Jalanan dijakarta hampir setiap hari macet. Apalagi kalau jam pergi atau pulang kantor. Semua macet dan melelahkan. Kondisi ini setiap hari kita rasasakan. Lantas apa solusinya ? Jawabnya tergantung dari sudut mana orang melihat macet itu. Polisi akan memberikan solusi dengan system Three in one untuk mengatasi macet di Jalan Sudirman dan Pemda menyetujui melalui Perda. Tapi tetap juga macet. Ahli sosilogy menilai kemacetan karena budaya masyarakat yang tidak disiplin. Dan Polisi setuju. Maka setiap sudut jalan ada pos polantas untuk menjaga masyarakat tetap disiplin. Tapi hasilnya tetap macet. Para ahli tata
Ketika crisis global terjadi. Semua stress. Export dan import macet. Investasi stuct.
Macet…macet..itu adalah masalah didepan mata..Tak ada sesungguhnya solusi yang mampu diberikan oleh kita. Ini sebagai satu contoh bagaimana manusia terkaburkan tentang sesuatu yang nyata didepannya namun tak mampu memperbaiki. Begitu banyak cerdik pandai di dunia tapi selalu gagal mengatasi masalah yang langsung ke pokok persoalan. Mengapa ? Soal keadilan. Macetnya jalan raya karena tidak ada satupun penguasa yang mau mengorbankan anggaran demi keadilan. Mayoritas penduduk tidak punya kendaraan maka seharusnya negara mengutamakan pengadaan system angkutan masal yang adil dengan menyediakan MRT ( Mass Rapid Transportation ). Tidak perlu ada lagi perluasan jalan dalam bentuk Toll dan lain sebagainya. Harusnya anggaran dan kebijakan ditujukan terbentuknya system MRT. Begitupula soal macetnya system keuangan global. Harusnya mulai terpikirkan untuk melakukan keadilan penebaran modal ( Capital distribution ) kepada negara lain yang dua pertiga belum menikmati kebebasan financial.
Tapi para cerdik pandai itu yang juga duduk sebagai elite penguasa, terbutakan hatinya untuk melihat esensi persoalan yang ada. Akal dan nafsu mereka segera menolak bila soal keadilan sebagai satu solusi. Padahal kalau keadilan angkutan ditegakan, semua pihak diuntungkan dalam jangka panjang. Rakyat menjadi mobile untuk melaksanakan aktifitasnya sehingga mereka mampu meningkatkan penghasilannya. Negara mendapatkan laba. Produsen kendaraanpun dapat memperluas pasarnya kewilayah lain yang belum padat. Begitupula disektor keuangan. Bila keadilan penebaran modal tercipta maka pasarpun akan meluas, inflasi akan terkoreksi positip. Karena ada modal, ada kegiatan ekonomi, ekonomi bergerak orang punya penghasilan dan akhirnya mampu belanja. Atau setidaknya mulailah untuk mekakun write off hutang negara miskin sebagai satu bentuk penebusan dosa collective dimasa lalu , bukanya malah memperbesar anggaran untuk IMF. Selanjutnya kedepan program hutang dikawal ketat berdasakan pola keadilan dibawah system demokrasi.
Soal “keadilan” yang bersendikan kepada “kebenaran” untuk menghasilkan “kebaikan” ini mejadi sulit dicerna karena manusia semakin menjauh dari Alquran. Padahal Alquran itu adalah blue print kehidupan yang di design oleh Allah secara sempurnan sebagai jalan yang lurus. “(Alquran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (Q.S. Ali Imran: 138). Dan banyak lagi ayat-ayat yang menerangkan bahwa Alquran itu adalah petunjuk bagi manusia. Sesuatu yang fungsinya menjadi "petunjuk" tentu harus jelas dan dapat dipahami. Hal-hal yang tidak jelas tentu tidak dijadikan petunjuk. “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? (Q.S. Al-Qamar: 17, 22, 32, dan 40). Tapi inilah yang kebanyakan orang pandai lupa sehingga mereka lebih bodoh daripada orang tolol…Semoga kita semua termasuk orang yang “berakal dan mau mengambil pelajaran dari Alquran”
No comments:
Post a Comment