Tahun 2002 saya pernah membawa
tamu dari London berkunjung ke Bandung. Dia ingin sekali melihat tempat diselenggarakannya
konprensi Asia Afrika Dia sahabat muslim saya yang mempunyai kantor konsultan di London. Dalam perjalanan itu kami mampir sholat di Mesjid yang sangat megah, terletak dijalur puncak. Nampak dia kagum akan
kemegahan mesjid itu. Ketika itu dia berkata bahwa
betapa banyaknya masjid di Indonesia. Hampir dimana mana terdapat menara masjid. Saya bilang bahwa Indonesia
adalah Negara sejuta masjid. Dia tersenyum. Menurutnya alangkah hebatnya bila
Masjid yang begitu banyak digunakan juga sebagai sarana untuk menampung kaum
miskin , para musafir dan balai kesehatan bagi kaum miskin. Tentu masalah
mendasar Indonesia tentang bagaimana mengatasi kemiskinan dapat dengan mudah
diselesaikan. Gerakan masjid adalah
gerakan berjamaah, bukan hanya sholat tapi juga bertaaruf untuk bergotong
royong menyelesaikan masalah umat.Tugas ulama bukan hanya menjelaskan haram dan halal, sorga atau neraka tapi bagaimana membangkitkan motivasi bagi umat untuk membantu kaum duafa. Ya dari umat untuk umat demi meninggikan kalimat Allah. Bukankah begitu kata Allah dalam Surat Al Maun. Demikian katanya yang tak pernah saya lupa.
Idenya itu pernah saya bicarakan
kepada Ibu saya yang memang aktifis Aisiyah. Menurut ibu saya memang
Muhammadiah dan Aisyiah punya program membangun masjid dan itu selalu dilengkapi dengan
Balai Kesehatan dan Pendidikan namun memang tidak menyediakan tempat tinggal
untuk orang miskin. Tapi kalau pemerintah punya ide mengoptimalkan fungsi lahan
disamping masjid juga tempat tinggal kaum miskin maka ibu saya yakin pengurus
Muhammdiah akan mendukung program itu. Sangat mendukung. Karena ini perintah
Allah yang tertuang dalam Al Quran Surat Al Maun. Islam harus peduli kepada
kaum miskin dan tempat tinggal adalah kebutuhan mendasar bagi setiap manusia.
Tahun 2013 ide teman saya itu diaktualkan oleh Ahok. PEMDA DKI berencana untuk
membongkar Masjid Baitul Arif yang
terletak di Jalan Jatinegara Barat, Jakarta Timur, untuk keperluan pembangunan rumah susun
(Rusun). Masjid tidak dihilangkan tapi dipugar dengan menambahkan fungsi lahan
itu untuk membangun RUSUN bagi kaum miksin. Diatas lahan itu juga akan
disediakan PUSKESMAS dan Tempat pendidikan untuk kaum miskin perkotaan. Design
nya bisa saja Masjid berada dilantai dasar atau dilantai atas. Namun ide ini
hanya untuk Masjid yang berada di atas
tanah Negara. Secara hukum PEMDA DKI berhak untuk mengoptimalkan lahan negara dan itu adalah amanah UU dimana setiap pemimpin harus melaksanakannya. Umat islam harus menyikapi kebijakan ini dengan bijak tanpa terpancing provokasi.
Memang saat sekarang Jokowi Ahok
sedang berjuang untuk memenuhi target membangun RUSUN bagi kaum miskin
perkotaan. Namun untuk mendapatkan lahan di tengah kota Jakarta yang kosong
tidaklah mudah, apalagi untuk RUSUN yang tidak ada nilai komersialnya. Alangkah baiknya bila ide ini disikapi positip oleh Dewan Masjid Indonesia yang diketuai oleh JK agar Pemda juga mengoptimalkan lahan masjid milik umat bagi pembangunan RUSUN serta program social lainnya dari PEMDA. Nah,bayangkanlah
, andai optimalisasi lahan majid disetujui oleh umat islam maka pengadaan RUSUN
untuk rakyat miskin perkotaan akan lebih cepat terlaksana. Hitunglah berapa
masjid besar yang ada di DKI dan hitunglah berapa RUSUN yang bisa
dibangun diatas lahan masjid itu. Ini bukan jumlah sedikit. Ini merupakan solusi sosial yang menempatkan agama sebagai dasar untuk bersikap, yaitu menjadikan rumah Allah tempat yang aman bagi kaum duafa. Bagaimana tata kelola dari RUSUN yang berada diatas lahan Masjid ini maka PEMDA DKI dapat melibatkan ormas Islam dengan dukungan ulama untuk berperan serta bagaimana membina para penghuni RUSUN untuk menjadikan spririt agama sebagai cara melawan kemiskinan yang bersandarkan kepada akhlak Al Quran. Mereka dilatih untuk gigih mencari rezeki dalam kejujuran serta hidup bersih dalam keharmonisan tetangga yang saling menyapa dan menjaga.
Menurut saya ide mengoptimalkan fungsi lahan Masjid untuk pengadaan rumah bagi kaum miskin tidak akan bertentanngan dengan Al Quran. Mengapa ? karena sebetulnya didalam Al Quran amalan yang paling sering disebut adalah memberikan makan orang miskin. Pembangunan masjid malah tidak ada dalam Al Quran. Bahkan ada pembangunan masjid yang dikecam dalam Al Quran yaitu pembangunan Masjid Dhirar ( QS. Taubah (9) Ayat 107.). KH Ahmad Dahlan lebih takut dengan Surat Al Maun ketimbang seruan jihad membangun masjid. Karena itu ia mendirikan Muhammadiah untuk membantu kaum miskin mendapatkan akses pendidikan, kesehatan dan Rumah tinggal untuk anak yatim piatu. Esensi masjid bukanlah dari keindahan masjid. Bukan. Tapi ramainya orang datang berjamaah dengan khusu serta dijalin oleh rasa persaudaraan yang tinggi. Sholat berjamah dan masjid adalah ujud social culture umat dalam memahami syariat Agama. Bahwa kebersamaan itu adalah segala galanya,. Alangkah eloknya bila lahan masjid yang luas dengan lampu taman yang mahal dirubah fungsinya untuk tempat tinggal bagi kaum miskin sehingga mereka tidak harus tidur dipinggir jalan, distasiun atau di pasar. Para ulama harus sebagai mentor untuk memeriahkan masjid dalam nafas perjuangan itu. Sehingga tak lagi nampak Masjid harus dijaga oleh Satpam, Tak harus masjid terkunci rapat ketika tidak dipergunakan untuk sholat berjamaah. Masjid 24 jam terbuka bagi siapa saja yang butuh perlindungan dari dunia luar yang kadang tak lagi ramah.
Menurut saya ide mengoptimalkan fungsi lahan Masjid untuk pengadaan rumah bagi kaum miskin tidak akan bertentanngan dengan Al Quran. Mengapa ? karena sebetulnya didalam Al Quran amalan yang paling sering disebut adalah memberikan makan orang miskin. Pembangunan masjid malah tidak ada dalam Al Quran. Bahkan ada pembangunan masjid yang dikecam dalam Al Quran yaitu pembangunan Masjid Dhirar ( QS. Taubah (9) Ayat 107.). KH Ahmad Dahlan lebih takut dengan Surat Al Maun ketimbang seruan jihad membangun masjid. Karena itu ia mendirikan Muhammadiah untuk membantu kaum miskin mendapatkan akses pendidikan, kesehatan dan Rumah tinggal untuk anak yatim piatu. Esensi masjid bukanlah dari keindahan masjid. Bukan. Tapi ramainya orang datang berjamaah dengan khusu serta dijalin oleh rasa persaudaraan yang tinggi. Sholat berjamah dan masjid adalah ujud social culture umat dalam memahami syariat Agama. Bahwa kebersamaan itu adalah segala galanya,. Alangkah eloknya bila lahan masjid yang luas dengan lampu taman yang mahal dirubah fungsinya untuk tempat tinggal bagi kaum miskin sehingga mereka tidak harus tidur dipinggir jalan, distasiun atau di pasar. Para ulama harus sebagai mentor untuk memeriahkan masjid dalam nafas perjuangan itu. Sehingga tak lagi nampak Masjid harus dijaga oleh Satpam, Tak harus masjid terkunci rapat ketika tidak dipergunakan untuk sholat berjamaah. Masjid 24 jam terbuka bagi siapa saja yang butuh perlindungan dari dunia luar yang kadang tak lagi ramah.