Saturday, October 27, 2007

Ashaff

Seandainya beton itu tidak bercampur pasir, semen , batu, kerikil , besi maka tidak akan bernama beton. Tidak akan mungkin menjadi sesuatu yang kokoh menopang beban berat dan menjadi penyangga bangunan. Juga, Garam laut (NaCL) atau natrium clorida. Terdiri dari dua unsure Natrium dan Clorida. Bila dua unsur ini dipisahkan maka Natrium dan clor akan menjadi gas mulia yang berbahaya bagi manusia. Tapi bila mereka bergabung maka tidak nikmat makanan tanpa garam. Yang menarik adalah bagaimana dua unsure gas mulia ini bersatu. Kedua duanya saling membatu atom agar ikatan mereka menjadi stabil dan kokoh. Natrium (2,8,1) memiliki satu elektron lebih banyak dibandingkan struktur gas mulia (2,8). Jika natrium tersebut memberikan kelebihan elektron tersebut maka natrium akan menjadi lebih stabil. Klor (2,8,7) memiliki satu elektron lebih sedikit dibandingkan struktur gas mulia (2,8,8). Jika klor tersebut memperoleh satu elektron dari tempat yang lain maka klor juga akan menjadi lebih stabil. Jadi jika atom natrium memberikan satu electron ke atom klor , maka keduanya akan menjadi stabil. Disnilah indahnya allah menciptakan tatanan kehidupan dimana perbedaan itu untuk saling melengkapi dan kokoh.

Makna diatas adalah hokum alam dari sang pencipta. Bagaimana Allah mengatur kesatuan dan persatuan unsur atom agar tercipta keseimbangan sehingga dapat berfungsi dialam semesta. Secara fitrah kehidupan ini memang mengharuskan setiap makhluk untuk bersatu padu walau berbeda untuk mencapai tujuannya. Persatuan dan kesatuan ini hanya mungkin dapat dilaksanakan apabila ada disiplin didalamnya. Seperti Lebah yang mempunyai system komando yang jelas antara lebah pekerja, lebah pejantan dan lebah ratu ( pemimpin ). Sementara untuk manusia ALlah tidak memberikan system melekat didalam diri secara otomatis untuk bersatu. Namun Allah memberikan Akal dan Alquran serta Rasul sebagai manual operation dan tutor untuk kita dapat bersatu dan menjadi pemimpin di Bumi.

Dalam islam ditegaskan oleh firman Allah tentang pentingnya kekuatan dalam persatuan dan kesatuan ini dalam istilah barisan yang kokoh ( As shaff). Pada suatu hari seorang sahabat bertanya kepada Rasul tentang perbuatan yang paling bernilai dihadapan Allah. Kemudian Allah menurunkan surat Al- Ashaff (61):4 “ Sesungguhnya Allah SWT menyukai orang orang yang berperang dijalan Nya dalam barisan yang teratur seakan akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. Penjelasan lebih lanjut tentang barisan yang rapat dan kuat itu dapat dibaca dalam permulaan surat Al Shaff 37:1-3): “Demi ( rombongan) yang bershaf-shaf dengan sebenar benarnya,. Demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar benarnya perbuatan dosa. Dan demi ( rombongan) yang membacakan pelajaran “.

Kekuatan barisan ini dapat terjelma apabila didukung oleh tiga unsur yaitu pertama kekompakan yang membuat kita sangat solid. Kedua , oritentasi ketuhanan( tauhid) yang membuat kita hanya tunduk dan patuh kepada Allah dan ketiga , komitment kepada kebenaran yang membuat kita selalu menyeru dan berpihak kepada kebaikan dan kemaslahatan umat. Ketiga unsur ini hanya mungkin berjalan apabila ada sikap disiplin. Islam mengajarkan latihan disiplin dalam ritual sholat berjamaah dan tepat waktu. Syekh Mushthafa Al-Maraghi seorang ahli tafsir mengatakan bahwa pengertian Shaff itu sendiri bermakna disiplin yang tertuang dalam sikap istiqamah ( konsisten ) dalam visi dan misinya..

Displin menjaga persatuan dan kesatuan adalah kunci sukses menjadi pemenang. Itulah sebabnya Rasul pernah mengingatkan kaum muslimin agar disiplin “ Sebaik bainya amalan ( ibadah ) adalah amal yang dilakukan dengan disiplin tinggi meskipun itu kecil” makanya kita dianjurkan untuk belajar dari lebah dan barisan malaikat sebagaimana hadith nai “ rapat dan kuat” Tanpa disiplin yang tinggi mempertahan barisan yang kuat maka selama itupula kita tidak akan pernah menjadi subject ( fa’ih) tetapi selamanya akan menjadi object penderita ( maf’ah) seperti yang sekarang terjadi setelah era reformasi . Dimana kekuatan dalam kesatuan melalui system multi partai sangat renta dipecah belah oleh kekuatan luar dan sikap disiplin terkikis oleh budaya luar melalui kebebasan media massa yang meracuni semangat kerja keras dan kebersamaan.. Makanya tidak aneh bila kita menjadi bulan bulanan oleh kekuatan asing. Kitapun menangis lapar ditengah pesta pora pihak asing yang berdansa dirumah kita sendiri. wallahualam.

Monday, October 22, 2007

Kebijakan Ekonomi ?

Dipesawat saya bertemu dengan orang asing yang hendak ke Hong Kong. Orang asing ini berasal dari Eropa. Punya business di Indonesia yang dirintisnya sejak 5 tahun lalu. Ketika saya tanya pendapatnya tentang perkembangan usahanya, dia menjawab bahwa business di Indonesia sangat menguntungkan. Indonesia merupakan pasar empuk untuk produk impor. Daya konsumsi masyarakat Indonesia diatas rata rata bangsa manapun. Saya tidak tanya apa usahanya di Indonesia. Namun saya dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksudnya dengan “masyakarakat Indonesia “ itu adalah kelompok orang kaya baru yang umumnya berada di Kota kota besar di Indonesia.

Hampir semua merek terkenal didunia ada dietalage di Mall Mall yang tumbuh bagai jamur dimusin hujan. Juga hampir semua makanan cepat saja saji dari luar negeri bertebaran dibanyak Mal dan selalu ramai dikunjungi oleh pembeli. Juga apartement mewah terus dibangun seakan tidak pernah kehabisan konsumen. Itulah mungkin gambaran potensi business yang dimanfaatkan oleh orang asing. Ya, memang orang asing lebih pandai memanfaatkan peluang daripada pemain local. Globalisasi mendulang untung bagi orang asing yang mampu memanfaatkan setiap kesempatan yang ada walau itu didapat dinegeri kita yang 90% dijerat oleh kemiskinan..

Hal tersebut memang merupakan penomena dalam system ekonomi negara kita. Karena laju pertumbuhan ekonomi memang dipacu melalui konsumsi. Sementara daya pemicu pertumbuhan dari ekport dan sector riel memang tidak bisa diandalkan. Banyak industri local yang tumbang karena alasan kalah bersaing dengan product dari china , lemahnya dukungan pembiayaan dari perbankan. Keliatannya department keuangan dan BI ikut mendorong terjadi pertumbuhan melalui konsumsi ini. Berdasarkan data bahwa konsumsi 10 persen rumah tangga terkaya (yang umumnya lebih banyak bermotifkan gaya hidup) terhadap total konsumsi nasional mencapai sekitar 30 persen. Ini menunjukkan perilaku konsumtif kelompok kaya juga menjadi penyumbang penting pertumbuhan. Sebagai perbandingan, kontribusi konsumsi 10 persen penduduk termiskin hanya 3,6 persen dari total konsumsi nasional

Bila ini dikemukakan kepada pemerintah maka jawabannya tidak akan memuaskan karena sebetulnya ekonomi kita terjebak dalam system neoliberal. Konsep ekonomi neoliberal , suka tidak suka sudah menjadi bagian yang tak bisa dihindari oleh pemerintah. Dimana ketimpangan redistribusi pendapatan memang harus diciptakan agar dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Dan ini pada gilirannya akan memberikan multiflier effect untuk mengurangi kesenjangan dan sekaligus menciptakan pemerataan. Atau istilah ekstrimnya kebijakan ini tidak mempercayai masyarakat miskin memperoleh redirstrinbusi pendapatan negara ( via subsidi barang/jasa ) yang dinilai hanyalah pemborosan. Pendapatan seperti suku bunga tabungan tinggi, facilitas pasar uang ,konsesi business , reduce tax policy itu harus diredistribusikan kepada orang kaya agar mereka mau melakukan kegiatan menabung dan investasi.

Tapi kenyataannya , keberhasilan makro ekonomi kita yang berpatokan dengan indicator pertumbuhan ekonomi yang tinggi, index pasar modal yang tinggi, konsolidasi fiscal yang mantap, tidak diikuti oleh keberhasilan disisi mikro seperti ; perbaikan indicator angka pengangguran dan tingkat kemiskinan. Perkembangan sector meneter tidak secara otomatis mencerminkan perkembangan sector riil. Bahkan tidak ada kaitan langsung antara sector riel dengan sector moneter. Pertumbuhan yang digambarkan hanya menghasilkan inflasi, penggelembungan nilai asset, semakin menyebarkan kemiskinan, semakin luasnya kesenjangan, serta menyerahkan natural resource kepada pemilik modal asing.

Dalam Islam , dimana produksi adalah menghasilkan manfaat guna tanpa ada nilai virtual /life style /branded menyertainya, yang akan dibayar oleh masyarakat sesuai dengan asas manfaat pula. Uang bukan alat komoditi tapi alat tukar yang adil. Asset bukan alat untuk meningkatkan nilai investasi tapi lebih kepada nilai manfaat. Pemupukan asset tanpa didasarkan nilai manfaat adalah mubazir atau haram. Bank tidak dibenarkan mendapatkan laba dari memanfaatkan kelemahan orang lain atas ketidak pastian masa depan. Masa depan harus menjadi beban bersama untuk dikelola dengan ikhlas atas segala ketidak pastian yang muncul. Penghasilan yang tidak bersumber dari proses beriktiar /bersyariat /kerja seperti bunga, judi/spekulasi adalah tidak dibenarkan. Akibatnya memaksa dana masuk dalam kegiatan investari riil yang akan memberikan kesempatan lapangan kerja serta usaha.. Pendapatan negara tidak melalui pajak tapi melalui zakat yang merupakan unsur penilaian yang adil terhadap nilai kekayaan ( bukan penghasilan ) dan suka rela melalui impaq, sadaqah atas dasar kasih sayang terhadap sesama.

Singkatnya dalam konsep ekonomi Islam, manusia bukan hanya sebagai objek social tapi dia juga sebagai object religius yang dinyatakan sebagai rahmatan lilamin. Inilah yang tidak pernah ada dalam system ekonomi social, kapitalis, komunis.. Yang pasti tidak ada satupun konsep ekonomi pemikiran manusia yang dapat mengalahkan konsep ekonomi yang dianjurkan oleh kitab mulia – AL Quran. Semoga kita termasuk orang yang mau berpikir dari rangkaian peristiwa yang sekarang dialami bangsa kita.

Wednesday, October 10, 2007

Mudik

Tidak pernah terbayangkan bila budaya mudik lebaran ini dapat terjadi dinegera lain. Apa yang kita lihat adalah suatu peristiwa yang sulit dicerna dalam kacamata individualisme . Dimana jutaan orang bergerak serentak meniggalkan kota tempat mereka mengadu nasip untuk kembali kekampung halamannya. Kampung dimana mereka dilahirkan. Kampung dimana menyimpan banyak nostalgia. Dimanapun mereka bermigrasi ,entah didalam negeri maupun luar negeri untuk mengadu nasip, selalu mereka bertekad untuk harus kembali pulang kempung halaman menjelang lebaran. Walau untuk kegiatan ini , mereka harus menyisihkan sebagian pengdapatan harian/bulanannya hanya untuk bekal kembali kekampung halamannya ketika lebaran datang. Andai ada survey tentang jumlah dana yang mengalir kedaerah akibat budaya mudik ini, tentu kita akan mengetahui betapa dahsyat kekuatan financial komunitas Islam ini dalam menciptakan capital flow ke daerah.

Mereka adalah komunitas yang terdiri dari berbagai suku di Indonesia dan mempunyai latar belakang berbeda namun mereka bergerak serentak tanpa ada yang mengomandoi kecuali oleh satu keyakinan agama dan penguatan paham budaya tentang silahturahmi terhadap sesame keluarga, kerabat dan handai tolan. Di hari yang fitri ini, kekuatan komunitas umat islam menunjukan kepada dunia bahwa mereka adalah komunitas yang teroganisir dengan baik walau tanpa peraturan, komando apapun. Biaya yang tidak sedikit, tenaga berlelahan didalam perjalanan dan waktu tempuh yang lama mereka abaikan untuk hanya dan hanya ingin mempertautkan kembali silahturahmi yang lama hampir setahun terputus.

Itulah komunitas Islam yang sesungguhnya , yang didalamnya terdapat rahmat Allah yang menanamkan rasa cinta kasih sayang kepada sesama. Mereka mampu mengorganisir dirinya sendiri dengan baik untuk satu tujuan yang mulia. Fakta membuktikan bahwa kemerdekaan bangsa ini didapat berkat kekuatan komunitas islam yang berbaris rapat dengan gagah berani ketika berhadapan dengan penjajah asing. Padahal mereka bukanlah militer terlatih untuk disandingkan dengan keuatan militer penjajah. Tapi ruh islam sebagai rahmatanlilalamin membuat mereka menjadi kumpulan manusia yang terorganisir dengan baik. Ba lebah mereka ikhlas berkorban tanpa berharap balasan apapun.

Lantas mengapa kini kenyataannya komunitas Islam yang 80% di Indonesia tidak mampu membuat bangsa ini besar dan makmur. Mengapa semua pemimpin yang beragama muslim di negeri ini gagal memanfaatkan kekuatan komunitas islam ? Padahal mengelola komunitas islam tidaklah membutuhkan konsep management modern atau juklak yang ruwet. Jawabannya ternyata terletak pada system yang membuat komunitas Islam itu hidup dalam atmosfir yang membuat mereka gagal menjadi rahmatan lilalamin. System kita begitu mengagungkan nasionalisme, demokratisasi, neoliberalisme dan mengabaikan peran agama sebagai komando menggiring komunitas Islam dalam satu barisan yang kuat. Agama sebagai spirit hanya hidup dalam ruang kotbah dan ritual agama. Namun terpinggirkan dalam system pengelolaan berbangsa dan bernegara.

Aturan hukum dibidang sosial, ekonomi , budaya, politik di create berdasarkan spirit sekular yang diambil dari pemahaman sosialis kapitalis yang mengharamkan keihlasan kecuali laba atau kepentingan golongan/pribadi adalah segala galanya. Lambat namun pasti system ini mengikis semangat kebersamaan , gotong royong, senasip sepenanggungan yang merupakan ruh dari islam sebagai rahmatan lilalamin. Sampai kini kita masih terus percaya bahwa system yang bukan Islam lah satu satunya yang akan membuat kita makmur dan menjadi bangsa yang besar. Entah sampai kapan ini akan terus berlangsung dan entah sampai berapa korban dari system ini yang menyebabkan kemiskinan , ketidak adilan terus ditanggung oleh komunitas islam yang notabene adalah populasi terbesar di negeri ini.

Yang pasti budaya mudik adalah sepotong budaya Islami ala Indonesia yang masih tersisa di negeri ini. Mungkinkan besok budaya ini juga akan terkikis dalam ruang sosial budaya komunitas Islam dinegeri ini ? Entahlah.

Selamat Hari Raya Idul Fitri.
Taqobballahu minna wa minkum Taqobbal ya karim

Thursday, October 04, 2007

Sikap santun

Ketika yang kalah kecewa maka rasa tidak suka pada yang menangpun terbentuk. Biasanya rasa kecewa itu semakin membukit dan menimbulkan amarah. Inilah sifat dasar kekanak kanakan, yang lebih mengedepankan emosi kepentingan bukan kesadaran. Budaya politik kita memang tidak lebih sama seperti itu. Makanya tidak aneh bila Gus Dur sempat melontar kata kata jenakanya dengan menyebut anggota DPR adalah taman kanak. Dalam konteks budaya kepemimpinan , yang kalah selalu membenci yang menang. Sulit sekali melihat ada tergur sapa antara president yang baru terpilih dengan yang mantan president. Lihatlah, Soekarno tidak bertegur sapa dengan Soeharto, Soeharto tidak bertegur sapa dengan Habibie, Habibie tidak bertegur sapa dengan Gus Dur, Gus Dur tidak bertegus sapa dengan Megawati, Megawati tidak bertegur sapa dengan SBY.

Dari sikap ini jelas sekali kita bertanya, mengapa kekalahan adalah kekecewaan? Apakah mungkin menganggap “ sayalah yang terbaik dan pantas memimpin , bukan orang lain”. Atau karena kekuasaan adalah sumber nafkah yang aman dan mudah sehingga harus dipertahankan. Sama seperti para petualang yang berebut memburu harta karun. Yang kuat ,yang menang. Yang kalah tentu kecewa. Kita tidak tahu sebetulnya ada apa dibalik kecewa dan marah sehingga terputusnya silahturahmi. Padahal senyatanya ketika mereka berkuasa tidak ada satupun prestasi yang patut dicatat tinta emas oleh sejarah, kecuali deretan kekecewaan rakyat karena janji yang tak kunjung terbayar.

Dari budaya inilah yang mewarnai kehidupan social politik kita. Mencapai puncaknya arogansi kekuatan kelompok dan golongan ketika masuk era multi partai. Demokrasi liberal bergerak dengan berbagai bendera, tentu dengan berbagai jargon. Tidak jelas apa yang mereka perjuangkan. Yang pasti ukhuah islamiah menjadi kabur. “Kita berbeda dan kita saling berhadapan untuk menentukan siapa yang kuat.” Kita membayangkan suatu sikap kejujuran berpolitik yang dapat berbicara dengan nurani dan kemudian melihat orang lain dengan objective. Sehingga kalau ada yang lebih mampu dan berkualitas, maka tidak ada salahnya untuk didukung. Keliatannya bayangin ini jauh panggang dari api.

Ketahuilah bahwa kehidupan negeri ini tidak akan selesai bila budaya politik tidak dirubah. Kita merindukan suatu budaya dimana kepentingan golongan dan pribadi sudah tidak ada lagi maka kebersamaan menjadi sacral untuk dibela sampai mati. Maka masyarakat sejahtera bukan lagi illusi. Ini sudah dibuktikan dalam sejarah rasul. Betapa kelompok Ansyar dan Muhajirin berangkulan satu sama lain. Mereka menyattu karena Allah dan berbuat karena mengejar keridhoan Allah. Seperti Firman Allah “ ..dan mereka mengutamakan kepentingan orang lain atas diri mereka sendiri sekalipun pada waktu bersamaan mereka sangat memerlukannya. ( QS, AL –Hasyr ( 59): 9). Sifat seperti inilah yang membuat sifat iri dengki dan kecewa tergantikan dengan kasih sayang dan ketulusan. Diantara mereka saling berbagi dan mengasihi. Apalagi Rasullah bersabda “ sebaik baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”

Lihatlah bila kebersamaan menjadi ruh dalam kehidupan bermasyarakat , maka soerang Hakim bernama Umar Bin Khaththab menganggap kedudukan hakim tidak diperlukan lagi untuk menciptakan keadilan. Mengapa ? inilah alasan yang disampaikannya kepada Khalifah Abu Bakar “ Rakyat sudah tahu haknya masing masing sehingga tidak ada yang menuntut lebih dari haknnya. Mereka juga sudah tahu kewajbannya sehingga tidak seorang pun yang merasa perlu menguranginya. Mereka satu sama lain saling mencitai seperti mereka mencintai dirinya sendiri. Saling menjenguk kepada sisakit, Saling membantu kepada yang lemah. Saling berduka bila ada yang terkena musibah. Agama mereka adalah nasihat. Akhlak mereka adalah amar ma’ruf nahi munkar. Karena itulah tidak ada alasan mereka untuk saling bertengkar, kecewa dan tak bertegur sapa.

Benarlah , bahwa semua yang salah karena lahir dari masyarakat yang sakit. Tidak akan mungkin dapat dilahirkan pemimpin yang sehat ditengah masyarakat yang sakit. Hanya masyarakat agamais yang dapat memilih pemimpin yang jujur dan berkualitas amanah untuk kejayaan bangsa. Bukan masyarakat materialistis dan individualis.

Tuesday, September 11, 2007

Ramadhan kita...


Dua hari lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan. Ini bulan yang selalu dinantikan oleh seluruh umat muslim sedunia. Dibulan inilah terbuka segala pintu rahmat, berkah dan ampunan dari sang pengcipta. Dibulan inipula umat islam ditantang dengan ujian menahan lapar, haus dan hawa nafsu dari sejak fajar sampai matahari terbenam. Dalam kurun waktu 12 jam kita diminta menghadapi proses berjalannya waktu itu dengan khusu memuji kebesaran Allah dan menerima segala cobaan dengan ikhlas. Maha suci Allah yang selalu menuntun kita untuk mencapai kesempurnaan akhlak agar kita menjadi pemimpin dimuka bumi dan penyebar rahmat bagi alam semesta.

Memang benarlah bahwa hidup adalah perjuangan untuk menegakkan asma Allah untuk mencapai kemuliaan. Hubungan hablulminallah dan Hablubminnnas terjalin erat dalam ritual ramadhan ini. Dalam hubungan hablulminallah kita diminta tunduk atas perintah puasa. Puasa memang hanya kepada orang yang beriman. Puasa tidak diperuntukan bagi orang yang tidak percaya kepada. Akhir dari ritual ini adalah reward berupa menjadi orang yang bertakwa. Namun implikasi dari ritual Ramadhan inilah yang kadang terlupakan oleh kita yaitu peka terhadap pesan kemanusiaan , kebersamaan, perdamaian dan keadilan serta peduli kepada mereka yang miskin.

Sejak krisis ekonomi terjadi ,negeri kita menghadapi bencana kemanusiaan yang teramat menyedihkan. Kasus busung lapar yang diderita anak-anak di NTB, NTT, dan provinsi lainya terjadi sejak krisis melanda negeri ini tahun 1997, gizi buruk, busung lapar, dan kematian anak balita akibat busung lapar sudah menjadi berita. Sampai kini itu terus berlanjut. Berita tentang bantuan dari semua pihak hanya terjadi sesaat dan setelah itu terlupakan. Ini adalah tragedi tapi kita menepisnya dengan bersandar berjuta alasan yang terkait dengan alam dan iklim. Dengan cara pandang seperti itu, nasib jutaan anak Indonesia yang menderita gizi buruk dan satu per satu meninggal, tak akan pernah dianggap signifikan untuk menjadikannya sebagai tragedi nasional yang menuntut penanganan serius. Sebab dalam sistem ekonomi global sekarang ini, keberadaan dan penderitaan kaum miskin tak akan tampak. Mereka tersembunyi di gubuk-gubuk di pelosok-pelosok pedesaan dan di sudut-sudut kumuh perkotaan, yang ruang hidupnya tak pernah terhitung dalam sistem ekonomi formal.

Walau rezim Soeharto telah jatuh dan digantikan pemerintahan yang lebih demokratis, integrasi negara ke dalam tata ekonomi global dan tingginya beban utang, selalu berarti, yang paling miskin tetap saja ditelanjangi hak-haknya, sama seperti saat berada di bawah rezim paling otoriter. Sebab hak asasi yang dilanggar penguasa otoriter yang tampak merupakan satu hal, sementara para pencipta kemiskinan dan kelaparan abadi yang tersembunyi dalam kekuatan ekonomi merupakan hal lain. Pembangunan selama ini lebih berarti mereduksi berbagai bentuk kekayaan alam menjadi uang, yang akhirnya lebih banyak raib di tangan koruptor. Sudah waktunya kita menghitung biaya tersembunyi yang tak pernah bisa diukur oleh indikator-indikator ekonomi global, namun terus ditanggung demikian banyak orang miskin. Upaya melawan kekuatan ekonomi yang tidak memperhitungkan keberadaan kaum miskin, dan yang terus mendesakkan penghapusan subsidi atas kebutuhan pokok, lebih banyak swastanisasi, pembayaran utang dengan bunga tinggi, jauh lebih sulit daripada menggulingkan penguasa politik yang otoriter.

Mungkin kelaparan dan kematian akibat kemiskinan sebagai bentuk kegagalan kita sebagai orang beriman yang tidak punya keberanian untuk melawan atau tidak peduli atau lebih mementingkan keselamatan pribadi. Makanya derita demi derita kaum miskin yang terjadi saat ini adalah peringatan untuk orang beriman agar bangkit berjuang melawan ketidakadilan dari keberadaan system yang membuat kemiskinan terus terjadi. Sudah waktunya kita menghitung kembali nilai nilai spiritual kita, nilai ibadah kita dan nilai puasa kita dibulan ramadhan ini..apakah cukup dengan berzikir, sholat dan menahan lapar saja sementara fungsi kita sebagai rahmatan lilalamin terabaikan.

Monday, September 10, 2007

Bertikai dengan Malaysia ?

Dulu zaman Soekarno , Soerhato memanglah cinta bangsa dan semangat patriotisme itu selalu dipropaganda disetiap kesempatan. Tapi dizaman reformasi ini , semangat itu sudah semakin berkurang. Jargon globalisasi dan demokratisasi menenggelamkan patriotisme seperti kata kata usang didalam tumpukan buku buku kono. Tapi keliatannya kembali semangat kebangsaan ditampilkan didepan public baru baru ini sebelumnya semangat itu ditampilkan ketika pertandingan bola Piala Asia disenayan. Semangat merah putih berkibar dengan gagahnya walau akhirnya harus menerima lapang dada suatu kekalahan dirumah sendiri.

Peristiwa kekerasan yang dilakukan Polisi Diraja Malaysia kepada TKI menyentuh rasa kebangsaan dan membakar semangat patriotisme kita. Dari Ormas sampai kepada Politisi disenayan bersuara keras , mengecam tindakan kesewenangan Polisi Diraja Malasysia. Kita marah dan marah. Seakan siap bertempur kapan saja untuk memaksa pemerintah Malaysia mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada kita. Tentu Malaysia tidak akan mengakui kesalahan atau maaf kepada pemerintah Indonesia karena status TKI disana adalah sebagai penduduk Negara yang mempunyai posisi sama dengan penduduk lainnya dihadapan hukum Malaysia.. Ungkapan maaf yang tepat adalah langsung kepada pihak yang menjadi korban kekerasan tersebut. Dan ini sudah dilakukan oleh Dubes Malaysia di Indonesia dengan langsung mendatangi korban berserta keluarganya sambil menyampaikan surat permintaan maaf dari Kepolisian Diraja Malaysia.

Anehnya, kita begitu gagah bila melihat ada ketidakadilan terhadap prilaku pejabat negeri lain terhadap rakyat kita sementara setiap hari kita melakukan sikap kesewenangan dan mempermainkan keadilan kepada rakyat kita sendiri. Cobalah disimaki dengan seksama bahwa keberadaan para TKI berpendidikan rendah tersebut adalah akibat system yang ada dinegeri kita , membuat mereka miskin secara structural. Lantas mengapa ini tidak dijadikan semangat patriotisme kita untuk memperbaiki sikap kita terhadap rakyat agar mereka tidak perlu menumpang hidup dinegeri orang. Ketahuilah bahwa keberadaan para TKI diluar negeri tidak lebih hanyalah bagian dari komoditi global untuk kepentingan para juragan yang menikmati kemakmuran dari system negaranya. Tidak akan pernah ada kebijakan sosial humanis bagi sang komiditi ( TKI) dan kita menutup mata atas situasi ini.

Ungkapan emosional Politisi senayan yang meminta pemerintah menarik pulang semua TKI yang ada di Malasyia, menyiratkan seakan tanpa TKI , malaysia akan hancur. Sebetulnya bagi Malaysia yang sudah beranjak menjadi negara maju yang makmur keberadaan TKI sudah mulai mengganggu stabilitas nasional mereka.. Karena memang mereka tidak begitu lagi membutuhkan tenaga kerja yang berpendidikan rendah. Tingkat upah yang mereka berikan kepada TKI adalah standard diatas rata rata upah yang diterima oleh para buruh yang ada di Indonesia, Kamboja, Vietnam, Thailand, Filipina Jadi seandainya TKI kita semua keluar maka ini adalah berkah bagi malaysia yang bisa dengan mudah menggantinya dari Thailand dan Filipina yang jauh lebih berkualitas. Sementara bila TKI itu kembali ke Indonesia , apakah kita sanggup memberikan lapangan pekerjaan bagi mereka. ? Jumlah TKI di Malaysia diatas 100,000 orang dan ini bila kembali tentu akan menimbulkan masalah sosial bila kita tidak bisa memberikan lapangan pekerjaan.

Keberadaan para buruh yang ‘’terlempar ‘’ dinegeri orang adalah cerita lain dari sisi gelap kegagalan semangat patriotisme. Walau kegagalan ini ditutupi dengan memberikan embel embel jargon sebagai ‘’ pahlawan devisa ‘’ bagi para buruh yang berkerja di luar negeri. Kita memanglah sangat pandai menari dari banyak kesalahan dan kemudian mencoba menghibur diri untuk selanjutnya melupakan semua kepedihan atas derita nestapa yang dialami para buruh migran itu.. Padahal mungkin kitalah satu satunya negara didunia yang menempatkan nasionalisme dan patriotisme hanya kepada ‘’ ibu pertiwi’’. Suatu ungkapan nasionalisme dan patriotisme yang sangat romantis dimana menjadikan sosok ibu sebagai repleksi kecintaan , kesetiaan, kehormatan yang harus dibela sampai mati. Lantas apa jadinya bila kini kita melihat ribuan para ibu yang terpaksa meninggalkan sanak keluarganya menjadi jongos dinegeri orang….

Bertikai dengan Malaysia dengan mengusung patriotisme adalah cara terbaik mentertawakan kebodohan kita sebagai bangsa yang gagal menjadikan slogan ‘’ lebih baik hujan batu dinegeri sendiri daripada hujan emas dinegeri orang.’’

Wednesday, August 29, 2007

" CIntailah kami "



Pada suatu kesempatan berkunjung ke Beijing , saya bertemu dengan rombongan anak sekolah. Mereka mungkin baru kelas satu SD. Dengan diawasi oleh para guru, murid murid itu memberikan brosur kepasa siapa saja yang lewat di perampatan jalan. Saya tidak tahu pasti apa isi brosur tersebut karena berbahasa Mandarin. Teman saya yang juga pejabat di Beijing tersenym ketika membaca brosur itu. ” Ayah, Citailah kami dengan memberikan masa depan yang lebih baik bagi kami.” Saya tersentuh ketika diterjemahkan oleh teman ini. Hanya orang tua yang bebal yang tidak bisa mendengarkan jeritan sekecil , yang memohon cinta tulus untuk tidak korupsi. Karena mereka generasi penerus. Mereka berhak akan masa depan sebagaimana yang kini di rasakan oleh orang tua mereka yang mendapatkan berkah akibat perjuangan dan pengorbanan para kakek mereka. lantas mengapa soal cinta di ingatkan? Menurut mereka, koruptor sebetulnya dia tidak mencintai siapapun, bahkan dia tidak mencintai keluarganya, dia hanya mencintai dirinya sendiri dan membayar kehormatan dari orang lain dengan uang hasil korupsinya. Jahat sekali.

Teman ini mengatakan bahwa program anti korupsi di China sekarang diajarkan diseluruh bangku sekolah sejak dari SD. Mereka diberi informasi sejelas jelasnya akan bahaya korupsi bagi masadepan bangsa. Para anak anak itu diharapkan dapat menjadi agent pemerintah untuk kampanye anti korupsi dan sekaligus menajdi generasi anti korupsi. Upaya ini merupakan propaganda menyeluruh dalam program nasional untuk menekan serendah mungkin tingkat korupsi dalam bentuk apapun. Rumah tangga memang sarana yang ampuh untuk diyakinkan tentang bahaya korupsi. Para anak anak itu disuruh membuat laporan tentang jabatan ayahnya dan apa yang dia miliki. Para guru akan menilai laporan itu dengan membandingkan gaji orang tuanya. Hasil penilaian itulah para murid akan mengawasi orang tuanya.

Pernah teman saya cerita , seorang temannya tidak berani pulang ke rumah karena tidak tahu harus bicara apa kepada istri dan anaknya ketika dia mendapat hadiah jam tangan Rolex dari relasinya. Akhirnya , temannya itu terpaksa meminta surat pernyataan dari relasinya bahwa jam tangan itu diberi tanpa ada maksud apapun. Namun ,setiba dirumah, jam tangan diperlihatkan dan juga surat itu. Istri berkata ” Siapa kamu , saudara bukan, hingga ada orang lain kasih kamu barang mahal tanpa syarat?” Maklum para istripun mendapat pendidikan dari kader Partai komunis tentang bentuk bentuk korupsi,. Tujuannya agar istri dapat mengontrol suaminya;.Kemudian , anaknya berkata ” Ketika ayah menerima pemberian orang lain itu tandanya ayah telah menjual jiwa ayah kepada orang lain. Apalagi jabatan. ” Begitulah berkat didikan sekolah. Pernah juga ada cerita seorang istri polisi hutan, beralan kaki lebih dari 30 KM ke kota hanya untuk menemui agent anti korupsi untuk melaporkan suaminya terima suap dari penjarah hutan. Sang istri melaporkan karena tidak mau bila akhirnya suaminya harus di hukum mati karena perbuatannya. Dengan melaporkan maka tindakan korupsi dapat di hentikan dan suaminya terhindar dari hukuman mati.

Mengapa kampanye perlu untuk membrantas korupsi, Karena korupsi berkaitan dengan budaya dan keseharian. Lebih daripada itu ada attitude yang buruk. Disamping aturan hukum yang ketat ( Di China korupsi diatas Rp. 1 miliar adalah hukuman mati) ,juga kampanye melalui berbagai saluran komunikasi sangat penting agar panetrasi target audience tercapai. Tentu seiring dengan itu kesejahteraan para karyawan semakin ditingkatkan sebagai ujud penghargaan atas pengabdian kepada bangsa dan negara. Dari system seperti inilah China bangkit dari masa gelap kemasa yang terang benderang. Walau masih banyak kekurangan namun negara ini berhasil menjelmakan impian pendiri negaranya tentang ”Lompatan China jauh kedepan”. Ya, Tanpa revolusi kebudayaan, China tidak akan bisa semaju sekarang. Bayangan korban lebih dari 25 juta kaum berjuis di mati di kamp kerja paksa memang menakutkan. Namun momentum revolusi kebudayaan itu terus dijaga oleh pemimpin China berikutnya , namun menerapkannya lebih modern. Semua pejabat di paksa untuk keras dengan dirinya sendiri agar bisa berbuat lebih bagi bangsa dan negara, atau tidaknya dia bisa pensiun dengan nama baik yang selalu di kenang oleh teman dan keluargannya. 

Dari Beijing, lamunan saya sampai kenegri yang saya cintai , yang tak pernah tuntas mencari bentuk yang tepat untuk memberantas korupsi., Pengawasan diperketat, lembaga baru dibentuk, hasilnya yang diawasi dan mengawasi juga korupsi.Keharuan saya semakin menjadi jadi ketika Stiker tentang ” cintailah kami dengan tidak korupsi’ dengan photo anak SD yang memegang bendera China, dipajang dikantor kantor pemerintah. Tujuannya adalah agar orang tua selalu sadar tentang ”Pulanglah ayah kerumah untuk membawa cinta. Bukan uang berlimpah dari hasil korupsi...

Pemerintah Suriah jatuh.

  Sebelum tahun 2010, kurs pound Syuriah (SYP) 50/1 USD. Produksi minyak 400.000 barel/hari. Sejak tahun 2011 Suriah dilanda konflik dalam n...