Dalam keseharian karena ulah seseorang atau sekelompok orang , kadang membuat saya dirugikan tidak sedikit. Bahkan bukan hanya rugi materi tapi kadang diikuti oleh rugi non materi. Tentu saat itu saya merasa tertekan dan marah. Harga diri saya terasa diinjak injak. Pada waktu bersamaan segala macam pikiran buruk datang untuk melawan dan membalas secara setimpal. Namun seketika saya coba untuk menahan letupan emosi itu.. Tak mudah tentunya. Tapi selalu saya berhasil untuk memaafkan dan akhirnya melupakan. Tak ada istilah bagi saya ”maaf yang tak termaafkan”.
Memaafkan dan akhirnya melupakan. Itulah indahnya ”maaf”. Ketika kita memaafkan dengan ikhlas maka pada waktu bersamaan kita bisa melupakannya. Mengapa semudah itu ? karena yang selalu mengingatkan peristiwa itu dan membakar emosi anda untuk marah dan marah adalah sifat sombong. Semakin lama anda memendam marah atau benci atau kecewa, atau kesal, atau sedih, kepada seseorang semakin rusak mental anda. Kalau anda termasuk orang yang perkasa dan berkuasa , anda bisa membalasnya seketika. Tapi apakah setelah membalas demdam tertunaikan ? oh, tidak. Itu akan terus berlangsung dan berlangsung. Bagi yang dibalas, akan melakukan hal yang sama untuk berpikir bagaimana membalas kembali. Ini akan terus berputar putar tanpa ujung , yang akhirnya membuat orang tidak lagi sehat lahir batin. Dia tidak lagi memiliki dirinya.
Kamu tahu Nak,demikian ibu saya menasehati saya tentang sesuatu yang menyebabkan Allah memuliakan bangunan dan meninggikan derajatmu? Ya apabila kamu bersikap sabar kepada orang yang membencimu, memaafkan orang yang berbuat zhalim kepadamu, memberi kepada orang yang memusuhimu, dan menghubungi orang yang telah memutuskan silaturrahim denganmu. Mengapa ? Karena Allah tidak suka kekerasan.Tidak suka pertengkaran. Tidak suka kejahatan dibalas dengan kejahatan. Tidak suka gunjingan dibalas dengan gunjingan. Kamu harus merebut cinta mereka dengan hanya berlaku lemah lembut walau kepada mereka yang berbeda denganmu. Kalau kamu berlaku kasar maka yang jauh semakin jauh dan yang dekat menjauh..
Dari kecil ibu saya mendidik saya untuk belajar memaafkan sebelum dimintai maaf. Karena ketika kita memaafkan sebetulnya kita sedang memelihara hati kita dari segala prasangka buruk terhadap seseorang. Ya hanya karena prasangka buruk saja sudah bisa merusak nilai spritual dan intelektual kita. Kalau anda memaafkan bukan berarti anda mentolerir tapi berusaha untuk merubah yang buruk menjadi baik, berpikir serta berdoa agar seseorang itu akan berbuat lebih baik atau setidaknya tidak akan melakukan kebodohan yang sama seperti yang dilakukannya kepada anda.
No comments:
Post a Comment