Kemarin ketika nonton debat Capres, saya
merasakan sedang menonton dua putra terbaik Indonesia berdebat untuk Indonesia yang
lebih baik. Walau saya pendukung salah satu capres namun jujur saya katakan bahwa
keduanya memang terbaik diatara yang baik atau baik diantara yang buruk.
Terserahlah, yang penting mereka bedua memang qualified. Ketika JK bertanya kepada Prabowo tentang pelanggaran
HAM masa lalu dan bagaimana menerapkannya dimasa akan datang. Semua tahu bahwa
arah pertanyaan ini ditujukan langsung secara pribadi kepada Prabowo. Karena
berdasarkan dokumen resmi Dewan Kehormatan ABRI bahwa Prabowo memang terbukti
terlibat dalam penculikan aktifis dan itu semua tanpa izin dari panglima ABRI.
Dengan penuh semangat Prabowo menjelaskan yang
intinya adalah apa yang dia lakukan bukanlah pelanggaran HAM tapi justru
untuk melindungi HAM mayoritas Rakyat akibat dari ulah segelintir orang. Dari
sini seakan Prabowo ingin mengingatkan kepada kita semua tentang difinisi
pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Pemerintah. Sepanjang sikap pemerintah itu
untuk menjaga agenda nasional demi stabilitas Politik, Stabilitas Keamanan,
Stabilitas Ekonomi maka syah saja bila tentara harus menculik aktifis yang
berseberangan denga pemerintah dan syah juga bila harus “menghabisi” para
aktifis itu. Itu bukan pelanggaran HAM menurut versi Prabowo,versi Orde Baru.
Dan lagi dia melakukan itu karena loyalitas sebagai Prajurit yang harus tunduk
perintah atasan. Siapakah atasannya? Bukan panglima, tapi
Presiden,Soeharto,yang juga mertua tercintanya.
Dengan penjelasan Prabowo yang penuh semangat
itu maka semua pembelaan para pendukungnya tentang Prabowo tidak terlibat penculikan
dibantas sendiri oleh Prabowo dengan kejujuran sikapnya sebagai seorang serdadu
terlatih. Kejujuran inilah yang kita perlukan.Bagaimanapun kita adalah bagian
dari masa lalu. Menutupi masa lalu juga tidak baik, apalagi berdusta tentang
masalalu. Sebatas ini saya salut kepada Prabowo. Bagaimana dengan Jokowi? Rasa rendah
dirinya yang luar biasa dengan mengucapkan terimakasih terlebih dahulu kepada
Istrinya karena telah mendukungnya. Ini luar biasa. Seorang calon Presiden yang dikelilingi oleh
orang hebat namun tetap terimakasih pertama diberikan kepada Istri, bukan
kepada Ketua Umum Partai atau ketua team sukses Pilpres. Rasulullah pernah
bersabda, “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik
akhlaknya, dan sebaik-baik kaian adalah yang paling baik akhlaknya terhadap
istri-istrinya.” (HR. Tirmidzi). Bersikap seperti ini tidak mudah. Dari sikap
rasa terimakasih kepada Istri ini membuat saya yakin bahwa Jokowi adalah pria
yang tahu menempat rasa hormatnya kepada orang terdekat dia , tentu tidak sulit
baginya untuk menempatkan rasa hormatnya kepada rakyat yang jauh dari dia. Rasa
hormat itu tidak dibangun dengan ancaman culik dan tangkap, tapi dibangun
dengan sikap cinta dan kasih sayang. Mau mendengar dan bersedia untuk
mengutamakan kepentingan orang lain daripada diri sendiri.
Tidak ada manusia yang sempurna. Namun baik
Jokowi maupun Prabowo adalah calon presiden kita. Kalaupun mereka terpilih
tidak ada yang luar biasa yang bisa mereka lakukan.Yakinlah.Mengapa? Walau
presiden dipilih langsung oleh rakyat dan andai 100% rakyat memilihnya menjadi
presiden, dia tetap tidak akan efektif sebagai presiden.Karena dia harus
tunduk pada system balance of power dengan DPR yang dikuasai oleh banyak partai.
Ini akan sangat melelahkan. Dengan hak yang ada pada DPR maka DPR bisa melakukan
apa saja untuk adu kekuasaan dengan presiden seperti misal DPR bisa
menghentikan pembahasan APBN dan pemerintahan bisa stuck seperti yang dilakukan
oleh Parlement di Amerika. Atau kalau Presiden berani melakukan tindakan
revolusioner merubah UUD dan berniat membubarkan Parlemen karena tidak mendapat
dukungan dari Parlemen maka militer bisa mengambil alih kekuasaan sesuai UU.
Karena walau militer tidak berpolitik namun secara konstitusi, militer bisa
mengambil alih kekuasaan bila Presiden menggunakan kekuasaanya melebih UUD.
Jadi kesimpulannya, siapapun yang terpilih jadi presiden jangan
dituntut dia dengan janjinya seperti katanya dalam Pemilu karena presiden
bukanlah satu satunya penentu agenda tapi mereka yang ada di parlemen juga ikut
menentukan. Jangan memilih capres karena ada partai Islam dibelakang capres.
Jangan. Itu semua tidak ada korelasinya dengan perjuangan membela syariah
islam. Ini negeri Pancasila. Itu sudah final. Dalam debat itu , kedua belah
pihak sepakat tentang itu. Dengan demikian dasar pertimbangan kita untuk memilih
presiden harus lebih focus kepada pribadi calon, bukan agendanya.
Secara umum baik Prabowo maupun Jokowi adalah
orang baik. Mereka telah melewati proses seleksi alamiah untuk qualified
menjadi presiden di Republik ini. Karenanya cukuplah pertimbangan sederhana
untuk keduanya, yaitu pertama, pilihlah mereka yang tidak terjerat hutang. Karena orang
yang berhutang adalah orang yang lemah dan tersandera secara moral untuk
bersikap. Kedua, pilihlah yang mempunyai keluarga harmonis karena keluarga adalah miniatur
dunia. Keluarga adalah latihan bagi setiap pria untuk menjadi pemimpin sejati.
Karenanya bila keluarganya baik maka dia akan baik memimpin apapun. Ketiga, pilihlah
karena dia lahir dari seorang ibu yang muslim. Karena anak yang lahir dari
seorang muslimah sudah mendengar bisikan kalamullah ketika ia didalam
kandungan.Ketika lahir dia akan diazankan oleh ayahnya. Keempat, pilihlah karena dia
tidak memuji dirinya sendiri, dan rendah hati besikap,yang bukan karena
retorika tapi dibuktikan dengan kesehariannya. Apapun pilihan anda, termasuk
tidak memilih juga adalah pilihan, akan dipertanggung jawabkan kelak diakhirat.