Sunday, May 12, 2013

Islam, terorisme?

Amerika Serikat sebagai biang anti perjuangan islam saja sudah menghentikan operasi Islam teroris sejak Osama bin Laden terbunuh. Tapi  pemerintah Indonesia masih tetap saja pobia dengan perjuangan umat islam. Minggu lalu, media massa dengan lahapnya meliput  operasi penuh gagah berani dari Dansus 88 menempak teroris. Menurut teman saya dari New York bahwa sikap paranoid Pemerintah Indonesia terhadap umat islam harus dihentikan. Ini kegilaan atau teror terhadap rakyatnya sendiri. Apalagi islam diimani oleh mayoritas penduduk. Pantaskan Pemerintah Paranoid terhadap islam? apalagi sebagian besar elite penguasa adalah beragama islam. Seharusnya pemerintah bijak bersikap terhadap umat islam yang berbeda pendapat. Bagaimanapun mereka bukanlah ancaman bagi NKRI.  Bagaimanapun mereka adalah saksi dan pelaku sejarah pengusiran kolonialisme di Indonesia. Menurut saya bahwa Pemerintah tidak punya masalah dengan islam tapi dengan umat islam yang perpandangan islam fundamental atau umat yang punya sudut pandang berbeda dengan pemerintah. Mengapa sampai ada perbedaan itu. Padahal semua beragama islam dan sama sama sholat menghadap kiblat yang sama. Mengapa? 

Gordon W. Allport sang akhli psikologi punya penilaian sendiri bahwa Islam diperkenalkan rasul dalam keadaan utuh. Hanya masalahnya menjadi lain ketika ia tersebar-luaskan. Cara menerima agama inilah yang berbeda sehingga berbeda pula sikap dan perbuatannya. Menurut Allport, ada dua macam perbedaan dalam bersikap tentang agama, yaitu pertama , Ekstrinsik dan kedua, Intrinsik. Yang Ekstrinsik memandang agama sebagai something to use but not to live. Orang berpaling kepada Tuhan, tetapi tidak berpaling dari dirinya sendiri. Agama digunakan untuk menunjang motif-motif lain: kebutuhan akan status, rasa aman atau harga diri. Orang yang beragama dengan cara ini, melaksanakan bentuk-bentuk luar dari agama. Ia puasa ,Sholat, naik haji dsb, tetapi tidak didalamnya. Imam Al-Ghazali, menyatakan bahwa beragama seperti ini adalah beragama yang ghurur (tertipu). Tertipu, karena dikira sudah beragama, ternyata belum. Allport juga bilang, bahwa cara beragama seperti ini memang erat kaitannya dengan penyakit mental. Sehingga kesimpulannya, cara beragama seperti ini tidak akan melahirkan masyarakat yang penuh kasih sayang. Sebaliknya, kebencian, iri hati, dan fitnah masih tetap akan berlangsung. Sedangkan makna yang intrinsik, yang dianggap menunjang kesehatan jiwa dan kedamaian masyarakat, agama dipandang sebagai 'comprehensive commitment' dan 'driving integrating motive', yang mengatur seluruh hidup seseorang. Agama diterima sebagai faktor pemadu (unifying factor). Hanya dengan cara itu kita mampu menciptakan lingkungan yang penuh kasih sayang.

Suka tidak suka, Islam diterjemahkan dengan dua makna keberagamaan tersebut. Seluruh literatur Islam, sebenarnya penuh dengan dua makna tersebut. Imam Al-Ghazali menyebutnya dengan makna lahir dan makna batin. Dia menjadi unifying factor, yang sejarah tak pernah mencatat ada sesuatu selain Islam. Bahkan, unifying factor, ini hanya merupakan salah satu karakteristik konsepsi Islam, yaitu yang disebut dengan keseimbangan. Selain itu, Islampun datang dengan karakteristik-karakteristik kekonstanan, keuniversalan, keativan, kerealisitisan, ketauhidan dan yang paling utama kerabbanian (Ketuhanan). Karakteristik-karakteristik inilah yang membuat Islam berhak menyandang gelar  Rahmat bagi Alam. Rasul memang diutus untuk menebarkan rahmat (kasih sayang) kepada seluruh alam, sebagaimana tercantum pada QS. 21:107: "Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam"Itu sebabnya George Sarton, dosen Universitas Harvard menyatakan bahwa sesungguhnya Islam merupakan tatanan agama yang paling tepat sekaligus paling indah dibanding dengan lainnya. Tetapi sangat disayangkan bahwa kaum Muslimin sendiri terlalu jauh dari hakekat yang dibawa Islam.

Kelemahan umat islam saat ini bukanlah kelemahan dari ajaran islam itu sendiri. Tapi ketahuilah, bahwa pengakuan terhadap kelemahan umat Islam saat  ini, adalah pengakuan terhadap sepenggal sejarah Islam, yang amat singkat jika dibandingkan keseluruhan sejarah Islam itu sendiri. Fakta sejarah yang diakui, bahkan oleh dunia barat sekalipun. George Sarton menyatakan bahwa sesungguhnya bangsa Timur Islam, sudah pernah memimpin dunia dalam dua tahap dan lama sekali, dari tahap kemajuan umat manusia. Sudah tentu tidak ada rintangan bagi bangsa-bangsa itu untuk bangkit lagi dan kembali memimpin dunia ini dalam waktu dekat atau beberapa waktu lagi.  Sebagaimana diakui oleh Gustave Lebon bahwa tidak ada seorang pun penulis Eropa hingga abad XV, melaikan ilmunya dikutip dari Ilmu Islam. Ilmuwan prancis Sidioe menyatakan bahwa  sesungguhnya hasil pikiran Islam yang hebat dan penemuan-penemuannya yang indah, menjadi saksi, bahwa mereka adalah guru-guru bangsa Eropa dalam segala-galanya.

Mengapa? Salah satu sifat kerahmatan Islam adalah kelengkapannya sebagai solusi dunia. Islam tidak datang hanya dengan tool konsepsi, tapi ia juga datang dengan tool implementasi. Islam tidak hanya datang dengan tool hakiki, tapi juga datang dengan tool praktisi. Islam tidak hanya datang dengan idealisme, tapi ia juga datang dengan pragmatisme. Karena itu Islam selain membawa ibadah makhdoh (sholat, puasa, haji dsb-nya) juga membawa ibadah ruhiyyah (ikhlas, jujur, sabar, cinta, kasih, dsb-nya). Dan semuanya saling melengkapi. Ibadah makhdoh, tidak akan diterima oleh Allah bila tidak disertai ibadah ruhiyyah. Baik dalam konteks ibadah makhdoh itu sendiri, yang merupakan manifestasi hubungan manusia dengan Tuhannya, maupun konteks hubungan si manusia dengan manusia lainnya. Ya, output ajaran islam adalah manusia taqwa yang  tanda-tadanya menurut Qur'an surat 3:134-135 ialah "menafkahkan hartanya dalam suka dan duka, menahan marahnya, memaafkan orang lain, senang berbuat baik, apabila salah cepat-cepat ingat Allah dan bertobat atas segala dosanya.Semoga para elite penguasa negeri ini dapat disadarkan untuk bersikap lebih bijak terhadap tuntutan umat islam. Dan umat islam harus lebih cerdas dalam berjuang. Perbedaan itu harus mejadi rahmat bukanya kebencian dan akhirnya saling membunuh...

No comments:

Akhlak atau spiritual

  Apa pendapat bapak soal kenaikan pajak PPN 12 % “ tanya Lina. Peningkatan tarif PPN tujuannya tentu untuk meningkatkan penerimaan negara d...