Saturday, July 18, 2009

NKRI

Setiap elite berkata lantang kalau ditanya soal NKRI. Jawaban mereka jelas dan tegas : “NKRI harga mati” atau “ tak bisa ditawar “. Demikianlah adanya. Dulu ketika Indonesia diproklamirkan maka konsep negara kesatuan bukanlah konsep yang mudah untuk dicetuskan. Rapat marathon dalam PPKI berlangsung alot. Satu sama lain bersiteganng soal ini. Pertanyaan mendasar yang sulit dipecahkan adalah “ apa yang mengharuskan kita bersatu”. Sumatera tidak punya kepentingan apapun bila harus bergabung dengan jawa. Begitupula dengan Jawa, Kalimantan dan lainnnya bersikap sama.

Tapi sejarah mencatat , bahwa para tokoh pendiri negara kala itu, berhenti berbeda pendapat ketika ruh agama diungkapkan kedepan. Yang mempersatukan kita adalah “agama kita “. Agama kita mengenal satu Tuhan. Mengapa kita harus berbeda bila tujuan hidup kita adalah sama. Mengapa ? Demikian Muhammad Yamin berkata dan kemudian dijabarkan oleh Soekarno. Ini semua diaminin oleh Agus Halim , Hatta dan lainnya. Perbedaan suku dan budaya tak lagi dibahas bila sudah menyangkut soal agama. Itulah sebabnya Ketuhanan Yang Maha Esa ditempatkan dalam sila pertama Pancasila. Mungkin kitalah satu satunya negara didunia yang menjadikan Tuhan sebagai dasar bernegara dan menempatkan urutan pertama dari Palsafah negara.

Mengapa ketika Agama dikedepankan lantas semua setuju disebut sebagai negara kesatuan ? Jawabannya sederhana. Bahwa setiap agama mengajarkan satu hal , yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tidak ada agama yang mengajarkan keadilan yang subjective. Tidak ada!. Adil dan beradab sangat tinggi sekali nilainya. Didalamnya terkandung cinta dan kasih sayang. Berbuat karena cinta untuk memanusiakan manusia. Manusia memang butuh kerja dan itu adalah keadilan. Tapi membayar upah dengan murah adalah tidak beradab. Sekolah hak keadilan bagi semua orang tapi menyuruh orang membayar uang masuk perguruan tinggi mahal maka itu tidak beradab namanya. Perbedaan kelas dan terjadi jurang yang lebar antara si kaya dan simiskin merupakan bentuk dari tidak adanya kemanusiaan yang adil dan beradab dinegeri ini.

Bila Kemanusiaan yang adil dan beradab dapat ditegakan dinegeri ini maka pasti Persatuan dan kesatuan akan terbentuk dengan sendirinya. Cinta tanah air dan bela negara akan menjadi ruh kehidupan berbangsa dan bernegara. Jangan kita sesali bila Papua bergolak.Itu karena rasa kemanusiaan yang adil dan beradab tidak dirasakan oleh rakyat papua. Mereka menyaksikan setiap hari Freeport menguras hasil bumi mereka tapi kehidupan mereka masih miskin dan terbelakang. Ini satu contoh. Tanyalah rakyat di Pulau Sipadan tentang keberadaan Republik ini? Kenyataanya sehari hari kebutuhan pokok mereka didatangkan dari Malaysia, dan mereka lebih mengenal ringgit daripada Rupiah.

Ketika Persatuan Indonesia dilandasi oleh rasa kemanusiaan yang adil dan beradab oleh seluruh rakyat maka kepemimpinan dipercayakan kepada elite . Mereka adalah segelintir orang yang lahir dari proses kepemimpinan yang berakar dari bawah. Mereka menjadi inpirasi bagi public sebagai taladan dan akhirnya melahirkan aspirasi kolektif. Karena para elite ini bersikap dan berbuat berdasarkan hikmat dan kebijaksanaan. Merupakan perpaduan kehalusan nurani dan kekuatan pikiran untuk cinta, keikhlasan. Tidak ada menang kalah dalam mengambil keputusan. Semua dimusyawarahkan untuk menghasilkan mufakat. Semua berpihak kepada kebenaran bukan golongan atau kepentingan. Tapi lihatlah kini,..elite politik layaknya berdagang dengan amanahnya. Pemerintahpun sudah bergaya seperti broker nasional resource kepada asing. . Penegak hukum sudah berlaku diatas keadilan subjective. Karena kekuasaan didapat dari membayar dan kepemimpinan sudah jauh dari hikmat kebijaksanaan.

Bila elite kekuasaan terdiri dari orang orang yang amanah berdasarkan hikmat dan kebijaksanaan maka tentu keadilan social bagi seluruh rakyat akan terjelma. Bila Pancasila hanya jadi jargon politik saja dan mengawal NKRI dengan bedil….Tidak akan ada kesatun dan persatuan dibawan system yang jauh dari agama. Kalaupun ada maka itu adalah keterpaksaan saja….Semoga kita menyadari Pancasila sebagai sikap hidup berbangsa dan bernegara. Karena bila tidak maka terlalu mahal taruhannya bila sampai terjadi perang kelas. Tak akan ada yang bisa meleraikan karena agama sebagai pemersatu dan pendamai sudah terkaburkan Jangan jadikan Pancasila hanya sebatas jargon. Jangan..

Tuesday, July 14, 2009

Berdialogh

Di setiap detik jantung kita berdetak, Allah berdialohg dengan kita. Berbagai peristiwa yang terjadi pada diri kita juga adalah bentuk lain cara Allah berdialogh kepada kita. Saya merasakan ini sebagai cara saya mendidik diri saya sendiri. Punya pemerintah yang zolim karena Allah inginkan ladang ibadah untuk mereka yang peduli.. Punya teman yang lemah karena Allah inginkan kita kuat untuk menjaga mereka. Punya penyakit kolestrol karna Allah inginkan kita menjaga makan kita. Syekh Terbesar, Ibn Arabi yang mengatakan bahwa alam semesta merupakan bentuk tajalli dari Allah. Karena itu kemana saja kita arahkan pandangan mata kita, sebenarnya kita menangkap "tanda" Tuhan di sana untuk mengajak kita berdialogh.

Untaian dialogh yang begitu indah lewat berbagai perisitiwa dan perenungan itulah yang akhirnya membuat saya terbiasa menulis dialogh itu dalam buku harian. Ketika saya menulis , saya berupaya melepaskan semua tesis akal saya. Karena ketika kata kata terungkapkan lewat pikiran maka ia akan subjectif. Saya menjadikan buku harian saya sebagai bahasa hati saya. Ketika sampai pada ujung tulisan, biasanya akal saya berusaha membuat satu kesimpulan. Tapi saya segera menutup rapat rapat akal saya. Akhirnya memaksa saya untuk membuka Al-Quran dan Hadith. Sayapun menemukan kesimpulan dari dialogh itu dan saya tercerahkan untuk tetap tersenyum dan bahagia dengan segala peristiwa yang ada. Begitulah keseharian saya untuk mengaktualkan dialogh antara saya dengan Allah. Setiap hari saya berusaha meng update kepribadian saya lewat dialogh itu.

Kemudian ,sejak tekhnologi Blogger mulai mewabah. Saya berpikir mengapa tidak dipubliskan buku harian itu kedalam Blog. Bukankah dialogh ini juga dirasakan oleh semua orang. Tapi tak banyak orang yang mau mencatatnya dengan jujur dan mendapatkan pencerahan dari itu. Maka sejak tahun 2006 saya aktif di blog. Ternyata dari blog inilah saya mendapatkan banyak sahabat dan juga memberikan masukan kepada saya. Masukan dari mereka inilah yang saya anggap sebagai cara Allah berdialogh dengan saya lewat orang lain dan ini langsung terpubliskan kepada orang banyak. Suatu cara ukhuah yang dahsyat dari sebuah rahmat Allah akan keberadaan akal. Agar semakin banyak manusia diplanet bumi ini semakin mudah dialogh Allah tersebarkan. Sehingga syiar Agama dapat terjadi dengan cepat meluas.

Mungkin karena blogger tidak dinamis sebagai ajang komunikasi msssal kecuali untuk yang gemar menulis. Karena tidak semua orang mampu menyampaikan hasil dialoghnya dengan Allah lewat tulisan seperti di Blog, maka dengan rahmat akal yang diberikan Allah, manusia berhasil mendapatkan technology Facebook, Friendster dan lain sebagainya. Tekhnologi ini memungkinkan bahasa sederhana, spontan ,singkat dapat disampaikan kepada orang lain , yang memungkinkan terjadinya interaksi satu sama lain. Tekhnologi Blogger maupun Fb adalah tekhnologi yang bebas dari hukum perdata maupun pidana.Karena tekhnologi ini memungkinkan siapapun dalam komunitas Fb dapat memberikan hak jawab bila tidak berkenan.

Apa yang menarik dari keberadaan Blog dan Fb .Saya merasakan pengalama spiritual yang luar biasa. Ada yang tersentuh dengan tulisan saya dan akhirnya terinspirasi membuat Novel untuk semangat kemandirian lewat kaum terdidik. Dia minta izin untuk memasukan cerita dalam blog saya kedalam Novelnya. Serta merta saya mendukung karena apa yang saya tulis bukanlah milik saya tapi milik Allah. Itu adalah milik semua orang yang beriman. Bebas disadur atau tidak ada copy right. Novel ini sudah dicetak dan rencana akan di filmkan. Ada juga seorang yang hampir bercerai ,kembali utuh karena membaca blog saya. Suami istri tersebut sekarang menjadi sahabat saya dalam dunia maya. Ketika saya terjebak dalam kelelahan, maka blog saya adalah pencerah jalan saya untuk tetap tegar..Ya saya mencerahkan diri saya sendiri.

Perkenalan saya lewat komunitas blog melahirkan silahturahmi lewat chating, skype . Walau belum pernah bertemu atau hanya betemu didunia maya namun perasaan hati begitu dekatnya. Dan ketika berjumpa secara phisik, hati kita sudah menyatu. Ketika bertemu kami saling berbagi perasaan. Yang keluar adalah ruh kasih sayang untuk berbuat demi cinta. Hati merasa damai dan bahagia. Ketika seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw “ Siapakah manusia yang paling baik ? Rasulullah Saw menjawab “ Orang yang sanggup memberi manfaat kepada sesamanya.” Kemudian sahabat itu bertanya lagi “ Amal apa yang paling utama” Rasulullah Saw kembali menjawab “ Memberi rasa bahagia pada hati orang yang beriman ( HR Tjabrani). Itulah repleksi dari keberadaan Allah yang berdialoh disetiap detik jantung berdetak . Masalahnya adalah apakah kita mau mendengarkannya ? kemudian menularkannya kepada siapapun.

Alquran dan solusi

Jalanan dijakarta hampir setiap hari macet. Apalagi kalau jam pergi atau pulang kantor. Semua macet dan melelahkan. Kondisi ini setiap hari kita rasasakan. Lantas apa solusinya ? Jawabnya tergantung dari sudut mana orang melihat macet itu. Polisi akan memberikan solusi dengan system Three in one untuk mengatasi macet di Jalan Sudirman dan Pemda menyetujui melalui Perda. Tapi tetap juga macet. Ahli sosilogy menilai kemacetan karena budaya masyarakat yang tidak disiplin. Dan Polisi setuju. Maka setiap sudut jalan ada pos polantas untuk menjaga masyarakat tetap disiplin. Tapi hasilnya tetap macet. Para ahli tata kota menilai perlunya jalan toll dalam kota dan outer ring road. Tapi hasilnya jalan toll pun macet. Ekonom berkata bahwa jalanan tak mampu lagi menampung laju pertumbuhan kendaran makanya tahun depan akan dibuat aturan pajak tinggi bagi pemilik kendaraan. Bagaimana hasilnya ? Thailand juga pernah menerapkan itu tapi gagal mengatasi kemacetan. Karena budaya rakus orang kaya tidak bisa dikendalikan dengan pajak.

Ketika crisis global terjadi. Semua stress. Export dan import macet. Investasi stuct. China menuding AS dengan FED yang otokrat dan arogan sehingga mengakibatkan nilai asset jatuh dipasar, ditambah lagi difisit anggaran yang membesar semakin membuat renta cadangan devisa China dalam US dollar yang didapat dari pengorbanan seluruh rakyatnya.. Disisi lain AS, menuding China yang terus berproduksi dengan harga murah hingga membuat sector produksi dalam negeri AS collapse. Juga AS perlu difisit untuk menggerakan fiscalnya walau itu harus ditutup dari hutang. China dan AS adalah represent dari kegelisan dunia terhadap macetnya lalu lintas uang dan barang. Solusi yang mengemuka dalam petermuan G20 di Italia tidak menyelesaikan masalah macet itu.Inilah cermin dunia sekarang dibawah bayang bayang kelebihan produksi dan penurunan permintaan. Dari inflasi ( AS/negara kapitalis ) menuju deplasi ( Bagi China dan negara sosialis lainnya ) dan akhirnya terjebak dalam crisis structure yang saling mengikat.

Macet…macet..itu adalah masalah didepan mata..Tak ada sesungguhnya solusi yang mampu diberikan oleh kita. Ini sebagai satu contoh bagaimana manusia terkaburkan tentang sesuatu yang nyata didepannya namun tak mampu memperbaiki. Begitu banyak cerdik pandai di dunia tapi selalu gagal mengatasi masalah yang langsung ke pokok persoalan. Mengapa ? Soal keadilan. Macetnya jalan raya karena tidak ada satupun penguasa yang mau mengorbankan anggaran demi keadilan. Mayoritas penduduk tidak punya kendaraan maka seharusnya negara mengutamakan pengadaan system angkutan masal yang adil dengan menyediakan MRT ( Mass Rapid Transportation ). Tidak perlu ada lagi perluasan jalan dalam bentuk Toll dan lain sebagainya. Harusnya anggaran dan kebijakan ditujukan terbentuknya system MRT. Begitupula soal macetnya system keuangan global. Harusnya mulai terpikirkan untuk melakukan keadilan penebaran modal ( Capital distribution ) kepada negara lain yang dua pertiga belum menikmati kebebasan financial.

Tapi para cerdik pandai itu yang juga duduk sebagai elite penguasa, terbutakan hatinya untuk melihat esensi persoalan yang ada. Akal dan nafsu mereka segera menolak bila soal keadilan sebagai satu solusi. Padahal kalau keadilan angkutan ditegakan, semua pihak diuntungkan dalam jangka panjang. Rakyat menjadi mobile untuk melaksanakan aktifitasnya sehingga mereka mampu meningkatkan penghasilannya. Negara mendapatkan laba. Produsen kendaraanpun dapat memperluas pasarnya kewilayah lain yang belum padat. Begitupula disektor keuangan. Bila keadilan penebaran modal tercipta maka pasarpun akan meluas, inflasi akan terkoreksi positip. Karena ada modal, ada kegiatan ekonomi, ekonomi bergerak orang punya penghasilan dan akhirnya mampu belanja. Atau setidaknya mulailah untuk mekakun write off hutang negara miskin sebagai satu bentuk penebusan dosa collective dimasa lalu , bukanya malah memperbesar anggaran untuk IMF. Selanjutnya kedepan program hutang dikawal ketat berdasakan pola keadilan dibawah system demokrasi.

Soal “keadilan” yang bersendikan kepada “kebenaran” untuk menghasilkan “kebaikan” ini mejadi sulit dicerna karena manusia semakin menjauh dari Alquran. Padahal Alquran itu adalah blue print kehidupan yang di design oleh Allah secara sempurnan sebagai jalan yang lurus. “(Alquran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (Q.S. Ali Imran: 138). Dan banyak lagi ayat-ayat yang menerangkan bahwa Alquran itu adalah petunjuk bagi manusia. Sesuatu yang fungsinya menjadi "petunjuk" tentu harus jelas dan dapat dipahami. Hal-hal yang tidak jelas tentu tidak dijadikan petunjuk. “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? (Q.S. Al-Qamar: 17, 22, 32, dan 40). Tapi inilah yang kebanyakan orang pandai lupa sehingga mereka lebih bodoh daripada orang tolol…Semoga kita semua termasuk orang yang “berakal dan mau mengambil pelajaran dari Alquran”

Wednesday, July 08, 2009

Magic word

Ada dua orang pria dalam klise yang sama. Pria pertama melihat seorang gadis cantik berjalan ditempat sepi. Pria ini menyeret si gadis ketempat sempi dan memperkosanya. Besoknya keluarga dan masyrakat geger.Mereka marah dan menggiring pria itu sebagai pesakitan karena memperkosa.. Pria kedua , yang ketika melihat si gadis. Dia tidak menyeret wanita itu ketempat sepi. Tapi menyapanya dengan ramah dan akhirnya membawanya ketempat ramai. Berselang beberapa hari dan minggu. Pria itu berhasil mendapatkan apa yang dia mau. Atau sama seperti yang dimau oleh pemerkosa. Hanya bedanya pria pertama menggunakan otot ( hard Power ) untuk mendapatkan yang dia mau, sementara pria yang terakhir mendapatkannya lewat “magic word”. Bagi saya dua duanya adalah pemerkosaan bila kedua keduanya bertujuan untuk memanfaatkan wanita itu untuk kepentingan pribadinya.

Di era sekarang tak terbilang wanita diperkosa oleh orang yang terdekat bahkan orang yang sangat dipercayainya dan dicintainya. Tidak dengan kekerasan tapi dengan magic word. Perkosaan seperti ini tidak diatur dalam KUHAP . Banyak orang tua , kiyai ,ulama yang berusaha mengingatkan bahayanya hubungan diluar nikah. Karena ini bertentangan dengan budaya dan agama. Tapi bagi kebanyakan wanita, ini tidak didengar.Apalagi bila mereka sedang jatuh cinta. Mereka hidup dilingkungan informasi dan komunikasi tumbuh suburnya berjuta magic word. Termasuk para bapak ( pria beristri ) mencermati ini sebagia suatu bentuk jual beli biasa bila mereka butuh wanita. Padahal inipun pemerkosaan secara psikis lewat uang dan harga. Dalam kontek demokratisasi ini syah saja. Alasannya suka sama suka dan dilakukan ditempat private.

Dunia sekarang memang terjebak dalam magic word. Dunia usaha maupun dunia politik sama saja. Mereka menggunakan magic word untuk menggiring konsumen membeli. Objectivitas pilihan menjadi absurd karena terhalang oleh magic word. Kosmetik laku keras bila menampilkan bintang film terkenal. Hingga banyak wanita tidak percaya diri bila keluar tanpa make up dan accessories yang bermerek. Banyak orang malas malu naik sepeda karena iklan motor yang tak pernah hentinya. Banyak orang membeli mie kering karena gaya hidup instant. Didunia politik juga sama. Orang memilih karena iklan. Artis terkenal lebih dipilih daripada kiyai atau budayawan. Tanpa disadari mereka sudah terjebak oleh dictator media.

Itu demokrasi liberal. Private placement. Kita memuja demokrasi karena kebebasan dan benci dictator.. Sama seperti anak remaja sekarang yang menganggap orang tua dictator kalau dinasehati soal agama dan budaya agar menghindari pergaulan yang salah.. Memang kesan dictator lebih akrab dengan kekerasan.atau sama dengan pemerkosaan. Tapi dictator media yang tak henti hentinya meniupkan magic word agar orang lain mengikuti, diktator ini jauh lebih dahsyat daya rusaknya. Sama seperti life style yang ditayangkan lewat TV tentang kehidupan malam dan free sex yang akhirnya indentik dengan Narkoba. Tanpa disadari orang telah menjadi budak dan diperalat oleh business narkoba.

Magic word memang ampuh menjebak orang untuk di utilize. Di era kapitalisme dimana ada harga ,maka magic word” tampil dalam bentuk hadiah dan janji. Hampir sebagian besar wanita jatuh cinta karena hadiah dan janji.Jarang sekali karena akhlak dan agama. Keadilan menjadi cemoohan. Budaya santun dan ikhlas dipinggirkan. Masa depan dijual dalam retorika menyesatkan untuk mendapatkan hari kini. Hasil Pilpres kali ini adalah pilihan rakyat karena megic word. Peran media dan magic word sangat dominant membuat SBY Budiono menjadi pinangan rakyat. Survey membuktikan orang yang dicintai akan merasa aman dalam kondisi apapun selagi pasangannya tidak selingkuh ( kepada asing/kapitalis ). Juga yang harus diingat bahwa cinta dengan magic word itu subjective. Dia labil dan renta. Kecuali semua terjaga seperti apa yang dijanjikan. Semoga…

Friday, July 03, 2009

Capres

Debat Capres berakhir sudah. Para pihak yang membayangkan debat seperti ala AS mungkin akan sedikit kecewa karena tidak melihat debat sebagai sebuah atraksi memukau penonton. Tidak nampak kepiawaian argument untuk saling menyudutkan secara tangkas. Namun bagaimanapun begitulah bentuk debat yang diatur dalam system demorkasi di negeri kita. Lantas apa yang bisa kita cermati dari ketiga tokoh calon president itu. Soal kehebatan menguasai panggung , itu adalah JK. Tapi soal penguasaan materi dan data serta penyampaian yang terstruktur maka itu adalah SBY. Dan Megawati yang nampak penuh percaya diri namun tak mampu menguasai panggung debat. Tak jauh beda dengan rakyat kebanyakan yang tak pandai bicara tapi punya hati untuk berkata dalam diam dengan mimic memelas dan lelah hingga tak popular dimata middle class yang ikut pooling SMS.

Semua itu kini telah lewat. Kita diminta datang ke bilik pemilu pada tanggal 8 juli memilih salah satu dari mereka sebagai pemimpin. Siapakah yang pantas untuk menjadi pemimpin kita ? Semua nampak qualified baik secara yuridis formal karena didukung oleh partai yang menguasai suara diatas 20% rakyat pemilih, begitupula secara defacto mereka bukanlah pemain baru dibidang politik. Mereka punya pengalaman dan pengaruh yang cukup besar sebagai elite dinegeri ini. Jadi siapaun yang terpilih , kita yakin bahwa mereka memang pantas menjadi pemimpin dinegeri ini.

Hanya saja yang patut diketahui bahwa system president kita tidak sama seperti ketika UUD 45 pertama kali di tetapkan. Sejak diamandement sebagai bagian dari semangat Democratic reform,Constitutional reform and yudicial reform maka terjadi distribusi kekuasaan secara sistematis. .Berdasarkan amandement ini President tidak berhak lagi untuk memilih gubernur , Bupati, Walikota karena sudah ada PILKADA. Tidak berhak menentukan siapa yang mau jadi Gubernur BI karena lembaga Independent dibawah DPR. Tak berhak menentukan besaran APBN tanpa approval DPR. Tak berhak menentukan Kapolri, Panglima ABRI, Dubes, Direksi BUMN Semua itu harus melewati proses dan persetujuan DPR..

Kita melihat debat capres sebagai sebuah tontonan seakan masa depan bangsa kita ini sangat ditentukan oleh President. Padahal kedudukan presiden itu hanyalah bagian dari system keuasaan dinegara kita. Ada ribuan orang di DPR /DPRD dan ratusan Kepala Daerah , yang juga mendapat mandate langsung dari rakyat. Juga ada Lembaga lainnya yang hanya tunduk dan berkuasa atas mandate dari DPR. Lantas , apa yang bisa kita harapkan dari seorang President dengan system seperti ini. ? System sekarang ini adalah sharing power yang paling efektif. Kekuasaan terdistribusi secara sistematis. Hingga tidak jelas lagi siapa yang paling berkuasa dan dimintai pertanggungan jawab bila negara gagal melindungi hak rakyat. Mungkin benar kata Woodrow Wilson dalam Encyclopedia of Social Science bahwa Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang paling sulit.

Andaikan tidak ada Prabowo mungkin Pilres sekarang ini kurang menarik. Karena semua menyampaikan retorika dalam bahasa yang sama. Kecuali Prabowo. Walau kedudukannya hanya cawapres namun konsep yang diajukannya akan berhadapan dengan system kekuasaan yang ada dinegeri ini. Memang tak mudah meng implementasikan program kerakyatan itu bila sebagian besar elite politik negeri ini sudah terbiasa dengan cara mudah alias manja untuk hanya menikmati APBN lewat hutang dan investasi asing/privatisasi layanan public , terutama koalisi pemenang Pileg.

Jangan lupa bahwa para elite yang berkuasa itupun mempunyai cara cara efektif membuat program MegaPro tak efektif dalam pelaksanaanya. Apalagi team pelobi dari investor asing yang menguasai MIGAS dan sumber daya alam lain akan berjuang all out untuk mendekati elite yang ada diparlemen maupun LSM. Dan ini akhirnya menjadi hal yang melelahkan dan akhirnya bisa berakibat seperti di Bolivia yang terpaksa Presidentnya mengadakan referendum untuk merubah UU atau seperti Putin di Rusia yang mendatangkan panser dan pasukan para ke Parlemen untuk merubah UU agar pro rakyat miskin. Tapi di Indonesia, Sorang Gus Dur , tokoh Pro Demokrasi yang mencoba melawan DPR, harus tersungkur ditangah jalan. Bagaimana dengan Prabowo kelak apabila dia menang ? Memang tanggal 8 juli nanti kita dihadapkan oleh pilihan sulit…tapi perubahan yang ditawarkan MegaPro itu adalah .. Its the hope of hopes, it’s the war of wars. Its the heart of every man…

Thursday, June 11, 2009

'FOX"

Nama adalah Doa. Itu diyakini oleh budaya dan agama kita. Itu sebabnya kita memberi nama anak atau perusahaan selalu bernafaskan doa. Tujuannya agar harapan ( doa) mulia dapat terkabulkan seiring banyaknya orang menyebut nama itu.Makanya tidak ada orang memberi nama anak atau lembaga , nama binatang. Karena binatang itu mempunyai hukum dasar sunatullah untuk memangsa dan dimangsa secara culas.. Sementara manusia dengan segala aktifitasnya adalah rahmatanlilalamin, kasih sayang. Inilah budaya kita sebagai bagian agama berkata , adat melakukan.

Ketika LSI mengumunkan hasil surveynya tentang elektfitas Capres-Cawapres, orang terkejut atas pengakuan dari LSI bahwa survey itu dibiayai oleh FOX. Maka semua tahu bahwa FOX bukan hanya team sukses SBY Budiono tapi actor intelektual dibalik kegiatan SBY memenangkan Pemilu.. Dari situs FOX Indonesia, menyebutkan Fox Indonesia adalah lembaga “Strategic and Political Consulting” pertama di Indonesia yang didirikan pada tanggal 14 Februari 2008 oleh Choel Mallarangeng, MBA dan Rizal Mallarangeng, Ph.D serta didukung oleh sejumlah intelektual muda dan praktisi handal dari disiplin ilmu yang beragam. Sebagai lembaga profesional, Fox Indonesia menangani klien-klien untuk pemilihan kepala daerah (Pilkada), pemilihan presiden (Pilpres), dan pemilu legislatif serta korporasi.

Misi FOX Indonesia adalah selalu inovatif dalam mencari cara-cara baru melakukan kampanye publik yang tidak hanya terbukti efektif tetapi juga cerdas, elegan dan efisien dalam mencapai tujuan. Tapi satu hal yang dilupakan oleh FOX tentang budaya Indonesia. Bahwa Indonesia bukan AS. Dulu SBY menang lebih karena simpati rakyat akan pribadi SBY yang sederhana. Penampilan Iklan bersama JK, nampak SBY berjaket kulit dan berkaus. Tak banyak suara , hanya senyumnya yang memikat membuat para ibu ibu jatuh cinta dan melupakan Mega yang ibu rumah tangga. Dan satu lagi jargon yang sekaligus menjadi magic word “ Bersama kita bisa” persis yang menjadi jargon Obama , Together we can do it.

Namun kini , berkat design strategy dari FOX, kita tidak lagi melihat sosok SBY yang sederhana, lugu dan karismatik. Deklarasi Capres – Cawapres SBY-Budiono diadakan dteimpat tertutup dan megah sekali. Persih ketika kampanye ala AS. Iklan yang terpampang di billboard , nampak SBY tersenyum dengan Jas Armani. Tak ada lagi nampak SBY yang dulu awal kita kenal. Pemilihan Cawapres Budiono pun tak lepas dari grand strategy dari FOX untuk memperkuat posisi elite PD menjadi Number one di pemilu 2014-2019. Ini kesalahan fatal dari FOX. Karena memancing emosi grassroots Golkar yang selama ini tidur untuk bangkit militant. Lihatlah dukungan mantan militer bangkit membela JK.

Kemudian, dengan arogannya menggunakan jargon “lanjutkan “. Seakan keberhasilan Lima tahun terdahulu berkat SBY. Padahal kita semua tahu bahwa system negara kita adalah Presidentil dengan sharing power DPR membuat UU. Artnya sukses pemerintahan SBY-JK berkat dukungan DPR. Kita juga tahu bahwa dukungan DPR itu karena kekuatan elite politik GOLKAR di Parlemen yang dikomandani oleh JK untuk tampil digaris depan melawan kelompok oposisi PDIP.

Ditambah lagi sikap Rizal (FOX) yang jenderung tendesius terhadap Prabowo dan Wiranto. Ini berlainan sekali dengan sikap asli SBY yang rendah hati. Keadaan ini semakin memperburuk citra SBY. Issue yang diembuskan oleh Mega Pro soal ekonomi kerakyatan semakin mendapat tempat karena sikap FOX yang cenderung melecehkan ekonomi kerakyatan. Semakin keras pembelaan FOX terhadap konsep ekonomi SBY-Budiono semakin terpuruk citra SBY. Karena ekonomi kerakyatan bicara soal emosi patriotisme.

Bagaimanapun Tiga Capres/Cawapres yang sekarang berlaga dalam Pemili adalah putra putri terbaik Indonesia. Siapapun yang terpilih , maka dialah yang terbaik diantara yang baik. Seharusnya, mereka yang berlaga ini didampingi oleh pihak pihak yang paham budaya keindonesiaan, yang cinta damai, tenggang selera, hormat menghormati tanpa harus melecehkan yang lain. FOX harus berlajar dari team sukses Mega Pro dan JK Wiranto…ataut setidaknya mengikuti cara awal ketika SBY mencalonkan diri sebagai presiden.

Tuesday, June 09, 2009

Pemerintahan yang bersih

“ Nonsense mau jadi ekonomi liberal atau ekonomi kerakyatan tanpa pemerintahan yang efektif dan bersih. Kalau Anda penganut liberal misalnya untuk memasukkan modal asing harus ada wasit, dan wasitnya adalah peran pemerintahan yang bersih dan efektif," Ini yang dikatakan oleh Sri Mulyani. Dibanyak forum diskusi menjelang Pilpres masalah pemerintahan yang bersih ini menjadi issue utama. Mereka bicara perlunya reformasi birokrasi. Sebetulnya isu ini sudah berlangsung sejak awal reformasi tapi tidak pernah terimplementasikan dalam bentuk kebijakan teknis. Alasannya tidak jelas.

Reformasi birokrasi merupakan pra syarat mutlak sebuah system demokrasi. Apapun kebebasan yang ingin diterapkan maka haruslah didukung oleh system yang transparence, accountability. Lantas apa yang dapat dibanggakan dari system demokrasi bila kenyataannya laporan dari BPK menyebutkan bahwa sejak penyusunan LKPP ( laporan keuangan Pemerintah Pusat ) dimulai tahun 2004, selama empat tahun berturut turut BPK memberikan "opini disclaimer" ( tidak bersih ) terhadap hasil pemeriksaan LKPP. Artinya penuh korup alias brengsek. Hal ini ditambah lagi oleh system peradilan yang tidak becus. Terbukti laporan dari Political and Economic Risk Consultacy (PERC) tahun ini, yang menyebutkan peradilan Indonesia sebagai peradilan terkorup di Asia.

Kunci reformasi birokrasi adalah transfrance dan itu hanya mungkin bila didukung oleh system database nasional yang terintegrasi. System database ini harus berjalan dalam system Online yang dapat diakses melalui berbagai jaringan, seperti Internet, intranet serta bersifat friendly bagi semua kalangan. Tentu untuk melaksanakan ini dibutuhkan infrastruktur yang kuat dibidang jaringan fixed line ( kabel telp, fiber optic , Power Line Communication (PLC)/kabel listri ) maupun Wired Broadband, Wireless Broadband, dan Wireless Fidelity (Wi-Fi) Technology.

Apabila tatakelola pemerintahan dari pusat sampai kelevel terendah menggunakan system database online maka dapat dipastikan semua proses pekerjaan pemerintah, baik yang berhubungan dengan pelayanan public ( registrasi dan legalisir ) sampai pada pengelolaan anggaran serta sumber daya alam dapat dilaksanakan dengan transfarance dan efisien serta efektif. Karena semua data ( kecuali data intelligent /rahasia negara ) dapat diakses semua pihak maka tak ada lagi ruang bagi pejabat negara untuk menjadikan akses kekuasaan sebagai sumber korup. Masyarakatpun ( termasuk media massa ) dapat melakukan pengawasan secara langsung. Bukti data dan informasi sebagai dasar hukum menggugat dan digugat dipengadilan dapat lebih dipertangung jawabkan.

Sebetulnya program tersebut diatas sudah dicanangkan sejak era Soehato yang dikenal dengan Program Telemetika Indonesia. Kemudian berlanjut dengan Program Aplikasi Teletemtika. Tapi sampai saat ini setelah sepuluh tahun reformasi yang ada hanyalah sebatas mengelectronikan proses kerja dan belum menjadi standard sebagai sebuah system yang melekat dalam system birokrasi Indonesia, sepeti China, Korea, Malaysia, Singapore. Terbukti adanya kasus DPT yang amburadul dalam Pileg 2009. Siapapun yang menjadi President kelak, maka bila ingin mekakukan reformasi birokrasi haruslah dengan program E-Government yang teritegrasi sebagai sebuah system birokrasi. Kalau tidak , maka birokrasi kita akan tetap menjadi biang keterpurukan bangsa ini dalam menghadapi kompetisi global.

Kita bermimpi tentang Indonesia kedepan dimana para menteri kalau rapat Kabinet atau rapat kerja dengan DPR tidak perlu lagi bawa dokumen bertempuk diatas meja, cukup Notebook yang terhubung dengan WAP, begitupula dengan President dan anggota Dewan. Semua bicara tentang data yang up to date. Tentu tidak akan ada lagi rumor berdasarkan data yang tidak jelas kebenarannya. Maka keadilan akan terbentuk dari sebuah kebenaran lewat data yang up to date, real time dan free access to anyone. Inilah demokrasi yang sesungguhnya.

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...