Tuesday, June 10, 2014

Pilihan...?

Kemarin ketika nonton debat Capres, saya merasakan sedang menonton dua putra terbaik Indonesia berdebat untuk Indonesia yang lebih baik. Walau saya pendukung salah satu capres namun jujur saya katakan bahwa keduanya memang terbaik diatara yang baik atau baik diantara yang buruk. Terserahlah, yang penting mereka bedua memang qualified. Ketika  JK bertanya kepada Prabowo tentang pelanggaran HAM masa lalu dan bagaimana menerapkannya dimasa akan datang. Semua tahu bahwa arah pertanyaan ini ditujukan langsung secara pribadi kepada Prabowo. Karena berdasarkan dokumen resmi Dewan Kehormatan ABRI bahwa Prabowo memang terbukti terlibat dalam penculikan aktifis dan itu semua tanpa izin dari panglima ABRI. Dengan penuh semangat Prabowo menjelaskan yang  intinya adalah apa yang dia lakukan bukanlah pelanggaran HAM tapi justru untuk melindungi HAM mayoritas Rakyat akibat dari ulah segelintir orang. Dari sini seakan Prabowo ingin mengingatkan kepada kita semua tentang difinisi pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Pemerintah. Sepanjang sikap pemerintah itu untuk menjaga agenda nasional demi stabilitas Politik, Stabilitas Keamanan, Stabilitas Ekonomi maka syah saja bila tentara harus menculik aktifis yang berseberangan denga pemerintah dan syah juga bila harus “menghabisi” para aktifis itu. Itu bukan pelanggaran HAM menurut versi Prabowo,versi Orde Baru. Dan lagi dia melakukan itu karena loyalitas sebagai Prajurit yang harus tunduk perintah atasan. Siapakah atasannya? Bukan panglima, tapi Presiden,Soeharto,yang juga mertua tercintanya.

Dengan penjelasan Prabowo yang penuh semangat itu maka semua pembelaan para pendukungnya tentang Prabowo tidak terlibat penculikan dibantas sendiri oleh Prabowo dengan kejujuran sikapnya sebagai seorang serdadu terlatih. Kejujuran inilah yang kita perlukan.Bagaimanapun kita adalah bagian dari masa lalu. Menutupi masa lalu juga tidak baik, apalagi berdusta tentang masalalu. Sebatas ini saya salut kepada Prabowo. Bagaimana dengan Jokowi? Rasa rendah dirinya yang luar biasa dengan mengucapkan terimakasih terlebih dahulu kepada Istrinya karena telah mendukungnya. Ini luar biasa.  Seorang calon Presiden yang dikelilingi oleh orang hebat namun tetap terimakasih pertama diberikan kepada Istri, bukan kepada Ketua Umum Partai atau ketua team sukses Pilpres. Rasulullah pernah bersabda, “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kaian adalah yang paling baik akhlaknya terhadap istri-istrinya.” (HR. Tirmidzi). Bersikap seperti ini tidak mudah. Dari sikap rasa terimakasih kepada Istri ini membuat saya yakin bahwa Jokowi adalah pria yang tahu menempat rasa hormatnya kepada orang terdekat dia , tentu tidak sulit baginya untuk menempatkan rasa hormatnya kepada rakyat yang jauh dari dia. Rasa hormat itu tidak dibangun dengan ancaman culik dan tangkap, tapi dibangun dengan sikap cinta dan kasih sayang. Mau mendengar dan bersedia untuk mengutamakan kepentingan orang lain daripada diri sendiri.

Tidak ada manusia yang sempurna. Namun baik Jokowi maupun Prabowo adalah calon presiden kita. Kalaupun mereka terpilih tidak ada yang luar biasa yang bisa mereka lakukan.Yakinlah.Mengapa? Walau presiden dipilih langsung oleh rakyat dan andai 100% rakyat memilihnya menjadi presiden, dia tetap tidak akan efektif sebagai presiden.Karena dia harus tunduk pada system balance of power dengan DPR yang dikuasai oleh banyak partai. Ini akan sangat melelahkan. Dengan hak yang ada pada DPR maka DPR bisa melakukan apa saja untuk adu kekuasaan dengan presiden seperti misal DPR bisa menghentikan pembahasan APBN dan pemerintahan bisa stuck seperti yang dilakukan oleh Parlement di Amerika. Atau kalau Presiden berani melakukan tindakan revolusioner merubah UUD dan berniat membubarkan Parlemen karena tidak mendapat dukungan dari Parlemen maka militer bisa mengambil alih kekuasaan sesuai UU. Karena walau militer tidak berpolitik namun secara konstitusi, militer bisa mengambil alih kekuasaan bila Presiden menggunakan kekuasaanya melebih UUD. Jadi kesimpulannya, siapapun yang terpilih jadi presiden jangan dituntut dia dengan janjinya seperti katanya dalam Pemilu karena presiden bukanlah satu satunya penentu agenda tapi mereka yang ada di parlemen juga ikut menentukan. Jangan memilih capres karena ada partai Islam dibelakang capres. Jangan. Itu semua tidak ada korelasinya dengan perjuangan membela syariah islam. Ini negeri Pancasila. Itu sudah final. Dalam debat itu , kedua belah pihak sepakat tentang itu. Dengan demikian dasar pertimbangan kita untuk memilih presiden harus lebih focus kepada pribadi calon, bukan agendanya.

Secara umum baik Prabowo maupun Jokowi adalah orang baik. Mereka telah melewati proses seleksi alamiah untuk qualified menjadi presiden di Republik ini. Karenanya cukuplah pertimbangan sederhana untuk keduanya, yaitu pertama, pilihlah mereka yang tidak terjerat hutang. Karena orang yang berhutang adalah orang yang lemah dan tersandera secara moral untuk bersikap. Kedua, pilihlah yang mempunyai keluarga harmonis karena keluarga adalah miniatur dunia. Keluarga adalah latihan bagi setiap pria untuk menjadi pemimpin sejati. Karenanya bila keluarganya baik maka dia akan baik memimpin apapun. Ketiga, pilihlah karena dia lahir dari seorang ibu yang muslim. Karena anak yang lahir dari seorang muslimah sudah mendengar bisikan kalamullah ketika ia didalam kandungan.Ketika lahir dia akan diazankan oleh ayahnya. Keempat, pilihlah karena dia tidak memuji dirinya sendiri, dan rendah hati besikap,yang bukan karena retorika tapi dibuktikan dengan kesehariannya. Apapun pilihan anda, termasuk tidak memilih juga adalah pilihan, akan dipertanggung jawabkan kelak diakhirat.

Sunday, June 01, 2014

Jokowi vs Prabowo ?

Latar belakang Jokowi sangat berbeda dengan Prabowo. Jokowi lahir dari keluarga miskin yang sedari kecilnya dipaksa mandiri untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya. Dia harus merasakan betapa getirnya menjadi orang pinggiran ketika tiga kali terusir dari tempat tinggalnya yang dipinggiran kali. Prabowo lahir dari keluarga bangsawan dan terpelajar. Sedari kecil dia hidup mewah dan masa remajanya dalam dididikan berkelas diluar negeri. Jokowi lahir dari seorang wanita muslimah yang sederhana dan Prabowo dilahirkan oleh seorang ibu kristiani yang terpelajar. Karenanya sikap hidup Jokowi sangat rendah hati namun tak membuat dia rendah diri untuk menjadi something. Setamat SMA dia berhasil masuk Perguruan Tinggi Negeri , Universitas Gajah Mada. Sementara Prabowo setamat SMA masuk Akademi Militer yang mencetak perwira dibawah dokrin Orde Baru dan setelah itu dia menikah dengan puteri Presiden RI. Jokowi menikahi wanita biasa dari keluarga rakyat jelata. Selama 30 tahun karir Prabowo di Militer hanyalah melaksanakan perintah atasannya dan tunduk dengan Protap ( prosedur operasional tetap). Memang serdadu tidak dilatih untuk menggunakan otaknya secara mandiri tapi menggunakan otaknya untuk melaksanakan perintah orang lain. Kreatifitas serdadu adalah keseharian yang membosankan bila tidak ada perang dan konplik. Jokowi tumbuh dan berkembang sebagai wiraswasta. Dia tidak memulai dari modal berlebih tapi dari modal seadanya berkat pinjaman dari bank. 9 tahun di merintis usaha jatuh bangun sampai dia berhasil mengeksport produk furnitur nya ke manca negara. Jokowi tumbuh by natural menjadi mandiri, Prabowo tumbuh by design untuk menjadi alat kekuasaan.

life begins forty.Usia empat puluh telah membuat Jokowi matang. Business nya telah settle. Hidupnya telah stabil. Dia juga bisa mengangkat kehidupan keluarga besarnya menjadi lebih baik. Diusianya ke empat puluh dia bersama keluarga berangkat haji untuk menyempurnakan rukun Islam ke Lima. Pada posisi ini biasanya orang ingin berbuat lebih untuk menumpuk hartanya menjadi konglomerat. Tapi tidak bagi Jokowi. Dia lebih menggunakan usianya untuk berguna bagi orang banyak .Karena itulah dia masuk dalam dunia politik praktis. Awalnya dia melamar kepada Partai Islam namun terlalu sulit baginya untuk bergabung karena dia bukanlah islam aliran.Dia islam rahmatan lilalamin. Namun potensinya dilirik oleh Partai sekular yang berhaluan kiri ,yaitu PDIP. Jokowi tidak melihat hal berbeda antara  Islam dan PDIP karena keduanya punya misi yang sama yaitu membela kaum duafa. Karena itulah dia terpilh sebagai Walikota Solo. Periode kedua dia terpilih kembali sebagai Walikota dengan pengakuan rakyat sampai 90%. Ini merupakan pilkada dengan tingkat pengakuan rakyat paling tinggi. Semua itu karena rakyat merasakan kehadirannya sebagai  pemimpin yang memang untuk melayani rakyat. Jokowi tidak membawa gajinya sebagai walikota kerumah tapi membaginya kepada rakyat miskin. Dari suksesnya  di Solo mengantarnya menjadi Gubernur DKI. Potensinya dilirik oleh elite politik di tingkat pusat untuk menjadikannya politisi berkelas nasional.

Pada usia lima puluh, Jokowi telah berada dijalur puncak pengakuan publik akan kepemimpinannya sebagai Gubernur DKI. Pengakuan bukan hanya datang dari dalam negeri tapi juga dari luar negeri. Gaya kepemimpinannya yang blusukan bukanlah pencitraan tapi memang itu lahir dari jiwanya yang tak bisa berjarak dengan rakyat khususnya kaum duafa. Prabowo , diusia lima puluh berada diposisi terendah dalam hidupnya. Dia diberhentikan sebagai Perwira Tinggi karena alasan amoral dan tidak disiplin. Prabowo di ban masuk ke Amerika karena kasus pelanggaran HAM berat dan sampai kini Prabowo tidak pernah berani datang ke Komnas HAM untuk mengklarifikasi tuduhan terhadapnya. Rumah tangganya hancur dan sampai kini dia tidak mampu membangun kembali rumah tangga. Karirnya di bisnis berujung kepada Pengadilan Niaga akibat gagal bayar hutang sebesar Rp.14 Triliun dari lebih 100 kreditur. Prabowo terselamatkan dari kebangkrutan karena diberi kesempatan oleh Pengadilan Niaga menyelesaikanya hutangnya selama 15-20 tahun. Dengan keadaan ini Prabowo bukanlah orang yang mapan tapi orang yang tersandera oleh hutang dan dalam islam berhak mendapatkan zakat. Beda dengan Jokowi dimana karir businessnya  tidak menjadikan dia terlilit hutang. Sebagai suami dia mampu menjadikan keluarganya tetap utuh dan rukun. Tidak ada prestasi Prabowo sebagai pemimpin rakyat kecuali memimpin serdadu. Memimpin rakyat berbeda dengan memimpin serdadu yang terlatih menuruti perintah dan loyal. Memimpin rakyat butuh kematangan spiritual  dan kecerdasan akal untuk bersikap bijak terhadap tuntutan rakyat yang beragam dengan latar belakang rakyat yang plural.Ini tidak mudah. Jokowi telah membuktikan itu di Solo dan di Jakarta.

Apa yang ditawarkan Prabowo untuk menjadi presiden hanyalah sebuah agenda yang hampir semua perguruan tinggi mempelajari agenda tersebut. Namun masalah kehidupan ini agenda tetaplah agenda namun pelaksanaan adalah segala galanya. Prabowo tidak pernah teruji sebagai pemimpin rakyat kecuali serdadu, sama seperti SBY dan Seoharto yang pada akhirnya memimpin dengan mental follower asing. Tak nampak dari mereka pemimpin yang visioner , yang tercermin dari caranya  berpikir ( way of thinking ) , merasakan ( feeling ) dan kemampuannya  memfungsikan semua potensi positip ( functioning ) , sebuah cara hidup ( the way of life ) dan cara menjadi ( way of being ) yang transformative. Kita butuh pemimpin yang berjiwa pemimpin yang memimpin dengan cinta. Bukan pemimpin yang dibesarkan oleh dokrin patuh tanpa syarat dan terlatih membunuh. Bukan.! Prabowo berambisi untuk menjadi presiden karena itu dia mendirikan partai. Jokowi tidak punya ambisi kecuali memang sadar akan takdirnya untuk berguna bagi orang lain. Tak penting dimana dia ditempatkan namun itu akan menjadi sebaik baiknya tempat untuk dia mengabdi.  Tak dikejarnya kekuasaan namun bila datang tidak dia tolak. Kalau kini dia di calonkan oleh PDIP maka itu bukanlah karena kekuatannya memaksa PDIP memilihnya tapi by process dia memang qualified to be come president. Sebagaimana di Solo maupun di DKI, ketika dia berkuasa maka dia adalah milik Rakyat. Tak ada satupun yang bisa mendiktenya, termasuk partainya. Semua karena rakyat dan kembali kepada rakyat, kembali kepada kita semua, tentunya...

Sunday, May 25, 2014

Kepemimpinan

Mungkin seusia saya kini ( diatas 50 tahun ) , 90% pria minang adalah pengusaha ( wiraswasta). Jadi hanya 10% yang jadi pegawai. Mengapa? Ketika itu orang tua mengajarkan kepada pria minang bahwa “ Jan jadi pagawai, umua panjang rasaki diagakan” ( jangalah jadi pegawai, karena umur panjang tapi rezeki di taker oleh orang lain). Disamping itu ada lagi budaya minang yang mengatakan :Kaluak Paku kacang Balimbiang, Tampuruang lenggang-lenggangkan, Bao manurun ka Saruaso. Tanamlah siriah jo ureknyo. Anak di pangku kamanakan dibimbiang. Urang kampuang dipatenggangkan. Tenggang nagari jan binaso. Tenggang sarato jo adaiknyo. Kalau diartikan secara bebas adalah setiap pria minang tentu akan punya anak bila dia berkeluarga. Anak dan ponakan haruslah menjadi tanggung jawabnya. Namun letak tanggung jawabnya berbeda. Kalau anak tanggung jawab melekat secara biologis , dan ponakan tanggung  jawab melekat karena budaya. Itu sebabnya orang minang mengistilahkan “anak dipangku” , “ponakan di bimbing.” Bila tanggung jawab kepada anak dan ponakan ( anak adik/kakak perempuan) terlaksana maka ada lagi yang menjadi tanggung jawab pria minang , yaitu menjaga agar negeri tidak hancur ,terutama adat dan agama. Jadi setiap putra minang memang dididik sebagai agent perlindungan untuk keluarga besar, kampung, negeri dan juga negara. Untuk bisa melaksanakan didikan adat itu maka tidak mungkin pria minang mengandalkan  hidupnya hanya dari bertani atau menjadi pegawai.  Bertani , hasilnya sudah ditentukan dengan seluas lahan yang ada. Pegawai , gajinya sudah ditentukan oleh pemberi kerja. Baik bertani maupun menjadi pegawai hanya cukup menghidupi anak dan istri atau Istilah orang tua dikampung, sama  seperti beruk di hutan, sama sama hidup mementingkan diri sendiri dan keluarga.

Lantas bagaimana tanggung jawab untuk ponakan?  Harap maklum, pria minang bila sudah berumah tangga.selalu didatangi oleh ponakannya untuk menumpang tinggal. Apakah sanggup gaji sebagai pegawai atau hasil bertani menanggung biaya hidup plus itu? Kalaupun gaji mencukupi belum tentu istri ikhlas bila harus berbagi untuk ponakannya. Karena istri tahu bahwa satu satunya penghasilan suami ya dari Gaji dan tentu ia ingin menabung untuk bekal masa tua. Dan ini belum lagi bila harus ikut menanggung biaya perkawinan ponakan perempuan, yang merupakan prioritas bagi putra minang sama seperti dia menjaga anak gadisnya sendiri. Mungkin karena dasar itulah makanya setelah dewasa orang minang pergi merantau. Merantau bukan untuk menjadi jongos atau pegawai atau buruh seperti penduduk asal daerah lain. Tapi merantau untuk berniaga. Orang minang punya istilah soal merantau ini “Karatau madang di hulu, Babuah babungo balun, Marantau bujang dahulu, Dirumah paguno balun”. ( merantaulah kamu dahulu karena dikampung kamu belum berguna.) Untuk berguna ya harus sukses. Umumnya putra minang merantau tidak punya modal , kadang pergi hanya naik bus seperti dulu saya merantau. Uang hanya cukup untuk makan selama diperjalanan. Namun bekal ketrampilan untuk bisa survival dirantau hampir dimiliki oleh semua putra minang, seperti memasak, menjahit pakaian, memperbaiki jam tangan, bertukang, dll. Umunya mereka mendapat didikan dari pamannya. Memang tugas paman untuk mendidik ponakannya agar bisa survival dan mandiri.

Biasanya sampai ditempat tujuan, putra minang akan mencari induk semang melalui bantuan dari teman yang telah lebih dulu merantau. Jadi bukannya mendatangi sanak family. Seperti ungkapan adat ; Jika buyung pergi kelepau.Hiu beli belanak beli.Ikan panjang beli dahulu. Jika buyung pergi merantau. Ibu cari dunsanak cari. Induk semang cari dahulu. Dari induk semang inilah dia membangun trust melalui  kerja keras dan loyalitas , dan berharap suatu saat mendapat modal untuk berniaga. Selalu biasanya upaya itu berhasil.Karena upaya membangun trust itu bukan pandai mencari muka tapi memang didikan surau selama dikampung membuat putra minang memang religius dan berakhlak islami. Sehingga tidak sulit bagi mereka untuk mendaptkan trust dari induk semangnya. Itu saya alami ketika mendapatkan modal awal dari orang asing, yang bukan orang Islam. Jadi wiraswasta bagi budaya minang adalah budaya mencetak seorang pria menjadi “laki laki”.Dia harus memulai dari “nol”.Dia harus merasakan sakitnya diacuhkan orang lain, pedihnya kata dari induk semang karena barang tak laku dijual, dia harus menanti makan sampai barang laku terjual. Dia harus berkorban demi amanah dari induk semang. Dari nothing inilah dia tumbuh seperti ulat didalam kepompong yang berusaha keluar melalui lubang  kecil untuk menjadi kupu kupu yang indah. Menjadi something. Jadi merantau untuk berniaga sebagai adat merupakan cara melaksanakan Sunnah Rasul bawa setiap laki laki adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungan jawabnya kelak dihadapan Allah. Mengapa ? Melalui wiraswasta ala adat minang kami dididik secara mandiri untuk menjadi pemimpin.  

Karena kepemimpinan adalah hasil dari proses perubahan karakter atau transformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir  dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika adat dan agama sebagai visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dilingkungannya , pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Prinsip kepemimpinan itu adalah kejujuran. Ada keteladanan agung dari Muhammad SAW, Rasul Allah. Sebelum  beliau diangkat sebagai Rasul pada usia 40 tahun, terlebih dahulu beliau adalah wiraswasta yang dikenal dengan sebutan Al-Amin. Artinya orang yang bisa dipercaya dan selalu menjaga amanah. BIla orang jujur maka dia akan amanah. Bila dia amanah maka hanya kebenaran yang keluar darinya. Bila kebenaran yang tampak maka hanya kebaikan yang akan ditebar kepada orang sekitarnya. Otomatis keadilan akan tegak. Itu true leader. Allah mengajarkan kita bagaimana memilih pemimpin. Sebagaimana nasihat dari Iman Besar Ja’far Ash-Shadiq bahwa Janganlah engkau melihat kualitas diri seseorang itu dari panjang rukuk dan sujudnya, tetapi lihatlah dari kejujuran dan kesetiaan dalam menjalankan amanah. Rasul memiliki qualifikasi itu semua sebagai pemimpin umat. Ini teladan kita.

Walau tentara atau professonal itu dilatih kepemimpinan namun dia bukan pemimpin sejati karena apapun yang dia lakukan dia bersandar kepada perintah orang lain dan tunduk kepada orang lain, bukan pada dirinya sendiri ( kepada Tuhan). Walau dia sukses sebagai pengusaha namun dia tumbuh karena harta orang tuanya dan berkolusi dengan  penguasa maka dia bukanla pemimpin sejati. Hidup jokowi tak ubahnya seperti didikan adat minang , bahwa seumur hidupnya tidak pernah jadi pegawai kecuali magang di BUMN, sama seperti Rasul yang tidak pernah jadi jongos. Dia mengawali wiraswasta dengan modal  nol karena dia lahir dari keluarga miskin. Dari wiraswasta itulah dia menjadi pemimpin keluarga besarnya. Suksenya sebagai pengusaha tidak menjadikan dia penggemar RIBA. Usahanya tidak punya hutang karena modal kerja dan Investasi dia dapat dari tabungan dan kepercayaan dari relasinya. Relasinya sangat percaya dengan dia.Itulah buah akhlak dimana kerja keras menjaga amanah dan jujur bersikap, membuat siapapun akan bersimpati.Ketika dia berhasil sebagai pengusaha dan memimpin keluargabesarnya maka kotanya ( solo) dia pikirkan untuk dibenahinya. Setelah usai membenahi kotanya maka diapun merasa terpanggil untuk membenahi yang lebih besar yaitu Ibukota.Ketika merasa tugas menyelesaikan Ibukota perlu peran lebih besar seorang Presiden maka diapun tanpa ragu bersedia untuk dicalonkan sebagai presiden. Semua itu terjadi by process, bukan dadakan. Bila saatnya datang , dia tak bisa menolak namun kapan itu akan datang dia berserah diri kepada Allah.itu tercermin dari sikapnya yang sederhana.Adat minang menanamkan budaya rendah hati namun penuh percaya diri tanpa ada perasaan inferior complex kecuali kepada Allah dan orang tua.

Tapi berjalannya waktu dan karena perubahan zaman, kini jarang sekali ada anak muda minang yang berani berwiraswasta.Bahkan banyak anak muda yang terdidik baik dan lulusan universitas terbaik malah jadi pegawai diperusahaan asing atau PNS karena ingin mendapatkan kepastian penghasilan dan masa depan. Ya , memang mental jongos adalah selalu ingin rasa aman padahal didunia ini bukan tempat aman tapi tempat cobaan yang setiap orang harus menghadapinya. Mungkin kini 90% putra minang adalah pegawai dan hanya sisanya 10% yang berniaga. Alhamdulilah, putra saya yang walau tamat S2 memilih untuk berwiraswasta dengan ala adat minang: Berakit rakit kehulu, berenang ketepian. Bersakit sakit dahulu, bersenang senang kemudian...bukan harta yang dituju tapi nilai kepemimpinan, nilai seorang pria yang pantas dilahirkan oleh seorang bundo kanduang..

Friday, May 23, 2014

Kesetiaan...

Ada satu cerita tentang kesetiaan dan kehormatan. Kata  teman saya waktu makan malam kemarin. Saya tertarik untuk siap mendengar karena budaya china selalu mendidik orang dengan cerita. Tak penting apakah cerita itu benar atau tidak. Dengar kan saya, katanya dengan senyum indah. Tersebutlah namanya Afung. Dia wanita desa kelahiran Shandong. Dalam usia remaja dia bekerja sebagai pembantu rumah tangga dirumah seorang pengusaha yang berkewargaan negara asing. Sebetulnya tempat tinggal ini tak lebih hanyalah tempat peristirahatan saja. Tuannya hanya datang kerumah seminggu sekali. Biasanya akhir pekan. Dirumah itu hanya ada A Fung dan Tuannya. A Fung bekerja dengan baik . Rumah itu terawat dengan baik dan tuannya merasa senang karena itu. Pada suatu hari A Fung memohon kepada tuannya untuk memberinya pinjaman uang membiayai ayahnya yang sakit keras di kampung. Tuanya dengan bijak memberikan pinjaman sebesar yang diinginkan dan ditambah biaya transfort pulang pergi. A Fung setengah membungkuk berkali kali mengucapkan terimakasih sambil menjunjung uang itu diatas kepalanya. Dia berjanji akan segera kembali bekerja setelah meliat keadaan ayahnya dikampung. Benarlah, seminggu kemudian A fung sudah kembali ketempat tuannya untuk bekerja.

Sambil membungkuk , A Fung mengucapkan terimakasih karena tuannya telah berela hati memberinya pinjaman sehingga ayahnya dapat tertolong. Kini keadaanya ayahnya sudah membaik. Dengan kerendahan hati sambil duduk dilantai, AFung mengatakan bahwa dia akan terus bekerja untuk membayar hutangnya.  Namun tuannya dengan tegas mengatakan bahwa dia tidak perlu bayar hutang. Tuannya sudah melupakan soal hutang itu. Tuannya sudah senang karena A Fung kembali bekerja dirumahnya. Empat bulan setelah kejadian itu , Tuannya tidak pernah dating lagi kerumah. A Fung terus menanti Tuannya. Untuk menjaga rumah tetap terawat dan agar dia tetap bisa makan , Afung bekerja di restoran cepat saji. Lima tahun kemudian , Tuannya muncul dirumah. Afung setengah membungkuk memohon maaf karena selama tuannya tidak datang dia terpaksa bekerja di restoran. Tuannya tidak habis mengerti karena semua keadaan rumah terawat dengan baik. Posisi perabotan tidak ada yang berubah. Kamarnya tetap bersih seperti awal dia tinggalkan. Padahal dia membayangkan rumahnya sudah hancur dengan taman yang penuh ilalang. Afung tetap setia menjaga amanah sebagai pembantu rumah tangga. Afung tetap membungkuk dan berharap tuanya memaafkan kelalaiannya. Tuannya membelai kepalanya sambil mengangkat wajahnya. Dengan tersenyum dan berlinang air mata , tuannya mengangguk. Tanda bahwa tuannya telah memaafkan.

Mengapa Afung begitu setianya? Tanya saya. Simaklah kata A Fung kepada tuannya. Ketika tuan memberi saya pinjaman untuk biaya berobat ayah saya, saya merasa sangat berhutang namun ketika akhirnya tuan menjadikan hutang itu sebagai pemberian maka itu menjadi hutang yang tak mungkin saya lunasi sampai kapanpun. Tuan telah membeli jiwa saya. Saya harus mengabdi setulus tulusnya untuk tuan. Kalaulah bukan karena kemulian hati tuan , tidak mungkin tua mau berbuat baik kepada saya seorang wanita miskin dan hamba sahaya ini. Kebaikan hati tuan adalah cermin dari kehadiran Tuhan saya pada diri tuan. BIla saya berbakti kepada tuan maka itu sama saja saya berbakti kepada Tuhan saya. Mungkin saya tidak mungkin mendapatkan semua keinginan saya didunia ini namun yang esensial saya dapatkan adalah kehormatan karena saya tahu berterimakasih dan bersyukur atas kebaikan hati tuan, karena Tuhan tentunya. Terimakasih telah memberikan kesempatan untuk hidup saya berguna menjaga amanah selama tuan tidak ada dirumah. Demikan A fung. Tuanya tersenyum dan haru. Teman saya memperhatikan mimik saya dengan tersenyum. Apa hikmah cerita ini? Kesetiaan adalah kehormatan sebagai manusia hamba Tuhan..

Saya sempat termenung lama dengan kisah yang disampaikan oleh teman itu. Teringat akan firman Allah“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghianati Allah dan Rasul (Muhammad), dan (juga) janganlah kamu menghianati amanat-amanat yang di percayakan kepadamu, sedang kamu mengetahuinya. Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya disisi Allahlah pahala yang besar”. (al-Anfaal:27-28).Dengan nikmat yang telah Allah berikan kepada kita maka sesungguhnya Allah telah membeli diri kita dan kita telah menjualnya kepada Allah “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka”. (At Taubáh: 111). Seperti yang dikatakan A Fung bahwa Tuan telah membeli jiwa saya. Saya harus mengabdi setulus tulusnya untuk tuan. Seharusnya kita juga harus setia kepada Allah untuk menjaga amanah dengan baik. Apakah amanah itu? Amanah itu adalah diri kita sendiri dan alam semesta. Diri kita adalah pemberian Allah. Lengkap dengan panca indra yang membuat kehidupan begitu berharganya. Kita harus menjaga diri kita sebaik baiknya agar tidak tercemar oleh akhlak rendah dengan senantiasa mengikuti perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Dalam kondisi apapun tetap harus setia kepada Allah. Dalam keadaan sakit,menderita , kalah, kesetiaan kepada Allah tetap harus terjaga. Istiqamah! Sepeti A Fung, walau lima 5 tahun bekerja sebgaai pembantu rumah tangga yang ditinggal pergi oleh tuannya dan selama itu tidak pernah menerima gaji namun dia tetap setia yang tentu tetap berprasangka baik kepada tuannya. Itulah nilai nilai kesetiaan yang coba digambarkan oleh teman saya itu lewat ceritanya tentang A Fung.

Cerita yang disampaikan teman itu rasanya jauh panggang dari api bila meliat perpolitikan di Indonesia. Kekalahan Patai Islam atau Partai yang didukung ormas islam dalam pemilu telah membuat mereka terpecah belah. Keimanan mereka goyah. Ragu dengan sumber kekuatan dari Allah sehingga mencari perlindungan kepada Partai sekular. Itu artinya tidak ada kesetiaan kepada Allah. Ragu akan pertolongan Allah dan tentu ragu dengan visi misi Islam sebagai rahmat bagi alam semesta. Yang lebih buruk lagi adalah dalam kekalahan dalam Pemilu tersebut justru membuat mereka terpecah belah maka inlah firman Allah "Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat,(QS. Ali Imran [3]: 105. Ya bangsa ini secara mental sedang sakit. Entah itu partai yang berasaskan islam maupun yang berbasis ormas Islam maupun secular semakin mempertontonkan bahwa tidak ada kesetiaan kepada rakyat yang memilih, tidak ada kesetiaan teman seiman. Semua terjadi karena kekuasaan adalah segala galanya. Karenanya tidak ada teman sejati yang ada hanyalah kepentingan. Padahal Budaya kesetiaan adalah bagian dari kehormatan diri dihadapan Tuhan dan orang lain. Kalau kehormatan tidak ada lagi maka nilai kesempurnaan manusia sudah terhalau. Saya yakin untuk kekurangan lain kita bisa perbaiki namun bila nilai kesetiaan tidak ada lagi maka apapun yang kita lakukan dan harapkan hanya akan melahirkan paradox. Yakinlah ! mari berubah…

Berbeda namun satu...

Minggu lalu saya ke Lampung menghadiri perkawinan ponakan saya yang perempuan. Saya membawa istri, menantu, cucu dan mertua. Kendaraan disupiri oleh ponakan istri saya. Dalam perjalanan saya merasakan ada sesuatu yang berbeda tentang ponakan istri saya itu. Karena dari sejak berangkat dia menyetel radio yang berisi program tausiah. Padahal tadinya dia tidak begitu peduli soal agama. Saya menanyakan mengapa dia sangat tertarik dengan Tausiah itu? Dengan tersenyum dia berkata bahwa dia ikut pengajian Salafi. Apa yang dimaksud dengan Salafi, Tanya saya. Dengan panjang lebar dia menjelaskan tentang salafi. Saya senang keyakinannya itu membuat dia dekat kepada Allah. Kalau tadinya sholat jarang tapi sekarang sudah sangat rajin sholat, bahkan selalu dilakukan berjamaah di Masjid. Istrinyapun dididiknya untuk dekat kepada Allah dengan menjaga sholat dan berlaku Ihsan.  Salah satu ponakan istri saya juga ada yang ikut Jamaah Tabligh. Yang tadinya arogan dan pemberang tapi kini dia menjadi orang yang tawadhu, penyabar dan istiqamah. Selalu menyampaikan kebaikan kepada siapapun. Bahkan ketika datang bertamu kerumah saya, dia tak lupa memberikan pencerahan kepada saya. Ada juga ponakan yang kuliah di Bandung dan dia ikut program HT. Sejak ikut program itu dia semakin tekun belajar ilmu agama dan akhlaknya semakin baik. Wawasan politiknya luas dan sangat bijak berdiskusi soal keyakinannya tanpa membuat orang yang berbeda tersinggung. 

Saya dari kecil dibesarkan oleh kedua orang tua saya dalam didikan Muhamadiah. Dalam pergaulan saya berteman dengan banyak teman yang berasal dari berbagai golongan. Bahkan di Hong Kong teman saya lebih banyak dari golongan Syiah. Walau kata orang syiah itu bukan islam namun bagi saya mereka tetaplah sahabat terbaik karena akhlak mereka baik. Bahkan kalau sholat, mereka tidak merasa risih bila saya sebagai imam walau mereka tahu saya adalah sunni. Siapapun yang berbeda dengan saya tidak akan membuat saya berjarak dengan mereka. Mengapa? Apalah arti 100 perbedaan dibandingkan 1000 persamaan. Apalah arti perbedaan yang tidak prinsip dibandingkan kesamaan prinsip aqidah. Perbedaan mahzab terjadi karena proses perjalanan sejarah sejak awal Islam diperkenalkan Rasul. Karena ruang dan waktu terjadi perbedaan persepsi namun soal aqidah tidak butuh persepsi karena itu hal yang jelas dikatakan dalam AL Quran. Bagi saya apapun itu selagi aqidahnya sama yaitu menyembah kepada Allah dan tunduk kepada Rukun Islam serta Rukun Iman maka mereka adalah saudara bagi saya. Walau mereka islam tapi akhlaknya buruk dan tidak taat sholat maka saya lebih memilih mendoakan mereka daripada memusuhi mereka. Saya tidak mau berselisih hingga akhirnya bertengkar. Mengapa? Agama Islam adalah satu-satunya agama yang paling kokoh yang dapat mewujudkan persatuan dan persaudaraan umat Islam pada khususnya dan umat manusia di muka bumi ini pada umumnya. Sebab Islam sangat menganjurkan kepada seluruh umat manusia yang hidup di dunia ini untuk saling kasih mengasihi, sayang menyayangi tidak terbatas hanya antara satu golongan atau mahzab atau satu suku saja, tetapi antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lain, dan bahkan umat manusia diperintahkan untuk menyayangi seluruh makhluk Allah, termasuk hewan, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain.

Tidak ada alasan karena itu harus terpecah belah atau bermusuhan satu sama lain." berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; …”(QS. Ali Imran [3]: 103). Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat,(QS. Ali Imran [3]: 105). Jadi jelas bahwa Allah SWT tidak menghendaki umat Islam bercerai-berai karena saling berbeda pendapat. Sebaliknya justru Allah SWT menghendaki agar umat Islam bersatu padu layaknya saling bersaudara. Bahkan pada QS. Ali Imran [3] : 105, Allah SWT mengancam akan memberikan siksa yang berat kepada orang-2 yang berselisih. Ketika menjadi Imam sholat Shubuh, Buya Hamka yg ketua Pusat Muhammadiyah memimpin membaca Qunut di rakaat ke 2 sholat Shubuh, padahal dalam ajaran Muhammadiyah membaca qunut itu tidak dijalankan, namun karena Buya Hamka tahu bahwa para makmunnya tidak hanya dari anggota Muhammadiyah, tapi banyak juga para Nahdiyyin, maka beliau membaca qunut. Demikian juga ketika K.H Idham Khalid yg menjadi Imam Sholat Shubuh, saat itu beliau tidak memimpin membaca qunut, karena mahfum para jamaahnya banyak dari anggota Muhammadiyah yg menjadi makmum, padahal para Nahdiyyin selalu membaca qunut dalam sholat Shubuh nya. Demikian teladan dari 2 orang Ulama besar ini, masalah qunut adalah masalah khilafiah sedang menjaga persatuan & kesatuan umat Islam hukumnya adalah wajib dan lebih utama.

Sebagaimana kata istri saya ketika mengatakan kepada ponakannya bahwa dia tidak peduli apapun itu golongan yang diikuti oleh ponakannya selagi keyakinan itu membuat mereka semakin dekat kepada Allah, semakin rajin mempelajari ilmu agama, semakin sayang sama Keluarga, semakin rajin bekerja, semakin baik sama tetangga,semakin berbakti kepada kedua orang tua dan semakin ikhlas berbagii dengan saudara yang membutuhkan pertolongan. Dan itu pasti tidak akan mungkin membuat mereka berjarak satu sama lain. Untuk apa ikut golongan , ahlusunnah waljamaah, syiah, salafi, Jamaah Tabligh, HT  , bila sholat jarang, akhlak buruk karena suka mengkafirkan orang lain, bangga diri dengan ilmu dan harta, etos kerja lembek dan mudah menyerah, panjang angan angan namun pendek langkah, tak mau berbagi dengan kaum duafa , bertetangga buruk laku, paranoid, iri dan dengki , dan akhlak buruk lainnya. Orang yang beragama dengan keyakinan golongannya namun tidak mempunyai akhlak baik maka sebetulnya dia tidak pernah menegakkan sholat walau dia tidak pernah meninggalkan ritual sholat. Dia tidak pernah menyempurnakan rukun Islamnya walau dia berkali kali pergi haji. Karenanya jangan terkejut bila dengan golongan manapun dia bertengkar dan menepuk dada bahwa hanya dialah yang benar,orang lain salah. Ponakan saya telah menemukan hikmah dari perbedaan itu. BIla mereka berkumpul maka tidak nampak mereka saling menyalahkan. Bila salah satu bicara dengan keyakinannya,yang lain mendengar dengan wajah berhias senyum. Ya perbedaan itu membuat mereka semakin dekat kepada Allah dan semakin saling mencintai satu sama lain. 

Saturday, May 10, 2014

Jokowi sebagai capres?

Abdur Rahman bin Samuroh -radhiyallahu ‘anhu- berkata, “Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda kepadaku, “Wahai Abdur Rahman bin Samuroh, janganlah engkau meminta kekuasaan. Karena jika kau diberi kekuasaan dari hasil meminta, maka engkau akan diserahkan kepada kekuasaan itu (yakni, dibiarkan oleh Allah & tak akan ditolong, pent.). Jika engkau diberi kekuasaan, bukan dari hasil meminta, maka engkau akan ditolong”. [HR. Al-Bukhoriy (6622, 6722, 7146, & 7147), dan Muslim (4257, & 4692)]. Abu Musa Al-Asy’ariy-radhiyallahu ‘anhu- berkata, “Aku pernah masuk menemui Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersama dua orang sepupuku. Seorang diantara mereka berkata, “Wahai Rasulullah, jadikanlah kami pemimpin dalam perkara yang Allah -Azza wa Jalla- berikan kepadamu. Orang kedua juga berkata demikian. Maka beliau bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya kami tidak akan menyerahkan pekerjaan ini kepada orang yang memintanya, dan tidak pula orang yang rakus kepadanya”. [HR. Al-Bukhoriy (7149), dan Muslim (1733)]. Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Kami tak akan mempekerjakan dalam urusan kami orang yang menginginkannya”. [HR. Al-Bukhoriy (2261, 6923, & 7156), dan Muslim (1733)]. Seorang yang meminta kekuasaan dan rakus terhadapnya akan mengalami penyesalan, sebab ia bukan ahlinya. Kekuasaan menjadi sebuah kenikmatan sementara, sedang kesusahan dan tanggung jawab akan menanti di Padang Mahsyar.

Di Indonesia kekuasaan itu ada karena partai. Begitulah karena system demokrasi.  Itu sebabanya Soekarno berang ketika partai dibentuk dan orang bebas mimilih maka kekuasaanya terancam. Tahun 1959 Soekarno mengeluarkan dekrit yang fenomenal itu dengan membubarkan konstituante dan kembali kepada UUD 45. Soekarno membentuk NASAKOM, Nasionalis Agama , Komunis sebagai front nasional mendukungnya menjadi President seumur hidup. Begitupula ketika Soeharto berkuasa, dia menjadikan Golkar dan ABRI sebagai front nasional menjadikanya president tak tergantikan selama 32 tahun dan akhirnya dijatuhkan oleh people power yang menginginkan reformasi. Ketika reformasi, Partai bermunculan sebagai wakil dari masyarakat untuk terlibat dalam politik praktis. PDIP tampil karena ingin menjadikan Megawati sebagai Presiden.  Partai Demokrat tampil karena ingin menjadikan SBY sebagai presiden. Samahalnya dengan Garindra yang menjadi kendaraan Prabowo untuk menjadi presiden. Ketiga partai ini ada karena bertujuan untuk menempatkan Megawati,  SBY , Prabowo sebagai president. Sehingga sulit dibedakan mana partai dan mana individu. Brand partai itu sudah melekat dengan individu sang pendiri partai. Antara mereka dengan Partai adalah satu kesatuan , semua kader adalah pekerja dari tokoh partai ini. Ambisi partai adalah ambisi pendiri partai untuk menjadi penguasa. Hal seperti ini dalam islam dilarang sebagaimana hadith tersebut diatas. Golkar berupaya untuk menjadi kendaraan Ical menuju kekuasaan namun tidak begitu antusias diterima oleh rakyat banyak. Golkar sama dengan partai PKS, PKB, PAN, PPP, yang berdiri karena kepentingan kolektif , bukan individu.

Yang harus diingat bahwa berdasarkan UU , orang bisa mecalonkan diri sebagai pemimpin baik tingkat daerah /kota sampai ke Presiden haruslah atas persetujuan dari Partai. Menjadi menarik adalah ketika Megawati menyadari bahwa dia bukan lagi sebagai pemilik Partai, yang berhak menjadi Capres. Dia sadar bahwa dua kali bertarung di PILPRES , dia kalah. Dia harus realistis. Makanya PDIP mengembalikan kader kepemimpinan kepada system partai ,dimana yang terpilih mewakili partai untuk menjadi pemimpin adalah mereka yang terbaik diantara yang baik. Mereka yang dicalonkan itu karena mekanisme partai yang menempatkan dia sebagai pengemban tugas dari Partai. Nah, jadi berbeda dengan Megawati ketika jadi capres dan SBY ketika jadi Capres, juga berbeda dengan Prabowo ketika jadi capres. Karena Jokowi bukan pendiri partai, tentu dia tidak ada hak untuk menentukan dirinya sebagai Capres.  Itulah sebabnya Jokowi tidak pernah mikir mau jadi Capres karena dia sadar bahwa penugasannya sebagai walikota Solo , gubernur DKI adalah penugasan Partai, termasuk Capres. Sebelum Jokowi ditetapkan oleh PDIP sebagai capres,  teman saya pernah bertanya langsung kepada Jokowi soal  issue dia akan ditetapkan sebagai capres.Dengan santai Jokowi mengatakan bahwa dia bukan siapa siapa. Masih banyak kader terbaik PDIP yang pantas dicalonkan oleh DPP PDIP. Dan ingat bahwa di PDIP setiap kader tidak boleh berambisi jadi pemimpin. Ini tabu! Namun harus siap kapanpun bila diperintah oleh Partai untuk menjadi pemimpin. Dan lagi Jokowi tidak menginginkan kekuasaan bila karena itu dia tersandera karena kepentingan partai. Dia hanya ingin terpilih karena dia diberi tugas untuk rakyat, bukan hanya untuk partai. 

Kalau partai meminta jokowi sebagai Capres dan meninggalkan pos Gubernur DKI, ini bukanlah pengkhiatan JOKOWI kepada rakyat DKI. Juka bukan ingkar janji untuk melaksanakan tugas sampai selesai. Betulkah?  PDIP adalah wakil dari masyarakat untuk kegiatan politik praktis, dan rakyat ( PDIP ) meminta Jokowi untuk tampil sebagai Capres, dan ini tidak melanggar UU atau tidak melanggar etika moral perpolitikan di Indonesia. Mengapa PDIP punya kebijakan menjadikan Jokowi sebagai Capres ? disamping karena hasil survey ( keinginan rakyat luas) tapi juga karena rekam jejaknya yang  mandiri , jujur, bersih dari segala skandal , dekat dengan rakyat miskin, keluarganya harmonis, pertimbangan inilah yang membuat dia qualified. Megawati dan PDIP tidak meliat pendidikan atau senioritas sebagai pra syarat utama tapi lebih kepada pribadi calon. Karena di Indonesia , pemimpin itu bukanlah penentu satu satunya kebijakan.  Pemimpin adalah bagian dari system kekuasaan. Jadi keberadaan pemimpin itu tidak bisa menjadikan dia seperti lampu aladin yang bisa membuat semua impian menjadi kenyataan,tidak seperti Tuhan yang bisa berkata kun fayakun. Pemimpin adalah skrup dalam sebuah mesin besar yang menggerakan bangsa dan negara ini. Jadi bila secara pribadi pemimpin itu baik maka mesin kekuasaan akan bekerja efektif karena hanya teladan akhlak pemimpin yang baik yang bisa mempengaruhi. Semua itu  tercermin dari caranya  berpikir ( way of thinking ) , merasakan ( feeling ) dan kemampuannya  memfungsikan semua potensi positip ( functioning ) , sebuah cara hidup ( the way of life ) dan cara menjadi ( way of being ) yang transformative. Hal tersebut melebur dalam hati dan jiwa  seiring keteladannya untuk cinta dan kasih sayang.

Jadi Jokowi dan Prabowo sangat berbeda. Jokowi tidak mengingingkan kekuasaan karena dia bukan pendiri partai, dia hanyalah kader partai yang harus siap ditugaskan kapanpun dan dimanapun. Amanah partai juga adalah amanah rakyat. Prabowo sangat menginginkan kekuasaan dan karena itu dia mendirikan Partai Garindra, kalau bukan saya siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi, demikian slogannya...

Friday, May 02, 2014

Agama Cinta...

Kemarin saya amprokan dengan teman di Mall. Dengan senyum khasnya dia memeluk saya.Kami ngobrol panjang lebar seakan melepas rindu karena telah lebih 20 tahun tidak bersua. Kebetulan kami berdua terlahir sebagai putra minang. Dia memang terlambat menikah namun dia lebih dulu punya anak. Demikian saya awali cerita singkat tentang sahabat ini. Bagaimana bisa begitu ? Sebelum dia menikah , rumahnya di Jakarta didatangi oleh adik perempuannya yang menjanda karena ditinggal mati oleh suami. Adiknya punya anak 2 orang. Mereka masih Balita.  Tentu kedua anak itu juga adalah ponakannya sendiri. Dua tahun setelah itu adik perempuannya menikah lagi namun menitipkan anaknya kepada dia. Kebetulan dirumahnya ada ibunya yang juga tinggal bersamanya setelah ayahnya meninggal di Kampung. Kemudian , pamannya atau adik ibunya  dikampung meninggal. Karena kemiskinan juga akirnya tantenya datang  ke Jakarta menitipkan ketiga anak anak yang belum berangkat remaja. Tantenya berharap dia bisa menyekolahkan ketiga anaknya agar kelak bisa menjadi tempat sandaran dimasa tuanya. Adik sepupunya yang telah tamat SMU datang kejakarta alasan untuk kerja sambil kuliah karena orang tuanya ( kakak ibunya ) tidak mampu untuk meneruskan kuliahnya. Jadi mereka yang tinggal dan menjadi bebanya dirumah ada 8 manusia. Mereka hadir melengkapi hidupnya bukanlah karena dia undang tapi memang begitulah kehendak Allah tentang hidupnya.

Saya bengong mendengar cerita teman ini. Ketika itu , dia bukan orang kaya dengan rumah besar di Jakarta.Sebagai pegawai auditor diperusahaan asing ,dia hanya bisa mendapatkan rumah BTN tipe 72 di pinggiran Jakarta. Rumah itu hanya ada tiga kamar dan dicicilnya selama 15 tahun. Namun sekecil itu rumah, dia design hatinya menjadi lapang agar cukup menampung 8 manusia, bahkan lebih. Namun bagaimanapun dapat dibayangakan betapa sesaknya rumahnya. Mungkin karena itu dia selalu gagal menjadi suami karena beberapa calon istrinya memilih mundur ketika mengetahui beban hidupnya. Dia tidak bisa berbuat banyak.Dan setelah usia diatas 30, barulah ada wanita muslimah yang  juga anak yatim piatu  bersedia menikah dengan dia. Itupun istrinya punya dua adik perempuan,yang kemudian harus menjadi bebannya juga. Demikian ceritanya mengapa dia terlambat menikah. Setelah menikah,dia terpaksa mundur sebagai auditor karena gajinya sudah tidak cukup lagi untuk menanggung biaya hidup yang mahal. Dia memutuskan untuk berwiraswasta. Walau pendapatan sebagai wiraswasta belum pasti , tapi dia punya harapan untuk mendapatkan lebih asalkan dia bekerja keras dan istiqamah. Awalnya sempat dia ragu melangkah karena membayangkan nasip mereka yang ada dirumahnya bila dia gagal dalam bisnisnya. Padahal ada pendapatan pasti setiap bulan dia terima tapi dia tinggalkan. Tapi dia bulatkan hati  untuk berwiraswasta. Bukankah mereka yang ada dirumahnya ada karena Allah. Tentu setiap mereka ada rezekinya dari Allah. Dia yakin itu.

Dia membuka usaha jasa Consultant bidang Management dan Accounting.  Ketika itu 1998 hampir semua perusahaan besar dan perbankan dilanda krisis. Salah satu bekas rekanan perusahaan tempatnya kerja dulu, meminta jasanya menjadi consutlant pendamping dalam rangka lelang pengambil alihan asset dari BPPN. Rekanannya berhasil mendapatkan asset dalam lelang itu dan karena itu ia mendapatkan komisi yang cukup besar. Dari komisi itulah dia gunakan untuk modal mengambil asset yang bermasalah di BPPN. Dengan kehebatannya dalam financial engineering  dan managemen , dia berhasil membeli asset yang bernilai hanya 20% dari nilai buku dan kemudian dia kembangkan menjadi perusahaan berkelas dunia. Kini perusahaannya tersebar bukan hanya di Indonesia tapi juga di luar negeri. Bisnisnya terus berkembang. Saya terpesona. Menurutnya dia tidak pernah bermimpi untuk jadi konglomerat.Dia hanya ingin menyelamatkan 12 manusia yang diamanahkan kepadanya. Kemudian setelah dia berhasil ,satu demi satu masalah kemanusiaan muncul diperusahaannya, yang memaksanya untuk mengambil beban itu dan memberikan solusi. Contoh salah satu usahnya dibidang perkebunan sawit bersinggungan dengan orang miskin.Dia tidak hanya meningkatkan nilai Plasma dari produksi sawit tapi juga terpanggil untuk menyediakan sarana sekolah, kesehatan, menjamin pasar dan menydiakan modal bagi usaha sampingan keluarga petani  (plasma). Dari itu kesejahteraan mereka terangkat dari sebelumnya,dan berharap setelah itu mereka juga bisa membantu sanak saudaranya yang miskin.

Saya terpesona dengan jalan hidup yang diambil oleh teman ini. Menurutnya, apa yang dia lakukan karena semata mata tidak mau dikatakan oleh Allah sebagai pendusta agama. Tahukah kamu orang yang mendustakan agama,demikian kata Allah dalam Surat Al Maun. Itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya. Dan enggan (menolong dengan) barang berguna. Sehebat apapun kita dalam menguasai ilmu agama,sehebat apapun kita melaksanakan ritual agama seperti sholat, haji, puasa,dll pada akhirnya kita hanyalah sang pendusta agama bila tidak berbuat apapun terhadap mereka yang miskin. Janganlah pandai berdalih tapi sebetulnya kawatir bila berbagi hartnya berkurang atau tidak nyaman bila dibebani sanak family.Ingat Allah maha tahu apa yang tersembunyi dihati kita.  Diri kita , tubuh kita adalah harta tak ternilai yang diberi Allah gratis.Ketika kita bisa makan kenyang sementara tetangga kita ada yang kelaparan maka andaikan pada jam itu kita meninggal, kita mati dalam keadaan tidak beriman.Berat sekali ancaman bagi mereka yang lalai terhadap simiskin. Islam adalah agama cinta dan kasih sayang,bukan agama yang menteror orang dengan neraka dan memberikan angin harapan sorga.  Islam, adalah agama perbuatan untuk cinta kepada siapapun, terutama kepada mereka yang miskin.  Kalau anda tidak bisa memberi atau bantu mereka,maka jangan sinis kepada mereka yang miskin dan kalau ada orang berbeda agama atau mahzab membantu simiskin , jangan hujat! tapi bantu mereka.

Siapapun yang beragama islam maka dia harus menjadi agent dari Allah untuk menebarkan keadilan bagi kaum duafa, dan yakinlah tidak ada  Agent yang hidupnya akan sia sia atau bangkrut. Agent Allah adalah orang yang kuat dalam keimanan, sabar dalam mengemban amanah Allah, karenanya ia selalu dilapangkan Allah rezekinya, dan disehatkan tubuhnya. Apakah ada kehidupan yang lebih sempurna dibandingkan dengan agent Allah?  Tanya  teman itu sambil tersenyum.

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...