Saya bersama istri datang pada aksi 212 tahun 2016. Istri saya sempat keberatan untuk hadir. “ Saya engga mau diam saja ketika presiden yang saya pilih secara langsung di kroyok rame rame. Mereka bebas datang karena alasan demokrasi, saya juga bebas datang karena alasan demokrasi. Walau mereka bilang ini soal Ahok, tetapi tidak perlu orang pintar untuk tahu bahwa targetnya adalah Jokowi. Ahok hanya antara saja. Andaikan hal buruk yang terjadi, kita harus ambil bagian berjuang membela Jokowi. Bukan hanya jadi penonton. Kalau kamu engga mau ikut, ya aku datang sendiri.” Kata saya. Istri saya langsung semangat ikut.
Kendaraan diparkir di Hotel Milennium. Dari jalan Kebon Sirih, kami jalan kaki ke Monas. Tetapi karena massa begitu banyaknya sangat sulit untuk mendekati daerah Monas. Kami memilih jalan ke arah Abdul Muis untuk menuju Juanda. Berharap dari arah Jalan Juanda kami bisa masuk ke Monas lewat samping Gedung Binagraha. Tetapi di samping jalan Binagraha sudah dipenuhi orang. Belum sampai di Monas, hujan datang. Saya putuskan untuk mundur kembali ke Jalan Juanda. Kami masuk ke cafe Happy yang kebetulan di dalam cafe itu orang sedang ramai nonton TV acara live aksi 212.
Di dalam cafe itu, sebagian besar adalah orang yang ikut aksi 212. Suasana ramai sekali. Terdengar mereka membicarakan banyak hal tentang Ahok. Tentu yang dibicarakan kebencian terhadap Ahok, dan Jokowi. Saya hampir tidak percaya. Mengapa sebegitunya mereka benci Ahok dan Jokowi. Padahal ini hanya masalah politik. Tetapi kebencian mereka sangat personal sekali. Mereka tidak mengenal secara pribadi siapa itu Ahok dan Jokowi. Tidak pernah menatap mata Jokowi ketika berbicara. Tetapi mereka telah menjadi hakim terhadap Ahok dan Jokowi.
Di samping table kami ada Polisi.
“Lagi tugas pak ? tegur saya.
“Ya.Kami bertugas menjaga keamanan di ring luar Pak.”
“Massa yang datang besar sekali. Apakah aman aman saja pak ? Kata saya.
“ Ah, itu sebagian besar massa dari NU. Mereka datang mengawal Jokowi. Pasti aman lah. “Kata Polisi itu tersenyum ringan. “ Bapak ikut aksi ?“ Tanya polisi itu.
“Lagi tugas pak ? tegur saya.
“Ya.Kami bertugas menjaga keamanan di ring luar Pak.”
“Massa yang datang besar sekali. Apakah aman aman saja pak ? Kata saya.
“ Ah, itu sebagian besar massa dari NU. Mereka datang mengawal Jokowi. Pasti aman lah. “Kata Polisi itu tersenyum ringan. “ Bapak ikut aksi ?“ Tanya polisi itu.
“ Engga. Saya sama dengan massa NU. Kawal Jokowi”
“ Pada akhirnya orang yang dihina dan direndahkan secara personal akan diangkat Tuhan dan dimuliakan Tuhan. Sementara orang yang merendahkannya itu akan dihinakan oleh Tuhan. Kita liat aja nanti.” Kata saya kepada istri. Polisi itu nampak tersenyum ke arah saya.
Ahok sudah kalah di Pilkada DKI, diapun masuk penjara. Ketika dia menggugat istrinya cerai. Kembali Ahok di bully. Yang mem bully bukan hanya orang dari awal membencinya tetapi juga orang yang tadinya mendukungnya. Istri saya sempat nyeletuk. “ Mengapa orang menghakimi Ahok. Ini masalah pribadinya. Engga perlu lah di bicarakan. Itu aib orang lain. “
“ Ahok itu pablik pigur. Memang tempat pujian dan kebencian. Memang tabiat buruk, gampang jatuh cinta, gampang pula membenci. Sepertinya antara cinta dan benci itu jaraknya tipis sekali." Kata saya.
Waktu Ahok diangkat jadi Komisaris utama Pertamina, istri saya berkata “ Benar yang papa sampaikan tempo hari. Ahok yang dihina dan di fitnah, akhirnya diangkat derajatnya oleh Tuhan. Diberi tempat terhormat sebagai Komisaris utama. Dapat ganti istri yang lebih cantik dan lebih muda. Sementara yang menghina dan merendahkannya, terlempar keluar negeri karena kasus yang merendahkan dirinya sendiri.
“ Ya benar ma. Tapi ingat, kehebatan Ahok itu, bukan karena dia tahan dihina dan difitnah tetapi karena dia sabar, tidak membalas hinaan dan fitnah itu. Dia serahkan semua kepada Tuhan, dan melewati hari harinya dengan doa, tanpa prasangka buruk kepada siapapun. Itulah mengapa Tuhan angkat derajatnya. Tetapi kalau dia balas hujatan dengan hujatan. Fitnah dengan fitnah juga, maka jangankan kemuliaan, kemenangan pasti jauh dan mungkin lebih hina dari orang yang menghina dan memfitnahnya.” Kata saya.
Hari ini desember 2019, tiga tahun lalu Ahok dihujat dan dihina. Kini Tuhan menepati janjinya. Ahok tidak kehilangan apapun, bahkan justru mendapatkan lebih dari apa yang pernah dia mimpikan. Hikmahnya ? kalau anda dihina dan difitnah, abaikan saja. Perkuat sabar dan berdoa kepada Tuhan. Tuhan akan angkat derajat anda. Pada akhirnya semua akan indah pada waktunya.
No comments:
Post a Comment