Dulu waktu saya remaja, rumah
tempat tinggal saya hanya selangkah dari tempat pemakaman. Bila jendela kamar
saya dibuka maka sudah nampak kuburan. Bila malam hari, Tempat pemakaman itu
sering digunakan oleh anak anak muda bersantai. Mereka bernyanyi dengan
menggunakan gitar sampai larut malam. Mereka semua teman sepermainan saya. Hanya
saja mereka umumnya tidak sekolah. Sementara saya sekolah dan tidak bisa ikut
dengan gaya hidup mereka. Bagaimanapun saya merasa terganggu dengan kebiasaan
mereka yang gaduh disamping kamar saya yang membuat saya tidak bisa belajar
dengan tenang. Saya tidak tahu bagaimana caranya melarang mereka untuk berhenti
dengan kebiasaanya itu. Kalau saya tegur langsung mungkin mereka akan tersinggung
dan memancing untuk berkelahi. Hal ini saya sampaikan kepada ibu saya. Dengan
tersenyum ibu saya berkata bahwa saya harus belajar menerima kenyataan dengan
ikhlas. Kalau saya paksakan lingkungan itu seperti apa yang saya mau maka itu
akan membuat orang lain tersinggung. Tidak nyaman. Sementara bertengkar itu
jelek. Yang baik menurut kita belum tentu baik menurut orang. Bijaklah.
Ya, Saya harus mulai membiasakan
diri dan hidup dengan kenyataan bahwa lingkungan saya tidak ramah. Saya sudah
masuk dalam dunia orang dewasa. Kebijakan mutlak saya dapatkan. Saya harus mengelola rasa kecewa atau
kesedihan terhadap lingkungan saya. Sebagaimana ibu saya menasehati saya bahwa
jangan pernah marah dengan keadaan yang tidak sesuai dengan keinginan tapi
terimalah itu sebagai sebuah realita untuk belajar bijak. Ingatlah firman Allah
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui,
sedang kamu tidak Mengetahui.” (QS Al Baqarah: 216). Mungkin lingkungan buruk
itu sebagai cobaan dari Allah agar saya dapat lebih mudah melihat yang baik dan
yang buruk untuk menjadi lebih baik. Tapi mengapa yang baik dan buruk selalu
bersanding dihadapan kita? Itulah
kehidupan. Allah punya scenario. “Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan
permainan. Dan sesungguhnya negeri akherat itulah kehidupan yang sebenarnya,
sekiranya mereka mengetahui” ( Ar-Rum:64 ). Tugas kita hanyalah melewatinya dengan sabar
untuk tetap istiqamah dijalan Allah.
Kenangan masa remaja itu sampai
kini tidak pernah saya lupa. Bahkan menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi
saya dalam menjalani kehidupan. Teman
orang asing sempat bingung melihat kenyataan Jakarta yang macet, bila hujan
banjir dan bila kemarau debu polusi. Lingkungan yang tidak disiplin, korup dan
tidak aman. Dengan keadaan itu , dia melihat saya merasa tidak terganggu. Padahal
saya tahu ada kehidupan dinegara lain yang lebih baik dari Jakarta, yang tentu
bisa membuat saya lebih nyaman. Kebingungan teman itu saya jawab bahwa manusia
terlahir untuk menerima kenyataan. Kita harus menerima kenyataan itu dengan
ikhlas. Ingat bila sudah ikhlas maka tidak perlu bertanya lagi. Jalani saja.
Bukankah setiap manusia dituntut untuk menjadi agent perubahan dan bila tidak
bisa merubah maka berhak mencari tempat lain yang sesuai dengan idealismnya. Kata
teman saya. Benar bahwa setiap kita punya misi untuk merubah lingkungan yang
buruk menjadi baik tapi tidak punya tanggung jawab untuk harus berhasil merubahnya.
Kewajiban kita dimanapun berada adalah merubah diri kita terlebih dahulu
menjadi lebih baik.
Jalanan macet karena tidak
disiplin berlalu lintas. Semua tahu penyebabnya. Kita harus memulai pada diri
kita sendiri untuk disiplin. Kemiskinan dan ketidak adilan social terjadi salah
satu sebabnya adalah karena wabah korupsi. Maka kita harus mulai dari diri kita
untuk tidak korup. TIdak takut kepada pejabat yang memeras karena jabatannya. Walau
karena itu kita dipersulit. Rusaknya moral manusia karena maksiat. Tempat
maksiat tersebar disetiap sudut kota. Kita harus menjauh dari tempat maksiat
itu. Mereka yang culas, pemarah, tidak sabar, doyan maksiat , kita hadapi dengan akhlak mulia. Tidak mengatakan mereka jelek tapi perlihatkan kepada mereka apa yang baik pada diri kita. Menurut saya
perjuangan untuk kebaikan bukanlah memaksa orang untuk berubah menjadi baik
seperti apa yang kita mau tapi dimulai dari diri kita untuk berubah. Gerakan lingkungan hidup bersih dimulai dari satu puntung rokok yang kita ambil dari jalanan dan
membuangnya ketempat sampah. Jadi
daripada kita terus berkeluh kesah terhadap lingkungan yang tidak sesuai dengan
apa yang kita mau maka lebih baik kita berbuat sesuatu yang baik ditempat yang buruk walau itu hanya perbuatan kecil yang tak nampak oleh orang lain. Mungkin itu kehendak Allah agar kita berbuat dan menjadi bagian dari proses perubahan yang Allah kehendaki.
Kehidupan ini adalah rangkaian peristiwa sebagai akibat dari interaksi social. Bahwa apa yang ada, bahkan yang paling bertolak belakang dengan kondisi ideal yang kita inginkan adalah bagian dari kehendak Sang Maha Hidup, Allah SWT” Allah menghendaki dunia ini sebagai tempat bertemunya dua hal yang yang sering kita maknai menyenangkan dan tidak menyenangkan. Apapun bisa saja terjadi. Dan apapun itu selalu ada hikmahnya. hikmahnya selalu baik. Rasulullah SAW bersabda; “Hikmah itu adalah barang yang hilang milik orang yang beriman. Di mana saja ia menemukannya, maka ambillah.” (HR. Tirmidzi). Salah satu kebaikan yang bisa kita dapatkan dari setiap peristiwa atau kondisi, meski pun sangat menyakitkan adalah hikmah yang terkandung di dalamnya. Begitulah cara Allah berdialogh denga kita , untuk mendidik kita agar menjadi sempurna. Sebagaimana doa Rasul" "Ya Allah hamba bukan menolak takdir-Mu, takdir-Mu adalah takdir-Mu, berilah kepada hamba keikhlasan, kesabaran, ketawakkalan, baik sangka dan kecerdasan menangkap bahasa hikmah dibalik segala takdir-Mu... Aamiin".
Kehidupan ini adalah rangkaian peristiwa sebagai akibat dari interaksi social. Bahwa apa yang ada, bahkan yang paling bertolak belakang dengan kondisi ideal yang kita inginkan adalah bagian dari kehendak Sang Maha Hidup, Allah SWT” Allah menghendaki dunia ini sebagai tempat bertemunya dua hal yang yang sering kita maknai menyenangkan dan tidak menyenangkan. Apapun bisa saja terjadi. Dan apapun itu selalu ada hikmahnya. hikmahnya selalu baik. Rasulullah SAW bersabda; “Hikmah itu adalah barang yang hilang milik orang yang beriman. Di mana saja ia menemukannya, maka ambillah.” (HR. Tirmidzi). Salah satu kebaikan yang bisa kita dapatkan dari setiap peristiwa atau kondisi, meski pun sangat menyakitkan adalah hikmah yang terkandung di dalamnya. Begitulah cara Allah berdialogh denga kita , untuk mendidik kita agar menjadi sempurna. Sebagaimana doa Rasul" "Ya Allah hamba bukan menolak takdir-Mu, takdir-Mu adalah takdir-Mu, berilah kepada hamba keikhlasan, kesabaran, ketawakkalan, baik sangka dan kecerdasan menangkap bahasa hikmah dibalik segala takdir-Mu... Aamiin".
No comments:
Post a Comment