Disuatu negeri dimana presidennya
lahir dari Partai yang beridiologi
Islam. Ia terpilih karena kecintaan rakyat kepadanya. Dia terpilih karena
disaring lewat seleksi ketat berjenjang oleh Partainya. Hingga akhlaknya adalah
Al Quran dan pribadinya adalah Rasul. Kesehariannya tidak pernah jauh dari
orang miskin namun juga dekat dengan orang kaya. Sebelum terpilih sebagai president , profesi nya sebagai pengusaha ,dia berkerja
keras namun hasilnya untuk orang orang terdekatnya, untuk program partainya,
untuk syiar Islam. Dia tidak berkata apa yang terbaik dilakukan tapi dia
memperlihatkan kepada semua apa yang terbaik dilakukan. Jangan hidup memanjakan
diri dengan harta berlebihan dan dia tidak tinggal dirumah mewah namun juga
tida kumuh. Tidak punya mobil mewah namun kendaraanya perkasa melintasi
jalan untuk bersilahturahmi. Dia tidak mengatakan hidup harus rendah hati namun
dia menjauhi jam tangan bermerek ROLEX, Patek Philippe. Menjauhi baju merek
desainer terkenal. Dia mencintai keluarganya namun dia tidak memanjakan mereka.
Semua prilakunya menjadi inspirasi bagi keluarga, sanak family dan sahabatnya.
Dia tetaplah dia yang tak pernah menepuk dada dengan sorban serta janggut
panjang sambil membawa tasbih. Keislamannya adalah perbuatan karena cinta bukan
retorika atau simbol.
Benarlah, ketika dia terpilh
sebagai Presiden. Pribadinya
mengeluarkan cahaya kekuatan yang sangat besar untuk orang berbuat terbaik.
Yang kaya dan pintar merasa aman bahwa mereka akan dibina untuk berkembang
sesuai kemampuannya. Tak ada monopolii penguasaan resource agar orang orang
semakin kaya untuk memeras orang lain. Persaingan akan sehat. Keadilan hukum
dagang dan perdata terjamin. Bagi simiskin merasa tenang karena ada HOPE dimasa
depan. Pajak orang kaya diarahkan untuk
membuat orang miskin mandiri dalam bersyariat. Mereka mendapatkan akses
pendidikan murah, peluang usaha yang terbuka dengan dukungan pasar dan sumber
permodalan, akses kesehatan yang murah serta perumahan yang layak dan
terjangkau untuk dibeli atau disewa. Semua pemeluk agama hidup damai
berdampingan tanpa berseteru. Orang kaya dan orang miskin bersedekat tanpa
curiga. Tak perlu ada lagi satpam diperumahan mewah. Tak perlu ada lagi pagar
tinggi dikomplek perumahan mewah untuk membuat jarak pemisah antara sikaya dan
simiskin. Kehidupan menjadi harmonis. Sikap tolerance terbentuk karena semua orang berbuat untuk cinta.
Bahasa cinta itulah yang dipancarkan oleh presiden Islam yang berakhlak Al
Quran.
Dia yang terpilih sebagai
Presiden mampu memimpin bangsa dan negara dengan efektif karena dia punya hati,
puya cinta dan tentuk tidak buta tuli.
Matanya jelas melihat apa yang salah dan tahu bagaimana membenarkannya. Karena
Tuhannya sudah mengajarkannya cara terbaik untuk menjadi benar. Telinganya
tidak tuli untuk mendengar keluhan rakyatnya. Tidak menunggu rakyat datang tapi
dia mendatangi rakyatnya, melihat dan bertanya. Dari dia melihat , dia tahu
bagaimana bersikap yang terbaik karena Tuhannya mengajarkannya hal hal yang
baik. Tuhannya telah berfirman dalam surah Al-A’raf ayat 179: "Dan
sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam, kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak mempergunakannya untuk memahami
ayat-ayat Allah dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakan untuk
melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah) dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak
dipergunakan untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu seperti binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
Ya pemimpin dalam kualifikasi Islam adalah MANUSIA bukan tergolong binatang
ternak karena dia menggunakan hati, mata dan telinga.
Saya tersentak dalam lamunan. Apa
yang saya katakan diatas hanyalah ilusi belaka. Sulit menemukan pemimpin entah
itu Presiden, Menteri, anggota DPR, Bupati, Walikota, Gubernur, Lurah yang
punya kualifikasi manusia seperti firman Allah dalam Surah Al – A’raf ayat 179.
Makanya jangant terkejut bila laku para pemimpin tak jauh dari sifat
binatang. Rakus, culas, ,malas dan
pemangsa. Kita sebagai umat islam tidak bisa berharap lahirnya pemimpin dari
Partai. Mengapa? Menurut Mahfud MD ahli hukum tatanegara dan ketua MK
mengatakan bahwa Partai politik Islam itu sebenarnya tidak ada.
Partai yang benar-benar Islam pun tidak ada. Karena parpol yang tidak Islam pun
sebenarnya memperjuangkan Islam, sementara yang Islam pun sama dengan yang
disebut partai tidak Islam, sama-sama koruptornya (juga) ada. Cukuplah
diketahui faktanya bahwa seluruh partai yang membawa bendera Islam tak lain
hanyalah” dagang pamplet dan sloga tentang islam” agar emosi umat yang awam dan
bodoh terpengaruh untuk mengekor menjadi konsumen setia. Nyatanya memang
berhasil menjadikan mereka partai yang dipilih namun tidak menjadikan mereka
Partai besar yang berpengaruh. Padahal umat islam di Indonesia jumlahnya
mayoritas tapi tetap Partai yang
“menjual “islam tidak bisa menarik emosi rakyat untuk bersatu dalam
jargon ulama. Mengapa ? karena memang tidak ada PARTAI ISLAM yang beridiologi
AL Quran dan Hadith. Makanya jangan harap ridho Allah akan sampai untuk meraih
kemenangan.
Untuk lahirnya kepemimpinan Islam
dimasa depan maka seyogianya masyarkat Islam Indonesia juga menyadari bahwa
mereka adalah bagian dari pemimpin itu. Dari Abdillah ibn Umar ra., saya
mendengar Rasulullah saw. bersabda "Semuanya kamu akan jadi pemimpin akan
ditanyai Tuhan dari pimpinannya. Imam (pemerintah) mempunyai pimpinan akan
ditanyai Tuhan dari pimpinannya. Kamu lelaki menjadi pemimpin pada ahlinya akan
ditanyai dari pimpinannya. Kaum wanita menjadi pemimpin terhadap rumah suaminya
akan ditanyai dari pimpinannya. Hamba menjadi pemimpin pada harta tuannya akan
ditanyai dari pimpinannya, seorang laki-laki menjadi pemimpin dari harta orang
tuanya akan ditanyai dari pimpinannya. Dan kamu semuanya menjadi pemimpin dan
akan ditanyai ole h Tuhan dari pimpinannya. (HR. Bukhari Muslim). Pada zaman pemerintahan Ali Bin Abi Talib r.a, orang bertanya kepada Ali, ‘Wahai Ali bin Abi Talib mengapa di zaman engkau banyak perpecahan, pembunuhan, pergaduhan dan perselisihan?’ Mengapa di zaman Abu Bakar dan di zaman Omar tidak berlakunya perkara seperti itu sedangkan dizaman engkau banyak?’Ali bin Abi Talib menjawab, ‘Dahulu di zaman Abu Bakar dan Omar, rakyatnya adalah orang seperti aku, tetapi di zaman aku rakyatnya seperti kalian. Apakah maksud Ali Bin Abi Talib? Ini adalah satu muhasabah kepada rakyat dan kepada kita semua. Kita tidak boleh sering melihat kesalahan pemimpin tetapi lihatlah kesalahan kita terlebih dahulu. Ini adalah muhasabah yang Islam ajar, yang Nabi kita ajar dan yang Allah SWT didik. Ini adalah satu perkara tentang tanggungjawap rakyat. Pemimpin yang baik tentu lahir dari rakyat yang baik.