Thursday, May 30, 2013

Asuransi Kesehatan?

Nannini café Plaza Indonesia jam 2 sore. Saya datang terlambat 10 menit dan dia datang lebih awal. Ketika bertemu wajahnya nampak segar. Menurutnya , standard hidup orang modern adalah adanya jaminan social akan kesehatan, pendidikan, perumahan. Sejak awal dia terjun kemasyarakat atau 30 tahun yang lalu ketika usianya 20 tahun, tidak pernah terpikirkan untuk punya asuransi kesehatan. Tidak pernah terpikirkan untuk menabung di Bank agar layak mendapatkan kredit rumah dan Deposito agar punya jaminan untuk masa tua. Sebagian besar orang mengatakan bahwa dia terlalu tidak memikirkan masa depan. Tidak peduli dengan resiko besok.  Dia terlalu yakin dengan dirinya sendiri namun bodoh. Mengapa ? di era modern sekarang, payung perlindungan dari resiko tersedia luas. Cukup membayar premi tertentu, kita sudah merasa aman dari segala resiko dimasa depan. Padahal menurut saya , dia tidak kesulitan untuk membayar premi. Memang benar itu. Tapi tetap dia  tidak peduli. Baginya soal masa depan itu masih didalam genggaman Allah. Hari kini adalah berkah yang Allah berikan kepada nya.  Dia harus memikirkan untuk berbuat dan bersikap untuk hari ini. Soal besok , itu urusan Allah. Demikian katanya membuat saya terpesona.  Sebuah keyakinan  yang sederhana namun itulah puncak tauhid.

Awalnya istrinya berbeda pendapat dengannya. Bahkan  sempat mengatakan bahwa sikapnya“konyol”. Tapi dia tidak peduli. Baginya bahwa satu satunya jaminan terbaik hanya berasal dari Allah. Dia yakin bahwa bila kita berjalan dijalan Allah maka Allah akan menjamin kita dari segala resiko. Itulah keyakinan nya sejak remaja sampai kini. Lantas bagaimana dia melaksanakan keyakinan itu dalam bentuk syariat ? Apa jalan Allah itu ? jalan Allah itu adalah cinta dan kasih sayang. Premi asuransinya  adalah membantu siapa saja yang harus dibantu. Menurutnya tak penting seberapa besar dia bisa bantu atau dalam bentuk apa, yang penting ketika orang  datang minta tololng maka dia harus membantunya. Supir yang sudah bekerja lebih 10 tahun dikeluarganya, dibelikan rumah BTN dan semua anak anak supirnya disekolahkan sampai ke Universitas. Ponakan dari sepupunya yang miskin ditampungnya dirumah dan dibina sampai ke Uninversitas. Ibunya yang masih hidup dijaganya dengan kedua tangannya. Tetangga dan teman yang butuh pertolongan dengan cepat dia tolong. Di perusahaannya dia memberikan gaji diatas UMR. Begitulah ceritanya.

Dan lihatlah kenyataanya kini,katanya. Diusia diatas 50 tahun, dia masih tetap sehat. Seumur hidupnya tidak pernah diopname di RS. Apakah dia selalu sehat? Oh tidak. Menurutnya di acap terkena penyakit. Menurut saya penyakitnya sangat mengkawatirkan. Dia pernah kena kanker pangkreas. Dia sempat terjatuh ketika di kantor. Begitu akut penyakitnya. Namun dia tetap bertahan tidak pergi kedokter untuk berobat. Dia berusaha menahan penyakitnya dengan caranya sendiri. Namun ditengah sakit itu, temannya menyarankan agar dia merebus daun sirsak dan meminumnya selama satu bulan. Hanya dua minggu dia meminum air rebusan daun sirsak itu, perutnya tidak lagi terasa sakit. Makanpun sudah lahap. Ketika dia periksa di Laboratorium, kankernya sudah hilang. Dia sehat sempurna. Dia juga pernah kena batu empedu. Sudah dijadwalkan untuk dioperasi di Penang. Tapi berkat saran dari tetangga untuk dia mengikuti teraphi makan empat buah apel setiap hari selama seminggu dan dilanjutkan dengan minum air garam inggeris dan minyak zaitun. Hasilnya, batu empedu itu keluar bersamaan ketika dia BAB pagi hari. Diapun sehat.  Singkatnya berkali kali dia terkena penyakit serius , semua itu sembuh dengan mudah tanpa dia harus menderita melewati proses penyembuhan itu.

Dengan asuransi kesehatan , kita memang dibebaskan dari biaya rumah sakit namun proses kesembuhan itu membuat kita menderita. Bisa melalui operasi atau kemoterapi yang sangat menyakitkan dan melelahkan. Sementara kesembuhan belum pasti.  Premi asuransi yang kita bayar kepada Allah melalui keikhlasan berbagi, berinfak, bersadaqah,  jauh lebih baik. BIla sakit, Allah berkehendak (Yaasiin ayat 82dengan caraNya untuk membuat kita sembuh. Bisa saja melalui perantara orang lain yang memberikan saran untuk kesembuhan kita, seperti yang dialami oleh teman saya itu. Dari Ibnu Abbas, Rasulullah saw bersabda ”Obat termasuk takdir. Obat bermanfaat bagi siapa yang Allah kehendaki berupa apa yang Allah kehendaki,” Artinya bahwa Allah akan memberikan kesembuhan kepada orang yang dikehendaki-Nya. Allah juga akan meletakkan obat sebagai sarana kesembuhan itu di mana saja yang Dia kehendaki dan bisa darimana saja sumbernya. Disamping itu memang teman saya itu mengharamkan memakan uang Riba atau bunga deposito atau tabungan. Inilah yang membuat jiwanya bersih dan tentu tubuhnya terjaga dari segala penyakit.

Mengapa saya ceritakan teman ini karena pribadi atau sikap hidupnya précis sama dengan saya. Tidak punya asuransi dan juga tidak punya deposito atau tabungan. Namun Alhamdulillah sampai hari ini badan sehat. Walau tidak punya Deposito namun tidak membuat saya resah soal masa depan. Untuk itu saya teringat akan hadith Rasulullah SAW “Obatilah orang sakit diantara kalian dengan sedekah” dan Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah mengatakan “Sesungguhnya sedekah bisa memberikan pengaruh yg menakjubkan untuk menolak berbagai macam bencana sekalipun pelakunya orang yang fajir (pendosa), zhalim atau bahkan orang kafir, karena Allah SWT akan menghilangkan berbagai macam bencana dengan perantara sedekah tersebut…” Nah, yakinlah seyakinnya bahwa bersedekah adalah premi asuransi untuk kesehatan yang paling hebat didunia. Kalau anda tidak percaya maka inilah sabda Rasul ,”Diantara ciri-ciri orang pelit (bakhil) adalah banyaknya penyakit”.Saatnya kini mengutamakan cinta dan kasih sayang melalui memberi kepada yang duapa untuk keselamatan dunia dan akhirat.  Abdul Aziz bin Umair berkata,”Shalat mengantarkanmu menuju setengah perjalanan, puasa mengantarkanmu pada pintu sorga, dan sedekah memasukanmu ke dalamnya.”

No comments:

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...