Monday, November 19, 2018

Kemandirian rakyat.


Saya bertemu dengan relasi di China. Kami makan malam. Pada kesempatan itu saya tanya gimana pendapatnya dengan akan diadakannya pemilihan presiden oleh Parlemen China. Dengan tersenyum dia angkat bahu. “ Apa peduli saya.  Kami tidak ada urusan dengan masalah politik. Bagi kami gimana caranya kami bisa menyelesaikan masalah keseharian kami. Itu aja. Mengapa ? karena faktanya pemerintah tidak pernah hadir kedalam rumah walau pemerintah menyediakan rumah untuk kita bayar. Walau pemerintah menyediakan logistik system yang efisien dengan sarana umum yang hebat namun pemerintah tidak pernah hadir dalam perusahaan kecuali kita tidak bayar pajak. Yang datang polisi. Nah dari itu semua, jelaslah bahwa pemerintah dan kami sesuatu yang berjarak. Sesuatu yang terlalu jauh untuk dipikirkan oleh rakyat.  

Sebetulnya , kata teman saya dari Australia yang ikut hadir dalam makan malam itu , bahwa apabila rakyat tak lagi sibuk bicara politik dan mereka menerima siapapun yang memimpin maka itu tandanya rakyat semakin kuat dan pemerintah semakin lemah. Justru disitulah kekuatan demokrasi pada akhirnya. Orang terpilih sadar bahwa mereka dipilih sebagai pelengkap eksistensi negara. Mereka sadar posisi mereka renta. Yang kapan saja bisa dijatuhkan bila dia korup. Ya orang cenderung bekerja benar apabila dia merasa tidak seratus persen kuat. Dia lemah. Karenanya dia perlu sinergi dan kolaborasi dengan semua kekuatan. Dia harus jujur dan amanah agar dia punya martabat. Sehingga semua bisa diselesaikan secara sempurna.  Benarkah persepsi ini? 

Tahun 1960 ketika Amerika menghadapi krisis hebat, rasio tingkat ketergantungan rakyat hanya 10%. Upaya recovery berlangsung cepat sekali dan bahkan membuat AS lebih kuat dari sebelumnya. Ketika terjadi krisis yang terkenal dengan istilah crisis dot.com pada tahun 2000, tingkat ketergantungan rakyat AS kepada pemerintah 21 %. Upaya recovery berlangsung efektif. Ketika Era Obama tingkat ketergantungan Rakyat Amerika kepada pemerintah mencapai level tertinggi yaitu 35% yang juga paling tinggi tingkat participasi pemilu. Upaya economy recovery paska crisis mortgage sampai kini belum juga pulih bahkan membuat AS masuk dalam krisis hutang. Mengapa Indonesia bisa keluar dari Krismon 98? padahal kita paling buruk dampaknya? karena yang bangkrut itu pemerintah, sementara rakyat udah bangkrut duluan sejak kapan tahu. Sehingga ketergantungan mereka kepada pemerintah kecil sekali.

Menurut hasil study bahwa ternyata ada hubungan kuat antara rasio tingkat ketergantungan itu terhadap daya tahan ekonomi negara. Artinya apa ? ketika masalah terjadi, bencana terjadi, kekuatan masyarakat sendiri yang melakukan perbaikan karena tingkat ketergantungan kepada pemerintah memang kecil. Itu sebabnya , China paham betul ketika mereka melakukan reformasi ekonomi, yang pertama mereka lakukan adalah melepaskan ketergantungan rakyat kepada pemerintah. Sebagian besar BUMN yang tidak ada hubungannya dengan Public Service Obligation ( PSO) di tutup. Sementara BUMN yang tingkat PSO nya dibawah 40% di privatisasi. Sisanya yang rasio PSO nya diatas 70% ditingkatkan dukungannya dan diperluas misinya untuk mengawal rakyat dari serangan kekuatan modal dan terkhnologi dalam berhadapan pasar bebas. 

Deng ketika mencanangkan reformasi menyebut kebijakannya sebagai bentuk lahirnya ”emansipasi ” rakyat kepada negara untuk terlibat langsung dalam proses pembangunan. Pemerintah hanya memberikan kanal untuk tersalurnya emansipasi agar rakyat mampu mengorganisir dirinya sendiri ' untuk menyelesaikan masalahnya dan meraih kemakmuran. Di Indonesia dari tahun ketahun , dari satu rezim ke rezim berikutnya , sifat ketergantungan rakyat kepada pemerintah memang di design semakin besar. Bahkan kita selalu berharap bergantinya rezim akan terjadi perubahan. Bahkan ada yang onani politik mau mendirikan khilafah agar semua murah dan gratis. Makanya jangan kaget Pemilu menjadi pesta termahal didunia. Bahkan tak sepi dari keributan. Setelah itu , kembali ribut bila harapan tidak sesuai dengan kenyataan. 

Padahal Pemerintah bukanlah Tuhan yang bisa berkata kun faya kun, bukan pula dongeng lampu aladin yang bisa berkata "abrakadabra" Pemerintah hanyalah kumpulan orang yang terdidik baik yang bekerja atas dasar system sharing power. Lantas apakah pantas kita berharap kepada kumpulan orang seperti ini untuk menjadi undertaker dan provider kebutuhan kita ? Selama 4 tahun Jokowi berkuasa, dia sengaja memberikan peran lebih besar kepada rakyat untuk menyelesaikan masalah ekonomi. Kebijakan itu bukan hanya dengan retorika tetapi dukungan politik real lewat penyediaan dana desa, Kredit Usaha Rakyat, Kredit kepemilikan Rumah murah, Rumah bersubsidi , Kemudahan investasi, penyediaan sarana umum dan lain sebagainya. Artinya negara menyediakan kanal dan silahkan rakyat lewat dengan nyaman untuk memakmurkan dirinya sendiri.

Sunday, November 18, 2018

Prabowo?

Mengapa kubu BOSAN selalu kampanye dengan cara tidak terpelajar. Tanya nitizen yang orang awam politik. Sampai Megawati pun bertanya tanya, seakan tidak percaya mengapa Prabowo bisa berubah. Tidak seperti dulu waktu jadi pasangan Megawati dalam Pemilu 2009.  Mungkin karena faktor orang yang ada disekitar Prabowo yang mempengaruhi, terutama team PKS atau bisa juga faktor usia atau mungkin karena sakit yang berhubungan dengan kebugaran otak sehingga membuat PS nampak labil secara mental. Entahlah. Tetapi pokok persoalan sebenarnya menurut saya adalah karena Prabowo dan Hashim sangat mengenal Jokowi sejak mendukung Jokowi untuk Pilgub DKI dan tahu pasti bahwa Jokowi orang baik dan sampai sekarang Jokowi tetap orang baik. Jadi tidak mudah bagi Prabowo untuk menyerang Jokowi.

Karena tidak mudah itulah makanya Kampanye BOSAN terkesan tidak terarah. Bahkan ketika masuk ke materi issue Politik untuk menyerang Jokowi, langsung terbantahkan dengan sendirinya. Bukan Jokowi yang bantah tapi pihak yang menjadi referesi Prabowo. Contoh, Prabowo bilang 99% orang miskin. Itu data World bank, katanya. Tetapi World bank sendiri yang bantah pernyataan Prabowo itu. Prabowo dengan wajah prihatin tampil di TV dalam jumpa Pers mengecam penganiayaan terhadap Ratna Sarumpaet. Prabowo seakan menunjukan bahwa dia tidak anti kekerasan dan punya empati kepada wanita khususnya orang tua yang lemah seperti Ratna. Tetapi tak lama setelah itu, Ratna sendiri yang membantah dia di aniaya. Itu karena kebohongan pribadinya dan menjadi hoax yang paling lucu diabad ini. Prabowo berencana akan mencetak rupiah khusus untuk kaum tunanetra. Tetapi idea  yang dikira hebat sebagai peduli kau disabelitas itu ternyata dijawab sendiri oleh BI bahwa ide cetak uang khusus untuk tunanetra sudah diterapkan lama oleh BI. Jadi ide itu sudah kuno.

Prabowo berusaha menunjukan dirinya pro rakyat dan nasionalis sejati. Pada waktu bersamaan dia menyindir rezim Jokowi pro Asing dan aseng. Tetapi pada waktu bersamaan dia sendiri yang membantah pernyataannya yang nasionalis itu. itu bukan hanya lewat retorika bahwa Indonesia butuh China. Hubungan dengan China harus semakin ditingkatkan dimasa akan datang. Tetapi juga Prabowo sampaikan itu ketika hadir dalam acara ulang tahun kemerdekaan China di Kedutaan. Disamping itu, orang tidak bisa melupakan bagaimana akhirnya Prabowo harus melepas saham perusahaannya kepada Asing di Kiani. Karena itu hartanya bertambah. Fakta juga Hashim,  ketua dewan Pembina Gerindra yang juga adik Prabwo pernah bermitra dengan Nathaniel Philip Victor James Rothschild  dalam bisnis tambang. Nat adalah yahudi tulen dan juga merupakan keluarga dari tokoh Yahudi yang paling berpengaruh didunia.

Prabowo berusaha ingin tampil sebagai orang bersih dan punya tekad untuk membangun sistem yang bersih dari korupsi dan kolusi. Tetapi pada waktu bersamaan Titik Prabowo sebagai ketua Dewan Pembina partai Beringin yang merupakan partai pendukung Prabowo malah mengatakan kalau Probowo terpilih akan kembali ke era seperti Soeharto. Itu artinya kembali ke era penuh KKN ( Korupsi, Kolusi , Nepotisme) dan kekerasan HAM.  Pernyataan politik Titik ini langsung membuat kelompok Swing voter membuat decided untuk memilih Jokowi. Mengapa ? karena mereka tidak ingin sejarah kelam indonesia kembali seperti Era Soeharto. Sudah cukup 32 tahun terburuk sepanjang sejarah dipimpin oleh gangster bersenjata yang arogan.  No more.

Seorang teman yang juga politisi mengatakan kepada saya bahwa mencari kekurangan Jokowi itu sama sulitnya mencari kelebihan Prabowo. Mencari kesalahan Jokowi dalam memimpin itu sama sulitnya mencari prestasi Prabowo. Semakin buruk statemen terhadap Jokowi akan berbalik menguntungkan Jokowi. Bahkan data pengamat ekonomi terkesan Hoax ketika mengkritik Jokowi. Mengapa ? karena tidak ada lembaga riset berkelas dunia yang memberikan penilaian buruk terhadap Jokowi. Masalah bagi lawan Jokowi adalah tidak mampunyai sikap mental seperti Jokowi. Dimana kekuasaan tidak membuat keluarga dan dirinya kaya raya. Kekuasaan tidak melahirkan KKN. Kekuasaan tidak mengizinkan tentara melepaskan peluru tajam kepada demotran. Kekuasaan adalah pengabdian tanpa lelah dan tanpa berkeluh kesah sampai pada titik tak tertanggungkan. Sikap mental itulah yang langka dimiliki oleh lawan politiknya dan sikap mental inilah membuat rakyat mencintai Jokowi dan memilihnya.

Tuesday, November 13, 2018

Persepsi

Orang banyak bertanya mengapa saya bisa langsung berhenti merokok. Biasanya kan butuh proses secara bertahap untuk sampai bisa berhenti total.  Apalagi saya merokok udah tahunan. Sama halnya orang bertanya dengan berkerut kening, mengapa saya bisa engga makan nasi? padahal  dari kecil saya makan nasi dan keluarga saya semua makan nasi. Tetapi saya bisa segera berhenti makan nasi tanpa perlu ada precess bertahap. Saya hanya tersenyum mendapat pertanyaan yang terkesan aneh bagi mereka. Tetapi sebetulnya bagi saya itu biasa saja. Mengapa ? karena saya memimpin raga dan jiwa saya sendiri. Raga dan jiwa saya ada dibawah komando saya. Kalau saya bilang stop  merokok dan makan nasi maka jiwa saya bisa menerima tanpa maksa raga saya agar terus merokok.  Kok bisa ? 

Sebetulnya ini soal persepsi saja. Untuk lebih jelasnya baik saya sampaikan analogi sederhana. Apakah itu mangga ? yang anda pahami bahwa mangga itu rasanya manis atau asam. Kulitnya kuning atau hijau. Kalau dibanting akan terdengar suara lembek. Cobalah rasakan? rasa manis atau masam karena lidah anda, bukan mangga. Warna kulit itu karena mata anda, bukan mangganya. Suaranya ketika dibanting karena telinga anda, bukan mangganya. Lantas apa sebetulnya mangga itu ? Mangga itu adalah persepsi anda yang di terjemahkan oleh otak berkat memori yang tersimpan berdasarkan informasi dan pengalaman anda. Jadi mangga ada sebuah ide saja.

Mengapa kalau engga makan nasi belum terasa makan? karena persepsi anda bahwa untuk bisa kenyang ya harus makan nasi. Mengapa kalau engga kaya engga bahagia ?karena persepsi anda bahwa untuk bahagia harus kaya. Mengapa kalau bukan cantik atau ganteng tidak menarik?karena persepsi anda bahwa cantik dan ganteng membangkitkan libido anda. Mengapa harus jadi sarjana untuk bisa jadi orang pintar ?karena persepsi anda untuk jadi orang pintar harus sarjana. Mengapa harus pakaian bermerek membuat gengsi anda naik ? karena persepsi anda bahwa pakaian bermerk menaikan kelas anda. Semua karena persepsi. Karena persepsi itu membuat anda terisolasi pemikiran dan informasi dari luar.

Benarkah persepsi itu absolut ? saya pernah melakukan pengalaman tirakat "mutih " di sebuah pondok pesantren. Sebelum memasuki tirakat "mutih" sang kiyai menanamkan persepsi bahwa " kita menciptakan kejadian di alam semesta ini bersama Tuhan. Kedua, kita bekerja sama dengan Tuhan untuk menciptakan berbagai peristiwa yang kita kehendaki. Artinya Allah itu sangat dekat dengan kita. Bahkan kalangan ahli tasawuf mengajarkan manusia harus memikirkan diri sebagai manifestasi Tuhan. Sebagaimana paham wahdatul wujud, bahwa kehendak seseorang bersatu dengan kehendak Tuhan. Semua hal yang ada di dunia ini akan kembali pada dirimu sendiri, didalam pikiranmu. Kau milik dirimu sendiri.Kalau kau anggap semua benda tidak ada maka yang ada adalah dirimu sendiri.". Persepsi di tanamkan pada diri saya.

Selama ritual itu saya lalui, hari pertama sampai seminggu ,perasaan lapar dan haus terus mengganggu saya. Saya menderita dan lemah. Namun lewat seminggu, lewat pengalaman yang melelahkan, persepsi saya mulai terbangun. Bahwa tidak ada lapar, tidak ada haus tidak ada keinginan apapun. Apa yang terjadi ?lewat seminggu kemudian , saya benar benar tidak merasakan lagi lapar dan haus. Saya tidak lagi memikirkan lezatnya makanan.Tidak lagi memikirkan air untuk di minum.Tidak lagi memikirkan hal diluar yang membuat saya senang. Saya hanya melihat kedalam diri saya sendiri. Tanpa disadari saya bisa mengendalikan pikiran saya, dan tentu perasaan senang, bahagia, libido,orgasme, lapar, menderita pun dapat saya kendalikan. Semua karena pikiran, karena persepsi.

Jadi Nak, mentalmu terbentuk karena persepsimu atas dasar pengetahuan dan pengalamanmu. Bila pengetahuan dan pengalamanmu membentuk persepsi hidup ini menakutkan seperti kata prabowo maka kau akan menderita. Bila persepsi mu buruk tentang sesuatu maka hasilnya akan buruk menimpamu. Bila persepsi tentang hidup ini adalah perjalanan spiritual yang indah maka hidupmu akan penuh cinta ,tentu kebahagian akan menyertaimu. Kemenangan akan menjadi bagianmu. Karenanya, bergabunnglah  dengan kubu Jokowi, kelompok orang baik, yang membuatmu berpikir positip dan berbicaralah tentang hal yang baik agar orang lain mendapatkan persepsi yang baik. Karena bagaimanapun kamu bertanggung jawab atas dirimu dan dilingkunganmu. 

Saturday, November 10, 2018

Peduli kepada keadilan.

Tadi pagi saya ke singapore untuk lunch meeting dengan banker. Saya didampingi oleh direktur saya dari KL. Setelah makan siang, saya langsung ke Changi Airport karena ada janji meeting jam 7 malam dengan relasi di Jakarta. Dalam perjalanan direksi saya berkata “ saya rindu Jakarta. Semua serba murah. Tidak seperti di KL. “ Saya hanya tersenyum.  Kita bisa nongkrong di cafe hotel bintang Lima dan menikamati semua fasilitas berbintang namun billnya hanya 30% dari Bill di Singapore untuk fasilitas yang sama. Atau hanya 20% bill di Hong Kong. Jakarta sorga kapitalis. Tetapi ada yang lebih sorga terlupakan. Itu adalah semarang. Semua serba murah bahkan mungkin termurah diseluruh dunia. Upah pekerja hanya USD 100 per bulan. Orang bisa hidup sebulan untuk biaya sehari di LA atau di Hong Kong. Lanjutnya, Saya hanya tersenyum. 

Mr. B, bisa jelaskan fenomena apa ini semua ? katanya. Mereka yang bisa menikmati fasilitas bintang lima itu di Indonesia hanyalah 54.000 orang saja.   Kata saya. Menurut data dari  Capgemini laporan kekayaan dunia 54 ribu orang indonesia memiliki kakayaan sebesar USD 184 billion atau sama dengan Rp. 2.760 Triliun atau 20% dari GNP Indonesia. Itu harta pribadi. Itu  setara dengan1,5 kali lipat dari devisa negara Indonesia. Atau lebih besar dari devisa Singapore bahkan lebih besar dari Malaysia.  Kata saya dengan tersenyum. Wow. Hanya 54.000 orang yang menguasai 1/5  sumber daya keuangan di Indonesia dengan populasi 280 juta orang. Suatu perbandingan yang teramat kecil. Ketimpangan yang nyata. Itu terjadi tidak mendadak. Tetapi berproses berpuluh tahun sebelumnya sejak era Soeharto. 

Apa yang terjadi pada Indonesia , juga terjadi kini pada China dengan sistem komunis. Setengah abad yang lalu itu para pengikut Mao yang militan bahkan siap membunuh seekor babi yang dimiliki tetangga dengan granat; babi itu tanda kelas ”borjuis”. Pada awal abad ke-21 sekarang orang berduit  di china membayar dengan harga mahal anjing jenis Mastiff Tibet. Itu korban dari kapitalisme. Dan china berjuang mengurangi ketimpangan itu. Kini angkanya sekitar 46,5. Tetapi dibandingkan dengan itu, Indonesia sedikit lebih baik: 39,7. Tak meratanya pembagian kekayaan di Cina bahkan kurang-lebih sama dengan keadaan di negeri kapitalis yang paling timpang, yakni Amerika Serikat, dan jauh lebih buruk ketimbang Inggris, yang mencatat koefisien Gini 36.

Mengapa upaya mengatasi ketimpangan itu tidak pernah berhasil secara significant ? seorang sahabat dari China mengatakan bahwa penyebabnya karena penguasa jarang mendatangi rakyat. Jarang sekali makan apa yang biasa dimakan oleh rakyat miskin. Saya pernah diajak makan malam oleh jenderal China di Changsa. Katanya menu itu menu kesukaan Mao. Tetapi ketika saya rasakan , perut saya mual. Apa pasal ? karena tahu dan kuahnya aromanya seperti air comberan. Sang jenderal tertawa melihat mimik wajah saya. “ Itulah makanan orang kabanyakan di China. Itu tahu diasamkan agar bisa tahan selama musim dingin sebagai menu bubur nasi encer, dan disayat kecil daging bebek. Dengan membiasakan makan menu orang miskin, akan mempertebal empati penguasa dan pejabat kepada rakyat, sehingga mereka akan keras terhadap dirinya untuk bekerja keras dan amanah untuk rakyat. Itu nasehat Mao.” katanya.

Jokowi adalah satu satunya presiden yang paling banyak mengunjungi rakyat dari pusat kota sampai daerah pinggiran , pular terluar yang berpuluh tahun di punggungi oleh derap pembangunan. Dari sana Jokowi merasakan betapa dahsyatnya ketidak adilan itu. Betapa buruknya ketimpangan itu. Dari sinilah ghirah empati itu menjelma menjadi political will yang dahsyat untuk lahirnya kebijakan berspektrum nasional dan berkeadilan bagi si miskin. Karenanya prioritas pembangunan indonesia centris adalah dengan menyisir daerah tertinggal, di ujung pulau terluar, diatas puncak gunung , dilembah. Berdasarkan laporan dari Badan Pusat Statistik, per Maret 2016 Indek Gini Ratio di Indonesia berada di angka 0,397. Mengalami penurunan dan pada 2019, pemerintah menargetkan nisbah Gini turun hingga 0,36. 

Berjuang untuk tegaknya keadilan bagi simiskin memang tidak mudah, dan ini perjuangan sepanjang usia bagi siapa saja yang berharta. Hanya perubahan mental yang bisa mengurangi rasio GINI. Setidaknya kalau tidak bisa membantu, kurangilah selera, hiduplah sederhana dan perbanyaklah berbagi. Dengan begitu kini dan besok, kita akan baik baik saja. Hidup sederhana..hmmm..hanya untuk lunch meeting saja hari ini kita habiskan dana USD 1000. Itu tidak termasuk ticket pesawat.  Kata direksi saya. Dan itu sama dengan  biaya hidup 1 bulan orang di KL atau dua bulan di Indonesia. Sambungnya. Saya tersenyum miris. 

Friday, November 09, 2018

Uang dan Reputasi...



Banyak pengamat dan akademisi meragukan ekonomi Jokowi ketika kurs melemah. Segudang teori  mendukung argumentasi disampaikan seakan kurs melemah adalah kartu mati untuk Jokowi. Pemerintah menyikapinya dengan tenang dan focus kepada recovery ekonomi yang terus bergerak kearah positip. Bulan september neraca perdagangan kita surplus dan terjadi surplus primer pada APBN. Mengapa begitu mudahnya Indonesia membalik keadaan dari defisit menjadi surplus. Kemudian masuk november, kurs rupiah menguat dan semakin perkasa menghadapi USD. Oh itu karena faktor eksternal. Benar. Tetapi tanpa dukungan kondisi makro ekonomi yang dikelola dengan disiplin tinggi tidak mungkin faktor eksternal dapat mempengaruhi posisi rupiah begitu lebar di pasar. Siapa yang mempengaruhi kurs dipasar itu ? Bukankah keadaan ekonomi dunia lagi krisis? 

Kalau orang main judi , apakah semua orang kalah? atau semua menang? tidak kan. Ada yang kalah tentu ada yang menang. Kehidupan juga begitu. Ada yang kaya tentu ada yang miskin. Sampai kiamat akan selalu bersanding soal itu. Ekonomi dunia menyusut. Apakah uang juga menyusut? tentu tidak. Uang tidak pernah hilang dari dunia dan inilah harta yang selalu dijaga rapi. Semua sistem perbankan dan moneter memastikan uang terjaga dengan baik. Nah kalau ekonomi lesu, kemana saja uang itu? Apakah uang dimakan hantu? Ya tidak. Uang tetap ada hanya saja uang tidak dipegang oleh mereka yang kalah. Siapa yang kalah itu ? Dalam situasi krisis, yang kalah itu adalah Pemerintah, dan corporate. Mengapa ? karena baik negara maupun Corporate berhadapan dengan sistem debit dan credit. Arus debit credit harus terjaga dan karenanya uang tidak pernah diam. Ketika kurang maka mereka jadi debitur dan ketika berlebih mereka jadi sinterkelas.

Lantas dimana uang itu? Uang ada ditangan orang kaya. Siapa mereka itu? ya mereka adalah private investor. Mereka ada tapi tiada. Mengapa saya sebutkan ada tapi tiada? Karena kekayaan mereka tidak memacu konsumsi. Tidak juga menjadikan mereka selebritis yang doyan di puja, booking artis untuk leisure time atau beli lamborgini atau bangun rumah seperti istana. Bukan. Mereka adalah komunitas elite yang dananya dikelola oleh fund manager berkelas dunia dengan tingkat sekuriti tinggi. Dari mana mereka kaya ? Umumnya mereka mengelola bisnis portfolio melalui bursa dengan menerapkan beragam skema investasi. Ketika ekonomi booming , mereka mengumpulkan kekayaan melalui finacial market dan ketika ekonomi lesu mereka belanja saham untuk menguasai sektor real. Artinya ketika uang beredar banyak, mereka menciptakan business rente dan ketika ekonomi lesu dengan ditandai semakin ketatnya likuiditas, mereka menjadikan itu peluang untuk membeli surat utang berbunga tinggi dan meramaikan bursa lewat saham yang blue chip dengan harga murah.

Jadi ramainya pasar modal dan uang, adalah proses orang kaya semakin memperkaya diri. Walau dampaknya tidak langsung dirasakan oleh masyarakat bawah namun secara berlahan perusahaan atau negara semakin longkar likuditasnya karena likuid nya pasar modal dan uang, dan saat itu terjadi koreksi ekonomi untuk mencapai titik keseimbangan baru. Ketika posisi ekonomi established maka saat itulah harga saham yang tadi dibeli murah akan melambung berlipat. Dan diversifikasi pasar uang juga semakin luas, sehingga mereka bisa melakukan leverage atas portfolio nya. Artinya dengan memegang stok tagihan utang 10 mereka bisa gandakan menjadi 10 kalilipat lewat pasar yang bergairah. Apakah mereka bego sehingga gampang lepas uang untuk menaikan index bursa dan index surat utang? Tidak. Mana ada orang kaya bego. Kekuatan riset mereka luar biasa. Itu sebabnya mereka meninggalkan Arab yang orang awam bilang negara kaya. Meninggalkan Brunei yang menurut kacamata orang awam kaya. Orang awam itu bego karena mudah dibohongi. Tapi orang kaya itu smart. Maklum private investor itu kekuatannya di informasi dan riset. Mereka hanya masuk di negara yang qualified dari sisi investment grade.


Makanya indikator makro ekonomi pemerintah Jokowi menjadi pemicu deras arus investasi baik di pasar modal maupun FDI. Semakin deras arus investasi masuk ke Indonesia semakin cepat koreksi ekonomi kearah titik keseimbangan baru terjadi. Kalau dulu indonesia negara konsumen maka hanya masalah waktu indonesia akan jadi negara produsen. Momentum perubahan ini dijaga dengan baik oleh team Jokowi. Dari dulu sampai sekarang, ketika krisis terjadi, ekonomi tumbuh tanpa keterangan. Ya memang orang kaya melalui private investor tidak nampak dipermukaan dan keberadaan mereka bukan untuk jadi selebritis dengan tampil sebagai konglomerat tapi sebagai orang dibelakang layar yang menentukan arah bandul perekenomian suatu negara, bahkan dunia sekalipun. Arah bandul ekonomi selalu ditentukan oleh trust pasar kepada pemerintah. Team Ekonomi Jokowi mampu mengelola ekonomi dengan tingkat reputasi tinggi. Merekan punya trust !

Sunday, November 04, 2018

Meraih Bahagia.


Ada yang mengatakan bahwa kalau karirnya sukses, hidupnya akan bahagia. Kalau dia menikah dan dapat istri cantik , atau suami gagah dan kaya, hidupnya akan bahagia. Kalau , kalau, kalau,…akan bahagia. Saya sering mendengar orang bicara seperti itu. Terutama anak muda. Saya hanya bisa tersenyum. Mengapa ? terlalu mahal bagi mereka untuk bahagia. Dan terlalu berat syarat untuk bahagia. Menyedihkan sekali sikap hidupnya. Mengapa ? bahagia itu tidak ada kaitannya dengan diluar diri kita. Harta, jabatan, keluarga, tidak ada kaitanya dengan bahagia. Bahagian itu adalah persepsi kita. Tentang sebuah ide bagaimana kita bersikap terhadap hidup ini. Kalau dasarnya adalah materi maka apapun alasan dan prasyarat, tidak akan membuat kita bahagia.

Siapa yang bahagia, apakah seorang raja atau seorang yang tinggal di jalanan dan hidup seperti pengemis? Pasti sebagian orang akan menjawab “Raja”. Biaklah, ada sebuah anekdot pertemuan antara Alexander (Kaisar) dan Diogenes (filsuf yang hidup di jalan hanya berpakaian selembar kain). Ketika Alexander bertemu dengan Diogenes di hari yang cerah, Alexander bertanya kepada Diogenes “Apa yang Anda mau? Saya bisa memberikan kepada Anda apa saja.” Diogenes menjawab, ”Tolong geser sedikit, Anda menghalangi sinar matahari, saya mau berjemur.” Alexandar marah, akan tetapi kemudian Alexander tertawa dan berkata “Seandainya saya bukan Alexander, saya mau menjadi Diogenes.”

Apa artinya semua ini? Kebahagiaan di dapatkan bukan dari harta, jabatan. Kebahagiaan itu adalah ketika anda sudah tidak takut kehilangan apapun, seperti Diogenes, itulah kebahagiaan yang sebenarnya. Seorang konglomerat ataupun Raja tidak bisa hidup tenang karena takut jatuh bangkrut, atau takut kehilangan kekuasaan. Sungguh paradoks bukan? Saat Anda tidak memiliki apa-apa anda akan mengejar kebahagiaan melalui harta, jabatan, sex. Tetapi setelah semua dimiliki, anda akan menyadari kebahagiaan terbesar itu disaat anda tidak merasa memiliki apapun. Dunia modern cenderung mengukur kebahagiaan, berdasarkan index kemakmuran orang. Padahal kemakmuran itu justru melahirkan paradox.

Ya paradox. Tempat hiburan malam yang ramai penuh tawa dan pesta, dikunjungi bukan oleh orang bahagia tetapi oleh orang kesepian. Orang tergesa gesa pada akhirnya dia akan sampai paling lambat. Semakin meningikan diri semakin mudah direndahkan. Semakin bertambah harta semakin besar kekurangan. Semakin banyak menyingkirkan musuh semakin banyak musuh datang. Semakin kuat, semakin lemah. Semakin membenci , pada akhirnya akan jatuh cinta. Semakin gila mencintai pada akhirnya akan membenci. Itulah paradox. Apa artinya? Bahagia itu sederhana dan sangat mudah dan murah. Caranya lihatlah kedalam diri anda, dan temukan bahagia itu. Ya bahagia itu ketika anda tidak merasa memiliki dan tidak merasa berkuasa. Pemilik dan kuasa itu adalah Tuhan. Tugas anda melewati hidup dengan cara sederhana dan menyikapinya denga rasa syukur dalam setiap waktu.

Saturday, November 03, 2018

Menjaga empati ?




"Kita belain para wartawan. Gaji kalian juga kecil, kan? Kelihatan dari muka kalian. Muka kalian kelihatan enggak belanja di mal. Betul, ya? Jujur, jujur," kata Prabowo disambut tawa awak media yang mengelilinginya. Kemudian di Boyolali Prabowo mengatakan “ Kalian kalau masuk, mungkin kalian diusir. Tampang kalian tidak tampang orang kaya, tampang-tampang kalian ya tampang orang Boyolali ini. Betul?" kata Prabowo kepada para pendukungnya. Saya sempat berpikir mengapa sampai Prabowo kehilangan kata kata yang bijak untuk menunjukan sikap empati nya terhadap orang miskin?  Mengapa sikap  empatinya itu justru menghilangkan kesan niat baik  bahwa dia empati kepada orang miskin. Jawaban ini ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Adam Galinsky, professor of management and organizations at the Kellogg School of Management.

Adam Galinsky menulis dalam jurnal kepemimpinan, bahwa kekuasaan dapat menghambat empati. Dalam penelitian nya itu , peserta diperlihatkan satu set 24 gambar wajah mengungkapkan ; kebahagiaan, kesedihan, takut, marah. Untuk setiap gambar, para peserta diminta untuk menebak mana dari keempat emosi itu yang terdapat dalam gambar. Sebagian peserta salah dalam menilai ekspresi emosional orang lain. Artinya sebagian besar mereka tidak mengenal emosi orang lain disekitarnya atau kurang tanggap terhadap lingkungannya. Siapa yang menjadi objek penelitiannya?  Mereka adalah orang yang berpendidikan tinggi yang lebih mengedepankan logikanya dalam bersikap dan bertindak. Mereka umumnya elite politik, pimpinan perusahaan besar artinya kelompok menengah atas. 

Secara pribadi saya pernah membuktikan penelitian dari Adam Galinsky  itu waktu ketemu dengan top executive bank.  Ketika di hadapan resepsionis di kantor lembaga keuangan di Hong kong. ." Yes Sir, ..
" I have appointment with Mrs XXX"
" Your name please "
Saya menyerahkan business card saya.
" Are you Mr. Bandaro?
" Yes I am "
Resepsionis itu melihat sekujur tubuh saya dengan ragu.
" Ok . Follow me"
Dia mengajak saya keruangan meeting. " Please wait here" Katanya berlalu.
Tak berapa lama datang seorang wanita dengan gaun eksekutif terkesan berwibawa. Menatap saya sejurus tanpa senyuman. 
" Maaf, boleh saya lihat passpor anda? 
Saya berikan paspor saya sambil berusaha tersenyum. Namun wanita itu tetap sikapnya berwibawa. 
" Saya mau bertemu degnan Bandaro, bukan Mr. Tardjuman." Katanya, karena memang di pasport naman saya Erizeli Tadjuman. Tidak ada nama Bandaro. 
" Oh nama asli saya ya itu. "
" Mana Bandaro"
" Ya saya.."
" Jangan buang waktu saya...Sebaiknya Bandaro datang kemari" Katanya ketus sambil berdiri seakan minta saya keluar dari ruangan.

Saya tersenyum dan ikut berdiri. Dia membukakan pintu untuk saya keluar dari ruangan meeting. Cantik ,cerdas dan professional.Itulah kesan saya kepada wanita itu. Jam 6 sore dia telp saya dengan minta maaf karena dia baru dapat email dari London bahwa dia telah melakukan kesalahan. Dia janji akan menebus kesalahan itu dengan membayar makan malam..saya hanya tersenyum. Tadi waktu makan malam dia menegaskan akan membantu saya dengan sebaik baiknya. Dia juga berjanji tidak akan mengecewakan saya. Dia engga salah. Karena memang penampilan saya tidak seharusnya berada di tempat dimana orang di ukur dari penampilan. Persepsi nya tentang Bandaro tidak seperti yang di lihatnya.Di usia menua ini saya tidak akan tersinggung orang merendahkan saya. Perjalanan hidup saya terlalu kenyang di rendahkan...saya yakin saya akan baik baik saja..

Mengapa semakin tinggi strata sosial orang semakin kurang sikap empatinya kepada orang yang miskin? Kalaupun ada jumlahnya tidak banyak. Sedikit sekali. Karenannya ia menjadi fenomenal, contoh Jokowi sang presiden. Budi Hartono boss Djarum, Bill Gate, Warren Buffet . Mengapa ? Pertama, karena faktor lingkungan yang membuat orang hanya menghargai uang dan logika. Semakin sukses dan naik status sosialnya semakin tajam logikanya bahwa orang hanya di hargai karena transaksional. Kedua, pendidikan keluarga. Keluarga yang tidak terbiasa dekat dengan lingkungan miskin atau tida terbiasa memahami  cara cara berpikir orang miskin memang sulit untuk berempati.

Jadi kalau ada segelintir orang dari kalangan elite dan orang kaya yang rendah hati dan penuh cara indah menjaga empatinya, itu karena dia punya sikap dua hal juga. Pertama, dia tidak menjadikan uang sebagai ukuran sukses. Kedua, logikanya kuat bukan karena titel tinggi tetapi dia mampu menjaga keharmonian. Seperti orang drive kendaraan. Keharmonian antara logika dan perasaan menentukan kapan rem ditekan , kapan setir dibelokan, kapan gas ditekan. Ada sesuatu yang menggerakan mempengaruhi otak dan indra berbuat. Hanya jiwa yang bisa membuat itu harmoni. Bagaimana caranya ? ya latihan. Tanpa latihan tidak mungkin bisa. Anda tampil sederhana. itu latihan jiwa. Anda menjaga perasaan orang agar tidak terhina, itu latihan jiwa. Bersikap sabar tanpa emosional, itu latihan jiwa. Bergaul dengan orang miskin dan berinteraksi dengan mereka, itu latihan jiwa. Puasa senin kemis, itu latihan jiwa.

Nah kalau Prabowo seenaknya bilang gaji wartawa kecil, orang boyolali tampang miskin yang tak pantas masuk hotel berbintang lima, acuh terhadap orang miskin yang ingin selfi dengannya, itu karena  anggap uang segala galanya dan karena faktor tidak adanya latihan jiwa bagaimana menjaga empati. Sehingga tanpa dia sadari sikap aslinya keluar. Aneh ? engga juga. Karena untuk bisa bersikap seperti Jokowi, Warren Buffet dan Budi Hartono engga gampang. Sulit. Mengapa ? Mereka harus sudah selesai dengan dirinya sendiri. Hatinya lembut dan selalu ingin membahagiakan orang lain , walau hanya sepatah kata yang memberikan harapan dan semangat .Tidak mungkin mereka memberikan ungkapan pesimis dan menyalahkan orang lain agar terhormat pada waktu bersamaan merendahkan orang yang status sosial dibawahnya.  Tidak mungkin. 

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...