Kemarin hari minggu janjian makan
siang dengan Linda. Dia nginap di Hotel
Park lane Hotel, Causeway Bay Hong Kong.
Dia sudah tiga hari di Hong Kong karena
tugas dari kantornya di Zurich
dan baru hari minggu ini punya kesempatan bertemu saya. Kami bersahabat
lama. Saya mencoba menawarkan makan
siang di Restoran Indonesia. Dia
mengangguk tersenyum. Karena dulu ketika
bertemu di Zurich saya sempat punya hutang janji akan membawanya makan di restoran Indonesia, di Hong Kong.
Kami berjalan kaki dari Hotelnya ke restoran.Tidak begitu jauh. Hanya satu blok
. Ditengah perjalanan itu , dia nampak bingung ketika melihat begitu banyak wanita yang duduk di trotoar
jalan dibawah jembatan dan dipinggir taman sedang menikmati
makan siang sambil bersenda gurau. Dia melihat kearah saya seakan ingin
meminta penjelasan . Saya katakan bahwa itu adalah para wanita pekerja dari
Indonesia. Mereka ada pembantu rumah tangga.
Dalam seminggu , para majikannya memberi mereka libur sehari. Umunya
hari minggu mereka libur. Memang
aturan Hong Kong dimana PRT mendapatkan hak sama dengan pekerja formal
lainnya.Mereka mendapatkan asuransi, dan hak libur serta Upah Minimum
Tidak sama dengan di Indonesia , PRT bekerja 24 jam dan tidak ada libur,
tak ada standard upah minimum.
Linda nampak berkerut kening
ketika mendengar penjelasan saya. Bukankah Indonesia dikenal sebagai negara kaya. Bukankah Indonesia telah
merdeka. Bukankah Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduk dan pemimpinnya
adalah muslim. Bukankah Indonesia anggota G20. Dia nampak menggeleng gelengkan
kepala.Seakan tidak bisa memahami keadaan yang ada didepan matanya. Dia memang tidak pernah datang ke Indonesia
dan tidak mengenal dekat tentang Indonesia. Dia hanya mengenal Indonesia dari
media cetak. Mengapa pemerintah Indonesia mengorganisir wanita bekerja dilevel terendah seperti ini di luar negeri? China saja yang jelas komunis
melarang pengiriman tenaga kerja wanita keluar negeri. Bahkan Vietnam dengan
tingkat GNP dibawah Indonesia, melarang para wanitanya bekerja di luar
negeri. Dia yakin bahwa para wanita
wanita itu adalah korban dari akibat kemiskinan. Tak mungkin ada wanita yang mau jauh dari
keluarganya dan bersedia diperlakukan sebagai manusia second class kalaulah
bukan karena kemiskinan yang akut. Sangat akut. Sehingga mereka tak lagi
melihat kehormatan dirinya kecuali berbuat apa saja untuk bisa bertahan hidup.
Mereka bersyukur bekerja di negara seperti Hong Kong yang menempatkan HAM
diatas segala galanya. Bagaimana dengan mereka yang bekerja di Malaysia dan
Arab. Para wanita itu diperlakukan seperti budak, walau mereka seiman dan
seAgama dengan majikannya.
Menurut Linda, dia baru kini
dapat mengerti bahwa sebetulnya tidak ada kemerdekaan di Indonesia. Dia dapat
pahami itu ketika dia masih dibangku kuliah di Standford
University. Apa yang dia ketahui bahwa
Indonesia adalah salah satu contoh negara yang salah mengurus sumber dayanya
sehingga membuat Indonesia terjebak dengan kelangkaan resource. Saya berkerut
kening. Apa yang disebut dengan kelangkaan resource? Menurutnya adalah sumber
daya yang ada useless karena sebagai berikut 1) tenaga kerja terdidik tidak
tersedia secara massive. 2) sebagian besar tenaga terdidik bekerja di perkotaan
yang tidak ada kaitannya dengan peningkatan value sumberdaya alam. 3). Tanggung
jawab sosial negara yang begitu besar tanpa diiringi kemampuan kemandirian
negara memenuhi anggarannya sehingga terjebak dengan hutang. 4). Tidak ada
kepastian hukum sehingga memungkinkan celah korupsi terjadi dimana saja. 5). Proses
politik yang panjang dan mahal sehingga membuat kebijakan nasional menjadi
lambat dan tidak efisien.Hal ini mematikan kreatifitas birokrasi dan visioner. Tentu
semua itu berhubungan dengan attitude bangsa. Demikian Linda mencoba
membentangkan teori yang dia pahami tentang Indonesia. Apakah itu benar adanya ? tanyanya. Saya
hanya mengangkat bahu. Apapun teori
tentang Indonesia, aka selalu ada pembenarannya bila melihat kenyataan yang
ada.
Di Bumi ini hanya 17% lahan yang
bisa ditanami pangan, dan 42% nya ada di Indonesia.Seharusnya Indonesia sebagai
lumbung pangan dunia. Tapi apa kenyataannya? Indonesia hidup dari import
pangan. Indonesia mempunya SDA Gas nomor
dua terbesar didunia tapi sampai hari ini PLN harus import Gas untuk kebutuhan
pembangkit karena GAS yang ada dijual ke Jepang, China dan Korea dengan harga
obral. Indonesia adalah negara konsumen
kendaraan nomor 5 terbesar didunia tapi dari lima negara itu hanya indonesia
yang tidak mampu membuat kendaraan dengan local conten diatas 90%. Sebagian
besar lahan kebun sahit dikuasai Asing. Sebagian besar Blok MIGAS dikuasai
asing. Setiap jengkal peluang yang berhubungan dengan SDA pastilah ada asing
yang mengontrolnya. Indonesia hanya mendapat sedikit dan yang banyak tentu
asing. Yang sedikit itulah yang harus menanggung beban sosial rakyat yang
setiap tahun terus bertambah. Jadi benar apa kata Joseph Stiglitz bahwa SDA
adalah kutukan bagi Indonesia. Karena SDA itulah Indonesia selalu jadi rebutan
asing. Akibatnya indonesia tidak pernah bisa merdeka dari kekuatan asing.
Karena SDA itulah membuat para pemimpin hilang visi dan hilang kreatifitas
untuk mandiri. Karena SDA itulah yang
membuat para elite malas dan doyan korup. Akibatnya selalu terjajah dan miskin.
Usai makan siang, Linda
mengucapkan selamat hari kemerdekaan Indonesia. Dia tahu kemarin tanggal 17
agustus. Dia tersenyum sambil berkata meyakinkan saya bahwa Indonesia masih
punya harapan untuk lebih baik dimasa depan. Indonesia punya HOPE. Yang diperlukan indonesia kini adalah
pemimpin yang berhati mulia dan mau bekerja keras demi rakyat, demi kemerdekaan
yang diperjuangkan dengan darah dan airmata. Ya ,saya berharap, semoga....
No comments:
Post a Comment