Pertengahan tahun 80an, saya ikut melamar bekerja sebagai business representative untuk perusahaan JV antara Korea dan Jepang. Ketika itu ada 18 pelamar. Hanya saya tamatan SMU,yang lainnya Sarjana. Yang menolong saya lolos sebagai kandidat karena kemampuan komunikasi bahasa inggeris. Test standard yang diterapkan adalah test attitude. Tidak ada test skill. Proses test attitude ada dua yaitu test tertulis, dan satu lagi test simulasi. Test tertulis menyisakan 10 orang yang lolos, termasuk saya. Ketika masuk simulasi , kami yang 10 orang itu masuk ke dalam ruangan. Kemudian, penguji meminta kami masing masing mengajak orang yang ada 40 orang diruang itu untuk mendekat kepada kami. Yang paling banyak mendekat paling tinggi nilainya.
Artinya masing masing kami harus melakukan atraksi yang sehingga membuat orang mau mendekat. Atraksi yang dibolehkan hanya terbatas yaitu bicara atau diam. Kebayang engga sulitnya?. Saya perhatikan setiap peserta test kebanyakan gagal membuat orang mendekat kepada mereka. Padahal mereka sudah berusaha berorasi yang sehingga menarik orang mendekat. Tapi yang mendekat hanya satu dua orang. Saya tidak punya keahlian dengan retorika menarik orang mendekat kepada saya. Kalau saya diam, pasti tidak ada orang yang akan mendekat. Tapi saya tidak kehilangan akal. Saya akan membuat orang mendekat karena dorongan rasa ingin tahu, bukan karena ketertarikan. Hanya itu saya bisa.
Ketika tiba giliran saya, apa yang saya lakukan? saya komat komit saja, sambil melukis di awang awang. Saya berputar putar kekiri kanan sambil berguman. Satu demi satu mendekat “ Eh lu ngapain? ngomong apa ? Dan saya berhasil membuat 40 orang mendekat kesaya. Semua mereka mendekat karena dorongan hasrat ingin tahu. Saya lolos. Hanya satu orang yang diterima, dan itu adalah saya. Keberhasilan saya sebagai business representative itu tidak saya pelajari di sekolah tapi naluri manusia yang terbiasa survival. Prinsip saya sederhana , bahwa kalau saya bisa membuat orang mendekat dengan retorika maka nilai saya tidak ada. Tapi kalau orang mendekat karena rasa ingin tahu maka saya punya peluang untuk menjadi pembaharu bagi mereka.
Tertbukti ketika saya bekerja sebagai business representative, saya tidak menjual barang ke pabrikan yang telah ada. Saya focus menawarkan peluang bisnis kepada pengusaha tradisional. Saya tahu mereka punya uang banyak karena menabung tapi tidak semua mereka paham untuk mengembangkan uangnya diluar bisnisnya. Tapi kalau saya bisa menggugah mereka terlibat dalam peluang bisnis maka mereka akan jadi pelanggan setia saya. Pruduk yang saya pasarkan adalah bahan baku karet sintetis. Saya tawarkan proposal buat sendal jepit, sepatu, ban sepeda, sarung tangan. Saya tidak datang dengan proposal dengan lembaran kertas dengan angka dan data. . Umumnya target market saya adalah encek encek pasar di Pasar pagi , dan kali besar.
“ Koh, tebak berapa harga ban ini ? tanya saya kepada pedagang di kawasan Kota. Dengan menunjukan sampel ban.
“ Ah itu paling harganya Rp. 7500. Dipasar harganya segitu “ Jawabnya.
“ Kalau saya bisa jual Rp 2000. Gimana ?
Dia terdiam lama. Saya tetap tersenyum
“ Serius kamu ? Katanya
“ Ya serius.”
“ Entar saya hubungi teman saya. “ Katanya langsung telp temannya
“ Teman saya mau beli berapa aja. Mana barangnya ?
“ Kokoh harus buat sendiri ban itu “ Kata saya dengan tersenyum.
“ Gila luh. Jadi barangnya engga ada.? “
“ Ada. tapi harus buat sendiri dan saya akan bantu gimana buatnya.”
“ Sulit ?
“ Engga. Dari mesin sampai bahan baku, saya siapkan termasuk pekerjanya. Gampang kok.”
Dia terdiam. Tapi tidak sampai seminggu dia datang kesaya, minta tolong buatkan pabrik ban. Setelah dia berhasil, teman temannya datang kesaya untuk buat pabrik sarung tangan, sendal jepit , sepatu. Dalam dua tahun saya mejadi top salseman, bukan hanya untuk Indonesia tapi Asia tenggara. Setelah itu saya berhenti sebagai business representative untuk mendirikan pabrik sendiri bersama mitra saya dari Korea. Ketika itu usia saya belum 25 tahun. Nah kalaulah saya berpikir linear maka saya hanya akan jadi folower, pasti gagal berhadapan dengan salesman lain yang telah menguasai pasar yang sudah ada. Barang sama, tapi cara menjual berbeda maka hasilnya juga berbeda.
Kalau anda bisa mempengaruhi orang sejalan dengan pikiran anda, atau orang terdekat anda karena hubungan keluarga atau almamater atau seiman, itu bukanlah luar biasa. Itu sama dengan berburu di kebun binatang. Tapi kalau anda bisa mempengaruhi orang yang tidak ada hubungan apapun dengan anda, maka nilai anda ditentukan di situ. Apalagi orang itu beda chemistry, beda agama, beda suku, maka nilai anda semakin tinggi. Apalagi kalau anda bisa menarik orang mengikuti anda yang sebelumnya adalah musuh atau kempetitor anda yang sangat membeci anda maka nilai anda semakin tak ternilai. Mengapa ? Anda telah menjadi pembaharu.
Ketika saya berhasil memenangkan kasus sengketa di pengadilan di Eropa dan Hong kong , musuh saya datang ke saya, saya memeluknya dan memastikan saya tidak akan menuntut balik dia karena telah menzolimi saya selama 3 tahun perang dipengadilan. Lawyer saya bertanya bingung “ Mengapa anda maafkan ? Padahal anda bisa tuntut balik dia dengan membuat dia bangkrut ?
Saya katakan “ kalau saya menang di pengadilan tidak ada yang luar biasa. Itu biasa saja. Karena di Eropa dan Hongkong hukum sangat solid yang memungkinkan siapa saja kalau benar pasti menang. Tapi kalau saya bisa memaafkan dia dan menarik dia kembali ke saya maka saya menang dan bernilai dihadapan Tuhan. Dan orientasi hidup saya adalah Tuhan, bukan manusia .Paham.”