Thursday, June 25, 2020

Resiko dan pilihan



Saya menikah usia 22 tahun. Waktu itu semua teman menasehati agar saya punya rencana yang matang sebelum menikah. Setidaknya harus selesai dulu kuliah. Harus punya kerjaan pasti. Kalau bisa punya rumah dulu. Karena resikonya sangat besar kalau tanpa persiapan. Apalagi hidup di kota besar. Sementara saya, kuliah belum selesai. Jangankan punya rumah, kerjaan aja engga pasti. Tetapi sekali  niat terucapkan, sekali layar terkembang, bahtera rumah tangga tetap melaju menuju samudera lepas. Istri saya juga tidak pernah mengkawatirkan resiko apapun walau dia tahu saya pria miskin. Padahal kalau dia mau memilih, banyak pria yang mau. Tetapi karena yang mau itu mungkin terlalu panjang rencananya, sementara saya langsung action. Dia lebih memilih yang serius saja walau resiko ada. 

Apakah setelah menikah, hal buruk yang dibayangkan oleh sebagian orang terjadi pada kami ? Tidak. Memang kami tidak punya penghasilan pasti tetapi kami tidak kelaparan. Memang saya tidak sarjana, tetapi saya tetap bisa cari uang walau tanpa titel. Memang saya tidak punya harta tetapi saya tidak harus mengemis untuk hidup. Tanpa disadari waktu berlalu, anak hadir melengkapi keluarga kecil kami. Dulu tidak pernah terbayangkan kami bisa punya rumah, namun setelah berumah tangga justru dapat beli rumah. Tidak pernah terbayangkan bisa punya kendaraan, setelah berumah tangga justru kami bisa beli kendaraan. Tak pernah bisa membayangkan bisa sekolahkan anak sampai perguruan tinggil, toh akhinya semua anak kami bisa selesai kuliahnya.  

Tahun 2003 saya membawa istri saya menunaikan rukun islam ke lima di tanah Makkah. “ Ingat engga waktu kita belum menikah, abang tanya apa impianku berumah tangga. Kemudian aku jawab, pergi ke mekkah bersama suamiku.”

“ Mengapa kamu tidak bercita cita punya harta ?tanya saya.

“ Harta itu soal pilihan. Banyak sedikit, itu hanya ukuran. Yang hanya sampai pada rasa. Kalau tak bersyukur berapapun harta tidak akan membuat kita bahagia. Tetapi melaksanakan rukun islam adalah kewajiban. Tentu Tuhan melengkapi pertolongan manakala Dia mewajibkan kepada kita. Kalau aku engga berdoa, kepada siapa lagi aku  berharap. Dan kini Tuhan kabulkan.” katanya tersenyum indah. Kini kami menua bersama.  Tinggal  berdua saja di rumah. Anak anak sudah punya kehidupan sendiri. Banyak kenangan suka duka yang telah kami lewati. Namun itu hanya tinggal cerita. Tapi intinya kebersamaan itu terjadi karena kami tidak saling merasa memiliki tapi saling berbagi. Pemilik sejati tetaplah Tuhan.

Apa hikmah dari perjalanan hidup kami itu? hidup memang penuh resiko. Kita bisa saja menghindari resiko agar aman dari kesulitan dan penderitaan. Sementara dengan menghadang resiko, mungkin saja kita menghadapi badai kesulitan, penderitaan, kegagalan namun dengan itu kita bisa berproses melewati hidup, dan tahu arti mencintai dan bersyukur. Rencana hebat tanpa tindakan,  tidak akan menjadikan kita apa apa. Tetapi dengan tindakan kita punya hope.

Wednesday, June 24, 2020

Esensi beragama


Delapan tahun lalu saya mampir di toko buku yang ada di Bandara Hong Kong. Saya terkejut karena ada terjemahan buku dalam bahasa inggeris yang di tulis oleh Wang Tai Yu, judulnya " Chinese Gleams of Sufi Light". Wang adalah ulama dan juga intelektual islam di China abad 17. Saya langsung beli. Mengapa? Karena menurut cerita teman di China yang sudah baca, buku ini bisa membuka tabir bagaimana sebetulnya orang china memandang Islam. Sebelum abad 17, para ulama besar China menulis buku berisi tentang bagaimana memahami ajaran Islam, bukan bagaimana Islam bisa melahirkan semangat kemandirian ditengah masyarakat. Bagaimana mentranformasi dari masyarakat yang nrimo, apatis , pesimis, korup menjadi masyarakat yang progressive, passion, berikhsan. Komunitas Islam di CHina tumbuh seperti itu dan Wang menangkap bahaya untuk eksitensi Islam. Karena itulah dia terpanggil menulis.

Buku tersebut mengubah prakonsepsi - prakonsepsi tentang peran Islam di China. Seorang perwira Militer China, ketika saya tanya mengenai buku Wang, dia mengatakan bahwa apa yang ditulis oleh Wang tentang islam, menyimpulkan bahwa islam adalah ajaran yang luar biasa. Dan kami mengakui itu. Kehebatan Wang dalam menyapaikan ajaran islam itu, dia tidak sama sekali menghilangkan ajaran konfusian, namun dia menyebut dengan Neo Konfusian. Cara dia menyampaikan ajaran itu tidak menggunakan bahasa arab tapi menggunakan padanan bahasa yang ada pada konfusiasisme, taoisme dan budhisme. Tradisi China yang memang tidak melanggar Tauhid ya tidak dihapus atau tidak dikatakan bidaah. Dan kalaupun dinilai melanggar Tauhid maka di luruskan dengan modifikasi yang tetap tidak menghilangkan tradisi China. Seperti cara Walisongo menyiarkan islam di tanah jawa. Tradisi jawa tidak di hilangkan namun di perbaiki sesuai dengan prinsip tauhid.

Walau Partai komunis selama revolusi kebudayaan melarang umat islam melaksanakan ritual agama secara bebas namun hakikat islam tetap hidup di dalam jiwa orang china. Mengapa ? Karena Agama dan budaya melekat dalam diri mereka. Sehingga tidak sulit menyebar kepada non islam. Mungkin sebagian besar orang China tidak mengucapkan dua kalimasahadat. Tapi mereka paham konsep Tuhan dalam Islam dan mengakui bahwa Nabi Muhammad itu utusan Allah dan tiada tuhan selain Allah. Tentu mereka tidak menyebut seperti bahasa Arab, yaitu Allah tapi dalam bahasa China seperti Chen Chu atau Tuhan sejati atau Chen-I atau Esa sejati, atau Chen Tsai atau Penguasa sejati .Ya sama seperti orang jawa menyebut Allah, gusti pangeran, dan lain sebagainya. Sementara sebutan rasul adalah Sheng -Hsien atau orang orang arif dan berguna. Sama seperti orang jawa menyebut Rasul, Kanjeng Nabi.

Sementara ajaran islam itu mereka sebut Ch'ing- Chen Chiao atau kalau diterjemahkan ajaran yang suci dan sejati. Mereka tidak membaca AL Quran tapi buku yang ditulis ulama China mereka baca dan pahami. Mereka tidak perlu pertanyakan apakah tafsir itu benar atau salah. Selagi tidak bertentangan dengan budaya atau tradisi mereka ya itu dianggap sudah benar. Bagi mereka, Agama selain bagai elang yang terbang dengan idealisme spiritual yang tinggi untuk mencapai kesempurnaan pribadi, tetapi juga membumi bagai induk ayam yang terlibat secara etis pragmatis dalam keseharian. Paham neo konfusian itu sebagai lampu rakyat China bagaimana mereka membangun peradaban.

Melihat islam di China jangan hanya liat suku Urghu yang pakai baju gamis dan berjenggot tapi anda harus melihat tradisi China lainnya yang memang Islami. Karena bersumber dari islam itu sendiri. Mereka pekerja keras, patuh kepada orang tua, setia kawan, patuh pada negara, berpikir positip, menghindari konplik, dan suka memberi dan jujur , rendah hati dan lain sebagainya. Mereka cerdas menyikapi fenomena zaman. Mereka menerima komunisme tapi tidak menjalankan cara berpikir Karl Mark. Komunisme hanya di pakai sebagai metodelogi mengelola masyarakat. Mereka gunakan sosialisme untuk melindungi rakyat yang lemah dan menjadikan kapitalisme untuk lahirnya kemampuan bersaing bagi mereka yang kuat. Dan negara ada di tengah tengah sebagai hakim untuk keadilan sosial. Lantas apa sebetulnya kunci dari ajaran neo Konfusian itu? ya Akhlak.!

Dalam konteks transedental sebetulnya hakikat manusia itu bukan raga tapi Ruh. Artinya agama itu dimaknai dari sisi kejiwaan, bukan materi sebagai ukuran. Gordon W. Allport sang akhli psikologi punya pendapat, bahwa agama dipandang sebagai 'comprehensive commitment' dan 'driving integrating motive', yang mengatur seluruh hidup seseorang secara kejiwaan. Artinya, Agama diterima sebagai faktor pemadu (unifying factor), menunjang kesehatan jiwa dan kedamaian masyarakat. Tapi kalau memandang agama sebagai something to use but not to live, sebaliknya outputnya adalah  kebencian, iri hati, dan fitnah, munafik, anti perbedaan. Mengapa? Orang berpaling kepada Tuhan, tetapi tidak berpaling dari dirinya sendiri. Agama digunakan untuk menunjang motif-motif lain: kebutuhan akan status, rasa aman atau harga diri. Orang yang beragama dengan cara ini, melaksanakan bentuk-bentuk luar dari agama. Ia puasa, Sholat, naik haji dsb, tetapi tidak di dalamnya. Imam Al-Ghazali, menyatakan bahwa beragama seperti ini adalah beragama yang ghurur (tertipu). Tertipu, karena dikira sudah beragama, ternyata belum. Tidak akan melahirkan masyarakat yang penuh kasih sayang.
Lantas apa agama itu sendiri? Seorang lelaki menemui Rasulullah Saw dan bertanya,
” Ya Rasulullah, apakah agama itu?” 
“Akhlak yang baik.” 
Kemudian ia mendatangi Nabi Saw dari sebelah kanannya dan bertanya, 
“Ya Rasulullah, apakah agama itu?” 
“Akhlak yang baik.” 
Kemudian ia mendatangi Nabi Saw dari sebelah kirinya, 
“Apa agama itu?” 
“Akhlak yang baik.” 
Kemudian ia mendatangi Nabi Saw dari belakang dan bertanya,
”Apa agama itu?”
Rasulullah menoleh kepadanya dan bersabda, “Belum jugakah engkau mengerti? (Agama itu akhlak yang baik). Sebagai misal, janganlah engkau marah.”(Al-Targhib wa Al-Tarhib 3: 405).

Tuesday, June 23, 2020

Menerima dan berdamai.


Salah satu konglomerat, dalam usia senja sakit sakitan. Namun setiap hari anak anaknya pasti menyempatkan datang ke rumahnya untuk mencium tangannya atau menelphonnya sekedar meyakinkannya bahwa mereka peduli. Padahal mereka sangat sibuk. Pada waktu saya datang ke rumahnya untuk bersilahturahmi. Konglomerat itu berkata, “  mereka bukan peduli, tetapi mereka takut miskin. Karena setiap anak yang pegang saham perusahaan saya, mereka saya suruh teken surat pernyataan jual balik saham seharga USD1.  Artinya kalau mereka macem macem, saya tinggal kirim lawyer untuk tendang mereka. Dan saya hanya bayar USD 1 saham yang mereka punya. Selagi saya masih hidup, semua harta milik saya, dan tidak ada pembagian warisan apapun dan mereka akan selalu datang dengan cinta.” 

Dilain kesempatan, ada teman yang awalnya merasa bangga. Karena anaknya bisa mengelola perusahaan dan dia bisa menikmati usia pensiun. Namun berlalunya waktu, uang belanjanya dijatah oleh anaknya. Mau minta apapun kepada anak selalu diomelin. Belum lagi menantu perempuannya selalu lebih didengar dari dia. Padahal semua harta dan perusahaan itu hasil jerih payahnya. Anaknya tinggal menikmati. Saya tanya mengapa sampai begitu  sikap anaknya. “ Karena saya menyerahkan saham perusahaan semua kepada dia. Tujuannya karena saya ingin pensiun dan berharap anak menjaga saya. Tetapi nyatanya saya diperlakukan seperti anak anak” Katanya sedih dan merasa bego.

Banyak pria dengan harta dan uang yang dia miliki tidak bisa berbuat banyak dihadapan istri. Cenderung menjadi ayam sayur dihadapan istri. Itu bukanlah karena pria itu cinta mati. Bukan pula karena takut. Tetapi karena wanita bisa menjaga pride suami dengan baik. Apa itu? mendidik dan membesarkan anak tanpa merepotkan suami. Teman saya pernah bekata “ Kalau saya pulang, tidak pernah saya mendengar istri mengeluh soal repot mengurus anak. Menjelang tidur,  celoteh istri hanya soal anak. Karena itu tempat tidur menjadi sorga yang terindah”. Lambat laun anak anak itu menjadi rantai kokoh yang memasung suami untuk hanya berkiblat kepada istri. Apapun keputusan suami pada akhirnya tetap mengutamakan anak. Saat itulah, harta suami menjadi harta istri.

Dalam kehidupan politik juga sama. Tidak peduli apa sistemnya. Kekuasaan berdiri karena penguasa mampu memaksa orang loyal lewat  cara saling bargain ( saling sandera). Kalau KPK bekerja tanpa politik, saya rasa 2/3 elite politik masuk penjara. Tetapi, kekuasaan  tidak akan bertahan lama. Mengapa ? walau kekuasaan atas nama rakyat, tetapi keberadaannya karena konsesus segelintir orang itu. Selagi “pendapatan” sama , maka “pendapat” akan sama. Semua akan damai dan baik baik saja. Perdamaian itu sangat mahal. Apa arti keadilan dan kebenaran kalau tidak ada perdamaian. Tdak ada kerajaan utopia di dunia ini kecuali dalam dunia dongeng, dunia khilafah.

Hidup ini harus berakal, demikian kata mendiang ayah saya. Kita tidak bisa meminta orang berela hati menyukai dan menghormati kita kalau kita tidak tahu bagaimana “ memaksa” dia. Dan kalau akhirnya dengan cara “ memaksa” itu mereka menghormati kita, engga perlu pula kita bangga. Anggap itu hanya transaksional. Dalam situasi saling bargain keseimbangan menjadi sangat kokoh. Tidak ada yang merasa sangat hebat dan yang lain lemah. Kalau boleh disampaikan secara romantis, orang bisa bertahan dan happy bukan karena dia hebat tetapi karena dia bisa berdamai dengan kenyataan. Bahwa hidup memang tidak ramah. Yang tulus mencintai anda hanya Tuhan, bukan manusia. Maka ikhlaslah…

Saturday, June 20, 2020

SEX and attitude


Masalah seks masih dianggap tabu untuk diperbincangkan dan seringkali dianggap remeh karena tidak dipelajari dan dicermati dengan seksama. Padahal, seks sangat penting dan tidak ada seorang manusia pun yang lepas dari seks. Disadari maupun tidak disadari, diakui ataupun tidak diakui, mereka yang memiliki gangguan kejiwaan dan masalah seksual memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat, bangsa, dan juga negara.  Apa ada pemimpin yang mau mengakui dirinya mengalami masalah gangguan kejiwaan dan masalah seksual? Apa ada masyarakat umum yang juga mau menyadarinya? Semua dapat dibuktikan dari perilakunya sehari-hari.

Kaum kiri percaya bahwa hanya dengan sosialis komunisme negara akan makmur atas dasar masyarakat tanpa kelas. Tetapi apa yang terjadi ? Di Uni Soviet, terjadi kelaparan di masa kekuasaan Stalin, dan akhirnya bangkrut di era Mikhail Sergeyevich Gorbachev. Di China, Mao sangat yakin revolusi kebudayaan merupakan lompatan China jauh kedepan. Tetapi 10 tahun Revolusi kebudayaan, Mao justru menciptakan wabah kelaparan dengan angka kematian mencapai 25 juta orang. Venzuela, negara produsen minyak dengan cadangan minyak terbesar di dunia, akhirnya bangkrut dan rakyat harus menjual anak gadisnya untuk sepiring mie instant.

Tapi tahukah anda...Bapak pendiri Uni Soviet, Vladimir Lenin’s, juga pencetus revolusi Bolshevik, sebuah revolusi kaum kiri yang menggetarkan dunia dan melahirkan internatioanalisasi komunisme. Ternyata dibalik kejeniusannya, dan kehebatannya, dia adalah orang yang tidak suka sex. Walau punya istri dua dan penganjur poligami, dia sendiri tidak tahu bagaimana membuat dia tertarik kepada seksualitas wanita. Tak ubahnya dengan Mao yang inferior complex di hadapan istrinya, Jiang Qing, karena kalah di tempat tidur. Karena itu Revolusi kebudayaan bebas dikendalikan istrinya, dengan korban 25 juta orang.

Kaum Kanan, sangat percaya bahwa kekuasaan atas dasar Agama, akan menjamin kemakmuran dengan semua kebutuhan terjamin. Karena Tuhan  meridhoi. Tetapi dalam kenyataannya, sejarah kekhalifahan Turki Ustmani akhirnya bubar setelah 6 abad berdiri. Karena tersudut oleh hadirnya revolusi Industri di Inggris dan lahirnya paham nasionalisme. Khilafah gagal melakukan perubahan , apalagi memakmurkan rakyanya. Karena para elite terlena dalam kemakmuran bagi mereka sendiri. Dan akhirnya semua wilayah taklukan memisahkan diri. Tapi tahukah anda...sejarah dinasti Usmani menunjukkan, pada akhirnya tafsir tentang ”Islam” masa itu dikaitkan dengan ”Islam” para sultan yang hidup antara seraglio yang dihuni ratusan selir.Para sultan memang punya kelainan sex, hypersex

Kapitalisme, yang kemudian melahirkan neoliberal bersama dengan jargon demokratisasi, diyakini sebagai cara kebebasan pasar untuk membebaskan orang bisa menjadi apa saja.  American Dream, katanya di pusat lahirnya peradaban kapitalis itu. Kapitalisme, ia bagian dari modernitas yang lahir bersama penaklukan dunia dan kehidupan, yang menghabisi kebenaran tunggal, menjadikan pasar sebagai agama baru, dan uang sebagai sebagai the second god. Tetapi faktanya, wallstreet sebagai jantung kapitalis terpuruk, mengakibatkan gagal bayarnya utang sebagian negara Eropa dan memaksa AS menjadi debitur untuk mengongkosi anggaran yang defisit. Dan yang tersisa kini adalah masyarakat kapitalis yang bingung di tengah ketidak pastian pasar. American dream, hanya mimpi, nightmare. 

Tapi tahukah anda...Keyness bapak kapitalisme ternyata dia sendiri gagal menghargai nilai, itu karena dia gay. Trump menghancurkan kemitraan dengan China, dan membuat Ekonomi AS terpuruk karena dia tersingkir dari Ivana akibat seksnya buruk. Tak ubahnya dengan Hitler yang paranoid dan psikopat karena impoten. Mungkin kalau ingin tahu kehidupan sex seseorang maka lihatlah prilakunya. Kalau dia emosian, paranoid, dan  raja tega, terkesan gila, arogan, itu karena kehidupan sex nya buruk. 

Tuesday, June 16, 2020

Erick dan Adian Napitupulu


Secara pribadi saya sangat menghargai  sikap Bang Adian Napitupulu. Dia sangat konsisten dengan ajaran Marhaen. Baginya apapun kebijakan negara harus bisa diterjemahkan dengan mudah dan tujuannya jelas berdasarkan Pancasila. Sikap berbeda bang Adian dengan pemerintah soal dana talangan BUMN khususnya Garuda, lebih didasarkan kepada pertimbangan idiologi yang dia perjuangkan. Bahwa negara harus ada hadir secara significant dalam BUMN. Bila perlu saham pemerintah harus dominan. Bila perlu Pemerintah harus keluarkan tambahan modal kepada BUMN agar perannya lebih besar bagi pembangunan, untuk rakyat tentunya.  

Yang jadi masalah adalah sejak Soeharto jatuh dan rezim reformasi berkuasa, UU dan PP yang ada di negeri ini telah berubah sesuai dengan Amandemen UUD45. BUMN tidak lagi dengan prinsip agent of development tetapi business oriented. Tampa disadari kita sudah memasuki era state of capitalism. Privatisasi terjadi secara terus menerus sejak era Gus Dur sampai era SBY. Memang era Jokowi privatisasi dihentikan. Namun yang sudah terlanjur diprivatisasi terus saja DPR izinkan untuk righ issue sehingga mengurangi porsi saham Pemerintah. Lantas gimana solusinya ?

Menurut saya, kita bisa saja menuju state of capitalism tetapi tetap mengacu kepada UUD 45 pasal 33 yaitu sosialis. Gimana caranya? pemerintah harus lakukan audit PSO (Public Service Obligation). ) secara menyeluruh terhadap semua BUMN yang ada. Nah kalau index PSO di bawah 50% ya lepas saja BUMN itu. Karena negara engga perlu ngurusi bisnis yang tidak berhubungan dengan kewajiban sosial kepada publik. Contoh Telkom, kalau memang tidak ada lagi unsur pelayanan sosial kepada publik, dan semua sudah bisnis ya jual saja. Uangnya pakai untuk memperkuat Angkasa Pura atau PT KAI atau PELNI. 

Di China standard gaji pegawai BUMN didasarkan kepada index PSO Semakin tinggi index nya semakin tinggi gaji pegawai tersebut. Contoh Kepala Stasiun Kereta Louho di Shenzhen gajinya lebih tinggi dibandingkan Walikota Shenzhen. Mengapa ? Karena tanggung jawab sosial yang berhubungan dengan publik lebih berat dibandingkan dengan walikota. Gaji pegawai Agriculture Bank OF China. lebih tinggi dibandingkan dengan Bank central China.Mengapa ? karena Agriculture Bank OF China lebih besar index PSO nya dibandingkan People Banks Of China, yang hanya melaksanakan UU dan kebijakan pemerintah. Agriculture of bank china harus mengelola ratusan juta petani dan nelayan, dan sebagian besar lemah namun menjadi tanggung jawab negara harus dibina. 

Apakah BUMN yang bekerja secara penuh 100% Indek PSO nya merugi? Tidak. Di Cina, PSO tinggi, maka tinggi juga kualitas pelayanan kepada publik. Karena hanya orang terbaik dan berkualitas saja yang bisa diterima bekerja di BUMN. Gaji mereka lebih besar dari perusahaan non PSO. Akibatnya pelayanan publik   semakin baik dan semakin dicintai oleh semua lapisanan masyarakat. Dari kelas menengah BUMN dapat untung namun pada waktu bersamaan juga bisa memberikan subsidi tarif kepada rakyat yang tidak mampu dengan standar layanan yang sama. Di China, 30% sumbangan PDB berasal dari BUMN. Mengapa saya ambil China sebagai studi kasus? Karena China bisa menerapkan state of capitalisme tanpa meninggalkan sosialisme. Kenapa kita egga belajar dari China.

Apa yang dilakukan Erick sekarang dalam membenahi BUMN memang lebih kepada business oriented. Yang merugi jual, yang engga efisien dipangkas. Itupun tidak salah. Karena dia hanya melakasanakan UU dan PP yang ada. Tugas DPR mengubah UU  yang sehingga bisa menempatkan BUMN sebagai state of catapitalism namun tidak kehilangan ruh Pancasila dan UUD 45. Nah Itu tugas Bang Adian di DPR agar regulasi kita kembali ke khitah  Pancasila, sila ke lima. Tetap semagat!

Saturday, June 13, 2020

Sorga dan Neraka


Menurut kaum sufi kisah perjalanan mi’raj Nabi Muhammad ke Sidaratul Muntaha dilakukan dalam semalam. Nabi menggunakan kendaraan Bouraq, yang melesat seperti cahaya. Ketika sampai di gerbang Sidaratul Muntaha, malaikat Jibril yang mendampingi Nabi tidak bisa masuk ke dalam. Mengapa? “ Sayapku akan terbakar bila masuk ke dalam Sidratul Muntaha. Karena di dalam itu ada Cinta, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang “ Kata Jibril. Maka hanya Nabi yang bisa masuk kedalam untuk menerima perintah sholat. Kaum sufi berprasangka bahwa Tuhan itu adalah Cinta. Makanya kalau ingin mendekati Tuhan, tentu haruslah dengan konsep Cinta. Itulah Kaum sufi.

Al Gazhali adalah manusia religius yang autentik. Dia percaya pada wahyu, dia menghormati Nabi dan Kitab, dia setia kepada syariah, tetapi tidak merasakan kehadiran Allah secara jelas. Gazhali tiba tiba mengalami krisis ruhani, dan pergi kepengasingan. Dari sinilah terjadi transformasi kejiwaan, dari mendekati Allah karena dorongan rasa takut berubah menjadi Cinta. Mungkin semacam konsep beragama kaum tasauf, seperti untaian syair Rummi. Fikih adalah fikih dan Anda harus mengikutinya, tetapi Anda tidak bisa mencapai Allah dengan mempelajari Al Quran dan ritual semata. Anda perlu membuka hati, dan hanya para sufi yang tahu cara membuka hati untuk menebalkan nilai nilai kemanusiaan, dalam cinta dan kasih sayang. 

Orientasi beragama bagi kaum sufi bukanlah karena fantasi surga dengan 72 bidadari atau ketakutan karena neraka yang maha panas dan kejam.  Mengapa? konsep sorga dan neraka itu konsep paling terbelakang dalam beragama. Beragama orang awam. Beragama karena pamrih. Padahal Cinta tidak mengenal pamrih. Bagi  kaum sufi, Konsep sorga neraka itu bukanlah “tempat”. Tetapi itu dipahami sebagai “kondisi”, dan itu bukan hanya di akhirat tetapi juga di dunia. Apa itu? Sorga itu di mana kondisi manusia sangat dekat dengan Tuhan. Kondisi yang selalu prasangka baik dan berpikir dan berbuat hal yang positip. Karenanya, hidup jadi nyaman dan aman. Ukurannya sudah melewati materi dan persepsi. Itulah Ikhlas.

Sebaliknya neraka itu di mana kondisi manusia sangat jauh dari Tuhan. Sangking jauhnya, mereka engga yakin Tuhan maha penjaga agama. Makanya mereka ingin jadi pembela agama. Terbentuklah Front Pembela Agama. Mereka tidak yakin Tuhan maha adil, makanya mereka selalu berprasangka buruk dan ingin medirikan khilafah agar keadilan tegak. Ya, semua hal dibuat negatif. Termasuk PKI yang sudah matipun dianggap masih hidup. Makanya mereka selalu berisik dan penuh kebencian. Karena hidup mereka seperti di neraka. Panas terus bawaannya dan cintapun semakin terhalau, Tuhan pun semakin jauh untuk didekati.

Nah, bila di dunia sudah menemukan sorga, hidup bahagia lahir batin, penuh ikhlas maka dalam kehidupan dimensi akhirat akan sama saja. Soal “tempat” engga penting lagi. Begitupula bila di dunia merasakan neraka, maka di akhirat tidak akan jauh beda. Karena perpindahan dari dunia ke akhirat hanyalah perubahan dimensi ruang waktu. Sementara Tuhan, Sang Pencipta kan tidak berubah. Tuhan tetap dan abadi dalam ujudnya yang tak terdefinisikan. Cara terbaik dan mudah melatih menciptakan sorga, ya di rumah tangga. Menikahlah. Kalau bahagia, maka separuh sorga sudah ditangan kita. Selebihnya bagaimana kita bisa berguna bagi orang banyak dan bersabar atas segala fitnah dan hujatan, serta pandai bersyukur.

Wednesday, June 10, 2020

Keturunan Nabi.


Nabi Muhammad punya tiga putra. Dua dari istri pertamanya, khadijah. Satu dari Istri, Mariah Qibtiyah. Tetapi takdir bagi ketiga putra Rasul itu tidak berumur panjang. Dua putra dari istrinya Khadijah yaitu Abul Qasim, meninggal dalam usia dua tahun. Abdullah, meninggal dunia setelah lahir beberapa hari. Sementara dari istrinya Mariah Qibtiyah, putranya bernama Ibrahim meninggal dalam usia 16 bulan. Seandainya ketika Nabi Muhammad wafat punya putra yang ditinggalkannya , sejarah khilafah 4 mungkin tidak akan pernah ada. Artinya, dengan tidak adanya putra nabi penerusnya maka sumber fitnah dikemudan hari terhadap Islam tidak terjadi. Tidak akan ada orang mendewakan keturunanya dan bahkan mengangkatnya sebagai nabi atau imam besar. 

Mengapa ?

Secara budaya Arab atau penganut adat patriakat, garis keturunan itu ada pada pria, bukan wanita. Hasil penelitian Genetika diabad modern sekarang, memang membuktikan bahwa meski anak mewarisi DNA dari ayah dan ibu, namun GEN  ayah lebih dominan. Itu sudah dibuktikan dalam riset Genetika yang dilakukan oleh team  University of North Carolina’s School of Medicine. Bahkan penelitian yang dilakukan Corry Gellatly dari Newcastle University, ternyata Sperma laki-laki menentukan jenis kelamin bayi. Jadi kalau boleh disimpulkan prialah pembawa dan penentu faktor keturunan.  Lantas mengapa ada orang mengatakan dia keturunan Nabi Muhammad, bahkan meng claim mereka sebagai cucu Nabi? Fakta sejarah yang ada adalah Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein, yang adalah keturunan Sayyidah Fathimah Azzahra yang merupakan putri Nabi yang bersuamikan Ali Bin Abi Thalib. Nah ini disebut dengan keturunan jalur Nasab. Padahal jalur Nasab ini secara genetik bukanlah keturunan Nabi tetapi Ali Bin Abi Thalib.  

Tapi ada juga yang tidak ada kaitanya dengan Fatimah namun mereka dianggap sebagai pewaris Nabi. Siapa mereka itu? ya para ulama besar, yang selain alim juga mengamalkan ilmunya. Ini disebut dengan jalur sebab. Argumen bahwa para ulama itu sebagai pewaris Nabi ada banyak hadith dan Al Quran yang menerangkan itu. Setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk bisa dianggap Habib dengan cara mengikuti jejak perilaku Nabi khususnya akhlak beliau, seperti jujur, berprasangka baik, tidak melakukan perbuatan maksiat, tidak membukan aib orang lain dan tidak mencampuri urusan orang lain, hospitality atau ramah, mengerjakan amar ma’ruf nahi munkar tetapi dengan cara yang ma’ruf. Kalau tidak, dia bukan siapa siapa. 

Nabi memang sang messenger atas lahirnya Islam, yang kemudian hari melahirkan dinasti besar di bawah panji Islam. Namun tidak ada hubungannya dengan keluarga Nabi. Keagungan Rasul dan Islam tidak ternoda dengan drama politik kekuasaan yang membawa Panji Islam. Bagaimanapun itu bukan islam. Itu tetaplah politik yang bisa saja menghalalkan segala cara.  Dalam sejarah Islam, cucu Nabi bernama Hasan meninggal karena diracun oleh lawan politiknya. Adiknya Hasein meninggal di Padang Karbala oleh pasukan Yazid bin Muawiyah. Bahkan menantu Nabi Ali Bin Abi Thalib , ayah dari Husein dan Hasan meninggal karena dibunuh oleh lawan politiknya. Yang membunuh keluarga Nabi juga orang islam. Yang menginginkan kekuasaan atas nama Islam. Tapi itulah politik. 

Tuesday, June 09, 2020

Kekuasaan



Khilafah Turki Ustmani awalnya tidak punya tradisi bahwa kekuasaan diwariskan kepada anak sulung. Sehingga sering terjadi pertikaian di antara para saudara untuk mengklaim takhta. Ketika Mehmed II sedang mengepung Konstantinopel, pamannya sendiri bertarung melawannya dari dalam tembok. Mehmed pun menangani masalah ini dengan dingin. Ketika dia naik takhta, dia mengeksekusi sebagian besar kerabat lelakinya. Sejak saat itu, setiap sultan baru yang naik takhta diwajibkan untuk membunuh semua kerabat lelakinya. Bahkan Suleiman yang Agung (Suleiman I) menyaksikan dari belakang layar saat putranya sendiri dicekik sampai mati dengan tali busur. Diketahui bahwa anaknya menjadi terlalu populer di kalangan tentara sehingga sang sultan merasa tidak aman. Kebijakan "fratrisida" itu tidak pernah populer di kalangan masyarakat umum atau para ulama, dan kebijakan itu diam-diam ditinggalkan ketika Ahmed I meninggal pada tahun 1617. Namun caranya tetap saja sadis, calon pewaris takhta harus dikurung di Istana Topkapi, Istanbul, di dalam sebuah ruangan khusus yang dikenal sebagai kafes atau “kandang." Seorang pangeran Kekaisaran Ottoman mungkin menghabiskan seluruh hidupnya di dalam kafes, sehingga banyak dari mereka yang menjadi gila karena kebosanan atau menjadi terlalu bergantung pada alkohol.

Apa yang terjadi pada Khalifah Turki Ustmani mungkin tidak terjadi pada kerajaan lain namun intrik politik antar anggota kerajaan sangat sadis. Diantara mereka menghalalkan apa saja untuk bisa merebut kekuasaan. Di zaman Khalifah 4 sahabat Nabi, semua meninggal karena dibunuh orang terdekatnya. Walau dari luar istana nampak megah dan damai namun di dalamnya menyimpan prahara, yang siapapun berpotensi menjadi pengkhianat dan pembunuh. Mengapa itu bisa terjadi? karena sistem kekuasaan yang terpusat kepada khalifah atau raja. Raja atau khalifah sebagai ruler yang menentukan keadilan. Walau ada hakim namun pada akhirnya titah raja adalah hukum itu sendiri. Raja atau khalifah juga menjadi pusat sumber daya segala yang ada. Ia menjadi magnit bagi siapa saja yang ingin mendapatkan jabatan dan kekayaan. Jadi wajarlah bila sistem kerajaan atau khalifah ini sangat renta terhadap goncangan, khususnya disaat stabilitas ekonomi terancam. Tidak ada kekuatan by system yang bisa mengamankan proses politik agar kekuasaan tetap solid. Nation character tidak terbentuk. 

Kemudian sejak diperkenalkan sistem monarki konstitutional dimana kekuasaan raja hanya sebagai simbol persatuan dan kekuasaan pemerintah ada pada PM, sistem monarki bisa berjalan lumayan bagus. Namun belum bisa optimal karena PM masih dipilih oleh raja. Setelah sistem demokrasi lewat Pemilu yang memberikan hak rakyat memilih PM, maka saat itu kerajaan terhindar dari intrik politik internal. Para keluarga kerajaan bisa hidup damai menikmati statusnya dan mereka tidak perlu pusing memikirkan masalah pemerintahan dan politik. Itu yang terjadi pada Inggris, Thailand.

Namun dalam sistem negara republik, keadaan tidak ada ubahnya dengan kerajaan dimana kekuasaan presiden sangat besar. Seperti di Korea Utara, di Indonesia era Soeharto. Presiden menjadi satu satunya lembaga tak tertandingi.  Walau kekuasaan tertinggi ada pada MPR namun sebagian besar anggota MPR di pilih sendiri oleh presiden. Akibatnya Presiden menjalankan kekuasaan dengan tangan besi. Semua orang hanya percaya kepada presiden untuk urusan apapun. Bahkan Instruksi Presiden lebih ditakuti daripada UUD atau UU. Presiden tidak boleh disalahkan. Bisa ditebak, kekuasaan semacam itu , membuat intrik politik sangat keras diantara lingkaran dalam Presiden. Saling jegal dan saling fitnah terjadi.  Akhirnya Soeharto ditumbangkan oleh chaos, bau amis darah. Tak ubahnya dengan kejatuhan Soekarno.

Di era Reformasi, Indonesia mengubah UUD 45 dengan prinsip tidak ada lagi kekuasaan tunggal walau kita menerapkan sistem presidentil. Tidak ada lagi kekuasaan bisa selamanya. Harus ada pembatasan masa kekuasaan. Maksimum 2 periode. Tidak ada lagi anggota DPR/ MPR yang diangkat dan dipilih oleh Presiden. Semua harus ikut pemilu. Mereka terpilih lewat pemilu langsung. Desentralisasi diperkenalkan pada daerah. Sistem pengawasan hukum dibentuk agar tidak ada yang kebal hukum. Ada MK, KPK dan Ombudsman. Dengan sistem ini memang presiden benar benar hanya sebagai administratur atau manager. Di era Jokowi sistem ini ditampilkan dengan cara yang sangat egaliter. Presiden bisa bekerja dengan tenang tanpa pusing dengan intrik kekuasaan. Orang tidak lagi melihat lembaga presiden sebagai kekuasaan yang sakral.  Politi tidak lagi panglima. Hukum adalah panglima tertinggi. Namun anehnya ada sekelompok orang ingin kembali kesistem khilafah atau era orde baru, dan konyolnya PKI dijadikan kambing hitam. Ya mereka berfantasi menjadi khalifah yang punya barisan selir atau presiden seperti Pak Harto yang berkuasa seperti raja. Cara berpikir terbelakang dan mental rakus.

Thursday, June 04, 2020

Tapera dan semangat gotong royong.


Dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), para pendiri bangsa ini punya satu pemikiran yang sama bahwa kita tidak memilih model kerajaan, tidak juga memilih model republik parlementer. Tetapi model pemerintahan presidentil. Sistem presidentil pun tidak berdasarkan golongan atau idiologi tetapi berdasarkan kesejahteraan atau istilahnya welfare state. Mengapa? karena sistem negara kesejahteraan bertumpu kepada lima hal , yaitu Demokrasi (Democracy), Penegakan Hukum (Rule of Law), Perlindungan Hak Asasi Manusia (The Human Right Protection), Keadilan Sosial (Social Justice) dan Anti Diskriminasi (Anti Discrimination).  Hebatnya walau teori welfare state itu berdasal dari Barat namun dapat diterjemahkan secara apik dalam falsafah negara bernama pancasila.

Dalam perkembangan setelah merdeka, Soekarno belum bisa menterjemahkan welfare state itu dalam bentuk implementasi nyata. Karena antar golongan dan idiologi masih berbeda visi soal cara mencapai tujuan. Di era Soeharto, welfare state itu diterjemahkan negara menguasai semua dan negara membagikanya kepada rakyat. Namun karena tidak berdiri diatas sistem demokrasi yang sehat, maka tidak ada keadilan dan itu disebabkan hukum tidak tegak. Sehingga HAM tidak dihormati. Di era reformasi, sistem negara kesejahteraan itu diterapkan secara gradual. Maklum kekuatan golongan dan idiologi tidak semua setuju. Di awali lahirnya desentralisasi kekuasaan lewat UU Otonomi daerah.  Secara bertahap lahir juga Komnas HAM, MK, Ombudsman, KPK dan dihapusnya istilah pribumi dan non pribumi, menjadi WNI. Secara kelembagaan sistem negara kesejahteraan sudah established. Namum belum terimplementasi melalui sistem welfare state.

Diantara program welfare state itu adalah sistem jaminan sosial nasional untuk bidang kesehatan dan sistem jaminan pengadaan rumah atau Tapera. Dua hal ini sangat esensi terhadap nilai nilai negara kesejahteraan. Dua hal ini dalam sistem kapitalisme menjadi barang langka dan mahal. Karenanya negara harus hadir memastikan dua hal ini bisa terselenggara. Namun karena dasarnya welfare state maka itu bukan berarti negara sebagai penyedia dan rakyat sebagai penerima. Sistemnya adalah dari rakyat untuk rakyat. Negara hadir menyediakan payung hukum yang adil agar terjadi semangat demokrasi, sikap gotong royong, tepu saliro dan berkelajutan. Makanya keluarlah  UU SJSN tahun 2004. Namun baru bisa diterapkan tahun 2011 dengan dibentuknya UU BPJS. Dan tahun 2014 di era Jokowi barulah UU BPJS diterapkan secara nasional.  Memang tidak mudah. Proses politik sangat panjang dan melelahkan.

Kemudian, Tapera dibentuk atas dasar UU No. 4 tahun 2016 tentang tabungan perumahan rakyat. Untuk melaksanakan UU tersebut dibentutlah BP Tapera berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera). Apa esensi dari BP Tapera ini? Sama seperti BPJS ( hanya bedanya iuran BPJS dianggap premi,semetara Tapera itu tabungan),  bahwa pada intinya pengadaan perumahan itu tidak ditanggung negara dari APBN tetapi melalui semangat gotong royong. Ya dari masyarakat untuk masyarakat. Negara memastikan proses gotong royong itu dapat terlaksana. Ada kepastian bahwa setiap peserta Tapera akan punya akses memiliki rumah sendiri. Itu yang penting. Tentu dalam proses sampai sempurna sistem itu Tapera ini, APBN masih memungkinkan terlibat. Dalam jangka panjang peran APBN harus nol. Kalau bisa dana Tapera ini bisa menjadi financial resource untuk pembangunan pemberdayaan ekonomi rakyat. 

Jadi gimana prinsip dari tapera ini?. Bahwa setiap warga negara yang bekerja secara formal sepeti PNS, aparatur sipil negara (ASN), prajurit dan siswa Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), pejabat negara, pekerja di Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Badan Usaha Milik Desa, perusahaan swasta, dan pekerja informal atau mandiri  yang menerima upah, wajib ikut Tapera. Iuran sebesar 3% dari gaji pokok maksimum Rp. 12 juta/bulan. 0,5% ditanggung pemberi kerja dan 2,5% ditanggung oleh pekerja. Apakah uang iuran itu hilang bila anda tidak gunakan untuk beli rumah? Tidak. Kelak bila anda pensiun usia 58 tahun, uang itu dikembalikan ke anda dalam bentuk deposito, surat utang pemerintah pusat, surat utang pemerintah daerah, surat berharga di bidang perumahan, atau bentuk investasi lain yang aman. Jadi walau anda sudah punya rumah,  ikut BP Tapera ini tidak rugi. Anggap nabung sambil berperan aktif sebagai financial resource membantu pengadaan rumah secara nasional.

Anda bisa bayangkan. Apabila Tapera ini terlaksana. Maka negara punya financial resource raksasa untuk mengadakan rumah bagi rakyat miskin.  Karena akumulasi dana ini 79% untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dengan gaji maksimum Rp. 8 juta dan 21% untuk non MBR. Dengan adanya BP Tapera ini maka skema kredit komersial seperti Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) bersubsidi lainnya seperti KPR Subsidi Selisih Bunga (SSB), Subsidi Selisih Margin (SSM) hingga Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dihapus. Selanjutnya pengadaan rumah menjadi tanggung jawab masyarakat secara gotong royong lewat skema BP Tapera. Yang mampu membantu mereka yang tidak mampu. Begitulah keadilan sosial dimaknai dalam sistem welfare state. Jadi negara bukan sebagai fund provider tapi create social justice provider.

Pria minang...

  Orang tua saya mengingatkan saya, “ Kalau hanya sekedar makan untuk mu dan keluargamu, monyet di hutan juga begitu.” Kata orang tua saya. ...