Wednesday, August 25, 2010
Aqidah, Idiology
Tuesday, August 17, 2010
Memilih
Apakah kelebihan manusia dibandingkan makhluk lain ? jawabnya hanya satu yaitu kebebasan. Allah mendesign manusia begitu hebat. Manusia bebas makan apa saja. Beda dengan harimau walau perkasa tapi tidak bisa makan rumput. Beda Malaikat yang walau sangat dekat dengan Allah namun tidak bisa berbuat lain kecuali sesuai kehendak Allah. Beda dengan Iblis yang hanya ditugaskan untuk merusak. Manusia boleh berbuat apa saja. Baik atau buruk. Kaya atau kere. Pintar atau bodoh. Boleh. Silahkan. Andai Allah inginkan manusia seperti Malaikat maka itu akan sangat mudah tapi Allah beri manusia bebas memilih. Inilah nikmat terbesar yang diberikan oleh Allah kepada makhluk yang bernama Manusia.Makanya kalau ada manusia lain yang mencoba mengontrol kebebasan manusia lain maka itu sama saja berperang dengan Allah.
Kebebasan itu adalah platform manusia diciptakan oleh Allah. Ini cetakan asli dari kesempurnaan manusia. Tanpa kebebasan manusia tidak bisa menjadikan dirinya sempurna. Karena kebebasan itu pulalah makanya Allah mengirim Rasul untuk mengajari manusia untuk cerdas memilih atau cerdas untuk bebas. Kemudian Allah-pun mengajari langsung manusia lewat kitab suci. Sampai kini Allah hadir dalam keseharian kita lewat titahnya pada setiap lembaran kitap suci. Kalau anda inginkan melihat Allah berbicara maka bukalah Al Quran. Itulah suara Allah yang setiap saat anda bisa dengar kalau anda baca dengan tertip. Makanya ketika pertama kali Al Quran diturunkan, Allah mengatakan :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Kita diminta untuk membaca sebagai cara untuk belajar menemukan jalan yang benar untuk memilih dengan benar sesuai yang Allah pilihkan untuk kita. Maha suci Allah yang maha pengasih lagi penyayang !
Begitu indahnya Allah mendesign Manusia. Begitu pemurahnya Allah kepada manusia,. Allah menciptakan Alam semesta yang begitu rumit untuk dipahami akal namun lewat firmannya Allah membuka tabir ciptaanya itu dengan vulgar. Tidak ada yang dirahasiakan bagi orang yang mau berpikir. Apalagi soal memilih mana yang baik dan mana yang buruk, Inipun bukan sesuatu hal yang rumit. Allah tidak pernah mendidik dengan rumit. Allah memberikan metode pengajaran dengan sangat mudah dicerna. Caranya, Allah berdialogh dengan manusia lewat sejarah manusia sebelumnya. Apakah ada yang paling mudah selain contoh? Itulah isi Al Quran yang sebagian berisi sejarah tentang baik dan buruk. Inilah keagungan Allah yang maha pengasih lagi penyayang agar manusia tidak sesat jalan pulang.
Tapi dengan cara yang begitu mudah dan sederhana, tetap saja membuat kita bingung memilih jalan yang benar. Biang persoalannya adalah fitrah yang kita miliki itu yang penuh kebebasan memilih dan berbuat telah menggiring otak kita untuk juga berpikir bebas. Sifat fikiran itu memang serba suka bermain main. Yang sulit kadang dibuat mudah dan yang mudah dibuat sulit oleh akal. Kita tahu bahwa 1 + 1 sama dengan dua. Akal kita membuat konsesus bahwa 1 +1 = 2 tapi kemudian akal kita buat lagi konsesus 1+1 = 4-2. Hal yag ditambah sama dengan hal yang dikurangi dan ini akan terus terangkai dengan derivatip cara akal berhitung. Kemudian kita terus mengurai segala permainan akal dalam berbagai metode. Manusia yang pandai bermain dengan akalnya disebut sebagai manusia modern atau manusia beradap.
Kemajuan manusia modern pada akhirnya tidak sebetulnya modern kecuali kembali purba. Akal manusia yang serba bebas itu pada akhirnya juga terjebak menjadi tidak bebas. Bila kemakmuran yang dikejar namun pada waktu bersamaan terjerat hutang berlibat. Bila kemerdekaan yang dikejar namun pada waktu bersamaan terjerat persaingan kelas. Bila kebebasan yang diharap namun pada waktu bersamaat supremasi pemerintah dan hukum membelenggu kita. Pemerintah menjadi penentu kebebasan kita, Pemerintah menjadi penentu nasip kita, Pemerintah menjadi pemilik kita. Dan pada akhirnya manusia modern dimana saja tetap saja terjerat kebebasannya. Potensinya sebagai makhluk sempurnan tereduksi.
Lantas apakah kemerdekaan yang anda harapkan ? Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan…, maka anda akan menemukan jalan pembebasan dan kemerdekaan yang menentramkan…Karena Allah mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Kalau Anda percaya kepada Allah , Apa yang bisa anda harap dari pemerintah yang mengharamkan syariat islam ditegakkan..Masihkah ada makna kemerdekaan diatas konsep secular padahal sejatinya konsep kemerdekaan dibulan juni 1945 dikumdangkan dengan baiat “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Konsep ini telah terhalau dan haram dibicarakan dan kalau ngotot nasip anda akan sama dengan ABB dicap sebagai teroris.
Sunday, August 15, 2010
Kebodohan
Saya menerima email dari Sahabat saya di AS. “The American oligarchy spares no pains in promoting the belief that it does not exist, but the success of its disappearing act depends on equally strenuous efforts on the part of an American public anxious to believe in egalitarian fictions and unwilling to see what is hidden in plain sight. Dia mengutip kalimat dari Michael Lind. Kalimat ini sebagai dasar hipotesinya untuk mengatakan adalah kebodohan besar menganggap Teroris yang membunuh lewat bomb ditempat keramaian sebagai ancaman. Dalam emailnya dia sempat mengatakan bahwa Teroris dalam pengertian konvensional sengaja di create untuk memungkinkan media
Dia sempat mempertanyakan tentang penangkapan seorang Abu Bakar Bashir. Teman ini bukanlah beragama Islam. Tapi dia sempat geram dengan kebodohan pemerintah
Tapi kini kami baru sadar bahwa semua itu adalah omong kosong. Pemeritah sengaja menciptakan ketakutan dan kecemasan kepada kami agar kami semakin bergantung kepada pemerintah untuk menjadi pelindung. Rasa aman yang kami harapkan, rasa percaya yang kami tanamkan, ternyata hanyalah cara pintar pemerintah untuk berkolaborasi dengan kekuatan segelintir orang merampas kekuatan ekonomi nasional kami. Tanpa kami sadar, krisis Moneter di AS telah membuat bangkrut kelompok menengah di AS. Telah membuat seluruh produk dan jasa menjadi termahal didunia. Perbaikan apapun yang dicanangkan oleh Obama , tidak akan mampu mengembalikan harga ketitik rasionalitas. Yang pasti satu generasi telah membiarkan system culas terbangun dan akhirnya membuat generasi berikutnya akan menjadi gerombolan budak dari kekuatan oligarkhi ekonomi. Sangat menyedihkan.
Terkahir dari emailnya , teman ini berkata “ Kalaulah ada pihak yang tak henti mengingatkan ancaman dari segelintir orang itu , atau seperti yang digambarkan oleh Michael Lind, maka itu adalah kelompok pejuang syariah Islam. Kebodohan kami dan tentu menjadi sesal bahwa kami tidak mempercayai mereka. Justru kami ikut terpengaruh propaganda Pemerintah untuk membenci mereka.“ Saya sempat tertegun dengan email dari teman ini. Memang sejak tahun 2008, propaganda Teroris dan Islam fundamental tidak lagi mendapat tempat dipublik AS dan Eropa. Apalagi semakin terbukanya belang penyerbutan AS ke Irak. Keterlibatan AS di Afganistan yang tidak punya dasar apapun, apalagi bertujuan menghabisi AL Qaedah atau membasmi Taliban. Publik tidak dibisa dibohongi lagi. Irak ternyata pada akhirnya memperkaya perusahaan AS, Afganistan ternyata untuk kepentingan pipa minyak dari Asia Tengah.
Di Indonesia issue teroris masih dipakai oleh para elite untuk membuat rakyat semakin percaya. Issue kekerasan ormas Islam masih dipakai untuk menaikkan citra pemerintah yang cinta HAM. Padahal kejahatan terorganisir yang melibatkan elite politik dan TNC terus terjadi lewat system yang demokratis. Inilah sebetulnya yang disebut dengan Economic Terorism. Daya rusaknya lebih besar dari apapun. AS yang ekonomi sangat kuat bisa luluh lantak apalagi
‘Kalaulah ada kejahatan yang paling besar dalam sejarah manusia adalah apabila kebenaran diselewengkan., Kalaulah ada kebodohan terbesar dalam sejarah maka itu adalah rakyat yang mempercayai kebohongan itu sendiri."
Friday, August 06, 2010
Kesederhanaan pemimpin
Kalau anda berkunjung ke
President Iran, bukan orang yang gemar dipuja dan ditempatkan dengan pencitraan penuh dihadapan Rakyat. Acap ditemukan Presiden
Tapi tahukah anda, saya menyaksikan perjalanan dari Bandara ke Pusat
Dari kesedehanaan Pemimpin
Kemajuan
Akhir kunjungan di
Bagaimana dengan kita ?
Sunday, August 01, 2010
Boros , culas dan melelahkan
Islam adalah agama untuk orang yang suka berjamaah. Sebaik baiknya sholat adalah berjamaah yang dipimpin oleh Imam. Imam ini dipilih bukan karena kedudukannya , hartanya tapi karena kualitas aqidahnya serta penguasaan agama dengan baik , tentu bacaannya pasti juga baik. Dalam budaya masyarakat Indonesia , system ini tidak pernah ditentang karena hampir semua budaya dari seluruh suku di Indonesia mengenal istilah imam. Budaya kita mengenal apa yang disebut dengan “orang yang dituakan” Tempat masyarakat bertanya dan mendapatkan pituah serta menjadi pemimpin ( imam) dalam bermusyawarah. Ketika islam diperkenalkan , inline dengan budaya itu sendiri hingga tak dipertentangkan ketika agama mengatur dan adat (budaya ) memakai ain. Dalam keseharian Islam di Indonesia akan sangat berbeda coraknya dengan Islam di Arab itu sendiri tapi esensinya tetap sama.
Ketika orang barat berpikir mengenai masyarakat bebas dan demokratis mereka berpikir tentang structur horisontal, tempat individu memiliki hak pilih setara dan secara berkala memilih pemimpin mereka. Sebagian besar system demokrasi Barat mengacu seperti ini. Namun bagaimana ada cara yang sama sekali berbeda dalam memandang kebebasan dan demokrasi, yang berasal dari warisan budaya berbeda serta cara pandang berbeda terhadap masyarakat dan dunia ? Bagaimana demokrasi tersebut vertikal , bukannya horizontal ? Islam punya princip dasar bahwa semua orang dilahirkan saling terhubung satu sama lain dan setiap individu adalah bagian dari keseluruhan. Harmoni dengan orang lain adalah kunci hidup di tengah masyarakat kita. Akuntabilitas personal tak sepenting kualitas ( akhlak ) hubungan kita dengan orang disekitar kita
Dalam hubungan tesebut diatas, kehidupan masyarakat tidak dijalankan oleh kelompok atau partai yang saling bersaing untuk mencapai tujuan., tapi melalui musyawarah dengan proses top down dan bottom up. Para Wali ketika menyiarkan agama tidak merubah budaya yang sudah ada tapi meluruskannya sesuai dengan aqidah islam. Wali bermusyawarah ketika menetapkan ajaran islam agat tidak merusak budaya lokal. Apa yang terjadi , orang tidak lagi melihat budaya sebagai tempat bersandar atau raja tempat bernaung tapi Islam itu sendiri tujuan hidup mereka. Menurut saya Islam tidak mempersoalkan seperti apa model suatu pemerintahan. Ini hanya cara akal manusia untuk berbuat yang lebih baik menurut mereka. Karena islam tidak menempatkan kepemimpinan berdasakan simbol atau institusi tapi kepada aqidah. Agar aqidah ini dapat tegak maka diperlukan kepemimpinan secara vertikal. Imam selalu ada didepan ketika memimpin sholat dan tidak boleh satupun membangkang kecuali Imam melakukan kesalahan atau batal demi rukun sholat.
Kepemimpinan vertikal ini bukan berfocus untuk lahirnya diktator dalam bentuk presidentil atau otokratis. Bukan!. Tapi sekali lagi kepemimpinan yang mengikuti aturan yang tetap. Jadi kekuasan itu ada bukan kepada kedudukan seseorang tapi lebih kepada ketaatan kepada aturan itu sendiri. Dimata Barat, justifikasi pemimpin sebuah bangsa tegak atau jatuh terrantung siapa yang dipilih. Dalam islam, justifikasi itu lebih ditentukan oleh pencapaian ( keteladanan positip atau akhlak ). Bila pemimpinnya memberikan keteladanan yang baik , jujur, kerja keras, cerdas dan amanah maka bangsa itu akan kuat dan bila pemimpinnya culas korup maka bangsa itu akan hancur /jatuh. Kalau system demokrasi barat ada istilah, andai setan mendapatkan mayoritas suara maka dia akan terpilih menjadi pemimpin. Citra apapun harus di create untuk menjadi pemenang walau harus membayar suara. Tapi dalam islam, setan atau siapa yang bermoral rendah, secara sistem akan jatuh dengan sendirinya. Hukum moral dalam islam lebih besar daripada hukum tertulis.
Hukum moral ini diajarkan dalam Islam dengan mendominasi hampir sebagian besar ajaran Islam. Tapi dengan adanya sistem demokrasi liberal di Indonesia kini, maka sebetulnya kita telah keluar dari tata nilai kita sendiri. Masyarakat yang lebih banyak diatur dalam hukum moral yang mengutamakan musyawarah untuk mencapai tujuan,kini dihadapkan oleh system dimana hukum moral tak lagi dilihat. Semua hal terikat dengan standard hukum tertulis dan semuanya menjadi procedural. Tak penting karena itu esensi moral diabaikan. Akibatnya, apa yang kita rasakan bahwa kepempinan itu menjadi barang dagangan bukan lagi proses keteladanan yang diuji berdasarkan hukum moral dimasyarakat. Sistem Pilpres, Pilkada sangat bertolak belakang dengan budaya kita dan sangat sulit untuk diterima sebagai sistem yang menentramkan dan murah. Ia boros, culas dan melelahkan.
Mengapa tidak kembali kepada esensi agama kita, dimana UUD 45 sebelum diamandemen dan Pancasila sudah menjabarkannya dengan indah...bahwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan...Artinya pemimpin itu dipilih oleh orang orang yang hikmat ( adil ) dan bijaksana ( terdidik baik dan bermoral baik ) bukan dipilih langsung oleh rakyat yang bodoh dan mudah dibeli dengan uang receh...
Pemerintah Suriah jatuh.
Sebelum tahun 2010, kurs pound Syuriah (SYP) 50/1 USD. Produksi minyak 400.000 barel/hari. Sejak tahun 2011 Suriah dilanda konflik dalam n...
-
Fasilitas bisnis impor gula itu memang sudah dipastikann rente. Apapun alasannya termasuk stabilitas harga, itu omong kosong. Ini bisnis m...
-
Setiap proyek entah itu milik Swasta atau negara, kalau sudah masuk PSN ( proyek strategis nasional), maka jalan kemudahan didapat. Semua ...
-
Iran memiliki ribuan rudal balistik dan jelajah dengan jangkauan yang bervariasi. Menurut laporan Missile Threat pada tahun 2023 bahwa Ira...