Saya diminta sebagai nara sumber dalam diskusi terbatas. Tentu topik yang dibahas terkait pasar modal dan pasar uang. Dari awal dikusi saya menyimak saja. Saya tahu diri. Kalau engga ditanya, saya tidak akan bicara. Karena saya tidak punya referensi cukup bicara secara akademis tentang ekonomi makro. Saya hanya membaca apa yang terjadi dan menganalisanya dengan cara sederhana. Ya lebih kepada hal praktis saja.
Pada sesi terakhir saya diminta pendapat. Saya pandang mereka satu persatu. Apa yang harus saya katakan. Semua mereka bicara tentang prospek ekonomi kita yang tetap terbaik dibandingkan negara lain. Masih growth. Jauh dari resesi. Walau ada goncangan akibat faktor eksternal , mesin ekonomi kita masih akan tumbuh diatas 4%, begitu kata OECD.
Sebelum saya mulai, ada baiknya saya mengutip kata kata George Soros " There is a powerful case for the market mechanism, but it is not that markets are perfect; it is that in a world dominated by imperfect understanding, markets provide an efficient feedback mechanism for evaluating the results of one's decisions and correcting mistakes.” Saya akan memberikan gambaran bagaimana pemain hedge fund melakukan hostile T/O terhadap sistem keuangan negara. Prosesnya step by step.
Saya awali dengan analogi market. Katakanlah trader A punya asset SBN sebesar Rp 100 miliar. Lewat skema REPO, dia jaminkan SBN itu kepada investor untuk dapatkan pinjaman Rp. 100 miliar. Sesuai kontrak yang disepakati, premium atau selisih harga jual dan beli 1% atau Rp. 1 miliar. Harga opsi tebus jadi Rp. 101 miliar. Artinya dia hanya cash out Rp 1 miliar. Namun pergerakan pasar SBN terbentuk sebesar Rp 100 miliar. Peningkatan yang tajam dalam perdagangan basis ini, beresiko bagi sistem keuangan nasional.
Apa yang saya analogikan diatas, adalah operasi hedge fund pada pasar SUN. Dipengaruhi oleh Demand and supply. Setiap ada yang ambil posisi dia berpotensi kalah ( rugi ) atau menang ( untung.). Yang jadi masalah adalah pemain hedge selalu berada di depan gelombang. Dia sudah hitung dengan rijid kemungkinan di masa depan dan dengan itu dia design agenda untuk memancing orang masuk dalam kotrak dan jadi pecundang. Dan proses nya berjalan dengan terstruktur dan sistematis.
Ketika pasar modal crash, biasanya pemain hedge fund beralih ke pasar SBN. Ini saatnya panetrasi. Karena Index bursa jatuh disebabkan daya beli melemah. Sementara ekpansi APBN sebagai mesin pendorong growh lumpuh. Karena defisit fiscal melebar, yang memaksa pemerintah menambah utang. Hukum demand and supply berlaku. Kalau penawaran tinggi, harga jatuh. Yield SBN akan terkerek naik. Pemain hedge fund sell down saham dan reposisi ke SBN. Take advantage kepada pemerintah yang BU.
Tapi issue resiko atas defisit fiscal itu ditepis oleh proxy hedge. Semua mentri dan DPR satu nada mengatakan bahwa ekonomi kita baik baik saja. Biasanya pihak perbankan dan LK dan Dapen mudah sekali terprovokasi. Sehingga mudah jadi korban trading surat utang oleh pemain hedge fund. Nanti setelah semua masuk trap, Asset SBN yang ada di perbankan, BI, Lembaga keuangan menyusut akibat yield yang terus terkerek. Selanjutnya yang dihajar adalah mata uang. Sekali goyang, muncrat dan langsung IDR loyo…dampaknya bisa sistemik.
Biasanya di situasi mendung itu, dalam rangka recovery crisis ekonomi, terpaksa pemerintah masuk dalam perangkap SAP ( standard adjustment protocol) yang mengharuskan negara melakukan divestasi BUMN dan melepas sumber daya alam. Hostile take over terjadi. Selanjutnya pemerintah hanyalah proxy pemain hedge fund. Contoh yang terjadi pada Ekuador, Argentina, zimbabwe, Srilanka dan Bangladesh.
Akhir cerita. Semua itu terjadi karena pemerintah tidak pernah berpikir realistis. Selalu cari kambing hitam. Selalu berusaha mencari jalan too good to be true. Bahkan menjadikan pemain hedge fund sebagai penasehat. Dan menjadikan konglomerat sebagai mitra solving problem. Mana ada player berhati melaikat. Semua setan kok. Demikian dan terimakasih, kata saya mengakhiir diskusi.
No comments:
Post a Comment