Thursday, March 09, 2023

Selalu di jalan Tuhan.

 



Bebarap tahun lalu saya amprokan dengan teman lama di kantor BKPM. Saya sempat lupa tapi dia berusaha mengingatkan siapa dia. Saya segera merangkulnya. Dia datang ke BPKM untuk izin perluasan pabrik. Dia bermitra dengan temannya dari KL. Saya kagum dengan dia, bukan hanya setelah melihat dia sukses sekarang tapi pribadinya adalah inspirasi saya sejak dulu ketika kami masih belia.


Namanya iwan. Dia pria yang baik. Walau dia sudah yatim sejak usia 10 tahun. Namun dia punya akhlak baik. Sekolahnya hanya tamat SMU. Saya mengenalnya waktu di pelelangan ikan di kota saya. Setiap pagi iwan membantu nelayan mengangkut hasil tangkapan ke pelelangan. Dari itu dia dapat upah. Dia tinggal di masjid, di ruang paviliun. 


Setiap subuh saya sering mendengar suara azan yang dilantunkan oleh Iwan. Suaranya merdu sekali. Masuk SMU saya tidak lagi bertemu dengan Iwan. Karena dia pindah ke kota lain. Kami bertemu lagi ketika di rantau di Jakarta. Saya bertemu dengan dia di tanah Abang. Dia jualan es dengan kereta dorong.


Sama dengan di Kota saya. Di rantau juga Iwan aktif di masjid. Suatu saat saya dapat kabar bahwa Iwan di kantor polisi. Saya segera datang ke kantor polisi. Saya dapati Iwan sedang di periksa oleh polisi karena menghamili anak gadis orang. Atas nasehat polisi, iwan akan bebas asalkan dia mau menikahi anak gadis itu. Selama interogasi itu, iwan hanya diam dan mengangguk. Dia tidak membantah. Kedua orang tua wanita itu senang karena iwan mengakui perbuatannya dan mau bertanggung jawab.


Tapi karena itu, kalau iwan ke masjid orang mencibir. Dia tidak boleh lagi azan di masjid. Tempat dagangnya di ujung gang di gusur oleh RW. Iwan dianggap orang tidak bersih lingkungan. Kedua orang tua Wanita itu menjadikan Iwan sebagai kuli usaha keluarga. Iwan terima. Walau hanya dapat upah makan. Maklum dia tinggal di rumah Wanita itu. Setelah itu saya dapat kerjaan sebagai Sales di Perusahaan Jepang. Kami tidak lagi saling kontak.


“ Gimana istri kamu? Siapa itu “ kata saya mengingat peristiwa dulu tahun 80an.


“ Setelah wanita itu melahirkan. Saya diusir oleh keluarganya. “ kata Iwan tersenyum.


“ Mengapa ?


“ Wanita itu berkata jujur kepada kedua orang tuanya. Bahwa bukan aku yang menghamili nya. Tetapi orang lain, pacarnya.”


“ Lantas mengapa sampai wanita itu berkata jujur ? 


“ Wanita itu berkata kepada kedua orang tuanya, selama hamil, walau sudah status suami istri tapi aku  tidak pernah menyentuhnya.


“ Mengapa dulu kamu tidak membela diri ? Tanya saya


“ Sekeras apapun aku berusaha meyakinkan, orang tidak akan percaya. Bukankah lebih baik aku diam dan tidak perlu membela diriku?


“Terus apakah tetangga  tahu tentang pengakuan wanita itu ?


“ Tidak. Saya tidak mau membuka aib mereka”


“ Mengapa? Bukankah itu perlu mengembalikan nama baik kamu?


“ Apalah artinya buat aku? Diejek dan difitnah juga tidak masalah, kalau dengan menutup aib wanita itu, aku bisa meringankan beban si wanita dan menyelamatkan kehormatan keluarganya”


Saya terdiam.


Iwan melanjutkan. “Sebaik apapun kita, akan selalu ada orang berprasangka buruk kepada kita. Mereka akan selalu menghakimi kita. Saat kita berbuat baik, kita dibilang punya tujuan tertentu. Saat kita salah, mereka hanya akan menghina kita. Karena itu biarlah kita selalu berbuat baik. Pada akhirnya kita hanya butuh Tuhan menilai kita, bukan manusia. Reputasi di hadapan Tuhan lebih penting.”


Saya rangkul dia. “ Kau inspirasiku Wan.”

“ Ah Ale, kaulah ispirasiku. Saat itu hanya kau yang percaya kepadaku. Kau yang terus ada bersamaku disaat sulit tempo hari. Aku sebenarnya ingin jumpa kau. Tapi aku malu. Apalagi beberapa tahun lalu aku ketemu dengan Florence di Riau, kini kau terlalu jauh untuk aku jangkau, Ale. Tapi doaku selalu untuk kau. Kau sahabat terbaikku, ale. “

Monday, March 06, 2023

Bahaya Hedonisme




Seorang filosof Friedrich Nietzsche mengatakan bahwa orang yang paling hina adalah mana kala dia dikalahkan oleh keinginannya sendiri. Orang yang memperturutkan keinginannya dia sebut ‘ the last man” etos hedonisme. Pemikiran Nietzsche tentang Manusia ia uraikan dengan sangat meyakinkan dalam Schopenhauer sebagai Pendidik (2015). Bahwa nilai diri tertinggi adalah antitesis dari hedonism: berjuang mengalahkan diri sendiri dan berani berbeda ditengah lingkungan yang hedonism.


China melarang gaya hidup hedonisme di media sosial mungkin terpinspirasi pemikiran Nietzsche. Bahwa melarang hedonism adalah upaya menjaga martabat budaya dan masyarakat itu sendiri. Mengapa ? hedonisme ini memiliki efek yang berpotensi membahayakan etos kerja positif dan standar moral, dan ini berdampak serius terhadap perkembangan mental manusia modern. Mungkin anda mengerutkan kening. Ok saya jelaskan sederhana.


Pertama. Efek eksibisionistik yang ditampilkan secara vulgar lewat media sosial berbasis foto, video, hasilnya adalah kesenangan narsistik fana yang berasal dari memamerkan diri sendiri dan memperoleh penegasan yang dirasakan orang lain.  Ini akan mempengaruhi orang lain, yang tadinya tidak ada inginan timbul keinginan meniru, dan setelah ditiru dampak narsistik lebih buruk, tak terkendali. Bahkan engga ada yang bisa ditampilkan, maksakan diri biar tampil hebat. 


Teman saya sempat hampir pecah rumah tangganya karena istrinya terlilit utang. Apa pasal?. Itu efek dari unsur voyeuristik. Hanya karena istrinya liat tampilan temannya di Istagram mengenakan tas hermes keluaran terbaru dan sepatu Red Christian Louboutin keluaran terbaru. Istrinya terbang ke Eropa hanya untuk beli dua benda itu dan photo di depan outlet di Swiss untuk ditampilkan di istagram dan facebook.  Kalau suaminya PNS mungkin terpaksa korup untuk penuhi keinginan istrinya. Berujung penjara. Kalau suaminya pengusaha, mungkin terpaksa pakai uang perusahaan dari utang bank untuk bailout utang istri. Akhirnya berujung default utang.


Kedua. Melihat gambar-gambar dan video diri yang keren di sosial media menimbulkan sensasi kesenangan yang halus, yang pada akhirnya disesuaikan oleh otak untuk diharapkan, yang mengarah pada keinginan yang tak sudah. Dengan demikian, terus-menerus  berusaha memuaskan keinginan untuk kesenangan dan tentu akhirnya jadi korban barang bermerek, dan korban bisnis ponzy.


Saya tidak punya sesuatu yang harus dibanggakan untuk ditampilkan secara vulgar. Tidak punya kendaraan mewah, rumah mewah. Saya bekerja keras untuk keluarga, bukan untuk memuaskan keinginan dan kebanggaan di hadapan keluarga, apalagi orang lain. Tetapi karena kebutuhan akan tanggung jawab. Saya masuk dalam dunia business bukan untuk keinginan berbangga di hadapan publik agar dianggap tajir. Tapi bagian dari tanggung jawab kepada stakeholder. 


Selagi saya bisa delivery semua kebutuhan keluarga dan stakeholder business, cukuplah sebatas itu saja. Mengapa ? Pada akhirnya saya menemukan satu-satunya alasan untuk hidup adalah untuk bersukur. Caranya ? rendah hatilah. Hiduplah sederhana.  


***


Sebelum tahun 2013  business trip saya padat sekali. Kadang dalam 10 hari saya mengunjungi 8 negara. Dalam setiap kunjungan saya harus tinggal di hotel. Kadang saya hanya check in sekedar ganti baju. Kemudian setelah meeting saya terbang lagi ke negara lain.  Misal, pagi dari Hong Kong saya terbang ke Beijing. Jam 3 sore saya terbang ke Seoul. Selesai meeting saya terbang ke Tokyo. Besok paginya setelah meeting saya terbang ke Taipeh. Dari Taipeh saya terus ke London. Hanya semalam di London saya teruskan ke Bangkok. Sehabis makan malam di Bangkok dengan mitra saya, saya terbang ke Sanghai. Terakhir kembali ke Hong Kong. Itu 11 hari business trip.


Yang jadi kendala adalah pihak kantor mengelola jadwal terbang saya. Karena jadwal saya kadang mendadak berubah. Kawatir soal kamar hotel yang tak terlalu tersedia kalau tidak booking lebih dulu. Dan juga pesawat tidak selalu tersedia sesuai jadwal saya . Dulu belum ada Traveloka.  Jadi bagaimana agar saya bisa mobile tanpa kendala. ? Pertama agar selalu tersedia kamar hotel. Saya beli time share. Artinya saya kontrak dengan jaringan hotel international seperti sheraton, Mandarin. Saya bayar sewa kamar setahun sekaligus. Jadi kemana saja tempat saya kunjungi selagi ada jaringan hotel itu saya bisa masuk tanpa perlu booking terlebih dahulu.


Apakah rugi dan pemborosan? tidak juga. Karena ketika peak season atau musim liburan, harga kamar melambung tinggi. Nah time share itu saya jual, Saya dapat untung. Selisih jual ketika peak season dan pembayaran sewa kamar setahun, kadang saya malah untung. Maklum harga time share adalah diskon sampai 40%. Harga peak season bisa 4 kali dari harga resmi. 30 hari musim liburan itu bisa buat saya pulang modal, bahkan untung. Artinya saya gratis tidur di hotel bintang lima selama business trip.


Gimana dengan pesawat? saya gunakan kartu AMEC Centurion black card. Saya tidak apply. Dapat Card berdasarkan invitation. Jadi saya engga kena limit atas dan bawah. Dapat diskon tiket first class dengan harga tidak jauh beda dari Economi class. Kalau saya hendak ubah jadwal penerbangan dan ingin cepat terbang. Saya tinggal telp Centurion. Mereka beri fasiltitas priority dapatkan ticket dengan cepat. Bahkan mereka beri pasilitas sewa private jet kalau saya mau. Itu hanya hitungan menit pesan via telp.  Semua mereka atur. Semua barang bermerek saya dapat diskon sampai 70a%. Mengapa ? Produsen ingin saya  jadi etalage berjalan. Dan itu tidak perlu bayar kontan. Mereka hanya akan tagih kalau saya mau bayar. Kalau belum mau bayar, mereka engga akan tagih. Sabar banget.


Gimana pakaian suite dress?. Saya tidak perlu keluar uang USD 2000 untuk setelan jas seperti armany. Karena di setiap kota besar ada financial club, seperti Hong kong, London, Tokyo, Seoul, Shanghai, Beijing. Saya tinggal datang ke sana. Biasanya tersedia suite dress dari merek terkenal yang sengaja promo agar mereknya dipakai oleh pengusaha members Financial Club. Jadi gratis.  Selagi anda member private banking first class bank, sekedar  makan siang dan minum wine di financial club ya gratis.  Tahun 2017, saya dapat kiriman Black Card palladium. Itupun bukan karena apply tetapi given atas dasar undangan. Jadi saya tidak terikat batas atas dan bawah pemakaian.


Yang sangat indah dan nyaman, ketika kembali ke rumah, kembali ke habitat saya. Tidak terikat jaim dan jadwal. Bangun tidur sesuka saya dan pergi kemana saja sesuka saya. Karena hidup saya sederhana, saya bisa hidup disemua strata sosial. Orang suka dan tidak suka, engga penting bagi saya. Hidup saya tidak diikat oleh pujian dan tidak merana karena hinaan. Menjadi manusia freedom itu bukan berkah tapi pilihan. 

Friday, March 03, 2023

Takdir kita.

 




Tadi sore sahabat saya datang bertamu ke rumah.  Saya sudah lama tidak jumpa. Terakhir jumpa sebelum Pilpres 2014. Walau kami pernah belajar tasauf pada guru yang sama. Tapi pernah tahun 1983 ikut sembunyi sembunyi diskusi buku Bumi Manusia atau Rumah Kaca di Gedung Stovia, Senen. Pernah sama merasakan dinginnya penjara paska tragedi  Tanjung Priok 1984. 


Namun kini kami berbeda pilihan. Pilihanya kepada Prabowo. PKS Partai pilihannya. Saya pilih Jokowi dan PDIP tempat saya berlabuh. “ Kita ini lucu. Kita pernah sama belajar tasauf, pernah gandrung dengan Marhaen Soekarno. Pernah jadi pemberontak. Tapi akhirnya berbeda jalan” Katanya mengawali obrolan.


“ Menurut saya tidak ada yang berbeda. Esensinya sama. Islam dan Marhaen, punya kesamaan prinsip. Sama sama membela kaum tertindas. Ketika kita diskusi tentang Marhaen, Surat Al Maun kita jadikan rujukan. Kemanusiaan kita semakin bertambah. Setelah kita membaca roman Pram, Tauhid kita  maknai mencintai keadilan dan kemanusiaan. Karena itu aqidah kita semakin kokoh. Tak lekang karena panas, tak lapuk karena hujan. “ Kata saya.


“ Tapi, bro. Hati hati kamu bersikap. Aqidah kamu bisa sesat. Islam ya islam. Tidak bisa disamakan dengan Marhaen. Beda sekali.” Katanya tegas. Saya tersenyum.


“ Ingat engga waktu kita belajar tasauf. Musa berkata kepada bani Israil bahwa dia yang paling tahu. Allah tegur, yang paling tahu itu bukan Musa tetapi Allah.  Kemudian karena itu Musa dimita bertemu dengan Khaidir. Setelah itu apa yang dia pahami secara akal dan agama, ternyata semua salah. “ kata saya bersilat argumen.


“ Loh kita kan manusia. Kita paham dan bersikap hanya menyangkut hal yang zahir saja. Yang lain cukuplah Allah tahu.”  Sanggahnya.


“ Yang zahir itu bukan hanya tersurat. Firman Allah itu disebut ayat  qauliyah, itu yang tersurat hanya secuil saja. itu sama dengan air yang diteguk seekor burung diatas samudera luas.  Sementara yang tidak tertulis adalah ayat kauniyah, itu jauh lebih banyak. Kemanapun wajah kamu hadapkan, terdapat ayat ayat Tuhan. Itulah sains yang harus kita gali agar semakin kuat keimanan kita”  Kata saya seraya menyediakan minuman di atas meja.


“ Kamu tahu, kesalahan peradaban sekarang karena agama tidak lebih dulu dijadikan pondasi. Akibatnya apapun jadi lemah. Mudah sesat. “ katanya mulai ngegas. 


Entah apa yang merasuki hatinya sehingga dia berubah radikal.  Saya tersenyum menatapknya. Saya menghela napas. “ Bro “ seru saya. “ ingat engga waktu kita di kampung dulu. Orang tua tua kita bangun rumah. Mereka tidak bangun pondasi dulu. Mereka bergotong royong bangun rangka, atap, dinding dan tiang. Setelah  rumah utuh jadi, mereka gotong rame rame rumah yang sudah jadi itu untuk didudukan diatas tanah. Apabila sudah disepakati tempat dudukan. Maka pondasi dibuat sesuai dengan tekstur lahan. Lahan lereng bukit tentu beda pondasinya dengan yang datar. 


Itulah budaya kita.  Begitulah agama dimaknai.  Budaya lebih dulu dibangun, barulah agama dijadikan tempat dudukan. Artinya penerapan agama yang benar itu harus tidak berlawanan dengan budaya yang ada. Nah islam itu diterapkan oleh para ulama pada awal diperkenalkan sesuai dengan kearifan lokal. Akibatnya walau ratusan tahun kita dijajah Belanda, islam tetap mayoritas di Indonesia. Orang tidak mau pindah agama, bukan karena faktor keimanan. Tetapi ikatan budaya. Budaya malu. Dia malu bila pindah agama. Paham kau? Kata saya.


“ Ya budaya itu harus diubah. Itulah perjuangan islam” Dia tetap ngegas dengan sikapnya.


“Sebelum agama diperkenalkan, budaya sudah lebih dulu ada. Bagaimana kamu akan mengubahnya. Budaya itu takdir kita. Kalau kamu paksakan, akan menimbulkan padadox. Orang beragama tapi tidak beradat. Sholat, ngaji, puasa taat tapi kepada yang berbeda marah terus, emosian terus. Kadang terprovokasi jadi teroris. 

Dalam lingkup sosial dampaknya luas sekali,  politik tanpa prinsip, kekayaan tanpa kerja keras, perniagaan tanpa moralitas, kesenangan tanpa nurani, pendidikan tanpa karakter, ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan, dan peribadatan tanpa pengorbanan.  “


“Ah terus terang aja. Kamu mau bilang apa sih pening saya? Katanya kesal. Saya minum kopi seteguk. Kemudian dengan hormat saya berikan kepada dia kopi yang sudah saya teguk itu. “ Ah jangan becanda kau. Kok kasih saya kopi bekas kau minum” katanya merengut.


“ Mengapa ? apakah kopi itu haram? sergah saya.


“ Ya tidak. Tetapi engga sopan aja kasih kopi ke tamu yang datang ke rumah” 


“ Oh kamu tersinggung. Soal kepantasan dan sopan santun. Ya kan.”


“ Ya benar lah”


“ Itulah budaya.” Kata saya tersenyum “ alur dan patut. Walau kata agama halal namun kalau tidak patut, tak elok jadinya, ya kan ?


“ Oh…” dia tertegun. 


“ Jadi mengapa PKS, PAN, engga pernah bisa menang lawan PDIP dan PKB?  Karena PDIP dan PKB menerapkan islam dalam kerangka budaya. Akibatnya  hubungan idiologi dan islam menjadi satu. Mereka terus berkembang, bukan karena pemilihnya takut neraka atau berharap sorga. Tetapi karena agama berkata, budaya menerapkan.  Jalinan yang indah. “ Kata saya tersenyum.


Dia tertegun


‘’Kau terpelajar, cobalah untuk bersetia pada kata hati.” Kata saya.  


Dia tersenyum. 


“ Ah aku ingat itu kalimat dari Roman Bumi Manusia. Setelah berbagai tantangan yang dihadapi, Minke kembali bersekolah dan dia akhirnya juga menikah dengan Annelis dan menikah secara Islam. Ya kan “Katanya tersenyum.


“ Ya galilah ilmu apa saja. Bergaulah dengan siapa saja. Jangan disekat hidup ini oleh agama, etnis, bangsa. Perluaslah cakrawala, namun tetap islam di hati kita. “ Kata saya.


“ Tapi…” Serunya.


“ Jangan takut dicap sesat. Dalam hidup cuma satu yang kita punya,  yakni ’’keberanian’’. Kalau tidak punya itu lantas apa harga hidup kita ini? Beranilah ber-itjihad dengan niat baik. Hiduplah berakal agar mati beriman. Jangan jadi follower bigot. Kasihan kedua orang tua kita yang membesarkan kita. Kalau pada akhirnya kita jadi follower untuk kepentingan orang lain“ kata saya dengan bijak. Mata saya menghujam matanya.


“ Oh ya siapa nama Amoy yang sering temani kamu diskusi di gedung Stovia tahun 1983 ?  katanya tersenyum sepertinya tidak mau terus berdebat dengan saya.


“ Florence. “ 


“ Cantik kali tuh Amoy. Putih banget. Aneh kenapa dia suka dengan kamu yang jelek? 


“ Itu berkah anak soleh. Hidup berakal mati beriman.” kata saya tersenyum. 


“ Mengapa tak jadi kau nikahi dia. Apalagi kau sudah tinggal bersama lebih 1 tahun”


“ Walau hati bertaut tapi jodoh yang tak sampai.”


“ YA kenapa tak sampai  ke pelaminan?


“ Hanya Tuhan yang tahu. Kami hanya ikhlas saja. "


“ Apa makna cinta bagi mu?

“ Memberi..."

Selalu di jalan Tuhan.

  Bebarap tahun lalu saya amprokan dengan teman lama di kantor BKPM. Saya sempat lupa tapi dia berusaha mengingatkan siapa dia. Saya segera ...