Kemarin waktu ketemu dengan teman dari Malaysia, dia sempat bertanya apakah saya Syi’ah? Mungkin karena
saya suka pakaian warna hitam ( gelap) dia beranggapan seperti itu. Saya tahu teman
ini bertanya soal ini karena dia membaca berita lewat Madia massa tentang Kejadian di Sampang Madura yang sampai
menimbulkan korban manusia dan kerugian materi hanya karena perbedaan pandangan
antara Ahlulsunnah waljamaah dan Syi’ah,
sangat menyedihkan. Karena ketika betrokan itu terjadi, nilai nilai islam
digunduli secara vulgar. Saya tegaskan saya Islam. Soal keyakinan mahzap apa
yang kita jadikan rujukan dalam beragama tak perlulah diungkapkan kecuali perbuatan kita memang menyejukan orang
lain. Benarkah Syiah itu sesat ? Tanya saya. Kalau masalah ini dipersoalkan
maka akan menimbulkan pertengkaran yang tak akan pernah habis habisnya. Mengapa
? Baik Syiah maupun sunni punya referensi yang kuat dan diyakini paling benar.
Bila karena keyakinan akan kebenaran itu sampai menimbulkan permusuhan satu
sama lain maka tak ada lagi nilai kebenaran itu.
Sebagaimana Sunni yang
mengenal mahzap, dalam syiah juga banyak aliran mahzab. Menurut ulama Syam, Prof Dr Wahbah Zuhaily, antara
Syiah dan Sunni tidak ada perbedaan yang besar kususnya pada Syiah Imamiyah
yang komunitasnya banyak di Iran. Bahkan Mahzap Syiah Imamiyah ini lebih dekat
dengan Mahzab Syafii dan hanya memiliki perbedaan dalam 17 perkara fikih. Sementara
Syiah Zaidiah, menurut beliau, adalah Syiah yang paling dekat dengan Sunni. Bahkan penganut Sunni menggunakan beberapa buku rujukan
Zaidiyah seperti buku fikih karangan Imam Shonani, dan Kitab Subulussalam. Pertemuan
OKI ( organisasi Konfrensi Islam ) pada
tahun 2006 yang dihadiri oleh Ulama Syiah dan Sunni telah mengeluarkan deklarasi
Makkah ( 2006) yang intinya bahwa perbedaan Sunni – Syiah merupakan perbedaan
alami , sama seperti perbedaan mazhab mazhab dalam fikih islam. Konfrensi
International Islam yang diadakan di Qatar juga mengeluarkan pernyataan bersama
bahwa pentingnya dialogh antara syiah-sunni dalam bahasa perdamaian dan kasih
sayang. Saya juga bisa mengerti karena begitulah sikap MUI yang mengatakan hal
senada.
Stop pertikaian Syiah –Sunni yang
saling menghujat atau meng claim paling benar diatara yang lain. Menurut teman
saya bahwa persatuan dan kesatuan umat
islam inilah yang akan menjadi syiar ampuh terhadap agama lain dan sekaligus
sebagai benteng kokoh menghadapi strategy hasut adu domba pihak AS/Barat/Yahudi
yang tak ingin Islam itu kuat. Ingatlah, ketika perang Mesir –Israel berkecamuk,
Anwar Sadat berhasil meyakinkan pemimpin Islam diseluruh Timur Tengah untuk
bersatu dengan mengembargo eksport minyak ke AS. Ekonomi AS hampir lumpuh
karena itu. Ingat juga ketika bersatunya Syiah dan Sunni di Irak paska
kejatuhan Sadam Husein dan berhasil memaksa AS keluar dari Irak. Juga bersatunya Syiah dan Sunni di Mesir
dalam menjatuhkan rezim Husni Mubarak sehingga tampilnya ulama dalam elite
kepempinan di Mesir. Persatuan umat bukan masalah Arab dan non-Arab tapi karena
memang umat ini memiliki satu Allah dan merupakan umat Nabi Muhammad SAW.
Semangat inilah yang luntur ketika jatuhnya khilafah islam akibat imperialis
Barat.
Khalifah Umar RA dalam sebuah
kesempatan pernah berkata "Kami diagungkan karena kami berpegang teguh
dengan Islam ini dan jika kami mencari keagungan bukan pada Islam maka Allah
akan menghinakan kita." Ya, bila perbedaan
sengaja dikobarkan karena dorongan nafsu untuk mendapatkan konsesi penghormatan
atau keuntungan pribadi maka yakinlah Allah akan menghinakan kita. Kita akan
masuk bagian dari orang yang menghinakan agama itu sendiri. Dalam salah satu
hadisnya Rasulullah s.a.w. pernah menjelaskan tentang keutamaan mendamaikan
ini, serta bahayanya pertentangan dan perpisahan. Sabda Rasulullah s.a.w.:
"Maukah kamu aku tunjukkan suatu perbuatan yang lebih utama daripada
tingkatan keutamaan sembahyang, puasa dan sedekah? Mereka menjawab: Baiklah ya
Rasulullah! Maka bersabdalah Rasulullah s.a.w.: yaitu mendamaikan persengketaan
yang sedang terjadi; sebab kerusakan karena persengketaan berarti menggundul,
aku tidak mengatakan menggundul rambut, tetapi menggundul agama."
(Riwayat Tarmizi dan lain-lain)
Tapi bila perbedaan itu
diterima sebagai sebuah realitas dengan mengedepankan kesamaan seiman maka rahmat Allah akan sampai kepada kita yang beriman. Menurut
teman saya, yang harus jadi agenda bagi semua orang yang membaca
kalimasyahadat adalah rasa persaudaraan
atas dasar cinta dan kasih sayang. Dalam islam kepada seorang seiman dengan kita
maka kita wajib melindungi harta dan kehormatannya"Dan berpeganglah kamu
semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan
ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena
nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang
neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk." [Ali Imran:103].
Perbedaan antara Syiah –Sunni bukanlah karena aqidah tapi lebih kepada mahzab,
yang tidak perlu dipertentangkan, apalagi menimbulkan permusuhan saling
menghujat.