Wednesday, July 08, 2009

Magic word

Ada dua orang pria dalam klise yang sama. Pria pertama melihat seorang gadis cantik berjalan ditempat sepi. Pria ini menyeret si gadis ketempat sempi dan memperkosanya. Besoknya keluarga dan masyrakat geger.Mereka marah dan menggiring pria itu sebagai pesakitan karena memperkosa.. Pria kedua , yang ketika melihat si gadis. Dia tidak menyeret wanita itu ketempat sepi. Tapi menyapanya dengan ramah dan akhirnya membawanya ketempat ramai. Berselang beberapa hari dan minggu. Pria itu berhasil mendapatkan apa yang dia mau. Atau sama seperti yang dimau oleh pemerkosa. Hanya bedanya pria pertama menggunakan otot ( hard Power ) untuk mendapatkan yang dia mau, sementara pria yang terakhir mendapatkannya lewat “magic word”. Bagi saya dua duanya adalah pemerkosaan bila kedua keduanya bertujuan untuk memanfaatkan wanita itu untuk kepentingan pribadinya.

Di era sekarang tak terbilang wanita diperkosa oleh orang yang terdekat bahkan orang yang sangat dipercayainya dan dicintainya. Tidak dengan kekerasan tapi dengan magic word. Perkosaan seperti ini tidak diatur dalam KUHAP . Banyak orang tua , kiyai ,ulama yang berusaha mengingatkan bahayanya hubungan diluar nikah. Karena ini bertentangan dengan budaya dan agama. Tapi bagi kebanyakan wanita, ini tidak didengar.Apalagi bila mereka sedang jatuh cinta. Mereka hidup dilingkungan informasi dan komunikasi tumbuh suburnya berjuta magic word. Termasuk para bapak ( pria beristri ) mencermati ini sebagia suatu bentuk jual beli biasa bila mereka butuh wanita. Padahal inipun pemerkosaan secara psikis lewat uang dan harga. Dalam kontek demokratisasi ini syah saja. Alasannya suka sama suka dan dilakukan ditempat private.

Dunia sekarang memang terjebak dalam magic word. Dunia usaha maupun dunia politik sama saja. Mereka menggunakan magic word untuk menggiring konsumen membeli. Objectivitas pilihan menjadi absurd karena terhalang oleh magic word. Kosmetik laku keras bila menampilkan bintang film terkenal. Hingga banyak wanita tidak percaya diri bila keluar tanpa make up dan accessories yang bermerek. Banyak orang malas malu naik sepeda karena iklan motor yang tak pernah hentinya. Banyak orang membeli mie kering karena gaya hidup instant. Didunia politik juga sama. Orang memilih karena iklan. Artis terkenal lebih dipilih daripada kiyai atau budayawan. Tanpa disadari mereka sudah terjebak oleh dictator media.

Itu demokrasi liberal. Private placement. Kita memuja demokrasi karena kebebasan dan benci dictator.. Sama seperti anak remaja sekarang yang menganggap orang tua dictator kalau dinasehati soal agama dan budaya agar menghindari pergaulan yang salah.. Memang kesan dictator lebih akrab dengan kekerasan.atau sama dengan pemerkosaan. Tapi dictator media yang tak henti hentinya meniupkan magic word agar orang lain mengikuti, diktator ini jauh lebih dahsyat daya rusaknya. Sama seperti life style yang ditayangkan lewat TV tentang kehidupan malam dan free sex yang akhirnya indentik dengan Narkoba. Tanpa disadari orang telah menjadi budak dan diperalat oleh business narkoba.

Magic word memang ampuh menjebak orang untuk di utilize. Di era kapitalisme dimana ada harga ,maka magic word” tampil dalam bentuk hadiah dan janji. Hampir sebagian besar wanita jatuh cinta karena hadiah dan janji.Jarang sekali karena akhlak dan agama. Keadilan menjadi cemoohan. Budaya santun dan ikhlas dipinggirkan. Masa depan dijual dalam retorika menyesatkan untuk mendapatkan hari kini. Hasil Pilpres kali ini adalah pilihan rakyat karena megic word. Peran media dan magic word sangat dominant membuat SBY Budiono menjadi pinangan rakyat. Survey membuktikan orang yang dicintai akan merasa aman dalam kondisi apapun selagi pasangannya tidak selingkuh ( kepada asing/kapitalis ). Juga yang harus diingat bahwa cinta dengan magic word itu subjective. Dia labil dan renta. Kecuali semua terjaga seperti apa yang dijanjikan. Semoga…

Friday, July 03, 2009

Capres

Debat Capres berakhir sudah. Para pihak yang membayangkan debat seperti ala AS mungkin akan sedikit kecewa karena tidak melihat debat sebagai sebuah atraksi memukau penonton. Tidak nampak kepiawaian argument untuk saling menyudutkan secara tangkas. Namun bagaimanapun begitulah bentuk debat yang diatur dalam system demorkasi di negeri kita. Lantas apa yang bisa kita cermati dari ketiga tokoh calon president itu. Soal kehebatan menguasai panggung , itu adalah JK. Tapi soal penguasaan materi dan data serta penyampaian yang terstruktur maka itu adalah SBY. Dan Megawati yang nampak penuh percaya diri namun tak mampu menguasai panggung debat. Tak jauh beda dengan rakyat kebanyakan yang tak pandai bicara tapi punya hati untuk berkata dalam diam dengan mimic memelas dan lelah hingga tak popular dimata middle class yang ikut pooling SMS.

Semua itu kini telah lewat. Kita diminta datang ke bilik pemilu pada tanggal 8 juli memilih salah satu dari mereka sebagai pemimpin. Siapakah yang pantas untuk menjadi pemimpin kita ? Semua nampak qualified baik secara yuridis formal karena didukung oleh partai yang menguasai suara diatas 20% rakyat pemilih, begitupula secara defacto mereka bukanlah pemain baru dibidang politik. Mereka punya pengalaman dan pengaruh yang cukup besar sebagai elite dinegeri ini. Jadi siapaun yang terpilih , kita yakin bahwa mereka memang pantas menjadi pemimpin dinegeri ini.

Hanya saja yang patut diketahui bahwa system president kita tidak sama seperti ketika UUD 45 pertama kali di tetapkan. Sejak diamandement sebagai bagian dari semangat Democratic reform,Constitutional reform and yudicial reform maka terjadi distribusi kekuasaan secara sistematis. .Berdasarkan amandement ini President tidak berhak lagi untuk memilih gubernur , Bupati, Walikota karena sudah ada PILKADA. Tidak berhak menentukan siapa yang mau jadi Gubernur BI karena lembaga Independent dibawah DPR. Tak berhak menentukan besaran APBN tanpa approval DPR. Tak berhak menentukan Kapolri, Panglima ABRI, Dubes, Direksi BUMN Semua itu harus melewati proses dan persetujuan DPR..

Kita melihat debat capres sebagai sebuah tontonan seakan masa depan bangsa kita ini sangat ditentukan oleh President. Padahal kedudukan presiden itu hanyalah bagian dari system keuasaan dinegara kita. Ada ribuan orang di DPR /DPRD dan ratusan Kepala Daerah , yang juga mendapat mandate langsung dari rakyat. Juga ada Lembaga lainnya yang hanya tunduk dan berkuasa atas mandate dari DPR. Lantas , apa yang bisa kita harapkan dari seorang President dengan system seperti ini. ? System sekarang ini adalah sharing power yang paling efektif. Kekuasaan terdistribusi secara sistematis. Hingga tidak jelas lagi siapa yang paling berkuasa dan dimintai pertanggungan jawab bila negara gagal melindungi hak rakyat. Mungkin benar kata Woodrow Wilson dalam Encyclopedia of Social Science bahwa Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang paling sulit.

Andaikan tidak ada Prabowo mungkin Pilres sekarang ini kurang menarik. Karena semua menyampaikan retorika dalam bahasa yang sama. Kecuali Prabowo. Walau kedudukannya hanya cawapres namun konsep yang diajukannya akan berhadapan dengan system kekuasaan yang ada dinegeri ini. Memang tak mudah meng implementasikan program kerakyatan itu bila sebagian besar elite politik negeri ini sudah terbiasa dengan cara mudah alias manja untuk hanya menikmati APBN lewat hutang dan investasi asing/privatisasi layanan public , terutama koalisi pemenang Pileg.

Jangan lupa bahwa para elite yang berkuasa itupun mempunyai cara cara efektif membuat program MegaPro tak efektif dalam pelaksanaanya. Apalagi team pelobi dari investor asing yang menguasai MIGAS dan sumber daya alam lain akan berjuang all out untuk mendekati elite yang ada diparlemen maupun LSM. Dan ini akhirnya menjadi hal yang melelahkan dan akhirnya bisa berakibat seperti di Bolivia yang terpaksa Presidentnya mengadakan referendum untuk merubah UU atau seperti Putin di Rusia yang mendatangkan panser dan pasukan para ke Parlemen untuk merubah UU agar pro rakyat miskin. Tapi di Indonesia, Sorang Gus Dur , tokoh Pro Demokrasi yang mencoba melawan DPR, harus tersungkur ditangah jalan. Bagaimana dengan Prabowo kelak apabila dia menang ? Memang tanggal 8 juli nanti kita dihadapkan oleh pilihan sulit…tapi perubahan yang ditawarkan MegaPro itu adalah .. Its the hope of hopes, it’s the war of wars. Its the heart of every man…

Thursday, June 11, 2009

'FOX"

Nama adalah Doa. Itu diyakini oleh budaya dan agama kita. Itu sebabnya kita memberi nama anak atau perusahaan selalu bernafaskan doa. Tujuannya agar harapan ( doa) mulia dapat terkabulkan seiring banyaknya orang menyebut nama itu.Makanya tidak ada orang memberi nama anak atau lembaga , nama binatang. Karena binatang itu mempunyai hukum dasar sunatullah untuk memangsa dan dimangsa secara culas.. Sementara manusia dengan segala aktifitasnya adalah rahmatanlilalamin, kasih sayang. Inilah budaya kita sebagai bagian agama berkata , adat melakukan.

Ketika LSI mengumunkan hasil surveynya tentang elektfitas Capres-Cawapres, orang terkejut atas pengakuan dari LSI bahwa survey itu dibiayai oleh FOX. Maka semua tahu bahwa FOX bukan hanya team sukses SBY Budiono tapi actor intelektual dibalik kegiatan SBY memenangkan Pemilu.. Dari situs FOX Indonesia, menyebutkan Fox Indonesia adalah lembaga “Strategic and Political Consulting” pertama di Indonesia yang didirikan pada tanggal 14 Februari 2008 oleh Choel Mallarangeng, MBA dan Rizal Mallarangeng, Ph.D serta didukung oleh sejumlah intelektual muda dan praktisi handal dari disiplin ilmu yang beragam. Sebagai lembaga profesional, Fox Indonesia menangani klien-klien untuk pemilihan kepala daerah (Pilkada), pemilihan presiden (Pilpres), dan pemilu legislatif serta korporasi.

Misi FOX Indonesia adalah selalu inovatif dalam mencari cara-cara baru melakukan kampanye publik yang tidak hanya terbukti efektif tetapi juga cerdas, elegan dan efisien dalam mencapai tujuan. Tapi satu hal yang dilupakan oleh FOX tentang budaya Indonesia. Bahwa Indonesia bukan AS. Dulu SBY menang lebih karena simpati rakyat akan pribadi SBY yang sederhana. Penampilan Iklan bersama JK, nampak SBY berjaket kulit dan berkaus. Tak banyak suara , hanya senyumnya yang memikat membuat para ibu ibu jatuh cinta dan melupakan Mega yang ibu rumah tangga. Dan satu lagi jargon yang sekaligus menjadi magic word “ Bersama kita bisa” persis yang menjadi jargon Obama , Together we can do it.

Namun kini , berkat design strategy dari FOX, kita tidak lagi melihat sosok SBY yang sederhana, lugu dan karismatik. Deklarasi Capres – Cawapres SBY-Budiono diadakan dteimpat tertutup dan megah sekali. Persih ketika kampanye ala AS. Iklan yang terpampang di billboard , nampak SBY tersenyum dengan Jas Armani. Tak ada lagi nampak SBY yang dulu awal kita kenal. Pemilihan Cawapres Budiono pun tak lepas dari grand strategy dari FOX untuk memperkuat posisi elite PD menjadi Number one di pemilu 2014-2019. Ini kesalahan fatal dari FOX. Karena memancing emosi grassroots Golkar yang selama ini tidur untuk bangkit militant. Lihatlah dukungan mantan militer bangkit membela JK.

Kemudian, dengan arogannya menggunakan jargon “lanjutkan “. Seakan keberhasilan Lima tahun terdahulu berkat SBY. Padahal kita semua tahu bahwa system negara kita adalah Presidentil dengan sharing power DPR membuat UU. Artnya sukses pemerintahan SBY-JK berkat dukungan DPR. Kita juga tahu bahwa dukungan DPR itu karena kekuatan elite politik GOLKAR di Parlemen yang dikomandani oleh JK untuk tampil digaris depan melawan kelompok oposisi PDIP.

Ditambah lagi sikap Rizal (FOX) yang jenderung tendesius terhadap Prabowo dan Wiranto. Ini berlainan sekali dengan sikap asli SBY yang rendah hati. Keadaan ini semakin memperburuk citra SBY. Issue yang diembuskan oleh Mega Pro soal ekonomi kerakyatan semakin mendapat tempat karena sikap FOX yang cenderung melecehkan ekonomi kerakyatan. Semakin keras pembelaan FOX terhadap konsep ekonomi SBY-Budiono semakin terpuruk citra SBY. Karena ekonomi kerakyatan bicara soal emosi patriotisme.

Bagaimanapun Tiga Capres/Cawapres yang sekarang berlaga dalam Pemili adalah putra putri terbaik Indonesia. Siapapun yang terpilih , maka dialah yang terbaik diantara yang baik. Seharusnya, mereka yang berlaga ini didampingi oleh pihak pihak yang paham budaya keindonesiaan, yang cinta damai, tenggang selera, hormat menghormati tanpa harus melecehkan yang lain. FOX harus berlajar dari team sukses Mega Pro dan JK Wiranto…ataut setidaknya mengikuti cara awal ketika SBY mencalonkan diri sebagai presiden.

Tuesday, June 09, 2009

Pemerintahan yang bersih

“ Nonsense mau jadi ekonomi liberal atau ekonomi kerakyatan tanpa pemerintahan yang efektif dan bersih. Kalau Anda penganut liberal misalnya untuk memasukkan modal asing harus ada wasit, dan wasitnya adalah peran pemerintahan yang bersih dan efektif," Ini yang dikatakan oleh Sri Mulyani. Dibanyak forum diskusi menjelang Pilpres masalah pemerintahan yang bersih ini menjadi issue utama. Mereka bicara perlunya reformasi birokrasi. Sebetulnya isu ini sudah berlangsung sejak awal reformasi tapi tidak pernah terimplementasikan dalam bentuk kebijakan teknis. Alasannya tidak jelas.

Reformasi birokrasi merupakan pra syarat mutlak sebuah system demokrasi. Apapun kebebasan yang ingin diterapkan maka haruslah didukung oleh system yang transparence, accountability. Lantas apa yang dapat dibanggakan dari system demokrasi bila kenyataannya laporan dari BPK menyebutkan bahwa sejak penyusunan LKPP ( laporan keuangan Pemerintah Pusat ) dimulai tahun 2004, selama empat tahun berturut turut BPK memberikan "opini disclaimer" ( tidak bersih ) terhadap hasil pemeriksaan LKPP. Artinya penuh korup alias brengsek. Hal ini ditambah lagi oleh system peradilan yang tidak becus. Terbukti laporan dari Political and Economic Risk Consultacy (PERC) tahun ini, yang menyebutkan peradilan Indonesia sebagai peradilan terkorup di Asia.

Kunci reformasi birokrasi adalah transfrance dan itu hanya mungkin bila didukung oleh system database nasional yang terintegrasi. System database ini harus berjalan dalam system Online yang dapat diakses melalui berbagai jaringan, seperti Internet, intranet serta bersifat friendly bagi semua kalangan. Tentu untuk melaksanakan ini dibutuhkan infrastruktur yang kuat dibidang jaringan fixed line ( kabel telp, fiber optic , Power Line Communication (PLC)/kabel listri ) maupun Wired Broadband, Wireless Broadband, dan Wireless Fidelity (Wi-Fi) Technology.

Apabila tatakelola pemerintahan dari pusat sampai kelevel terendah menggunakan system database online maka dapat dipastikan semua proses pekerjaan pemerintah, baik yang berhubungan dengan pelayanan public ( registrasi dan legalisir ) sampai pada pengelolaan anggaran serta sumber daya alam dapat dilaksanakan dengan transfarance dan efisien serta efektif. Karena semua data ( kecuali data intelligent /rahasia negara ) dapat diakses semua pihak maka tak ada lagi ruang bagi pejabat negara untuk menjadikan akses kekuasaan sebagai sumber korup. Masyarakatpun ( termasuk media massa ) dapat melakukan pengawasan secara langsung. Bukti data dan informasi sebagai dasar hukum menggugat dan digugat dipengadilan dapat lebih dipertangung jawabkan.

Sebetulnya program tersebut diatas sudah dicanangkan sejak era Soehato yang dikenal dengan Program Telemetika Indonesia. Kemudian berlanjut dengan Program Aplikasi Teletemtika. Tapi sampai saat ini setelah sepuluh tahun reformasi yang ada hanyalah sebatas mengelectronikan proses kerja dan belum menjadi standard sebagai sebuah system yang melekat dalam system birokrasi Indonesia, sepeti China, Korea, Malaysia, Singapore. Terbukti adanya kasus DPT yang amburadul dalam Pileg 2009. Siapapun yang menjadi President kelak, maka bila ingin mekakukan reformasi birokrasi haruslah dengan program E-Government yang teritegrasi sebagai sebuah system birokrasi. Kalau tidak , maka birokrasi kita akan tetap menjadi biang keterpurukan bangsa ini dalam menghadapi kompetisi global.

Kita bermimpi tentang Indonesia kedepan dimana para menteri kalau rapat Kabinet atau rapat kerja dengan DPR tidak perlu lagi bawa dokumen bertempuk diatas meja, cukup Notebook yang terhubung dengan WAP, begitupula dengan President dan anggota Dewan. Semua bicara tentang data yang up to date. Tentu tidak akan ada lagi rumor berdasarkan data yang tidak jelas kebenarannya. Maka keadilan akan terbentuk dari sebuah kebenaran lewat data yang up to date, real time dan free access to anyone. Inilah demokrasi yang sesungguhnya.

Wednesday, May 20, 2009

Tokoh

Tokoh dapat dilahirkan dari mana saja dan sejarah akan mencatat dengan baik. Tapi sejarah mencatatnya bukan karena dia seorang professional atau orang yang jujur dan sederhana tapi sesuatu yang berbeda dari orang banyak. Dia melangkah berlainan arah untuk menobrak kemapanan. Dia berjuang dan mengambil resiko untuk itu. Dia seorang Visioner dan bukan follower.

Dalam Islam kita dapat meniru teladan lima sahabat Nabi yang menjadi Khalifah setelah nabi wafat. Kelima sahabat nabi ini mempunyai kepribadian tawadhu. Namun dibawah pemimpin yang tawadhu ini ada ketegasan nurani yang tak berkompromi kepada kezoliman. Hasilnya , Islam menguasai seluruh jasirah Arab dan membentang dari barat ketimur dan utara kesalatan. Kekuasaannya meliputi didarat dan dilaut. Aroma kasih sayang menyebar keseluruh dunia untuk lahirnya perdamaian , keadilan, kejujuran dan kebenaran. Mereka tidak dididik ilmu perang , apalagi ilmu ekonomi Modern. Mereka hanya menjadikan Alquran dan Sunah sebagai pijakan untuk bersikap dan berbuat.

Hatta yang berbaiat dalam Islam yang diyakininya, dibesarkan dalam pendidikan ala barat. Ekonom terbaik lulusan universitas terkenal di Belanda. Sikap tawadhu namun istiqamah untuk melawan ketidak adilan dibidang ekonomi membuat segan lawan maupun kawan. Pilihannya adalah Ekonomi yang berpihak kepada kaum miskin. Hatta yang sederhana namun dapat bersikap tegas untuk mengutamakan hati nuraninya dengan berpisah dari Soekarno. Hatta bukanlah orang yang toleran bila soal keyakinannya. Dia mengambil resiko untuk keyakinannya bahwa hanya Allah yang berhak menilai dirinya , bukan orang lain. Tak penting dimana dia harus berada dan resiko apa yang harus dihadapinya.

Didalam pesawat dari surabaya menuju Jakarta. Saya bertemu dengan seseorang yang sangat sederhana. Ketika mata saya beradu dengan seseorang ini , dia tersenyum. Saya tak bersapa apapun dengan dia karena dia tidak mengenal saya. Tapi saya kenal orang ini. Dia adalah menteri keuangan kala itu. Namanya Budiono. Saya terkejut karena sang menteri duduk di ekonomi class. Tidak di business class. Kini , orang ini dicalonkan sebagai Wapres. Faisal Basri dalam blognya khusus menulis tentang sosok pribadi Budiono. Semuanya mengungkapkan tentang kejujuran, kesederhanaan. Sehingga banyak pihak menyamakan soal kesederhanaan Budiono degan Hatta. Memang pribadi Budiono adalah pribadi yang kita nantikan dari seorang pemimpin. Kita rindu akan sosok pemimpin seperti ini.

Apa yang bisa kita catat untuk seorang bernama Budiono ? Dia punya keyakinan bahwa rakyat butuh kerja dan penghasilan. Pemerintah harus dijauhkan dari kewajibanproteksi dan subsidi.. Biarkan mekanisme pasar bekerja untuk memberi dan meminta. Dia berkeyakinan bahwa asing tidak ada kepenting politik kecuali kepenting modal. Menjinakan modal adalah kata kunci untuk mensejahterakan rakyat. Dengan keyakinan itu maka kekuatan modal darimanapun sumbernya harus mendapatkan kebebasan sepenuhnya di Indonesia. Makanya kerjasama dibidang perdagangan dan investasi dilakukan dengan negara negara donor. Semuanya merugikan kekuatan dunia usaha dalam negeri untuk bersaing.. Konsep neoliberal terstrukture lewat UU dan terlaksana secara sistematis.

Fakta membutkikan itu ketika Budiono diberi amanah duduk dijajaran kebinet, dia orang yang sangat toleran dengan nuraninya. Menerima kalah daripada mengalah terhadap tekanan asing untuk menyetujui lelang asset BPPN dengan harga murah demi menutup disifit APBN. Sang President , ibu rumah tangga yang buta ilmu ekonomi , diyakinkannya agar saran IMF diterima untuk melakukan privatisasi BUMN. Diapun menjadi bagian dari kebobrokan system di BI dengan kasus BLBI..

Ketika dia menjadi Menteri Keuangan, UU Perbendaharaan negara dilahirkan, kitapun menjadikan APBN pro financial Market global untuk menutupi difisit anggaran. Liberalisasi sector keuangan dan Pasar Modal disyahkan untuk menjadikan pasar modal dan lembaga keuangan kita menjadi terbuka bagi asing untuk menguasai saham 100% lewat bursa. Ketika dia menjadi Menko Perekonomian era SBY, UU penanaman Modal di syahkan untuk memungkinkan asing masuk disemua sector usaha, yang tak lagi ada perbedaan antara PMA mapun PMDN.

Namun bagaimanapun Budiono tetap sederhana untuk sekedar meyakinkan pada dirinya bahwa I am nothng..just working for my boss. Dia hanya follower ,bukan visioner untuk dicatat sebagai tokoh…namun dialah yang terpilih untuk mendampingi calon president SBY.

Sunday, May 17, 2009

Sikap dan kebijakan

Pada satu kesempatan saya pergi ke Museum. Saya melihat tombak yang ukurannya cukup panjang. Saya mencoba mengangkat tombak itu dengan kedua tangan saya tapi tak bisa tahan lama karena memang berat sekali. Saya mencoba membaca keterangan tentang tombak itu. Saya terkejut karena tombak itu adalah senjata standard dari pasukan Raden Widjaya dulu. Imaginasi saya sampai kepuluhan abad lalu. Bagaimana tombak ini dapat dilemparkan kearah kapal pasukan China oleh pasukan Raden Wijaya ? Bagaimana mereka memainkan tombak itu dengan lincah bila berat? Sejuta tanya itu menggayut dalam benak saya. Mengapa prajurit itu bisa kuat dibandingkan dengan saya sekarang. Ternyata jawabannya adalah dulu orang Indonesia tidak makan nasi. Mereka makan umbi umbian seperti singkong. Nasi baru dikenal setelah budaya china ( dari Yunan ) masuk keindonesia.

Allah menciptakan manusia pada dasarnya disesuaikan dengan lingkungan alamnya. Makanan dan cara perlindungan diri terhadap penyakit disediakan sesuai dengan alamnya. Ikan Hiu hitam tidak bisa hidup dikedalaman kurang dari 80 Meter tapi hiu putih dapat hidup. Artinya dua jenis ikan hiu ini hidup dalam lingkungan yang berbeda dan tentu makanannya juga berbeda. Allah menjaga system ini. Tapi untuk manusia , Allah memberikan kebebasan untuk menentukan apa yang dia mau. Itulah sebabnya walau makanan kita adalah umbi umbian tapi kita dapat menyesuaikan diri dengan makanan lain yang datang dari luar. Hanya saja kondisi phisik kita tidak akan sama hasil dengan orang lain yang memang makan sesuai dengan alamnya. Itulah sebabnya kini kita tidak seperkasa dan secerdas Majapahit. Karena kita sudah makan nasi.

Pihak asing dengan cerdas meracuni budaya makan singkong adalah indentik dengan kebodohan dan kemiskinan .Akibatnya kita menjauh dari chemistry kita yang sebenarnya. Lambat namun pasti kita menjadikan nasi adalah makanan utama kita. Hasilnya kini adalah chemistry kita menimbulkan paradox dengan alam sekitar kita. Alam yang terbentang luas dengan lingkaran ngarai yang dalam serta hutan yang lebat , laut yang luas, gunung yang bertebaran menjulang disemua pulau, tidak berdaya kita kelola. Sekuat pikiran kita untuk berbuat tapi tenaga kita tak mampu mengelolanya. Hasrat ingin memeluk gunung apa daya tangan tak sampai.

Banyak sekali pengaruh asing masuk ke kita dan akhirnya melekat jadi budaya kita. Tapi itu semua tidak berhubungan dengan chemistry kita. Banyak orang Indonesia yang belajar berbagai ilmu diluar negeri , termasuk bidang ekonom, mencoba untuk menerapkannya secara utuh di Indonesia. Mereka percaya dengan keluguannya atas semua konsep yang mereka pelajari. Apalagi berbagai tesis sukses story di Barat yang mereka ketahui. Mereka anggap ini sebagai bentuk pencerahan untuk lahirnya civil society.

Neoliberal salah satu konsep yang lahir diawal tahun 80an. Mereka percaya sekali bahwa neoliberal adalah cara terbaik untuk melahirkan kebebasan masyarakat untuk berpartisipasi active dalam pembangunan dengan menghilangkan sebesar mungkin peran negara terlibat. Dari kebebasn ini akan melahirkan kompetisi. Dari kompetisi akan melahirkan efisiensi. Mereka percaya itu. Tapi mereka lupa bahwa budaya bangsa ini dari dulu ya bukan masyarakat yang terbiasa bebas dan berkompetisi. Mereka terbiasa bergotong royong untuk menyelesaikan semua masalah. Mereka tidak pernah iri kalau ada orang kaya atau sukses. Bahkan mereka puji orang itu dengan hormat seinggi tingginya dan yang sukses tak sungkan pula membantu. Mereka masyarakat patron

Tapi budaya neoliberal ini terus di sosialisasikan oleh rezim dengan berbagai aturan dan hukum. Apa yang terjadi , lagi lagi fakta membuktikan kita tetap tidak mampu mencapai idealisme dari neoliberal. Kita tetap tidak bisa bersaing kecuali menyerahkan semua resource kita untuk dikelola asing dan hidup dari pajak dan kuli saja. Kita tetap tidak efisien dengan memilih untuk menjadi konsumen dan penghutang saja. Kebebasan tidak dinikmati oleh mayoritas rakyat secara ideal kecuali oleh mereka yang memang qualified untuk itu. Dan itupun hanya segelintir masyarakat yang makmur dari adanya liberalisme. Akhirnya yang qualified memanfaatkan yang unqualified untuk lahirnya penjajahan model baru.

Pemimpin yang baik harus membumi dengan kesejatian Indonesia. Ini tidak bisa diingkari. Kulit kita memang tidak seputih kulit orang china atau barat. Mata kita hitam bukan biru. Pemimpin harus memberikan kebijakan yang sesuai dengan kesejatian budaya Indonesia. Tak penting karena itu kita tidak bisa buat pesawat, tak bisa pergi kebulan atau tak bisa bikin subway. Tak penting. Yang penting kita hidup dan menghidupi dari alam yang Allah berikan kepada kita tanpa kita harus menjadi seperti orang lain. Pakain akan pas dipakai kalau sesuai dengan ukuran tubuh.Sepatu akan enak dipakai bila sesuai dengan kaki kita. Kopiah akan nampak bergaya diatas kepala kalau ukurannya pas dengan kepala kita. “ Ini hukum logika dan pasti. , ya, kan.

Wednesday, May 13, 2009

Silent revolution

The silent revolution. Istilah ini dipakai oleh IMF dalam mencapai rekondisi keuangan global. Tujuannya adalah semua negara di dunia tunduk dengan kesepakatan Washington. Tidak ada lagi restriction yang mengatasnamakan nasionalisme untuk kebijakan proteksi dalam negeri. Gerakan ini berfocus kepada perlindungan penuh negara maju untuk memanfaatkan semua resource negara berkembang dan perlindungan dari hak intelektual technology. Sebetulnya The silent revolution adalah gerakan yang dibuat oleh kelompok elite di AS yang pro pasar bebas dalam konsep neoliberal. Semua institusi yang berada dibawah pengaruhnya menggunakan cara yang sama yaitu “the silent revolution.

Gerakan ini diawali tahun 1980an. Dilakukan secara systematis.Merupakan gerakan dari semua level yang berada dalam barisan neoliberal. Cara gerakan ini sangat sistematis. Cirinya adalah 1). Mereka tidak mempengaruhi Organisasi Massa untuk mendapatkan dukungan public tapi mendekati kelompok komunitas terdekat dengan public. 2). Mereka menghindari polemic 3). Karena sifatnya silent maka gerakan ini lebih mirip menggunakan cara cara dunia intelligent. Atau lebih tegasnya menggunakan smart power.

Kita tahu ketika tahun 2002 IMF dinyatakan keluar dari Indonesia tapi masih bisa bertahan sampai 2003 karena kekuatan pengaruh dari Budiono meyakinkan Megawati hingga dapat bertahan sampai 2003 dan akhirnya diperpanjang dengan istilah Post Program Mnitoring (PPM) sampai tahun 2007 dan Budiono kembali terpilih sebagai Menteri di Era SBY. Publik tidak ada yang tahu ini karena semua dilakukan secara diam diam. Global Bond kita juga masuk dalam wilayah Silent yaitu pasar 144A Sect Act. Tidak ada satupun public yang tahu dan tidak dibenarkan secara hukum untuk membuka perjanjian berkaitan dengan penjualan, underwriting penerbitan global bond via 144 A Sect Act. Begitupula ketika Indonesia melunasi hutang dengan IMF setelah berakhirnya PPM namun sebetulnya memindahkan itu kedalam 144A Sect Act yang confidential. Washington Post menyebutkan Budiono sebagai the silent voice.

Silent revolution dalam rentang gerakannya telah berhasil secara significant. Kekuatan gerakan ini berada dalam kontek demokratisasi yang memungkinkan rakyat terlepas dari orbit kekuatan formal mapun informal yang selama ini sebagai kekuatan melindungi dari segala pengaruh idiologi asing. Melalui gerakan ini telah berhasil menempatkan orang orang kampus dan pengusaha , artis, militer yang miskin pemahaman geopolitik dan geostrategic kedalam lingkaran kekuasaan.Orang orang inilah yang active menjadi pion gerakan untuk mendekati ring ring satu yang dekat dengan public. Makanya gerakan formal buruh dan tani menjadi tumpul karena barisan terdepan gerakan ini telah dikuasai mereka melalui smart power. Gerakan agama baik yang formal maupun non formalpun telah mereka lemahkan melalui teknik pemecahan dan adu domba , intimidasi.

Di Indonesia kita melihat fakta tentang suksesnya program silent revolution ini dengan terbukti gagalnya Megawati bergandengan tangan Ketua Umum PB NU. Terpuruknya suara PKB dan adanya matahari kembar dalam Muhammadiyah. Juga dalam gerakan buruh yang terpecah. Ormas dan kader Golkar yang terpecah hingga akses kemassa semakin lemah. Ormas kampus yang tak lagi bergigi. Golput pun adalah bagian dari silent revolution untuk mengeluarkan massa penentang dalam barisan demokrasi formal. Yang lebih hebatnya bahwa gerakan ini ada bagaikan bayang bayang namun bukan bayangan. Ada tapi tiada. Kita hanya dapat merasakan dimana hak hak rakyat semakin terpinggirkan dan asing lewat modal semakin mendapat ruang untuk meraup apa saja potensi yang kita punya.

Itulah sebabnya SBY dan Partai Demokrat yang menggunakan silent revolution tidak lagi melihat kekuatan partai memilik bargain position apapun. Koalisi partai tidak dikenal dalam gerakan silent revolution karena pola mereka lebih kepada individu ( Anggota dewan) atau ring satu akses kemassa dan mereka sudah petakan dengan baik siapa saja ; baik dari LSM maupun partai yang bisa dibelinya , yang penting orang itu mau mengikuti platform mereka. Pilihan Cawapres kepada Budiono adalah bukti The silent revolution memang berhasil.

Pemerintah Suriah jatuh.

  Sebelum tahun 2010, kurs pound Syuriah (SYP) 50/1 USD. Produksi minyak 400.000 barel/hari. Sejak tahun 2011 Suriah dilanda konflik dalam n...