Pada tahun 1980, Dengxioping naik ke puncak kekuasaan sebagai orang nomor 1 di China. Yang pertama kali dia sampaikan kepada elite Partai komunis adalah, “ Siapa kita? nothing. Kita tidak punya cukup devisa untuk mendatangkan tekhnologi. Tidak punya SDM hebat karena banyak orang pintar meninggal saat revolusi kebudayaan. Mental rakyat sedang berada pada titip terendah. Infrastruktur ekonomi minim.
Tapi kita punya sumber daya raksasa. apa itu? para saudara kita yang ada diperantauan. Mereka yang menikmati alam kebebasan selama kita tidur dan terkekang dalam sistem tertutup. Mereka ada diseluruh dunia. Kita paling tahu siapa mereka, Karena kita adalah mereka juga. Mereka menguasai pasar, dan kita sediakan barang untuk mereka. Mereka second class di negara lain, kita jadikan mereka first class di Tiongkok. Singkatnya sediakan karpet merah untuk mereka datang.
Tahun 2003 saya masuk China. Saya kaget. Banyak teman teman yang dulu sales di Jakarta. Mereka sudah punya bisnis di China. Kalau sore hari di cafe, pasti ada banyak ketemu orang Indonesia. “ Asalkan kita punya market dan kontrak eksport. Apapun bisa kita dapatkan di China. Barang murah. Kredit eksport juga mudah. Izin juga mudah. Engga pake uang.”.
“ Mengapa ? Tanya saya.
“ Karena mereka bego marketing. Tapi jago produksi. Maklum mereka orang terbelakang wawasannya. Dari 1 juta orang China yang punya passport hanya 1 orang. Jadi benar benar kodok dalam tempurung.” Kata teman. “ mending lue pindah ke CHina aja. Lue kan jago marketing. Ngapain di Indo. Semua barang dikuasai oleh itu itu aja orangnya. Kredit juga yang kuasai itu itu aja orangnya. Yang kaya itu itu aja.” Lanjutnya.Itu yang jadi dasar pemikiran saya untuk akhirnya tahun 2004 pindah ke CHina.
***
Tahun 2004 saya dapat order ekspor Jilbab ke mesir. Sesuai sample yang saya terima. Kalkulasi harga pokok 2 yuan. Saya jual dengan harga 4 yuan FOB. Kontrak penjualan 800.000 yuan. ( saat itu kurs 1 yuan = Rp. 1000). Saya perlu modal 400.000 yuan. Sementara uang saya tinggal 20.000 yuan. Saya telp istri di jakarta. Minta dikirimin uang. Tetapi istri jawab. “ Papa kan janji kalau uang habis, pulang. Udah lah engga usah teruskan bisnis. Uang tabungan kita lebih dari cukup untuk bertahan hidup. “
Saat pergi saya bawa uang USD 60,000. Uang habis untuk tinggal selama 3 bulan. Sewa kantor merangkap apartement dan biaya pendirian perusahaan. Memang saat itu istri punya tabungan lumayan besar dari hasil komisi saya urus soft loan di luar negeri. Jumlahnya diatas USD 1 juta. Tapi saya sudah bertekad tidak akan pulang sebelum sukses.
Dalam kebingunan itu, saya telp Wenny di Shanghai. Saya ceritakan saya tidak ada uang lagi. Saya harus jujur. Karena rekanan pabrik saya kenal dari dia, termasuk suplier benang dan gamen. “ Berapa perlu modal B? Tanyanya.
“ 300.000 yuan. “
“ Kamu pakai uang tabungan saya. “ Katanya. Setelah itu dia transfer uang ke rekening saya. Uang itu saya pakai untuk modal, Saya tongkrongi pabrik sampai produksi selesai dan loading. Itu berlangsung 7 hari kerja. Hari ke 10 saya sudah terima uang 800,000 yuan. Dari order pertama itu saya dapat lagi order lebih besar. Saya kerjakan sungguh sungguh.
Wenny bantu saya kenalkan dengan suplier dan pabrikan yang lebih bonafide. Maklum dia kerja di Invstment banker. Punya network pebisnis luas. Lambat laun saya dapat kepercayaan dari Suplier tenun. Bayar bisa kredit. Dari pabrik juga dapat kredit bayar upah. Uang Wenny saya kembalikan. Saya juga dapat fasilitas kredit ekspor.
Dengan begitu saya bisa tingkatkan ekspor. Dari sukses ekspor jilbab dan baju gamis, saya punya modal untuk dapatkan order Denim di Eropa dan AS. Sebulan saya bisa ekspor 40 kontainter denim. Ekspor frame kacamata, mouse computer dll Uang terus mengalir ke rekening saya. Saya benar benar kecanduan kerja, Engga kenal waktu. Andaikan bisa ngutang waktu, saya mau berhutang. Karena 24 jam engga cukup bagi saya. Setahun saya dapat uang USD 6 juta. Sementara karyawan saya hanya 2 orang.
Selama saya mengembangkan bisnis, selalu Wenny jadi tongkat saya. Dia bantu apa saja. Sehingga awal tahun 2006 saya sudah punya uang cash diatas USD 20 juta. Dengan uang sebesar itu saya dirikan investment holding.
***
Waktu saya mau buka investment holding tahun 2006. Saya minta pendapat dengan sahabat saya Esther. Dia tidak setuju. “ lebih baik kamu pulang. Uang yang terkumpul selama bisnis di China sebesar USD 30 juta jadikan sebagai tabungan untuk secure live. “ Kata Esther. Dia sahabat saya sejak usia 30 tahun.
Saya minta pendapat istri. Istri engga mengerti. Dia ikhlas kalau saya mau terus bisnis di China. Tapi dia minta saya berjanji usia 50 tahun pensiun. Berhasil atau gagal, stop.
Saya minta pendapat Wenny, “ B, saya lihat passion kamu sangat besar dalam bisnis. Itu menyehatkan. Silahkan terus bisnis. Tetapi hati hati. “
Sejak tahun 2006 sampai tahun 2010 saya keliling dunia mencari peluang. Investment holding saya berfocus kepada supply chain dengan mendekati pasar dan bahan baku, teknologi. Kekuatan saya tetap pada kemampuan salesman. Kalau saya dapat peluang bisnis, saya pelajari secara detail. Setelah itu saya usahakan dapatkan longterm kontrak. Apabila dapat longterm kontrak, maka saya akuisisi perusahaan lemah bersaing. Dari mana uang? lewat skema LBO. Uang saya dapatkan baik lewat konvesnional maupun unconventional.
Dalam 5 tahun saya bisa dirikan 48 perusahaan yang bernaung dalam holding di hong Kong. Tahun 2004 karyawan saya dua orang. Tahun 2011 saya punya karyawan diatas 10.000 di Beijing, Shanghai, hanzhou, Kunming, Changsa, Guangzhoe, Guangxie, Shenzhen, Seoul, Laos, Thailand, Moscow, Ukrania, London, Swiss, Toronto, Dubai, New York , Tanzania, Malaysia. Tahun 2013 saya restruktur management secara modern lewat IT system. Saya rekrut orang bertalenta hebat sebagai eksekutif.
Tahun 2006 Wenny bercerai dengan suaminya. Karena terlilit hutang rentenir untuk biaya berobat ibunya sakit. Diapun berhenti bekerja. Saya bailout utangnya dan bawa dia hijrah dari shanghai ke Hong Kong. Saya beri modal USD 200,000 untuk dia memulai bisnis shadow banking khusus trade financing mining. Wenny sahabat saya dan juga tongkat saya. Tanpa dia saya tidak akan bisa berdiri tegak. Namun dapatkan sahabat tidak mudah. Anda harus bisa merebut hatinya.Siap berkorban untuknya. Kalau sanpai sekarang saya tetap bersama Wenny dan dia jadi mitra saya, itu bukan hal mudah. Kami menjaganya dengan susah payah dan selalu bersama atas dasar saling hormat atas privasi masing masing. Bisnis wenny sukses besar.
Tahun 2013. Tepat usia 50 tahun saya pensiun. Tahun 2018 saya kembali ke holding. Karena terlilit hutang. Agar selamat dari hostile take over, terpaksa lepas saham sebagian dan saham saya tinggal minoritas, namun posisi tetap sebagai pemengan saham istimewa ( multiple voting shares). Pemegang saham non istimewa dipegang oleh BUMN China. Sejak itu Perusahaan sudah dikelola oleh profesional dengan standar kompetensi ketat.
Selama 5 tahun saya bisa dihitung dengan jari betemu Wenny. Kami berdua sibuk. Kadang saya ada di hong kong, wenny sedang di luar negeri. Selalu tidak tepat waktu. Sementara Bisnis yang dikembangkan Wenny sudah jadi holding yang mengelola 12 unit bisnis. Saya tetap jaga Wenny. Dua sahabat saya di Hong Kong, Richard dan Steven saya ajak bergabung sebagai pemegan sahamg di Holding Wenny, dan mereka pengawal Wenny selama saya di jakarta
Kekuatan saya hanya sebagai salesman. itu 20 tahun pengalaman bisnis jatuh bangun. Bukan hanya sekedar jual barang. Tetapi juga saya kuasai detal product knowledge. Bahkan saya kuasai proses produksi setiap barang. Tapi kendala saya adalah sulit dapatkan akses ke bisnis network di China. Teman teman di China orang indonesia ogah bantu saya. Mereka juga sibuk. Kelemahan saya tidak bisa bahasa mandarin dan saya bukan etnis china.
Untunglah saat hampir kehilangan hararapan saya dapatkan sahabat di China, untuk jadi tongkat saya. Setelah punya tongkat melangkah maju. Network pasar yang ada di Eropa dan AS, Korea, saya manfaatkan dengan baik. Akses pasar di Timur Tengah dan lain lain saya buka dengan bekal bekal skill marketing yang saya punya. Benarlah. Tidak sulit. Berapapun Order, pusat produksi china bisa kerjakan dengan cepat. China memang cepat dalam segala hal. Termasuk menyediakan sumber daya keuangan untuk melancarkan bisnis process.
Belakangan saya baru sadar. China hebat karena ukuran mereka bukan hanya etnis tetapi kompetensi ,kejujuran, komitmen berbisnis. Siapapun selagi mereka punya kompetensi sebagai pengusaha, China sediakan karpet merah. Walau datang bawa kolor doang. Makanya yang datang ke China, bukan hanya etnis china tetapi seluruh bangsa di dunia. Terutama mereka diusia emasnya. Mereka pekerja keras dalam suasana berkompetisi.
Saya bersukur karena selama era Soeharto saya dapatkan bekal belajar berbisnis ditengah ketidak adilan sistem. Selama 15 tahun saya diajarkan terjatuh dan terisolasi karena praktek KKN. Saya jadi terlatih keras menghadapi rimba belantara bisnis yang tidak bersahabat. Dan ketika saya masuk ke China, saya sudah lulus cumlaude untuk jadi petarung. Sehingga dengan kemudahaan peluang di China, walau suasana berkompetisi dengan beragam etnis, saya tidak inferior.
Saya tahu, bahwa begitu banyak anak muda yang bersemangat untuk sukses di Indonesia. Orang Indonesia itu paling mampu survival dalam situasi apapun. Tetapi karena sistem yang menjerat, sehingga mereka tidak bisa tumbuh di lahan yang subur. Mereka hanya tumbuh di pinggir got, yang kadang terinjak injak oleh tikus got. Dan mereka tetap tidak kehilangan hope
No comments:
Post a Comment