Monday, February 11, 2013

Memimpin dengan cinta.


Disuatu negeri dimana presidennya lahir  dari Partai yang beridiologi Islam. Ia terpilih karena kecintaan rakyat kepadanya. Dia terpilih karena disaring lewat seleksi ketat berjenjang oleh Partainya. Hingga akhlaknya adalah Al Quran dan pribadinya adalah Rasul. Kesehariannya tidak pernah jauh dari orang miskin namun juga dekat dengan orang kaya.  Sebelum terpilih sebagai president , profesi nya sebagai pengusaha ,dia berkerja keras namun hasilnya untuk orang orang terdekatnya, untuk program partainya, untuk syiar Islam. Dia tidak berkata apa yang terbaik dilakukan tapi dia memperlihatkan kepada semua apa yang terbaik dilakukan. Jangan hidup memanjakan diri dengan harta berlebihan dan dia tidak tinggal dirumah mewah namun juga tida kumuh. Tidak punya mobil mewah namun kendaraanya perkasa melintasi jalan untuk bersilahturahmi. Dia tidak mengatakan hidup harus rendah hati namun dia menjauhi jam tangan bermerek ROLEX, Patek Philippe. Menjauhi baju merek desainer terkenal. Dia mencintai keluarganya namun dia tidak memanjakan mereka. Semua prilakunya menjadi inspirasi bagi keluarga, sanak family dan sahabatnya. Dia tetaplah dia yang tak pernah menepuk dada dengan sorban serta janggut panjang sambil membawa tasbih. Keislamannya adalah perbuatan karena cinta bukan retorika atau simbol.

Benarlah, ketika dia terpilh sebagai Presiden.  Pribadinya mengeluarkan cahaya kekuatan yang sangat besar untuk orang berbuat terbaik. Yang kaya dan pintar merasa aman bahwa mereka akan dibina untuk berkembang sesuai kemampuannya. Tak ada monopolii penguasaan resource agar orang orang semakin kaya untuk memeras orang lain. Persaingan akan sehat. Keadilan hukum dagang dan perdata terjamin. Bagi simiskin merasa tenang karena ada HOPE dimasa depan. Pajak  orang kaya diarahkan untuk membuat orang miskin mandiri dalam bersyariat. Mereka mendapatkan akses pendidikan murah, peluang usaha yang terbuka dengan dukungan pasar dan sumber permodalan, akses kesehatan yang murah serta perumahan yang layak dan terjangkau untuk dibeli atau disewa. Semua pemeluk agama hidup damai berdampingan tanpa berseteru. Orang kaya dan orang miskin bersedekat tanpa curiga. Tak perlu ada lagi satpam diperumahan mewah. Tak perlu ada lagi pagar tinggi dikomplek perumahan mewah untuk membuat jarak pemisah antara sikaya dan simiskin. Kehidupan menjadi harmonis. Sikap tolerance terbentuk  karena semua orang berbuat untuk cinta. Bahasa cinta itulah yang dipancarkan oleh presiden Islam yang berakhlak Al Quran.

Dia yang terpilih sebagai Presiden mampu memimpin bangsa dan negara dengan efektif karena dia punya hati, puya cinta dan tentuk  tidak buta tuli. Matanya jelas melihat apa yang salah dan tahu bagaimana membenarkannya. Karena Tuhannya sudah mengajarkannya cara terbaik untuk menjadi benar. Telinganya tidak tuli untuk mendengar keluhan rakyatnya. Tidak menunggu rakyat datang tapi dia mendatangi rakyatnya, melihat dan bertanya. Dari dia melihat , dia tahu bagaimana bersikap yang terbaik karena Tuhannya mengajarkannya hal hal yang baik. Tuhannya telah berfirman dalam surah Al-A’raf ayat 179: "Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam, kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak mempergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah) dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakan untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. Ya pemimpin dalam kualifikasi Islam adalah MANUSIA bukan tergolong binatang ternak karena dia menggunakan hati, mata dan telinga.

Saya tersentak dalam lamunan. Apa yang saya katakan diatas hanyalah ilusi belaka. Sulit menemukan pemimpin entah itu Presiden, Menteri, anggota DPR, Bupati, Walikota, Gubernur, Lurah yang punya kualifikasi manusia seperti firman Allah dalam Surah Al – A’raf ayat 179. Makanya jangant terkejut bila laku para pemimpin tak jauh dari sifat binatang.  Rakus, culas, ,malas dan pemangsa. Kita sebagai umat islam tidak bisa berharap lahirnya pemimpin dari Partai. Mengapa? Menurut Mahfud MD ahli hukum tatanegara dan ketua MK mengatakan  bahwa  Partai politik Islam itu sebenarnya tidak ada. Partai yang benar-benar Islam pun tidak ada. Karena parpol yang tidak Islam pun sebenarnya memperjuangkan Islam, sementara yang Islam pun sama dengan yang disebut partai tidak Islam, sama-sama koruptornya (juga) ada. Cukuplah diketahui faktanya bahwa seluruh partai yang membawa bendera Islam tak lain hanyalah” dagang pamplet dan sloga tentang islam” agar emosi umat yang awam dan bodoh terpengaruh untuk mengekor menjadi konsumen setia. Nyatanya memang berhasil menjadikan mereka partai yang dipilih namun tidak menjadikan mereka Partai besar yang berpengaruh. Padahal umat islam di Indonesia jumlahnya mayoritas tapi tetap Partai yang  “menjual “islam tidak bisa menarik emosi rakyat untuk bersatu dalam jargon ulama.  Mengapa ?  karena memang tidak ada PARTAI ISLAM yang beridiologi AL Quran dan Hadith. Makanya jangan harap ridho Allah akan sampai untuk meraih kemenangan.

Untuk lahirnya kepemimpinan Islam dimasa depan maka seyogianya masyarkat Islam Indonesia juga menyadari bahwa mereka adalah bagian dari pemimpin itu. Dari Abdillah ibn Umar ra., saya mendengar Rasulullah saw. bersabda "Semuanya kamu akan jadi pemimpin akan ditanyai Tuhan dari pimpinannya. Imam (pemerintah) mempunyai pimpinan akan ditanyai Tuhan dari pimpinannya. Kamu lelaki menjadi pemimpin pada ahlinya akan ditanyai dari pimpinannya. Kaum wanita menjadi pemimpin terhadap rumah suaminya akan ditanyai dari pimpinannya. Hamba menjadi pemimpin pada harta tuannya akan ditanyai dari pimpinannya, seorang laki-laki menjadi pemimpin dari harta orang tuanya akan ditanyai dari pimpinannya. Dan kamu semuanya menjadi pemimpin dan akan ditanyai ole h Tuhan dari pimpinannya. (HR. Bukhari Muslim). Pada zaman pemerintahan Ali Bin Abi Talib r.a, orang bertanya kepada Ali, ‘Wahai Ali bin Abi Talib mengapa di zaman engkau banyak perpecahan, pembunuhan, pergaduhan dan perselisihan?’ Mengapa di zaman Abu Bakar dan di zaman Omar tidak berlakunya perkara seperti itu sedangkan dizaman engkau banyak?’Ali bin Abi Talib menjawab, ‘Dahulu di zaman Abu Bakar dan Omar, rakyatnya adalah orang seperti aku, tetapi di zaman aku rakyatnya seperti kalian. Apakah maksud Ali Bin Abi Talib? Ini adalah satu muhasabah kepada rakyat dan kepada kita semua. Kita tidak boleh sering melihat kesalahan pemimpin tetapi lihatlah kesalahan kita terlebih dahulu. Ini adalah muhasabah yang Islam ajar, yang Nabi kita ajar dan yang Allah SWT didik. Ini adalah satu perkara tentang tanggungjawap rakyat. Pemimpin yang baik tentu lahir dari rakyat yang baik.

No comments:

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...