Monday, December 16, 2019

Ekosistem bisnis.?



Dalam prospektus Alibaba yang melantai di bursa tahun 2014, menggambarkan visi, filosofi, dan strategi pertumbuhannya, Alibaba menggunakan satu kata tidak kurang dari 160 kali: “ekosistem.” Apa itu ekosistem? Kalau ada belajar ilmu biologi atau lingkungan tentu akan sangat akrab sekali dengan istilah ekosistem. istilah Ekosistem ini kali pertama diperkenalkan oleh ahli botani Inggris Arthur Tansley. Adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi. 

Dalam ekosistem, komunitas organisme hidup saling berinteraksi satu sama lain walau masing masing mereka punya lingkungan khusus seperti udara, air, tanah mineral, dan unsur-unsur lainnya. Organisme-organisme ini saling mempengaruhi, dan medannya; mereka bersaing dan berkolaborasi, berbagi dan menciptakan sumber daya, dan berkembang bersama; dan mereka tak terhindarkan mengalami gangguan eksternal, yang hebatnya mereka beradaptasi bersama untuk semakin kuat atas dasar saling ketergantungan. Hebat ya. Begitulah Tuhan ciptakan ekosistem di alam ini.

Tahun 1993, James Moore, ahli strategi bisnis, menulis artikel Tinjauan bisnis Harvard. Ia  memperkenalkan istilah “ ekosistem” itu dalam dunia bisnis. Hakikatnya tidak berbeda dengan pengertian ekosistem dalam ilmu botani. Ya kembali ke alam. Hukum alam. Menurutnya, bisnis yang sukses adalah bisnis yang berkembang dengan cepat dan efektif. Namun bisnis yang inovatif tidak dapat berkembang dalam ruang hampa. Mereka harus menarik semua sumber daya, menarik modal, mitra, pemasok, dan pelanggan untuk menciptakan jaringan kerja sama. 

“ Saya menyarankan agar perusahaan dilihat bukan sebagai anggota industri tunggal tetapi sebagai bagian dari ekosistem bisnis yang melintasi berbagai industri. Dalam ekosistem bisnis, perusahaan bersama-sama mengembangkan kemampuan di sekitar inovasi baru: Mereka bekerja secara kooperatif dan kompetitif untuk mendukung produk-produk baru, memuaskan kebutuhan pelanggan, dan akhirnya memasukkan inovasi putaran berikutnya.” Ketika artikel itu ditulis IT belum berkembang seperti sekarang. Orang membayangkan ekosistem itu hanyalah mimpi yang tidak mungkin terjadi. Orang lebih suka dengan sistem konglomerasi, menguasai dari hulu ke hilir dan menjadi diktator ekonomi. Itu paradox. 

Ketika, masuk era digital yang diawali dengan munculnya era Internet berbasis PC, orang mulai melirik peluang dari ekosistem bisnis itu. Bisnis dotcom bermunculan tapi hanya penyedia jaringan koneksi untuk terjadinya ekosistem. Tapi bisnis dotcom ini bertumbangan sebelum tumbuh. Mengapa ? karena pelaku bisnis dotcom tidak memahami ekosistem bisnis. Mereka bukan bagian dari organisme yang hidup dalam ekosistem itu. Mereka hanya penyedia wahana yang secara real tidak terkoneksi dengan ekosistem. Ketika smartphone mulai diperkenalkan dan jaringan koneksi internet semakin meluas dan berkecepatan tinggi,  penyedia ekosistem yang bukan bagian dari ekosistem itu, ternyata benasif sama dengan era dotcom. Mereka yang menyebut dirinya unicorn, detacorn lebih banyak akhirnya tumbang sebelum berhasil menarik value di market. 

Di Indonesia beberapa perusahaan penyedia jasa ekosistem yang masuk katagori unicorn sedang dirudung kesulitan financial. Investor terjebak dalam marketing strategi menguasai ekosistem dengan cara membakar uang lewat diskon. Dan kini beberapa diantaranya sudah lempar handuk putih. Ada juga yang masih bertahan tapi sibuk cari dana talangan penyelamatan bisnis agar bisa terus tumbuh sesuai dengan putaran bisnis unicorn. Kalau di hitung, secara bisnis memang tidak lagi menguntungkan, kecuali kalau masih terjebak dengan bisnis ilusi. Lantas mengapa ekosistem bisnis yang diterapkan oleh Alibaba, Amazon sukses besar dan terus membesar ditengah persaingan? 

Belajar dari Alibaba dan Amazon, sebetulnya belajar memahami konsep dari Ekosistem bisnis itu sendiri. Kalau dalam kehidupan di alam, ekosistem itu yang menciptakan adalah Tuhan, maka dalam bisnis anda tidak bisa menjadi Tuhan, dengan mengandalkan kepada tekhnologi agar ekosistem bisnis terjadi. Engga bisa. Anda harus menjadi bagian dari ekosistem itu sendiri agar bisa ambil bagian dari ekosistem itu. Untuk lebih jelasnya, baiklah saya ambil contoh di bawah ini.

Alibaba, ia berawal pada bisnis pameran dagang. Itu dilakukan puluhan tahun. Reputasi Alibaba tidak ada yang meragukan dalam bisnis pameran dagang. Amazon awalnya adalah distribusi buku yang menyediakan jasa pejualan buku secara online. Itu dilakukan puluhan tahun. Ketika Alibaba, dan Amazon masuk ke bisnis ekosistem distribusi barang dengan memanfaatkan tekhnologi IT, maka semua kemitraan yang ada otomatis terhubung. Alibaba, dan Amazon engga sibuk membangun trust karena memang sudah exist. Samahalnya dengan Google dan Facebook yang sukses membangun ekosistem dalam bisnis IT. Karena sebelumnya Google dan Facebook sudah exist sebagai media yang akrab dengan era digital. 

Beberapa perusahaan penerbangan yang tadinya pernah mengalami kebangkrutan, dan akhirnya bangkit setelah melakukan perubahan bisnis model dengan mengembangkan konsep ekosistem bisnis. Misal Delta Airline. Mereka tidak lagi melakukan bisnis tradisional yaitu menjual ticket pesawat. Tetapi menjadi penyedia solusi tekhonologi dan infrastruktur terciptanya ekosistem bisnis yang berhubungan dengan jasa transfortasi. Itu meliputi travel agent, jasa logistik, hotel chain, Airport chain, pemasok spare part pesawat, Fintect penjualan unit trust pesawat, produsen dan konsumen, penyedia ecommerce untuk payment system.  Perusahaan penerbangan adalah hulu dari bisnis perjalanan dan wisata, dan ketika mereka bergerak melakukan perubahan bisnis model maka komunitasnya akan terseret secara natural menjadi bagian ekosistem bisnis. Win win terjadi secara B2B.

Mengapa bila perusahaan tradisional yang melakukan perubahan bisnis model ke ekosistem bisnis langsung cepat tumbuh? karena mereka sudah eksis dan paham bisnis proses yang ada didalam komunitasnya dan mereka bagian dari ekosistem itu sendiri. Itu sebabnya ketika Alibaba masuk ke ekosistem bisnis, langsung dengan mudah mendapatkan dana ventura dari Softbank. Dan ratusan venture capital ikut bergabung membesarkan Alibaba.

Apa hikmah yang bisa kita tarik dari adanya ekosistem bisnis ini ? Kemanusiaan tidak selalu menginginkan dokter, rumah sakit, dan obat-obatan — mereka menginginkan kesehatan. Mereka tidak mendambakan ruang kelas, buku pelajaran, dan guru — Mereka ingin belajar dan mencapai kesuksesan. Mereka  tidak menuntut penambangan batu bara dan ekstraksi minyak dan gas — mereka menginginkan energi di luar otot manusia dan hewan yang dimanfaatkan. Kita tidak membutuhkan pesawat, kendaraan untuk pergi tapi kita menginginkan kemudahan dan kenyamanan bepergian. Itulah hakikat dari ekosistem, yang satu sama lain tidak berlambang satu tetapi beragam namun satu tujuan. Mindset seperti itulah yang harus ada kalau tidak ingin melahirkan paradox.

Semua happy. Inilah bisnis kedepan, ekosistem bisnis, prinsif hukum alam. Ekosistem menciptakan dan melayani masyarakat, dan memanfaatkan kreativitas dan kecerdasan mereka untuk bertahan hidup saling ketergantungan by system. 


No comments:

Pria minang...

  Orang tua saya mengingatkan saya, “ Kalau hanya sekedar makan untuk mu dan keluargamu, monyet di hutan juga begitu.” Kata orang tua saya. ...