Tiga hari lalu Presiden Joko Widodo akan melakukan peletakan
batu pertama atau groundbreaking Gedung Indonesia 1. Gedung tersebut digarap
oleh PT China Sonangol Media Investment (CSMI), perusahaan kerjasama antara PT
China Sonangol Land dan Media Group. Gedung yang akan berdiri di Jalan MH
Thamrin, Jakarta Pusat, akan memiliki 59 lantai. Gedung Indonesia 1 dibangun di
atas lahan seluas 18.925 meter persegi, dengan luas area konstruksi 306.000
meter persegi serta setinggi 303 meter. Proyek ini sebetulnya dibiayai sepenuhnya oleh konsumen strata
title. Pengelola menawarkan kepemilikan bangun per lantai
dalam kondisi kosong. Semua interior ditanggung oleh konsumen. Sebelum proyek
dibangun, sudah sold out.Sehingga praktis pengelola tidak ada resiko apapun
atau sudah untung sebelum proyek dibangun. lantas siapa konsumennya ? sebagian
besar adalah orang kaya dari Indonesia.Maklum kawasan Thamrin bersinggungan
dengan Thamrin adalah kawasan emas dengan yield investasi yang sangat tinggi. Ini
bisnis smart yang memanfaatkan pasar kelompok menengah atas indonesia yang kaya
raya. Jadi tidak ada kaitannya dengan investasi asing atau aseng. Ini hanya bisnis
Siapakah dibalik investasi ini sebenarnya? Tanah proyek
berada dikawasan milik Plaza Indonesia Realty yang dimiliki oleh keluarga Eka
Cipta yang berkerja sama dengan keluaga Cendana. Tahun lalu saya dengar
rumor China International Fund yang punya koneksi dengan Oei
Hong Leong masuk melalui skema shadow banking kedalam Plaza Indonesia Realty
Tbk.Ini bisa dimaklumi karena antara Hong Leong dengan keluaga Eka Cipta sangat
dekat, bahkan masih satu keluarga dan juga hubungan Surya Paloh sebagai mitra Hong Leong dengan
keluaga Cendana juga dekat. Hong Leong adalah putra
ketiga dari Pak Eka Cipta Widjaya. Memang karakter seorang anak laki laki yang disetiap keluarga punya karakter berbeda beda walau dari ayah yang sama.Dia berbeda dengan anak-anak Eka yang
lain--Teguh Ganda Widjaja, Muktar Widjaja, Sukmawati Widjaja, Indra Widjaja, Frankie Widjaja, dan
Usman Widjaja--Hong Leong justru
memilih hidup jauh dari usaha ayahnya. Sedangkan yang lain masih bergelut dalam ruang lingkup kelompok
Sinar Mas yang dibangun sang
ayah. Hebatnya berjalannya waktu dia berhasil
membangun jaringan bisnis sendiri yang berpusat di negeri tetangga, Singapura. Bahkan Hong Leong sudah berhasil
membangun jaringan bisnis di negara
leluhurnya, Cina. Kabarnya sudah lebih dari 500 perusahaan yang dibelinya di Negeri Tirai Bambu.
Oei Hong Leong sebenarnya dilahirkan di Indonesia. Namun,
sang ayah entah mengapa justru
memasukkan sang anak ke sekolah dasar RRC. Uniknya, Hong Leong tidak menjadi warga negara
Indonesia atau Cina. Dia justru memilih
menjadi warga negara Singapura dan beristrikan seorang wanita Taiwan. Tampaknya Hong Leong cukup percaya diri
untuk melakukan deal bisnis sendirian tanpa melibatkan Ayahnya. Statusnya yang "gado-gado"
dia manfaatkan betul untuk kepentingan
usahanya. Pengalamannya bersekolah di
RRC sangat berguna untuk melobi
teman-temannya yang kemudian menjadi pejabat di sana. Hubungan dengan istrinya sangat membantu untuk membuat
transaksi dengan pengusaha Taiwan.
"Saya tidak mencari proyek, tetapi justru proyek yang mencari saya," ujar Hong Leong. Oei
Hong Leong adalah negosiator ulung dan ahli financial engineering yang memanfaatkan
skema shadow banking dan banking. Kehebatannya berkelas dunia .Pada akhir tahun
2013, Oei Hong Leong menuntut Goldman Sachs Group Inc. di Pengadilan Federal
New York dalam kasus Trading money market real Brasil-yen. Tuduhan yang dialamatkan Oei kepada Goldman Sachs adalah fraudulent misrepresentation (kesalahan penyajian dengan maksud menipu), breach of fiduciary duty (pelanggaran kewajiban fidusia), fraudulent inducement (bujukan yang menipu), dan unjust enrichment (pemerkayaan yang tidak adil).
Dia juga ada andil di Dayuan International Development yang merupakan pemegang saham 99% dari China
International Fund,Hong Kong. Semua tahu CIF
dibalik investasi gigantic di Angolan dan Guinean dalam bisnis
pengelolaan sumber daya alam termasuk Migas. Yang saat sekarang CIF melalui anak perusahaannya Sonangol
menawarkan JV dengan pertamina untuk membangun kilang minyak. Sonangol harus punya komitmen
membangun kilang didalam negeri untuk bisa JV. Artinya harus ada investasi masuk
ke Indonesia. Kalau ingin trading maka Sonangol harus ikut ketentuan yang
ditetapkan oleh ISC. jadi apapun bisnis yang didukung pemerintah haruslah
dasarnya investasi real. Tidak ada lagi rente bisnis yang hanya mengandalkan
pasar dan Sumber daya alam. Banyak pihak menduga bahwa CIF adalah milik pemerintah China. Secara hukum tidak ada kaitannya dengan pemeritah China. CIF bukan BUMN china walau salah satu key
director adalah “orang pemerintah
“China. Bagaimanapun dan darimanapun sumber investasi
harus business basic, bukan politik.
Sebagaimana Dengxioping ketika awal membangun ekonomi China juga menggunakan koneksi pengusaha china perantauan untuk membawa investasi asing masuk ke China. Begitu juga banyak
pengusaha indonesia yang sukses di luar negeri yang punya kaitan keluarga
dengan pengusaha Indonesia.Mereka orang baik dan
petarung melawan hegemoni capitalism yang menggurita dunia melalui debt trap.Mereka tidak memburu proyek pemerintah yang menguras APBN tapi mereka menangkap
kebijakan pemerintah yang memberikan kesempatan untuk berkembang atas dasar
mutual benefit. Pada akhirnya investor
seperti inilah yang akan memberikan sumbangan nyata bagi pembangunan nasional.