Thursday, May 30, 2013

Asuransi Kesehatan?

Nannini café Plaza Indonesia jam 2 sore. Saya datang terlambat 10 menit dan dia datang lebih awal. Ketika bertemu wajahnya nampak segar. Menurutnya , standard hidup orang modern adalah adanya jaminan social akan kesehatan, pendidikan, perumahan. Sejak awal dia terjun kemasyarakat atau 30 tahun yang lalu ketika usianya 20 tahun, tidak pernah terpikirkan untuk punya asuransi kesehatan. Tidak pernah terpikirkan untuk menabung di Bank agar layak mendapatkan kredit rumah dan Deposito agar punya jaminan untuk masa tua. Sebagian besar orang mengatakan bahwa dia terlalu tidak memikirkan masa depan. Tidak peduli dengan resiko besok.  Dia terlalu yakin dengan dirinya sendiri namun bodoh. Mengapa ? di era modern sekarang, payung perlindungan dari resiko tersedia luas. Cukup membayar premi tertentu, kita sudah merasa aman dari segala resiko dimasa depan. Padahal menurut saya , dia tidak kesulitan untuk membayar premi. Memang benar itu. Tapi tetap dia  tidak peduli. Baginya soal masa depan itu masih didalam genggaman Allah. Hari kini adalah berkah yang Allah berikan kepada nya.  Dia harus memikirkan untuk berbuat dan bersikap untuk hari ini. Soal besok , itu urusan Allah. Demikian katanya membuat saya terpesona.  Sebuah keyakinan  yang sederhana namun itulah puncak tauhid.

Awalnya istrinya berbeda pendapat dengannya. Bahkan  sempat mengatakan bahwa sikapnya“konyol”. Tapi dia tidak peduli. Baginya bahwa satu satunya jaminan terbaik hanya berasal dari Allah. Dia yakin bahwa bila kita berjalan dijalan Allah maka Allah akan menjamin kita dari segala resiko. Itulah keyakinan nya sejak remaja sampai kini. Lantas bagaimana dia melaksanakan keyakinan itu dalam bentuk syariat ? Apa jalan Allah itu ? jalan Allah itu adalah cinta dan kasih sayang. Premi asuransinya  adalah membantu siapa saja yang harus dibantu. Menurutnya tak penting seberapa besar dia bisa bantu atau dalam bentuk apa, yang penting ketika orang  datang minta tololng maka dia harus membantunya. Supir yang sudah bekerja lebih 10 tahun dikeluarganya, dibelikan rumah BTN dan semua anak anak supirnya disekolahkan sampai ke Universitas. Ponakan dari sepupunya yang miskin ditampungnya dirumah dan dibina sampai ke Uninversitas. Ibunya yang masih hidup dijaganya dengan kedua tangannya. Tetangga dan teman yang butuh pertolongan dengan cepat dia tolong. Di perusahaannya dia memberikan gaji diatas UMR. Begitulah ceritanya.

Dan lihatlah kenyataanya kini,katanya. Diusia diatas 50 tahun, dia masih tetap sehat. Seumur hidupnya tidak pernah diopname di RS. Apakah dia selalu sehat? Oh tidak. Menurutnya di acap terkena penyakit. Menurut saya penyakitnya sangat mengkawatirkan. Dia pernah kena kanker pangkreas. Dia sempat terjatuh ketika di kantor. Begitu akut penyakitnya. Namun dia tetap bertahan tidak pergi kedokter untuk berobat. Dia berusaha menahan penyakitnya dengan caranya sendiri. Namun ditengah sakit itu, temannya menyarankan agar dia merebus daun sirsak dan meminumnya selama satu bulan. Hanya dua minggu dia meminum air rebusan daun sirsak itu, perutnya tidak lagi terasa sakit. Makanpun sudah lahap. Ketika dia periksa di Laboratorium, kankernya sudah hilang. Dia sehat sempurna. Dia juga pernah kena batu empedu. Sudah dijadwalkan untuk dioperasi di Penang. Tapi berkat saran dari tetangga untuk dia mengikuti teraphi makan empat buah apel setiap hari selama seminggu dan dilanjutkan dengan minum air garam inggeris dan minyak zaitun. Hasilnya, batu empedu itu keluar bersamaan ketika dia BAB pagi hari. Diapun sehat.  Singkatnya berkali kali dia terkena penyakit serius , semua itu sembuh dengan mudah tanpa dia harus menderita melewati proses penyembuhan itu.

Dengan asuransi kesehatan , kita memang dibebaskan dari biaya rumah sakit namun proses kesembuhan itu membuat kita menderita. Bisa melalui operasi atau kemoterapi yang sangat menyakitkan dan melelahkan. Sementara kesembuhan belum pasti.  Premi asuransi yang kita bayar kepada Allah melalui keikhlasan berbagi, berinfak, bersadaqah,  jauh lebih baik. BIla sakit, Allah berkehendak (Yaasiin ayat 82dengan caraNya untuk membuat kita sembuh. Bisa saja melalui perantara orang lain yang memberikan saran untuk kesembuhan kita, seperti yang dialami oleh teman saya itu. Dari Ibnu Abbas, Rasulullah saw bersabda ”Obat termasuk takdir. Obat bermanfaat bagi siapa yang Allah kehendaki berupa apa yang Allah kehendaki,” Artinya bahwa Allah akan memberikan kesembuhan kepada orang yang dikehendaki-Nya. Allah juga akan meletakkan obat sebagai sarana kesembuhan itu di mana saja yang Dia kehendaki dan bisa darimana saja sumbernya. Disamping itu memang teman saya itu mengharamkan memakan uang Riba atau bunga deposito atau tabungan. Inilah yang membuat jiwanya bersih dan tentu tubuhnya terjaga dari segala penyakit.

Mengapa saya ceritakan teman ini karena pribadi atau sikap hidupnya précis sama dengan saya. Tidak punya asuransi dan juga tidak punya deposito atau tabungan. Namun Alhamdulillah sampai hari ini badan sehat. Walau tidak punya Deposito namun tidak membuat saya resah soal masa depan. Untuk itu saya teringat akan hadith Rasulullah SAW “Obatilah orang sakit diantara kalian dengan sedekah” dan Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah mengatakan “Sesungguhnya sedekah bisa memberikan pengaruh yg menakjubkan untuk menolak berbagai macam bencana sekalipun pelakunya orang yang fajir (pendosa), zhalim atau bahkan orang kafir, karena Allah SWT akan menghilangkan berbagai macam bencana dengan perantara sedekah tersebut…” Nah, yakinlah seyakinnya bahwa bersedekah adalah premi asuransi untuk kesehatan yang paling hebat didunia. Kalau anda tidak percaya maka inilah sabda Rasul ,”Diantara ciri-ciri orang pelit (bakhil) adalah banyaknya penyakit”.Saatnya kini mengutamakan cinta dan kasih sayang melalui memberi kepada yang duapa untuk keselamatan dunia dan akhirat.  Abdul Aziz bin Umair berkata,”Shalat mengantarkanmu menuju setengah perjalanan, puasa mengantarkanmu pada pintu sorga, dan sedekah memasukanmu ke dalamnya.”

Saturday, May 25, 2013

Pilihan...?


Lama kami tidak bertemu. Mungkin lebih dari 30 tahun. Ketika bertemu minggu lalu, wajah kami tak nampak seperti 30 tahun lalu. DIsana sini sudah nampak warna putih dirambut. Kerutan tersamar juga nampak. Yang tak pernah berubah adalah gaya bicara dan senyuman. Masih seperti yang dulu. Dia bercerita pengalaman hidupnya selama 30 tahun itu.  Menurutnya bahwa rasa sesal itu datang bila kita punya banyak pilihan. Setamat kuliah dia punya banyak pilihan. Jadi professional, PNS atau Wiraswasta. Ketiga hal itu mudah diraihnya. Karena dia lulusan terbaik di universitasnya tentu tidak sulit untuk menjadi professional atau PNS. Orang tuanya juga termasuk orang kaya yang tentu tidak sulit baginya mendapatkan modal untuk berwiraswasta. Dia memilih PNS. Alasannya sederhana bahwa orang tuanya juga PNS dan telah memberikan kesejahteraan hidup bagi keluarganya. Dia ingin mengikuti jejak Ayahnya. Hidup serba teratur dan terjamin dari segala resiko kebutuhan hidup dan tunjangan social. Dua tahun setelah menjadi PNS, diapun menikah. Hidup dilaluinya bagaikan alir mengalir datar diatas kaca. Dia hanya butuh kesabaran melewati rentang waktu sampai pensiun.

Apakah dia bisa sabar? Menurutnya hanya lima tahun usia pernikahannya atau 7 tahun sebagai PNS, dia sudah merasa bosan. Merasa ada sesuatu yang terbuang sia sia. Dia menyesal dengan pilihannya sebagai PNS. Mengingat waktu yang ditempuhnya dalam pendidikan, kesulitannya mendapatkan predikat terbaik, ternyata setelah bekerja, semua itu tidak terpakai. Hal yang paling sederhana dan sangat rasional menurutnya ternyata tidak rasional bagi lingkungan tempatnya  bekerja. Tanpa disadari dia berada dalam ruang yang memenjarakan kreatifitasnya dan membuat dia merasa tak berguna sebagai orang yang terdidik dengan baik. Selanjutnya pandangannya sering keluar. Pekarangan rumah orang semakin nampak hijau. Profesi lain selain PNS jauh lebih membahagiakan dibandingkan sebagai PNS. Terbayang kehidupan dimana orang akan membayarnya karena keahliannya. Ada rasa bangga dihormati dan dibayar. Maka diapun memutuskan untuk berhenti sebagai PNS. Jalan professional adalah pilihannya. Lima tahun sebagai professional , dia mulai merasa terhina dan rendah. Betapa tidak? Ternyata tak mudah membuat orang lain percaya dia ahli dan pantas untuk dibayar. Kalaupun ada yang memakai jasanya, itupun bayarannya sangat murah. Dia menyesal sebagai professional karena direpublik ini jasa professional hanya mahal untuk kelas pengacara nakal dan akuntan nakal. Yang pintar dan jujur tak laku dijual.

Hidup hanya sekali. Tak ingin terkurung lama sebagai profesional yang bersepatu miring. Diapun mengambil keputusan untuk pindah menjadi wiraswasta. Ketika keputusan ini dibuat , usianya sudah diatas 40 tahun. Tenaga tak sekuat ketika masih dibawah 30 tahun. Ketika itu dia sadar bahwa dia tak mungkin kembali lagi sebagai PNS. Tak mungkin berbalik lagi sebagai professional karena dia tidak berbakat sebagai seorang ahli dan penjual sekaligus. Wiraswasta adalah pilihah akhir pada posisi dia berada disudut dan usia paruh baya. Mungkinkah akan sukses? Ternyata usahanya sebagai wiraswasta dalam 5 tahun dapat berkembang baik walau tidak besar. Setidaknya usahanya itu bisa membuat dia bahagia  dan lapang. Mengapa dia gagal sebagai PNS?  karena dia masih melihat kemungkinan lebih baik sebagai professional. Mengapa dia gagal sebagai professional? Karena dia masih melihat kemungkinan sukses sebagai wiraswasta. Dan ketika dia memilih wiraswasta, dia tidak punya pilihan lain. No way return. Justru karena itulah membuat potensinya bangkit dan terangkat kepermukaan. Dia bisa bersikap bijak bahwa jika cobaan sepanjang sungai, maka Kesabarannya seluas Samudra. Jika harapan sejauh hamparan mata memandang, maka tekad mesti seluas angkasa membentang. Jika pengorbanan sebesar Bumi, maka keikhlasan harus seluas Jagad Raya. itulah hikmah perjalanan hidupnya. Apakah dia benar dengan pilihan  sebagai wiraswasta? Menurutnya ini bukan soal kesempatan tapi memang harus memilih. Ketika memilih maka jangan lagi melihat kepada yang lain. 

Ditahun 711 M, Thariq bin Ziyad memimpin 7000 tentara Islam melakukan pelayaran ke Spanyol untuk tujuan penaklukan. Sesampai di Spanyol dia memerintahkan kepada pasukannya untuk membakar seluruh kapal. Pasukannya sadar bahwa mereka tidak ada jalan untuk kembali atau lari. Hanya ada satu jalan yaitu melangkah kedepan dan menang. Sehingga seluruh kekuataan pasukan focus kepada sasaran dan tak pernah lagi berpikir lain kecuali bertarung sampai titik darah penghabisan. Sejarah membuktikan bahwa Thariq bin Ziyad berhasil merebut Spanyol. Bagaimana motivasi no way return itu bisa membuat orang sukses? Inilah pidato Thariq : Di mana jalan pulang? Laut berada di belakang kalian. Musuh di hadapan kalian. Sungguh kalian tidak memiliki apa-apa kecuali sikap benar dan sabar. Sekiranya perang ini berkepanjangan, dan kalian tidak segera dapat mengatasinya, akan sirnalah kekuatan kalian. Akan lenyap rasa gentar mereka terhadap kalian. Oleh karena itu, singkirkanlah sifat hina dari diri kalian dengan sifat terhormat. Ketahuilah, sekiranya kalian bersabar untuk sedikit menderita, niscaya kalian akan dapat bersenang-senang dalam waktu yang lama. Demikain Thariq mengajarkan sebuah inspirasi bahwa kesabaran adalah kata kunci melewati setiap pilihan agar tidak tergoda dengan pilihan yang lain dan istiqamah untuk bisa meraihnya. Power of patience; Our patience will achieve more than our force.

PNS atau Professional atau Wiraswasta adalah soal pilihan. Apapun pilihan tidak ada yang salah. Yang salah adalah apabila kita tidak pernah memilih kecuali hanya ikut ikutan. Pemilih sejati adalah mereka yang tidak pernah menyesal karena pilihannya dan bertarung dengan hati , berbuat untuk cinta dan berharap kepada Allah. Sekali memilih maka tetaplah focus sampai akhir dan selesai, tapa sesal apapun. Itulah tandanya orang bersyukur akan nikmat Allah. Destiny is no matter of chance. It is a matter of choice. It is not a thing to be waited for, it is a thing to be achieved.

Thursday, May 16, 2013

Waduk Pluit, Relokasi?


Kita tidak tahu bagaimana awalnya sehingga terjadi komersialisasi lahan waduk pluit.  Yang pasti akibat waduk tidak diurus oleh gubernur sebelumnya maka terjadi pendangkalan dan akhirnya menjadi tanah rata untuk layak dibangun hunian. Apalagi Lokasi tanah itu strategis. Dekat dengan pusat kota. Dekat dengan kegiatan ekonomi. Tentu bila dibangun rumah akan mudah disewakan kepada siapa saja. Uang akan mengalir. Ide menjadikan tanah waduk sebagai tempat tinggal memang datang dari segelintir orang yang cerdas dan dekat dengan aparat Pemda.  Maklum saja bahwa tanpa kebijakan korup aparat perangkat PEMDA dari RT, RW, Lurah , Camat, Walikota, Gubernur tidak mungkin rakyat dapat leluasa membangun hunian diatas tanah negara. Apalagi ini sudah berlangsung bertahun tahun hingga sampai mencapai 7000 kepala Keluarga.  Rakyat tinggal ditanah illegal dan mereka juga memberikan pemasukan illegal kepada pejabat Pemda. Begitulah brengseknya aparat PEMDA sebelumnya.
Kini Jokowi dan Ahok harus mengembalikan fungsi tanah tersebut sebagai waduk. Tujuannya jelas yaitu untuk sarana penangkal banjir. Jokowi dan Ahok tidak mau larut menyalahkan Gubernur sebelumnya yang mengakibatkan waduk mendangkal dan tanah Negara diserobot. Yang lalu biarlah berlalu. Kini saat nya Jakarta Baru. Karenanya penyelesaian harusnya bijaksana. Memang tidak mudah bagi Jokowi bersikap untuk menguasai kembali tanah negara apalagi diatasnya telah terbentuk komunitas yang jumlahnya sudah ribuan orang. Kreatifitasnya mencarikan solusi harus diuji dengan ketaatannya mengikuti aturan dan perundang undangan yang berlaku khususnya berkaitan dengan penggunaan dana APDB. maklum saja setiap kebijakan akan berimplikasi kepada APBD. Ganti rugi tunai kepada penghuni liar diatas tanah negara tidak dibenarkan oleh APBD. Penghuni mengharapkan Jokowi berlaku sebagai malaikat.Padahal jokowi -ahok adalah bagian dari system kepemimpinan di DKI. Semua keputusannya harus sesuai dengan standard compliance yang diawasi secara ketat oleh DPRD dan BPKP. Ini tidak mudah.

Teman saya yang pengacara mengatakan bahwa tidak ada ruang bagi rakyat untuk bargain position terhadap haknya diatas tanah negara bila negara membutuhkan tanah itu. Lantas bagaimana dengan tanggung jawab sosial pemerintah terhadap mereka yang kehilangan tempat tinggal akibat penggusuran itu? Ini masalah lain, jawabnya. Kalaupun pemerintah berikhlas hati untuk memberikan bantuan maka itu tidak ada kaitannya sebagai konpensasi. Ini hanya given. Sama halnya dengan tanggung jawab pemerintah menuyediakan rumah bersubsidi, sekolah gratis, kesehatan gratis. Itu sebabnya Jokowi -Ahok menerapkan kebijakan standard untuk menyelesaikan masalah pemukiman diatas tanah waduk pluit, yaitu program relokasi. Artinya penduduk dipindahkan ketempat lain untuk mendapatkan fasilitas perumahan yang legal. Legal dalam arti dia berhak tinggal dirumah itu sampai kapanpun dengan sistem menyewa. Andaikan mereka tidak ada pekerjaan maka pemda akan menyalurkan. Mereka juga mendapat jaminan lingkungan tempat tinggal yang bersih lengkap dengan sarana sosial. 

Menurut teman aktifis bahwa apa yang dilakukan oleh pemda DKI dibawah kepemimpinan Jokowi-Ahok adalah system negara pengurus ( State welfare). Pemerintah tidak memberikan uang sebagai konpensasi tapi berupa natura. Mengapa ? karena kalau uang itu akan useless ditangan kaum miskin. Mereka akan berhadapan dengan pasar dan uang konpensasi itu tidak akan cukup untuk mereka bisa memiliki rumah yang layak huni. Contoh rata rata setiap orang memilik rumah 50 meter persegi. Kalau Pemda memberikan konpensasi uang sebesar Rp. 3 juta per meter maka itu hanya Rp 150 juta. Dipastikant tidak ada rumah dijakarta seharga itu. Uang itu akan habis dan akhirnya mereka kembali menjadi masalah sosial bagi pemda karena tidak ada tempat tinggal yang legal. Karenanya alokasi APBD diarahkan kepada penyediaan perumahan ( Housing development program) yang memastikan rakyat miksin mendapatkan tempat tinggal yang layak dengan subsidi. Program relokasi itu bagian dari program perumahan untuk rakyat miskin. Hampir semua negara punya program ini.

Namun menjelaskan kepada publik tentang konsep state welfare ini sangat sulit. Karena publik sebagian besar terkooptasi dengan pemikiran kapitalis di mana pemilikan individual terhadap uang menentukan hidup matinya seseorang. Hal inipula yang diaminin oleh KOMNAS HAM. Maklum bahwa HAM kita memang berkiblat kepada Kapitalis sistem yang mengakui hanya konpensasi uang yang sesuai dengan prinsip HAM. Sehingga Individu bebas menggunakan uang itu untuk apa saja.  Itu sebabnya KOMNAS HAM berada dibalik penghuni yang menentang program relokasi kecuali konpensasi berupa uang. Untuk diketahui bahwa dana APBD itu berasal dari uang pajak seluruh rakyat DKI. Misal karena tekanan KOMNAS HAM akhirnya JOKOWI memberikan ganti rugi, lantas kemudian para pembayar pajak melaporkan kepada KOMNAS HAM karena Pemda menggunakan uang pajak untuk para penyerobot tanah negara  dan tidak disalurkan untuk keperluan sarana publik yang pital. Apakah KOMNAS HAM dapat membela mayoritas rakyat pembayar pajak, sebagaimana mereka membela segelintir orang yang menuntut ganti rugi.? Jawablah? Dengan kasus Waduk Pluit samakin membuka borok KOMNAS HAM bahwa mereka adalah bagian dari antek asing yang membuat negara tak berdaya dan lemah untuk menjadi pengurus.

Sunday, May 12, 2013

Islam, terorisme?

Amerika Serikat sebagai biang anti perjuangan islam saja sudah menghentikan operasi Islam teroris sejak Osama bin Laden terbunuh. Tapi  pemerintah Indonesia masih tetap saja pobia dengan perjuangan umat islam. Minggu lalu, media massa dengan lahapnya meliput  operasi penuh gagah berani dari Dansus 88 menempak teroris. Menurut teman saya dari New York bahwa sikap paranoid Pemerintah Indonesia terhadap umat islam harus dihentikan. Ini kegilaan atau teror terhadap rakyatnya sendiri. Apalagi islam diimani oleh mayoritas penduduk. Pantaskan Pemerintah Paranoid terhadap islam? apalagi sebagian besar elite penguasa adalah beragama islam. Seharusnya pemerintah bijak bersikap terhadap umat islam yang berbeda pendapat. Bagaimanapun mereka bukanlah ancaman bagi NKRI.  Bagaimanapun mereka adalah saksi dan pelaku sejarah pengusiran kolonialisme di Indonesia. Menurut saya bahwa Pemerintah tidak punya masalah dengan islam tapi dengan umat islam yang perpandangan islam fundamental atau umat yang punya sudut pandang berbeda dengan pemerintah. Mengapa sampai ada perbedaan itu. Padahal semua beragama islam dan sama sama sholat menghadap kiblat yang sama. Mengapa? 

Gordon W. Allport sang akhli psikologi punya penilaian sendiri bahwa Islam diperkenalkan rasul dalam keadaan utuh. Hanya masalahnya menjadi lain ketika ia tersebar-luaskan. Cara menerima agama inilah yang berbeda sehingga berbeda pula sikap dan perbuatannya. Menurut Allport, ada dua macam perbedaan dalam bersikap tentang agama, yaitu pertama , Ekstrinsik dan kedua, Intrinsik. Yang Ekstrinsik memandang agama sebagai something to use but not to live. Orang berpaling kepada Tuhan, tetapi tidak berpaling dari dirinya sendiri. Agama digunakan untuk menunjang motif-motif lain: kebutuhan akan status, rasa aman atau harga diri. Orang yang beragama dengan cara ini, melaksanakan bentuk-bentuk luar dari agama. Ia puasa ,Sholat, naik haji dsb, tetapi tidak didalamnya. Imam Al-Ghazali, menyatakan bahwa beragama seperti ini adalah beragama yang ghurur (tertipu). Tertipu, karena dikira sudah beragama, ternyata belum. Allport juga bilang, bahwa cara beragama seperti ini memang erat kaitannya dengan penyakit mental. Sehingga kesimpulannya, cara beragama seperti ini tidak akan melahirkan masyarakat yang penuh kasih sayang. Sebaliknya, kebencian, iri hati, dan fitnah masih tetap akan berlangsung. Sedangkan makna yang intrinsik, yang dianggap menunjang kesehatan jiwa dan kedamaian masyarakat, agama dipandang sebagai 'comprehensive commitment' dan 'driving integrating motive', yang mengatur seluruh hidup seseorang. Agama diterima sebagai faktor pemadu (unifying factor). Hanya dengan cara itu kita mampu menciptakan lingkungan yang penuh kasih sayang.

Suka tidak suka, Islam diterjemahkan dengan dua makna keberagamaan tersebut. Seluruh literatur Islam, sebenarnya penuh dengan dua makna tersebut. Imam Al-Ghazali menyebutnya dengan makna lahir dan makna batin. Dia menjadi unifying factor, yang sejarah tak pernah mencatat ada sesuatu selain Islam. Bahkan, unifying factor, ini hanya merupakan salah satu karakteristik konsepsi Islam, yaitu yang disebut dengan keseimbangan. Selain itu, Islampun datang dengan karakteristik-karakteristik kekonstanan, keuniversalan, keativan, kerealisitisan, ketauhidan dan yang paling utama kerabbanian (Ketuhanan). Karakteristik-karakteristik inilah yang membuat Islam berhak menyandang gelar  Rahmat bagi Alam. Rasul memang diutus untuk menebarkan rahmat (kasih sayang) kepada seluruh alam, sebagaimana tercantum pada QS. 21:107: "Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam"Itu sebabnya George Sarton, dosen Universitas Harvard menyatakan bahwa sesungguhnya Islam merupakan tatanan agama yang paling tepat sekaligus paling indah dibanding dengan lainnya. Tetapi sangat disayangkan bahwa kaum Muslimin sendiri terlalu jauh dari hakekat yang dibawa Islam.

Kelemahan umat islam saat ini bukanlah kelemahan dari ajaran islam itu sendiri. Tapi ketahuilah, bahwa pengakuan terhadap kelemahan umat Islam saat  ini, adalah pengakuan terhadap sepenggal sejarah Islam, yang amat singkat jika dibandingkan keseluruhan sejarah Islam itu sendiri. Fakta sejarah yang diakui, bahkan oleh dunia barat sekalipun. George Sarton menyatakan bahwa sesungguhnya bangsa Timur Islam, sudah pernah memimpin dunia dalam dua tahap dan lama sekali, dari tahap kemajuan umat manusia. Sudah tentu tidak ada rintangan bagi bangsa-bangsa itu untuk bangkit lagi dan kembali memimpin dunia ini dalam waktu dekat atau beberapa waktu lagi.  Sebagaimana diakui oleh Gustave Lebon bahwa tidak ada seorang pun penulis Eropa hingga abad XV, melaikan ilmunya dikutip dari Ilmu Islam. Ilmuwan prancis Sidioe menyatakan bahwa  sesungguhnya hasil pikiran Islam yang hebat dan penemuan-penemuannya yang indah, menjadi saksi, bahwa mereka adalah guru-guru bangsa Eropa dalam segala-galanya.

Mengapa? Salah satu sifat kerahmatan Islam adalah kelengkapannya sebagai solusi dunia. Islam tidak datang hanya dengan tool konsepsi, tapi ia juga datang dengan tool implementasi. Islam tidak hanya datang dengan tool hakiki, tapi juga datang dengan tool praktisi. Islam tidak hanya datang dengan idealisme, tapi ia juga datang dengan pragmatisme. Karena itu Islam selain membawa ibadah makhdoh (sholat, puasa, haji dsb-nya) juga membawa ibadah ruhiyyah (ikhlas, jujur, sabar, cinta, kasih, dsb-nya). Dan semuanya saling melengkapi. Ibadah makhdoh, tidak akan diterima oleh Allah bila tidak disertai ibadah ruhiyyah. Baik dalam konteks ibadah makhdoh itu sendiri, yang merupakan manifestasi hubungan manusia dengan Tuhannya, maupun konteks hubungan si manusia dengan manusia lainnya. Ya, output ajaran islam adalah manusia taqwa yang  tanda-tadanya menurut Qur'an surat 3:134-135 ialah "menafkahkan hartanya dalam suka dan duka, menahan marahnya, memaafkan orang lain, senang berbuat baik, apabila salah cepat-cepat ingat Allah dan bertobat atas segala dosanya.Semoga para elite penguasa negeri ini dapat disadarkan untuk bersikap lebih bijak terhadap tuntutan umat islam. Dan umat islam harus lebih cerdas dalam berjuang. Perbedaan itu harus mejadi rahmat bukanya kebencian dan akhirnya saling membunuh...

Saturday, May 04, 2013

Berterimakasih..


Dalam setiap kesempatan acara keluarga dia selalu hadir lebih dulu dan selalu bertindak sebagai anggota panitia yang kebagian tugas paling melelahkan. Seminggu sebelum Hari Raya dia akan selalu datang kerumah. Bila datang, ada saja yang dikerjakannya. Diminta tolong atau tidak , dia kerjakan dengan senang hati. BIla ada keluarga kami yang di opname di rumah sakit maka dia akan membesuk lebih dulu. Itu bukan hanya sekali besuk tapi berkali kali sampai sehat. Baginya keluarga kami adalah keluarganya. Begitulah yang saya tahu tentang dia.Sebetulnya  dulu dia bekerja sebagai supir pribadi saya. Ketika dia berhenti bekerja sebagai supir, saya memberi dia pinjaman uang untuk membeli angkot. Dia berjanji akan mencicilnya. Tidak lebih tiga tahun , hutangnya sudah lunas. Kini, setelah 14 tahun berbisnis angkot, angkotnya sudah berjumlah delapan. Dia sudah jadi juragan angkot dan menjadi ketua asosiasi angkot dikotanya. Dia juga punya usaha restoran yang banyak dikunjungi pelanggan. Juga punya bengkel mobil ber lisensi dealer resmi. Kini, dia sudah jadi pengusaha tergolong menengah. Namun begitu rasa hormatnya kepada saya tidak pernah berkurang. Sama seperti dulu ketika dia jadi supir saya.

Usianya 10 tahun lebih tua dari saya. Sebetulnya dengan posisinya sekarang dia tidak butuh saya lagi. Dan lagi dia tidak berhutang apapun dengan saya. Namun kedekatan dan kehangatan sebagai sahabat terjalin begitu indahnya. Begitu caranya berterimakasih kepada saya. Dia merapat kepada keluarga kami , begitupula saya dan istri serta anak anak mendekat kepada keluarganya.  Ketiga putrinya sudah jadi sarjana dan  bekerja di PMA. Dua sudah menikah dan memberinya tiga cucu yang cantik cantik. Saya perhatikan hidupnya sangat bahagia. Padahal dia tidak pernah mengenyam pendidikan di universitas namun tak sulit baginya mendapatkan rezeki. Apa resep hidupnya ?. Saya ingin tahu. Satu saat saya bertanya kepadanya dan dia mengatakan bahwa prinsip hidupnya hanya satu yaitu pandai berterima kasih. Menurutnya, rasa terimakasih itu bukan hanya dengan kata kata indah atau ucapan penuh basa basi. Tapi terimakasih itu harus diungkapkan dengan perbuatan nyata. Harus diniatkan dihati untuk membalas kebaikan itu dengan apa yang bisa dilakukan. Dia bekerja keras dan penuh pengabdian , itulah cara dia berterimakasih kepada saya.  Dia bekerja keras mengelola angkot agar secepatnya bisa mengembalikan hutang kepada saya. Begitulah caranya membalas “terima” itu. 

Di era sekarang, kebanyakan meminta adalah seni tersendiri. Kalau diberi , hanya kata manis terucapkan sebagai ujud terimakasih namun sikapnya setelah itu tidak menunjukan orang yang pandai berterimakasih. Orang kaya membantu tidak membutuhkan apapun dari simiskin kecuali ridho Allah namun sikaya tak ingin simiskin terus miskin karena pemberian itu. Artinya pemberian itu membuat dia hanya pandai berkata “terimakasih” dan akhirnya menjadikan “meminta sebagai seni untuk hidup. Ini sangat salah. Apapun yang kita terima , dalam bentuk apapun, kita harus mengucapkan terimakasih dan setelah itu harus menjadikan diri kita juga sebagai orang yang memberi dalam bentuk apapun. Jangan sampai kekuatan meminta lebih besar daripada kekuatan memberi. Bila ini terjadi maka hanya soal waktu kita akan terasing ditempat ramai dan dilupakan oleh orang banyak. Ini hukum social. itu sangat keras. Artinya selagi kita pandai berterimakasih maka selama itupula empati orang akan terus berdatangan kepada kita untuk membuat yang sempit menjadi lapang, membuat yang sulit menjadi mudah. KeberhasIlan kita akibat  empati orang lain akan mendatangkan manfaat bagi orang lain lagi, untuk bersama sama saling memberi.

 “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan : “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (Surah Ibrahim : 7). Rasa syukur adalah wujud rasa terimakasih hambannya kepada Allah. Islam mewajibkan rasa syukur itu dilakukan dengan tiga cara 1) hati, 2) lisan dan 3)anggota badan. Ini harus satu kesatuan. Umunya bila di hati ikhlas, itu akan terungkapkan dengan lisan maka seluruh anggota badan kita akan bergerak untuk berbuat sesuatu agar rasa syukur itu terlaksana. Maka sikap dan perbuatan kita akan selalu bernuansa rasa syukur kepada Allah. Kita akan menjauhi segala larangan Allah. Kita akan menjadi orang yang amanah , jujur , pekerja keras dan ikhlas  berbagi dengan ilmu atau harta atau tenaga bagi orang lain yang membutuhkan. Dengan itu membuat diri kita kuat dan bercahaya melewati jalan kebenaran.  Sebagaimana kata kata bijak Ali Bin Abi Thalib “ Kemurahan hati Allah terhubung ke rasa syukur, dan syukur adalah terkait dengan peningkatan kemurahan-Nya. Kemurahan hati Allah tidak akan berhenti meningkatkan kecuali rasa terima kasih dari hamba berhenti. Jadi ada hubungan antara rasa syukur itu dengan kemurahan hati Allah. Bila Allah telah bermurah hati maka tidak ada urusan didunia ini yang sulit. Semua mudah. Begitulah yang dirasakan oleh manta supir saya.

Sikap ikhsan adalah keseharian kita untuk merendahkan hati  dihadapan Allah dan orang lain dengan pandai berterimakasih; bukan hanya berterimakasih karena pemberian yang menyenangkan tapi juga kepada hal yang tidak mengenakan. Ya, berterimakasihlah kepada orang yang telah melukai hati kita , karena dia telah membuat kita kuat. Berterimakasih lah pada orang yang telah membohongi kita , karena dia telah membuat kita lebih bijaksana. Berterimakasih lah pada orang yang telah membenci kita, karena dia telah mengasah ketegaran kita. Berterimakasih lah pada orang yang mengecewakan kita, karena dia telah melatih kita  untuk lebih ikhlas. Berterimakasih lah pada orang yang menjaga dan mengerti semua keadaan kita, karena disitulah Rahman ALLAH ada bersama kita.

Sunday, April 28, 2013

Ustadz Jeffry...


Uje atau Ustadz Jeffry Al Buchori tutup usia akibat peristiwa kecelakaan bermotor dijalan raya. Ribuan pengiring jenazah mengantarnya ketempat peristirahatan terakhir. Ustadz Jeffry adalah icon anak muda yang sukses sebagai Dai dikota besar. Sebelum menjadi Dai, dia sempat terjerumus oleh budaya kota yang brengsek. Ketika dia bertobat, dia menemukan dirinya dan mengabdikan dirinya untuk dakwah. Berkat media massa, ia menjadi populer layaknya selebritis. Program acaranya di TV mendapat rating tinggi. Business travel menjual paket super plus untuk  Umroh bareng ustadz Jeffry, laku keras. Di Jakarta ada ratusan masjid. Ada ratusan majelis taklim. Ada ratusan kelompok pengajian. Yang kesemuanya membutuhkan Dai sebagai pencerah. Kehadiran Dai berkelas selebritis dalam suatu acara sudah menjadi trend image bagi komunitas kelas menengah atas. Dan tentu semua berhubungan dengan business yang dikelola secara managerial. Dari kegiatan berdakwah itu rezeki mengalir deras sehingga membuat dia menjadi kelompok menengah yang punya kendaraan mewah , rumah mewah dan motor mewah ( motor besar ber cc 650).  

Menjadi ustadz dikota besar seperti Jakarta, menurut teman saya sama dengan menerangkan tempat yang terang benderang. Mengapa ? karena sumber ilmu dan tempat bertanya tersebar luas dimana mana. Artinya pedakwah berada disuatu komunitas yang sudah “melek” lahir batin tentang agama. Namun Jakarta juga merupakan komunitas yang paling banyak orang "lupa". Tempat mereka yang lupa itu bukan berada di Masjid, di studio TV  yang biasa hadir mendengar ceramah sang Dai tapi di Penjara, di Rumah Sakit, di Lokalisasi pelacuran, di Panti Rehabilitasi, Panti Sosial. Mereka adalah korban akibat budaya kota yang brengsek. Seharusnya ketempat tempat itulah mereka  harus didatangi oleh Dai agar mereka bertobat dan dekat kepada ALlah. Namun tak banyak ustadz yang mau mendatangi tempat itu. Tak banyak yang siap untuk datang berdakwah tanpa dibayar apapun. Apalagi kalau sudah menjad Dai terkenal dan acap muncul di media TV, bahkan sudah pula menjadi bintang iklan.Maka semakin jauh untuk mendekat kepada komunitas yang lupa itu, sebagaimana Madam Teresa lakukan di komunitas muram kota Bombai. Sebetulnya ada banyak ustadz hebat berkelas ulama yang mewakafkan hidupnya untuk syiar agama didaerah terpencil. Mereka berjuang tanpa lelah, tanpa uang saku hanya karena mencari ridho Allah.

Teman sepermainan saya ketika kecil yang kini berjihad di Desa terpencil di Lampung sebagai Ustadz. Disamping mengajar mengaji dan imam masjid , dia juga bertani serta menjadi tukang di desa itu. Tidak hanya memberikan pencerahan soal agama tapi juga soal bertani dan ketrampilan tukang kayu. Bila ada pertikaian rumah tangga ,dia akan menjadi hakim yang adil. Bila ada sengketa soal tanah, dia menjadi hakim yang sejuk. Apapun permasalahan sehari hari warga desa akan selalu datang kepadanya untuk diselesaikan. Walau begitu dia bukanlah Kepala Desa. Dia hanya guru lulusan PGA ( Pendidikan Guru Agama). Walau itu adalah desa terpencil yang jarang didantangi pejabat dari kota, yang tak ada lampu listrik namun warga desa itu merasa hidup terang benderang karena seorang ustandz yang hadir ditengah mereka. Ustadz yang selalu tersenyum menghadapi hidup yang tak ramah ini , yang selalu memberikan inspirasi kepada warga desa untuk tetap punya hope. Kehadian Dai bersertifikasi ustadz sangat diperlukan di daerah yang jauh dari uang saku ceramah. Sangat diperlukan. Mengapa ?

Seorang warga Papua, yang menjadi muallaf 5 tahun yang lalu, tetapi belum tahu Al Fatihah dan belum bisa shalat. Alasannya? Belum pernah ada yang mengajarkannya! Mungkin dulu dia dengar ceramah, atau diskusi dengan seorang Muslim, sehingga merasa yakin bahwa Islam adalah agama yang benar dan mau masuk Islam. Tapi setelah itu, dia tidak ketemu seorang ustadz yang bisa membinanya, jadi hanya baca syahaddat saja. Setelah 5 tahun, dia merasa diabaikan dan tidak pernah ketemu ustadz, jadi akhirnya dia putus asa, tinggalkan Islam dan kembali ke agama Kristen. Demikian cerita yang saya dapat dari Blog pribadi Pegiat Islam. Apakah mualaf itu salah sehingga pantas kafir ? saya tidak tahu. Yang pasti ketika hidayah dibukakan Allah kepadanya, tidak ada satupun umat islam yang terpanggil untuk menjadi Pembina sang mualaf itu. Kita bisa saja berdalih bahwa itu bukan urusan kita. Kita bisa saja berdalih apa saja. Tapi  yang harus diketahui bahwa memang hidayah hak Allah namun segala sesuatunya dibumi ini harus bertemu antara syariat dan hakikat. Untuk sampainya hakikat ilahiah maka perlu syariat dengan hadirnya Rasul dimuka bumi sebagai messanger tentang hakikat itu.

Karena Rasul tidak akan ada lagi setelah Nabi Muhammad tutup usia. Siapapun yang merasa punya ilmu agama cukup maka dia memikul tanggung jawab untuk menjadi pencerah ditempat yang gelap. Sebetulnya tanggung jawab dakwah itu bukan hanya orang berilmu agama. Siapapun kita yang beragama Islam punya tunggung jawab yang sama (Ali Imran:104). Bila kita tidak mampu melangkahkan kaki untuk berjihad maka gunakan harta untuk membantu perjuangan itu. Ada teman saya seorang pengusaha yang memberikan zakatnya kepada Ustadz atau Dai yang tinggal di daerah terpencil. Uang zakat itu untuk kebutuhan biaya hidup ustadz berserta keluarganya dan diapun menanggung biaya asuransi kesehatan bagi ustadz dan keluarganya. Apabila orang berilmu dan orang berharta bersatu dalam berjihad demi tegaknya syiar Islam maka perjuangan Islam akan hebat sehebat ketika awal Rasul mensyiarkannya. Bukan masalah siapa digaris depan dan siapa digaris belakang. Tapi semua berbuat karena ingin meninggikan kalimat Allah, demi tegaknya kebenaran, kabaikan dan keadilan dimuka bumi. 

Tuesday, April 16, 2013

Percaya kepada Dukun...?


Saya sering disarankan teman untuk bertemu dengan dukun hebat yang bisa membuat harapan menjadi kenyataan. Yang bisa tahu masa depan bisnis yang akan saya jalankan. Atau mengetahui siapa saja yang baik untuk dijadikan mitra bisnis. Atau membuat orang lain lunak dan akhirnya menurut akan keinginan saya. Semua itu saya tolak dengan tegas.  Selama 30 tahun dalam bisinis saya tidak pernah percaya dengan dukun. Mengapa ? Karena profesi dukun adalah profesi yang bersaing dengan “Allah” dan bertemankan Iblis atau jin. Sebuah profesi yang hanya bisa efektif apabila orang percaya lahir batin. Sebagai umat islam , saya hanya percaya kepada Allah. Setiap sholat , lima kali sehari saya berikrar bahwa Hidupku , sholatku, matiku hanya untuk Allah ( Q.S Al An’aam : 162.). Hanya kepada Allah kami menyembah dan meminta tolong ( Al-Fatihah: 4). Karenanya tidak perlu perantara untuk meminta tolong kepada Allah. Saya  bisa langsung minta kepada Allah (An-Nisa`: 36). Kaum sufi mengatakan bahwa ketika orang sholat sesungguhnya dia sedang berdialogh dengan Allah. Raganya di bumi namun ruhnya di sidratul muntaha. Apakah ada yang lebih hebat dibandingkan Allah.? Bagi saya cukuplah Allah tempat meminta dan kembali akan semua urusan. 

Saya tahu bahwa teman teman yang menganjurkan saya datang ke dukun karena niat baik. Tentu mereka sudah merasakan manfaatnya. Ada teman yang cerita bahwa usahanya tidak kunjung berhasil namun setelah datang ke “Ki”, usahanya jadi sukses dan berkembang. Ada juga yang bercerita, betapa sulit melunakan hati mitra business nya namun setelah minta tolong “ guru”, usahanya berhasil membuat mitranya membuka hati untuk mengeluarkan dana tidak sedikit. Ada juga yang inginkan jabatannya naik dan kalau mungkin terpilih sebagai Pemimpin di Daerah. Setelah mendatangi “eyang” , tak berapa lama impiannya menjadi pejabat tinggi tercapai. Ada juga yang ketika datang ke “orang pintar” dia bisa mengetahui akan masa depan bisnisnya,.jodohnya.  Begitulah cerita yang saya ketahui. Lagi lagi saya tidak terpancing untuk mengikuti “sukses” mereka mendatangi “Ki, Guru, Eyang, Orang Pintar”. Saya ikhlas dengan status sebagai manusia yang serba terbatas namun diberi kekuatan akal dan pikiran yang tidak terbatas oleh Allah. Saya tidak mau kekuatan pikiran saya useless hanya karena percaya dengan “Ki, Guru, Eyang, Orang Pintar”.

Sebagai orang beragama tentu kita  percaya dengan hal yang gaip. Mereka yang menyebut dirinya “Ki, Guru, Eyang, Orang Pintar” adalah orang yang bersandar kepada kekuatan dari alam gaip. Ini sudah menjadi tradisis tua setua tradisi pelacuran. Dengan perantara Jin, bisa mendapatkan informasi dari alam gaip tentang masa depan yang belum terjadi. Bisa melancarkan atau memudahkan keinginan orang mendapatkan miracle dan too good to be true, dan bahkan atas dasar permintaan , mereka bisa menghabisi nyawa orang lain. Itulah sebabnya RUU Tentang Santet dibahas di DPR. Jadi memang ada kekuatan dari dunia lain itu. Walau kini abad sudah bisa membawa orang keluar angkasa. Telah bisa menghubungkan orang lintas ruang dan waktu lewat multimedia system namun keberadaan profesi yang berkolaborasi dengan dunia gaip sangat digemari oleh siapapun. Bahkan kini profesi itu sama hebatnya dengan  profesi lawyer, Celebritis, Dai. Mereka hidup bergelimang harta dan popularitas. Karena maklum, era kini, era kapitalis, Tidak ada yang gratis. Para mereka yang menjual jasa kekuatan alam gaip itu menetapkan tarip yang tidak murah.

Dalam Islam bagaimanapun menyandarkan kepercayaan kepada alam gaip untuk menyelesaikan urusan dunia adalah salah besar. Dari sudut spiritual akan merusak aqidah. Jadi bisa dikatakan hukumnya adalah “haram” atau tergolong syirik. Sebagaimana sabda rasul “Barang siapa yang mendatangi seorang dukun dan bertanya sesuatu maka dia tidak akan diterima sholatnya selam empat puluh hari." Bagi orang yang mendatangi tempat dukun dan mempercayainya maka inilah sabda Rasul  “ Barangsiapa yang mendatangi seorang dukun dan dia percaya dengan apa yang dikatakannya maka dia telah kufur dengan apa yang telah diturunkan kepada Muhammad SAW.". Secara kejiwaan, kepercayaan kepada dukun membuat kita lemah. Kita diberi kekuatan raga dan akal oleh Allah untuk menyelesaikan masalah, tapi itu tidak kita gunakan. Kita cenderung mencari jalan pintas dengan meminta tolong kepada dukun. Padahal jalan pintas melalui dukun itu tidak pernah menjamin berhasil. Memang ada yang berhasil tapi persentase nya kecil sekali. Lebih banyak yang gagalnya. Mengapa? Karena yang namanya jin kemampuannya terbatas , bahkan lebih rendah dari kekuatan real manusia yang beriman. Tapi memang kehebatan propaganda sang dukun atau “Ki, Guru, Eyang, Orang Pintar”luar biasa. Semakin sulit hidup , semakin banyak kompetisi, semakin megah dunia dipertontonkan semakin banyak orang lemah, bodoh,rakus yang datang ke mereka. Dosa apapun Allah akan ampuni tapi dosa syirik tak ada ampunnya. Sadarlah...

Pemerintah Suriah jatuh.

  Sebelum tahun 2010, kurs pound Syuriah (SYP) 50/1 USD. Produksi minyak 400.000 barel/hari. Sejak tahun 2011 Suriah dilanda konflik dalam n...