Pada satu kesempatan saya bertemu dengan CEO BUMN China. Dia tentu juga elite partai. Saya sengaja undang dia makan malam. Saat makan malam itu dia keliatan tersenyum kepada manager restoran yang datang ke ruang makan kami. Saya berprasangka, pejabat ini suka wanita muda yang cantik. Namun usai makan, dia panggil manager restoran itu untuk berphoto bersama. “ Ini cucu saya. “ Katanya kepada saya. “ Kenalan sama om” katanya kepada cucunya yang segera shake hands. Saya terkejut.
Maklum, dia CEO BUMN yang asset nya diatas Rp. 6000 triliun. Dengan fasilitas melimpah, semua bisa dia dapatkan. Pastilah ada dorongan untuk tampil hedonism dan aktualisasi diri. Tetapi dia memilih menolak keinginan itu. Tetap hidup sederhana. Saat berkuasa, semua sumber daya ada padanya. Walau dia bisa lakukan apapun untuk pertahankan dan meningkatkan kekuasaan. Namun dia tetap utamakan moral dan etika. Memang rumit! Makanya tidak banyak orang sukses memimpin. Kebanyakan tergelincir dalam KKN.
Dua tahun lalu dia tamat dari universitas, katanya tentang cucunya. Kini dia sedang menyapa dunia realitas. Kalau karena itu penghasilan tidak berlebih, dia tetap akan baik baik saja. Mengapa? Yang dihadapinya adalah masalah diluar dirinya. Hanya masalah pekerjaan. Ia berada pada level orang awam yang sedang berproses. Dia tidak dibebani untuk mengalahkan dirinya sendiri. Kecuali berkompetisi lewat kompetensi mengalahkan pihak di luar dirinya. Bukan big deal ! Katanya.
Mengapa? Tanya saya berkerut kening. Karena dengan kekuasaanya tentu tidak sulit baginya untuk melontarkan karir cucunya ke puncak bergengsi. Namun dia lebih suka cucunya berproses jauh dari bayang bayang dirinya. Alasanya? Sebaiknya tentu saya tidak halangi dia berproses secara natural. Karena suatu saat nanti dia akan jadi pemimpin bagi orang banyak. Nah saat itu dia tidak lagi berkompetisi dengan pihak di luar dirinya, tetapi berkompetisi dengan dirinya sendiri. Itu baru big deal ! saya terhenyak mendengar alasannya.
Bukankah masalah di luar kita, bukan big deal. Katanya. Misal, mengeluh terasa lebih mudah daripada bertindak. Memilih comfort zone , menghindari tanggung jawab, dan membela diri , anti kritik. Sifat orang kebanyakan memang begtu. Bukan issue yang diperhitungkan. Artinya yang big deal itu adalah mengalahkan diri kita sendiri. Menjadi pemimpin bagi orang banyak dengan kekuasaan melimpah, bukanlah kehidupan yang mudah. Bukan kemewahan. Karena pemimpin yang sukses harus mau paling menderita dan paling kekurangan dalam materi dan waktu.
Pemimpin itu cermin dari caranya berpikir ( way of thinking ) yang memotivasi dan menginspirasi. Peka dalam merasakan ( feeling ). Punya rasa malu berbuat korup dan menolak kebenaran. Punya kemampuan memfungsikan semua potensi positip ( functioning ). Sebuah cara hidup ( the way of life ) dan cara menjadi ( way of being ) yang transformative. Memang tidak mudah. Artinya, tanpa kekayaan batin dan moral, dia tidak mungkin bisa sukses memimpin orang banyak. Malah menjadi sumber kerusakan bagi peradaban.
No comments:
Post a Comment