan bauksit  jadi alumina sangat rakus energi dan polutan. Dan kita bangga akan itu. Kan keterlaluan begonya…


Anda semua tahu mobil listik. Ya kendaraan yang bertenaga baterai. Baterai kendaraan itu terdiri dari lempengan ( cell baterai) dan pack bateray. Untuk menghubungkan sistem pack baterai dengan cell baterai, diperlukan foil tembaga. Apa sih Foil Tembaga ? Foil tembaga digunakan sebagai kolektor arus listrik di kutub negatif (anoda) baterai kendaraan listrik. Jadi penting banget dalam rantai pasokan kendaraan listrik. Nah Indonesia akan punya pabrik Foill tembaga itu. investasi mencapai Rp 12 triliun.


Tapi itu bukan BUMN atau konglo Indonesia. Tapi oleh perusahaan CHina,  Zhejiang Hailiang Co Ltd. Mereka memiliki 22 area produksi tersebar di China, Vietnam, Thailand, Eropa dan Amerika Serikat, dan sebentar lagi di Indonesia. Mereka mendekati bahan baku dan tentu juga pasar. Keren  ya.  Tentu produknya semua di kapalkan ke China. Nanti pabrik EV di Indonesia akan impor dari China untuk foil tembaga itu. Apalagi kita beri subsidi pabrik EV, ya tambah besar kapasitas EV dan tentu semakin besar kebutuhan foil tembaga. Makin tajir mereka. Maklum margin laba mencapai 3x daripada bahan baku tembaga. Mereka memiliki 22 area produksi tersebar di China, Vietnam, Thailand, Eropa dan Amerika Serikat, dan sebentar lagi di Indonesia. Zhejiang Hailiang Co Ltd adalah anak perusahaan Hailiang Group. Holding ini berdiri tahun 2001 termasuk baru untuk kapasitas yang raksasa itu dan area produksi di berbagai negara.


Apa yang diproduksi oleh Zhejiang Hailiang Co Ltd  dan Nashan itulah business model yang berfocus kepada supply chain. Mereka tumbuh lewat riset dan ekosistem supply chain financial. Sebenarnya mereka tidak pintar amat, namun pastinya cerdas. Ya, mereka makmur karena orang males memacu kemandirian tekhnologi dan doyan belanja barang jadi.


Otak itu ukurannya kecil tapi kalau dipakai pengaruhnya besar sekali,  bahkan bisa mengendalikan negara dan dunia sekalipun. Masalahnya di indonesia itu, otaknya sebagian besar dianggurin dan kalaupun dipakai untuk urusan receh dan remeh temeh. Makanya walau kita negara besar, penduduk besar, tapi posisinya nya pecundang dihadapan negara liliput seperti singapore, apalagi di hadapan China…Tapi engga sadar. Orang bego karena dia merasa pintar dan hebat. Diberi tahu kebegoannya malah marah, ya mental negara jajahan lahir batin. Ayo cerdas lah… ***



Pria minang...

  Orang tua saya mengingatkan saya, “ Kalau hanya sekedar makan untuk mu dan keluargamu, monyet di hutan juga begitu.” Kata orang tua saya. ...