Tuesday, January 25, 2022

Sabar

 






Ada orang terpelajar dari kota. Dia datang ke Desa. Dia lihat tanah  terhampar setelah panen padi. Dia duduk termenung melihat hamparan tanah. Dia berpikir dengan recanana di kapalanya.  Tanah ini, pikirnya akan lebih baik di tanam Cabai. Cabai sekilo sama dengan 3 KG beras. Mengapa harus tanam berai yang ongkos produksinya lebih mahal. Ah Tapi kan cabai cepat busuk, cepat jatuh harganya kalau panen. Jangan cabai. Tanam singkong. Satu hektar panennya bisa 20 kali panen padi. Harga padi sekilo sama dengan 10 Kg singkong. Ah bego. Jangan singkong. Lebih baik bangun property. Tetapi siapa yang akan beli rumah di desa ini. Ah apa ya.


Kemudian dia liat petani datang  ke lahan itu. Petani itu tidak berpikir banyak. Seperti biasanya,  dia langsung masuk ke lahan. Di ayunkan cangkulnya memperbaiki pematang. Dengan kerbaunya petani itu mulai menggemburkan tanah. “ Ah bodoh sekali petani itu. Mengapa dia tidak gunakan traktor? kan lebih cepat dan efisien. Dasar orang kampung. Engga bisa maju.” Guman orang terpelajar. Petani itu terus kerja. Berlalunya waktu, tanah di tanam padi, dan menguning, Petani menanti panen sambil mengawasi sawahnya dari kemungkin hama. Sementara orang terpelajar terus berpikir dan berencana.


Saat lapar, orang terpelajar bingung dapatkan beras. Ia mulai mengeluh menyalahkan pemerintah yang tidak adil. Menyalahkan keluarga tidak mendukung rencananya. Menyalahkan temannya yang tidak mendengarnya. Menyalahkan semua. Sementara petani yang tidak terpelajar, tetap menjalani hidupnya dalam kesehajaan dan tanpa keluhan.  Memang petani tidak sehebat orang terpelajar otaknya. Tetapi karena produksinya orang bisa makan dan kehidupan tetap berlangsung. Sementara orang terpelajar, menyusahkan kedamaian.


Lebih setengah abad kita merdeka. 6 presiden berganti. Istana negara tidak pernah ada. Bayangkan negara merdeka dari kolonial, istananya masih bekas rumah kurcaci ratu Belanda. Bagaimana secara emosional kita bisa duduk sejajar dengan negara lain, bila secara simbolik presiden kita tinggal di rumah kurcaci Belanda. Semua presiden punya rencana. Punya obsesi. Tetapi istana tidak terbangun. Tetapi Jokowi, ada atau tidak ada uang, apapun hambatan dia ignore. Dia tuntaskan secara politk UU IKN. Tekad sederhana digelar. Proses kerja dimulai. Orang terpelajar masih saja berdebat. 


Banyak orang terpelajar tetapi tetapi tidak terdidik baik melewati hidup. Banyak orang tidak terpelajar tetapi terdidik baik menjalani hidup. Sikap sabar itu mutlak. Sabar  bukan menanti sesuatu tanpa berbuat. Sabar, berarti berproses dengan apa adanya. Tidak berpikir banyak. Paham sebuah proses harus dilalui. Apapun itu , bahkan yang sangat sederhana meminta sesuatu kepada orang lain.


Jadilah orang terdidik, jadikan kehidupan ini sebagai universitas kehidupan untuk proses perubahan yangi lebih baik.  Saya pernah jadi babu nyuci dan bersihkan kebun selir pejabat, hanya berharap dia mau rekomendasikan bisnis saya kepada jenderal. Saya harus mimisan belajar financial engineering. Karena selama 1 bulan tidur hanya 2 jam. Hanya untuk dapatkan ilmu, yang bisa menuntun saya ke mata air. Berproseslah dan lalui dengan sabar. Pada akirnya akan indah dan kita tahu arti mencintai Tuhan.

Friday, January 21, 2022

Poligami

 




Ada teman memprovokasi saya untuk poligami. “ Daripada melacur, kan lebih baik poligami. Apalagi kalau istri tidak bisa lagi memuaskan. Al Quran memberikan ruang untuk boleh poligami. Itu kalau ALlah sudah bolehkan, tentu Allah sudah siapkan pertolongan. “ Katanya. Saya senyum saja. Saya melihat di sosmed sering betul seminar tentang poligami. Ongkos seminar engga murah. Pasti peminatnya banyak. 


Dalam satu hal keliatannya anjuran poligami itu human being. Siapa sih mau terpasung sex nya dalam hidup ini. Apalagi hidup itu singkat. Sayang kalau harus dilalui dengan kekangan sex akibat pasangan tidak bisa lagi memuaskan. 


“ Apakah kamu pernah ngobrol lebih dari sejam di tempat tidur bersama istri” Tanya saya kepada teman yang melakukan poligami. 


“ Engga lah. Kalau ngobrol ya di meja. Ngapain di tempat tidur. Di tempat tidur itu sunah rasul. Salurkan nafsu” Katanya. Dari ungkapanya saya tahu. Dia menjadikan tempat tidur hanya tempat bersenggama. Maka dihadapannya istri memang pemuas nafsu dia saja. Jadi wajar saja kalau dia melakukan poligami. 


Berbeda dengan saya. Kami justru ngobrol banyak hal di tempat tidur. Setiap pembicaraan itu terjadi sentuhan, kadang tertawa bersama. Itu sangat cair. Tidak ada batas. Walau usia menua stamina tidak seperti muda. Kehangatan di tempat tidur itu tidak pernah lekang. 


Kalau ada godaan datang ya human being.  Kadang terpikir juga mau poligami. Tetapi saya berpikir sendiri ” Apa mungkin saya dapatkan kehangatan di tempat tidur seperti yang saya rasakan dengan istri sekarang? Kehangatan itu tidak datang mendadak. Tetapi proses waktu yang panjang. Dan semakin lama semakin kami saling mengenal dan tentu pembicaraan diantara kami semakin nyaman. Sentuhan, tidak penting lagi. Kebersamaan itu yang tak ternilai nikmatnya. Lebih dari sex. Itulah bedanya manusia makhuk spiritual dengan hewan dalam hal hukum kausalitas


Perbedaan persepsi tentang poligami lebih kepada perbedaan terhadap kesetaraan gender. “ Saat ayat poligami turun, tujuannya untuk membatasi istri hanya empat, karena umum laki-laki di jazirah Arab waktu itu istri belasan. Seiring berjalannya waktu, saat risalah itu diterapkan di negara dengan kultur berbeda, aturan yang tadinya membatasi dianggap anjuran untuk menambah. Nah sampai di sini sudah menjadi terbalik-balik. “ Kata nitizen.


“ Kalau itu asbabunuzul nya, itu artinya islam tidak mengakui kesetaraan gender. Itu artinya tidak ada perubahan masuknya islam dengan era jahiliah. Padahal islam itu tujuannya adalah memperbaiki akhlak. Kalau perhatikan An-Nisa ayat 3, jelas islam mengakui kesetaraan gender. Karena kalimat terakhir ada "Tapi jika kamu tidak bisa berlaku adil, pilih satu saja". Itu kan bermakna kesetaraan gender. Kesetaraan kan bermakna keadilan. Mana ada pria bisa berlaku adil dan winta merasakan keadilan bila di poligami" Kata saya.


“ Kalau karena agama memaksa saya harus mengizinkan suami saya poligami, lebih baik saya tidak beragama. Lebih baik saya masuk neraka. Untuk apa masuk sorga, kalau Tuhannya sendiri tidak adil kepada mahluk ciptaannya. Itu pasti bukan Tuhan yang saya imanin. “ Kata Istri.

Sunday, January 16, 2022

Me Time

 




Di Hong Kong dalam seminggu sekali selalu saya gunakan kesempatan me time. Hanya saya sendiri. Tidak ada orang lain. Biasanya saya nongkrong di cafe kecil yang ada live musik. Minum sekedarnya tanpa mabuk. Di Jakarta juga begitu. Saya punya cafe pavorit yang  tidak mungkin sahabat dan keluarga tahu. Saya tidak melarikan diri dari lingkungan saya. Pergi ke pulau terpencil. Tidak menjauh dari sahabat dan keluarga, pergi ke gunung. Tidak. Saya dekat saja. Namun saya ingin sendiri saja.  


Saya ambil tempat duduk dekat pintu toilet. Karena cafe penuh maklum malam sabtu. Saya pesan wine sebotol. Nanti kalau engga habis, bisa titip untuk saya minum minggu depan. Pemilik cafe sudah kenal saya. Dua hari lalu Esther cerita kepada saya. “ Teman kamu sejujurnya tidak ada yang suka kamu. Wada, kecewa dengan kamu karena deviden dibatalkan tahun ini. Dia anggap kamu hanya beri dia bisnis onani saja. Steven kecewa dengan kamu. Dia anggap kamu terlalu lemah di hadapan otoritas. Pengecut.  Richard bilang, kamu tidak serius menjaga persahabatan. Dia kecewa karena kamu tolak dia masuk bisnis tambang emas di perusahaan Wenny. “


Saya menghela napas dan akhirnya tersenyum. Ingat kata kata Esther. “ Tidak ada eksekutif kamu yang suka kamu secara personal. Dihadapan mereka kamu menakutkan dan kejam. Bahkan bagi Wenny dan Yuni kamu itu seperti mimpi buruk. Setiap malam kalau kamu telp mereka. Itu sangat menakutkan. Kamu tidak tahu memperlakukan mereka secara pantas sebagai sahabat. Padahal mereka inginkan perhatian lebih sebagai personal”


Saya kembali menghela napas. tidak lagi tersenyum. Ingat kata FLorence “ Apa yang kamu punya membuat istri kamu takut dan kawatir. Karena kamu semakin keras bersikap. Kamu bisa diam tanpa peduli keluhan istri. Katanya, bisnis telah membuat kamu bukan seperti pria yang dia kenal sedari awal. Aku, juga merasakan. Kadang kamu seperti orang asing.” 


Begitulah dalam kesendirian saya. Di hadapan orang terdekat saya, saya selalu ada kurangnya.  Selalu ada salahnya. Mereka paling hebat menguraikan secara detail kekurangan saya. Esther keliatannya peduli. Tetapi dia sendiri tidak pernah anggap apa yang aku lakukan itu benar. 


Bagi saya, inilah hidup saya. Kalau harus menari dipanggung untuk menyenangkan orang. Saya menari. Tetapi tetap saja tidak dihargai. Dan saya terus aja menari.  Kalau berdonasi kepada orang itu baik tetapi tetap saja saya jarang dapat terimakasih. Malah orang anggap saya berhitung memberi. Dan saya tetap saja berdonasi. 


Saya berusaha menjaga persahabatan. Tetapi mudah sekali saya diacuhkan dan di ghibah,  hanya masalah kecil. Dan saya tetap merindukan mereka. Saya selalu ada untuk keluarga dan teman, tetapi tidak pernah dihargai pengorbanan saya. Dan saya tetap jaga mereka. Tetap memaklumi mereka.


Lamunan saya buyar oleh pertengkaran di sebelah saya. Seorang pria membully wanita yang duduk sebelah table saya. Pria itu sampai menyiram wajah wanita itu dengan minuman. Wanita itu diam saja. Akhirnya pria itu berlalu. Saya lirik ke samping. Saya serahkan tissue untuk dia usap wajahnya. Dia tersenyum. Tak berapa lama saya dekati wanita itu.


” Kamu engga apa apa?


“ Ya engga apa apa. Itu tadi suami saya.”


“ Oh i see”


“ Dia dosen. Kami menikah lebih 15 tahun. Di hadapannya saya selalu salah. Padahal  dia jadi Phd atas biaya saya. Anak anak sekolah tempat mahal, itu dari saya uangnya. Kami punya apartement mewah, itu uang saya. Dari awal dia tahu saya punya bisnis dan dia setuju. Tetapi selalu saja hal yang sepele dia tersinggung. Anak anak juga terprovokasi membenci saya. Bahkan teman teman saya tidak suka mendekat lagi ke saya. Tapi anehnya kalau mereka ada masalah uang, mereka datang ke saya. Tidak ada terimakasih. Mengapa buruk sekali hidup saya” Katanya


Saya tuangkan minuam ke cangkirnya. “ Mau tahu apa sebabnya? tanya saya.


“ Ya. Please..”


“ Karena mereka lemah. Dan kamu kuat. Mereka sangat tergantung kepada kamu. Kamu tidak bergantung kepada mereka. Apakah kamu harus lemah juga dengan sikap mereka?. Kalau kamu lemah juga, itu artinya kamu tidak sayang mereka. "Kata saya.


" Ya, tidak. Tetapi mengapa?


" Karena standar kamu dalam bisnis sangat rasional. Itu kadang tanpa disadari kamu terapkan dengan teman, keluarga. Mereka jelas tidak nyaman.  Karena standar mereka emosional. Kehidupan personal dan bisnis itu jauh sekali jaraknya. Beda sekali standarnya. Sampai kapanpun mereka tidak akan mengerti. Apapun yang kamu anggap baik, tetap saja tidak baik bagi mereka”


“ So..” Katanya lambat


“ Terima saja sebagai realita. Toh kita tidak bergantung kepada manusia tetapi Tuhan. Setiap orang punya persepsi sendiri terhadap kita. Penilaian orang tidak penting. Kita tetaplah berbuat baik menurut standar kita . Mau terimakasih atau tidak, itu tidak penting. Mau dihargai atau tidak, itu tidak penting.  Yang penting tetaplah berada di haluan, sebagai kapten atas diri kita sendiri. Mereka tidak akan lari dari kamu. Kamu berkah bagi mereka. Orang lemah itu kadang tidak rasional, beda dengan kita orang bisnis. Anggap biasa saja“


“ Caranya gimana menghadapi tekanan dari mereka? tanyanya.


“ Cobalah gunakan waktu  luang untuk dirimu sendiri. Hanya kamu sendiri. Nikmati kesendirian itu. Mungkin sejam atau dua jam, bisa membuat kamu tidak kehilangan pijakan dimana seharusnya tempat kamu. “ 


“ Dan kamu ? katanya tersenyum. Saya jawab dengan mengangguk dan tersenyum.  Dia lempar telapak tangannya di udara, Saya sambut telapak tangan itu. “ Enjoy life “ kata kami serentak.


“ Simply enjoy life and the great pleasures that come with it. “ Kata saya. Sejak itu kami bersahabat. Sahabat tanpa tahu nama dan bisnis masing masng. Di jakarta juga saya punya sahabat anoname. Lucunya kami selalu bertemu ditempat yang sama. Sama sama tidak saling sapa. Setelah dua jam berlalu, saya atau dia yang pergi duluan. Selalu ada lambaian dan senyuman. Kami akan baik baik saja.


Thursday, January 13, 2022

Ketuhanan YME

 





Pancasila itu adalah falsafah. Apa itu falsafah? Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab: فلسفة, yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk, dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = kebijaksanaan, kearifan), sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia.


Jadi pemahaman Ketuhan YME itu bukan dari segi Tuhan dalam konteks tauhid sesuai ajaran agama tertentu. Tetapi konsep Tuhan secara normatif yang diterima oleh semua agama. Jadi, kalau anda tidak beragama, maka anda tidak mengakui Pancasila sebagai Falsafah Negara. Mengapa? Mari kita bedah dari segi definisi kata perkata pada Ketuhanan YME.


Esa itu diambil dalam bahasa Sansekerta, yang  bentuk kata bendanya adalah Etad artinya, as this, as it is or THE. Mengapa ESA itu tidak berarti satu ? Kalau Tuhan itu SATU maka artinya Tuhan bisa didefinisikan dengan akal. Karena satu bisa berarti 2 minus 1 atau 2 bagi dua, dan seterusnya. Kalau Tuhan dapat didefinisikan maka Tuhan masuk dalam dunia persepsi. Engga ada beda dengan Mahkluk. Bisa kacau. Mengapa?  


Dalam dunia persepsi, tiap jiwa memiliki persepsi tersendiri. Kebenaran yang dimilikipun juga bersifat relatif terhadap yg lainnya. Tapi persepsi bukanlah hakikat, bukan kebenaran itu sendiri. Contoh konsep satu Tuhan, dua atau tiga , itu hanya persepsi dan bukan hakikat dari Tuhan. Dalam kontek teologi setiap agama memahami itu. Misal, dalam AL Quran surat Al ikhlas, Allah berfirman tentang diriNya, diawali dengan kalimat " katakanlah". Bukan dengan kalimat " Bahwa" atau " adalah"


Kehebatan orde baru adalah memelintirkan arti ESA menjadi SATU dan memasukan itu dalam KBBI ( Kamus besar bahasa Indonesia ). Apa tujuannya tak lain mengabaikan keberadaan agama selain Islam, dimana konsepsi tentang Tuhan lebih dari satu. Dan sampai sekarang masih saja sebagian umat Islam meyakini bahwa ESA itu adalah SATU , sehingga penafsiran Sila Pertama menjadi "Ketuhanan yang SATU”. Kemudian ditafisirkan lagi menjadi "Menyembah Tuhan yang satu. Padahal dalam bahasa Sansekerta yang dimaksud dengan satu adalah EKA. Bukan ESA. 


Lantas apa hakikat Ketuhanan Yang  maha Esa ? Bukan tentang Tuhan dalam bilangan SATU dan simbol tapi dalam bentuk manifestasi. Apa itu ? Kemana saja wajah kita hadapkan yang nampak adalah manifestasi Tuhan. Apapun yang ada di semesta ini adalah manifestasi Tuhan. Manifestasi sifat Tuhan itu akan nampak salah satunya pada orang beragama yang menegakan nilai nilai kemanusiaan yang adil dan beradab ( akhlak ), bisa dipersatukan walau berbeda, bisa bermusyawarah walau berbeda paham dan berorientasi kepada keadilan sosial bagi semua.  Jadi Tuhan Yang Maha Esa adalah hakikat kebenaran, realitas absolut, seru sekalian alam, Tuhan semacam itu tetapi bukan  ini dan bukan itu. 

Tuesday, January 04, 2022

Berkorban sepanjang usia..

 




Banyak orang berencana namun hanya berhenti dimimpi saja dan terus mengeluh karena merasa tidak ada orang peduli dengan rencananya. Sebenarnya ketika anda punya rencana dan mimpi, itu hanya ada antara anda dengan Tuhan saja. Engga ada urusan dengan orang lain. Sukses dan gagal, itu tergantung anda. Mengapa? Rencana itu bagaimanapun masih dalam bentuk konsep imeginer. Orang lain bukan  Tuhan yang tahu isi kepala dan hati anda yang sebenarnya. Manusia percaya dengan apa yang anda katakan. Tetapi percaya saja belum akan membuat dia mendukung sebelum ada sesuatu yang konkrit memotivasinya mendukung.


Saya belajar dari ibu saya soal ini. Ibu saya itu sejak usia muda sudah jadi aktifis sosial. Ada photo jadul saya digendong ibu saya dalam kegiatan sosial di Pagar Alam. Bahkan saat hamil saya dia masih sibuk ditengah tengah kegiatan sosialnya sebagai aktifis Aisyiah. Pecah ketuban dan nongol saat Ibu saya menghadiri acara sumpah pemuda. Akhirnya dilarikan ke rumah sakit. Untunglah selamat. “ Kamu tertolong dari kotoron luar karena seluruh tubuh kamu dibalut oleh lemak dan beras. Karena amak waktu hamil kamu suka makan beras.” 


Apa yang dapat saya pelajari dari ibu saya dalam hal berbuat? Modal dia hanya niat saja. Setelah itu dia bergerak. Dia ada niat bangun sekolah TK dan SD. Itu karena banyak anak yang tidak sekolah karena tempat sekolah jauh. Dia organisir teman temannya dalam gerakan Aisyiah. Dari pintu ke pintu mereka ketuk rumah orang untuk bantu apa saja. Ada yang kasih kayu, paku, atau uang. Gerakan itu jadi meluas. Akhirnya TK dan SD itu jadi. Saya salah satu murid TK. Kemudian dia berniat membangun pusat kesehatan Ibu  dan Anak. Begitu juga caranya.Dia langsung bergerak. Jadi juga tuh proyek.


15 tahun lalu ibu saya berniat membangun Panti Asuhan. Niat itu dicertikan kepada saya. Adik dan kakak saya tertawa. “ Amak udah tua. Cukuplah 2 periode jadi pimpinan Wilayah Aisyiah  Lampun. Istirahat sajalah. Mana kuat lagi urus yang begituan” kata Adik saya. Tetapi saya tatap mata ibu saya. Saya kenal betul karakter ibu saya. Kalau dia sudah niat, dia pasti kerjakan. Setahun kemudian saya pulang ke lampung. Panti asuhan sudah berdiri. Tempat sewa. Alat dapur untuk masak disumbang oleh tentangga. Makan makan dibantu donatur dan tetangga.


Saat itu juga saya tergerak untuk ambil bagian dalam proyek itu. Saya tanya rencana dan proposal proyek itu. Ibu saya serahkan proposal. Lengkap sekali. Ada design bangunan lengkap dengan detail engineering. “ Tanah sudan ada. Tanah wakaf” Kata ibu saya. Benar benar cara aktifis lapangan. Sedikit bicara namun konkrit.


“ Siapa yang buat ini Mak” Tanya saya kaget meliat proposal yang sangat rapi.


“ Kampus. Amak datang ke mereka. Amak sampaikan niat amak. Mereka gambarlah. Mereka engga minta bayaran. Itu sedekah aja” Kata Ibu. Atas dasar itu mudah bagi saya untuk membuat jadwal pembangunan dan cash flow project. Setahun jadi tuh Panti. Selesai satu, eh malah ibu saya berencana membangun lagi. Para pengurus minta agar panti yang satu ini menggunakan nama ibu saya. Husni Dinar. Ibu saya minta izin kepada saya. “ Pengurus maunya nama panti nama Amak. Apa zeli setuju. “ Saya diam saja. Karena adik adik saya tidak setuju amak terus sibuk, Kawatir kesehatannya. 


Apakah ibu saya berhenti? tidak. Setahun jadi tuh panti kedua. Padahal tidak ada dukungan dari saya. Darimana ibu saya dapatkan dana? “ Disamping dari donatur, ya dari anak amak. “Kata Ibu saya tersenyum. 


“ Ya zel, amak itu tahu kalau dia minta ke lue, lue engga pernah tanya untuk apa. Main kirim saja. Dia pernah beli tanah tampa setahu kita. Eh tahu tahu tanah itu dia wakafkan untuk sosial.” Kata Kakak saya. Saya senyum saja. Kemudian dari OJK dan BI lampung tertarik untuk membantu pembangunan itu. Itupun setelah ibu saya punya lahan wakaf untuk bangun.


“ Zeli engga marah ke amak kalau amak terus aktif di sosial. Boleh ya Nak.” Kata ibu saya waktu saya datang ke lampung beberapa bulan lalu “ Boleh. “ Kata saya memeluk ibu saya. “ Maafkan aku mak, Kadang karena terlalu sayang aku ke amak,  sampai aku lupa perintah Tuhan bahwa misi manusia itu berbuat baik sampai ajal menjemput. “


Tuhan, sehatkan amakku. Karena diusianya diatas 80 tahun, dia tidak pernah berhenti peduli kepada anak anak miskin dan yatim. IBu saya adalah inspirasi saya.


Pria minang...

  Orang tua saya mengingatkan saya, “ Kalau hanya sekedar makan untuk mu dan keluargamu, monyet di hutan juga begitu.” Kata orang tua saya. ...