Wednesday, October 19, 2011

Sikap

Didepan gate imigrasi China, saya baru menyadari bahwa passport saya rusak. Sebelumnya saya tidak tahu.Mungkin perlakuan kasar petugas Imigrasi Eropa TImur yang membuat cover dalam passport saya terlepas dari jahitannya. Menurut aturan International memang mengharuskan saya untuk mengganti passport tersebut dengan yang baru. Pihak Imigrasi China menyarankan saya untuk menghubungi pihak kedutaan atau consulate terdekat. Namun mereka tetap mengizinkan saya untuk keluar dari Beijing menuju Guangzhou. Sesampai di Guangzhou saya menghubungi pihak consulate untuk mendapatkan passport baru. Proses pengurusan berlangsung dengan cepat. Karena terkesan akan kesigapan petugas consulate itu, saya memberi uang sebagai tanda simpati saya. Namun ditolaknya dengan ramah “ Tidak usah Pak, Saya malu sama pak SBY”

Dikesempatan lain, saya berurusan dengan petugas PEMDA Tangerang untuk mendapatkan IMB. Pejabat yang bertugas melayani pengurusan IMB itu menerima saya dengan ramah. Setelah melampirkan design rumah dan lokasi tanah yang akan saya bangun, petugas itu memeriksa dengan teliti. Dia minta saya mengisi formulir dan mendatanganinya. Kemudian memberikan tanda terima atas berkas yang saya serahkan. Berjanji dalam seminggu surat IMB akan ditanda tangani oleh Walikota. Selama proses penerbitan Surat IMB, saya dipersilahkan untuk meneruskan pembangunan, asalkan mematuhi ketentuan batas bahu jalan dll. Seminggu kemudian , saya datang, Surat IMB sudah selesai. Ketika saya memberikan uang sebagai tanda simpati, petugas itu menjawab “ Terimakasih Pak, Tidak usah. Saya malu sama Pak Wali” .

Entah kenapa dua peristiwa ini berhubungan dengan rasa malu. Kedua petugas yang saya temui bukanlah pejabat tinggi. Dalam rantai kekuasaan, dia berada termat jauh dari puncak kekuasaan. Mungkin juga seumur hidupnya tidak pernah bertemu langsung dengan President atau berbincang bincang dengan Menteri atau Walikota. Tapi bagaimana kedua petugas ini bisa bersikap tegas demi rasa malu? Menurut saya ini tak datang dengan sendirinya. Ini disebabkan oleh dua hal, pertama , karena proses komunikasi dari pimpinan puncak sampai kebawah terjadi secara efektif. Setiap kebijakan yang datang dari pimpinan puncak diterjemahkan dengan baik oleh seluruh pimpinan dibawahnya secara berjenjang hingga sampai kelevel terendah. Kedua, karena memang pada dasarnya petugas itu orang baik yang terdidik dengan baik secara agama. Jadi komando yang disampaikan lewat komunikasi kepemimpinan ditempatnya bekerja disikapi dengan baik pula.

Petugas di consulate itu pimpinannya adalah Dubes. Walau Dubes dipilih atas dasar persetujuan DPR namun secara administrasi seluruh staff kedutaan dibawah garis kepemimpinan Menlu. Menlu , dibawah President. Mungkin karena Menlu bukanlah orang politik yang tak mewakili partai manapun maka lebih mudah menterjemahkan arahan SBY. Berbeda dengan menteri dari Partai lain yang kadang harus meminta pendapat Pimpinan Partai untuk menterjemahkan arahan SBY. Dan inilah penyebab banyak kebijakan presiden tidak efektif dilaksanakan oleh menteri. Berkaca dengan kasus Petugas PEMDA yang saya temui, dimana Walikota terpilih berasal dari PKS. Yang ternyata punya prinsip yang sama dengan petugas kedutaan yang menekankan hakikat malu bila menerima “suap”.Menurut teman saya seorang dosen, ini disebabkan platform perjuangan PKS dan PD hampir sama soal kepemimpinan yang bersih.

Tetapi bukankah semua Partai punya kepentingan soal lahirnya elite politik ( pemimpin ) yang bersih untuk melahirkan system pemerintahan yang bersih pula?. Mengapa korupsi masih terus terjadi?.Korupsi sampai kapanpun tidak akan pernah habis. Samahalnya kita menginginkan hapusnya pelacuran dimuka bumi dan memohon kepada Allah agar Setan dimusnahkan. Itu tidak mungkin. Yang mungkin adalah menjadikan siapapun yang terpilih sebagai elite politik berada dalam pengawasan by system. So, bila korupsi terkesan semakin menjamur itu bukanlah berarti era sekarang korupsi lebih banyak dibandingkan era Soeharto. Yang pasti di Era Soeharto , korupsi tak menjadi berita bebas. Hingga sulit dihitung berapa banyak korupsi itu. Di era sekarang korupsi menjadi berita laku dijual oleh PERS makanya sekecil apapun riak elite politik yang bernuansa korup akan menjadi berita hebat.

Memang membaca berita soal korupsi dan ulah pejabat kadang membuat kita kesal. Seakan tak ada lagi pejabat yang bersih. Semua salah dan tak becus. Melihat fakta keseharian, masih ada pejabat yang bersih dan jujur. Artinya masih ada peluang untuk perubahan yang lebih baik. Tentu alangkah baiknya bila kita sebagai rakyat juga pada waktu bersamaan mulai berubah menjadi komunitas yang ber akhlakul kharimah, selalu digaris depan menegakan kebenaran , kebaikan, keadilan, minimum menerapkan itu sebagai kewajiban kepada diri kita sendiri. Mengapa ? Pemimpin yang baik akan melahirkan peradaban yang baik namun pemimpin yang baik tidak datang dari langit begitu saja, tapi ia datang lewat proses yang terbentuk ditengah masyarakat. Bila masyarakat sakit maka tak mungkin akan lahir pemimpin yang sehat lahir batin.

Melihat pemimpin brengsek, kita mulai bermimpi dan berharap pemimpin seperti Rasul yang berhati agung, atau Abu Bakar yang lunak dan bijaksana, atau Umar Bin Khatap yang keras namun berhati mulia atau Ali Bin Abithalib yang berhati selembut salju. Namun pernahkah kita bercerimin terhadap diri kita sendiri? Apakah sudah pantas mendapatkan pemimpin dengan qualifikasi mulia itu?. Bila ingin perubahan maka mulailah dari diri kita untuk berubah. Setidaknya mulai dari yang kecil, misalnya, tidak menyuap Polisi dijalan bila terbukti bersalah dan masih banyak lagi hal lain yang kecil bisa kita lakukan untuk lahirnya kebaikan , kebenaran, dan keadilan. Bila ini sudah terbiasa maka pemimpin berhati mulia akan muncul dan perubahan besar akan datang dengan sendirinya sebagai proses sunatullah.

Saturday, October 15, 2011

Bersyukur...

Ketika kunjungan ke Dongwan, memang terasa sekali geliat kota ini tidak sama dengan lima tahun lalu. Menurut teman sejak global crisis tahun 2008 , lambat namun pasti satu demi satu pabrik yang berorientasi eksport bertumbangan. Tentu meninggalkan masalah yang tidak kecil, seperti pemutusan hubungan kerja dan juga berimbas kepada rekanan pabrik yang selama ini hidup bergantung dengan kegiatan produksi pabrik. Kehidupa kota juga berpengaruh besar. Banyak toko yang tutup karena lesunya konsumen. Banyak apartament yang ditinggalkan oleh penghuninya. Tempat hiburan yang kehilangan geliat konsumen asing dan semakin meredub seiring semakin ketatnya pemerihtah membatasi jam kerja tempat hiburan. Dongwan adalah symbol pertumbuhan kota yang bertumpu pada industry borientasi eksport dan jasa, yang akhirnya harus menerima nasip sebagai bagian dari crisis dunia.

Sahabat saya yang juga pengusaha di China , saya tanyakan solusi apa yang bisa dilakukan oleh pemerintah china dengan situasi ini. Teman itu menjawab dengan tegas bahwa tidak ada solusi. Ini masalah structural. Dimana kota dirancang untuk meraih peluang dari keberadaan pasar eksport dengan menempatkan keunggulan china dalam hal upah yang murah serta kurs yang lemah terhadap Negara tujuan eksport. Ini mengakibatkan harga barang china menjadi murah dan merajai pasar dunia. Namun berlalunya waktu, Negara tujuan eksport terkena dampak yang massive akibat banyaknya industry mereka yang tumbang akibat kalah bersaing dengan produksi dari China. Ketika China meraih pertumbuhan tinggi, Negara lain mulai melambat pertumbuhannya dan kini akibat global crisis , semua menjadi melambat. Hukum pasar akan berlaku dengan efektif terhadap situasi China kini, free entry free fall. Demikian kesimpulan teman itu.

Akankah china Fall ? Ketika bertemu dengan pejabat China , hal ini sempat saya tanyakan. Namun pejabat itu tersenyum. Dia mengatakan bahwa sector industry yang berorientasi eksport sejak tahun 2000 sudah semakin kecil sumbangannya terhadap GDP. Kalau tahun 2000 sumbangan eksport terhadap GDP sebesar 40% namun kini tinggal 23 %. Ini karena kebijakan jangka panjang pemerintah yang menempatkan sector pertanian dan pasar domestic sebagai ujung tombak dan sekaligus fondasi kokoh bagi pertumbuhan china yang berkelanjutan. Jadi kalaupun kini banyak industry yang tutup karena lemahnya permintaan export , itu sudah diantisipasi oleh pemeritah jauh sebelumnya. Proses penyesesuaian struktur ekonomi china yang berlandaskan kepada kekuatan komunitas dalam negeri akan terjadi dengan sendirinya secara efektif , terutama dengan adanya krisis global ini. Banyak industry asing yang hengkan dan akhirnya dibeli oleh pengusaha local untuk memenuhi pasar dalam negeri.

Namun hal yang menarik dari dialogh dengan teman maupun dengan pejabat china itu , bahwa dalam kondisi ekonomi booming maupun lesu, masyarakat china tidak berubah banyak secara materi. Sudah menjadi budaya mereka untuk bekerja keras mendapatkan hasil namun tidak memanjakan diri dengan segala kelebihan yang mereka dapatkan. Ketika keadaan memburuk bahkan terburukpun, rakyat tetap kuat diatas budaya hidup hemat dan sederhana. Mereka tetap percaya dengan pemerintah untuk bersama sama mengatasi masalah. Sudah menjadi keyakinan mereka bahwa kehidupan ini adalah berkah tak terbilang yang harus disyukuri. Dibalik banyak kesulitan dan derita akibat keinginan tak terpenuhi , ada rasa syukur. Mereka tak bekeluh kesah dengan keadaan dan terus bekerja serta menyesuaikan keinginan dengan keadaan. Ya mereka berdamai dengan diri mereka sendiri diatas banyak keinginan yang tak terpenuhi akibat crisis ekonomi, tanpa menyalahkan siapapun, temasuk tak menyalahkan pemerintah.

Saya tidak tahu bagaimana budaya rasa syukur itu terbangun di masyarakat China, namun yang saya tahu bahwa budaya rasa syukur itu merupakan ajaran akhlak dalam Islam. Allah dengan kehebatan dan keperkasaan yang termaha, berkata “"... sekiranya kalian menghitung-hitung nikmat Allah, nescaya kalian tidak akan dapat menghitungnya ..." (Ibrahim: 34). Demikian besar nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepada kita. Dunia ini, beserta apa yang ada di dalamnya telah diciptakan Allah untuk kita, tetapi kebanyakan kita tidak pernah menyedarinya. Bagaimana mungkin kita meneikmati kehidupan tetapi tidak pernah mengetahuinya. "... Dia telah memberikan nikmat-nikmatnya secara sempurna kepada kalian, baik yang zahir mahupun yang batin ..." (Luqman: 20).

Kita cemas memikirkan tabungan yang menyusut, bisnis yang oleng, tagihan menggunung yang semakin sulit terlunasi. Kita berkeluh kesah dan lupa bahwa masalah itu umbernya adala kita lupa besyukur kepada Allah karena dibutakan oleh keinginan yang belum terpenuhi atau keinginan yang terganggu karena sesuatu sebab, yang sebetulnya adalah cara Allah untuk melatih kita agar semakin sadar akan nikmat Allah tanpa harus hidup diperbudak oleh kehendak nafsu yang tak terpuaskan.

Thursday, October 06, 2011

Pilihan

Your time is limited, so don’t waste it living someone else’s life. Don’t be trapped by dogma — which is living with the results of other people’s thinking.Don’t let the noise of others’ opinions drown out your own inner voice. And most important, have the courage to follow your heart and intuition. They somehow already know what you truly want to become. Everything else is secondary,” Demikian yang dikatakan oleh steve Jobs pendiri Apple pada tahun 2005. Namun kata kata itu sulit dimengerti ketika Apple menuntut Samsung dibanyak Negara atas smartphone Samsung Galaxy S yang merupakan desain iPhone3. Apple meng claim bahwa Samsung melanggar tujuh paten yang berhubungan dengan layar sentuh perangkat Galaxy seperti 'memahami gerakan pengguna, termasuk memilih, bergulir, mencubit dan zooming. Samsung juga menyalin tiga paten pada desain, termasuk wajah hitam datar dari iPhone dan iPad,

Samsung menghadapi gugatan Apple di banyak Negara. Setelah beberapa bulan bertarung di pengadilan, tanggal 4 Oktober pengadilan AS tidak bisa memutuskan siapa yang menang , siapa yang kalah. Stuck. Sehari setelah keputusan pengadilan itu, atau tanggal 5 oktober , Steve Jobs wafat. Samsung dan Apple akan terus bersiteru dipengadilan sampai ada yang kalah. Inilah bagian dari budaya kapitalis yang menjadikan Paten, merek dagang, Hak intelektual sebagai property. Walau dari awalnya kerjasama antara Samsung dan Apple begitu solid dimana Samsung sebagai pabrikan yang merakit semua komponen Apple untuk menjadikan produk apple menguasai pasar dunia namun bila sudah menyangkut kepentingan maka kerjasama terlupakan. Saya tidak akan membahas materi dibalik gugatan Apple dan dibalik pembelaan Samsung. Saya hanya ingin mengangkat persoalan soal Paten, merek dagang dan Hak intelektual.

Teman saya seorang periset pernah mengatakan kepada saya andaikan dulu ada paten, hak intelektual, maka dunia harus menjadikan Thomas Alpha Edison sebagai Tuhan kedua didunia. Karena apa jadinya dunia tanpa lampu. Juga sama halnya , apa jadinya industry tanpa adanya tekhnologi gerak dari uap yang ditemukan oleh James Watt. Yang lebih luas lagi, apa jadinya bila Albert Einstein mempatenkan penemuan teori relativitas energynya yang sampai kini tak ada tekhnologi dasar yang tidak tergantung dari penemuan itu.Tapi para sainsitis generasi pendobrak kemajuan ilmu pengetahuan itu tidak menuntut paten. Begitupula masyarakat yang diwakili oleh Negara ketika itu tidak menjadikan itu sebagai hak pribadi. Itu menjadi hak orang remai untuk lahirnya kemakmuran. Semua orang boleh menggunakan tekhnologi penemuan terbaru itu untuk kepentingannya. Terlepas soal motive, sains tetaplah sains yang pada akhirnya tergantung manusia mau memanfaatkannya seperti apa.

Generasi awal pendobrak kemaujuan ilmu pengetahuan telah memberikan teladan terbaik kepada generasi berikutnya tentang keikhlasan berbagi dan mendapatkan nilai dari penemuan itu bukan dari segi materi tapi lebih daripada itu adalah nilai kemanusiaan. Bahwa umur mereka dipergunakan sebaik mungkin bagi orang banyak dan itu akan abadi dihati orang, dilintas generasi. Hasil penemuan mereka tidak digunakan untuk lahirnya persaingan berebut hegemoni tapi untuk tersebarnya kerjasama saling memberikan nilai. Dengan itulah , sains terus berkembang dan membuat orang hidup lebih baik. Cobalah perhatikan, Microsoft yang selalu kebakaran jenggot karena orang meng copy penemuannya , jusru pada akhirnya membuat pasar terluas Microsoft di China menyempit karena memaksa orang lain untuk menemukan OS sendiri. Andaikan Microsoft tidak sewot ketika di copy mungkin dia akan mendapatkan dukungan dari yang lain untuk bersama sama berkembang tanpa harus berlelah saling bersaing. Begitupula dengan Apple, akan lebih baik bila dia duduk bersama dengan Samsung sebagai mitra dan melihat persoalan jauh kedepan bagi ilmu pengetahuan.

Menurut lawyer yang saya kenal pernah mengatakan bahwa keberadaan undang undang Paten , merek dagang , hak intelektual, memang sulit memastikan mana yang berhak dan mana yang tidak. Karena bisa saja berada di grey area. Maklum saja bahwa pada akhirnya sulit menentukan kemurnian sebuah penemuan. Karena tidak ada satupun produk diciptakan murni buah karya seseorang atau perusahaan. Teman itu mengibaratkan sebuah buku. Bagaimana bisa memastikan itu buku ditulis murni buar karya penulis. ? Bisa saja penulis mengatakan bahwa buku hasil riset ilmiahnya namun pada waktu bersamaan semua orang tahu deretan hurup pada kalimat dalam buku itu terdapat dalam buku dictionary. Nah apa yang menjadi hak ? judul buku? Isi buku atau keseluruhan buku. Bila salah satu gugur maka gugurlah semuanya. Disamping itu sebagian besar hakim ketika memutuskan perkara sengketa soal paten ini, lebih melihat sisi nurani terhadap nasip karyawaan perusahaan yang akan menjadi korban bila dikalahkan oleh gugatan paten.

Apple bukanlah tandingan Samsung. Kapitalisasi saham Apple sebesar lebih USD 340 billion itu sama dengan GNP indonesia dan mungkin lebih besar dibandingkan GNP Malaysia, Vietnam dan Bruney.. Apalagi dengan negara Afrika. Disamping itu ada ratusan ribu karyawan Samsung berserta rekenannya diseluruh dunia yang hidup bergantung dari produk Samsung. Apakah Steven Jobs tidak berbicara dengan nuraninya soal ini. Kalaupun Apple memenangkan perkara , juga tidak menjamin pasar Apple akan semakin luas. Karena Samsung tentu tidak akan tinggal diam. Sama seperti china bersiteru dengan Microsoft dan Google. Yang justru membuat pasar Google dan Microsoft semakin menyempit. Ya,bagaimanapun inilah buah dari mental kapitalisme, mental ingin berkuasa dan tak ingin disaingi. Maka produk hukum Paten , Merek dan hak intelektual yang lahir dari WTO semakin memberikan wajah tentang dunia kita kini. Ketamakan.!

Tapi terlepas perspektif saya soal tersebut diatas , saya teringat akan pepatah melayu “ harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Masalahnya mau dikenang seperti apa nama itu setelah mati. Itu soal pilihan.Sebagaimana para sainsitis yang memilih untuk mati meninggalkan penemuanhya kepada orang banyak secara free of charge. dan Steven Jobs yang harus mati meninggalkan kasus gugatan ganti rugi atas claim penemuannya terhadap Samsung yang belum tuntas. Silahkan pilih sendiri. Yang pasti ketika mati, tidak ada yang anda bawa kecuali amal disisi Allah dan nama abadi dihati orang banyak karena amal jariah...

Saturday, October 01, 2011

Istri dirumah

Satu saat teman cerita. Sedang asyik dikamar kerja , terdengar teriakan istri menyuruh dia makan. Kerjaanpun terhenti dan hilang mood untuk meneruskan. Ketika usai makan, sedang asyik duduk santai didepan TV , kembali istri ngomel minta agar dia kurangi merokok. Rokokpun suda tak nikmat lagi dibawah omelan itu. Baru mau istirihat siang, istri kembali memperingatkan jangan tidur siang sebelum sholat lohor. Tidurpun tertunda dan rasa kantuk terhalau untuk segera sholat. Ketika sore ada niat ketemu dengan teman namun istri minta ditemani belanja ke Carrefour. Setiap mau memilih barang, selalu diiringi dengan sikap istri yang berkata “ engga perlu itu!“. Lihat yang lain “ udah , entar dibeli lupa makannya”. Jadi semua tak boleh. Hanya dia yang boleh. Jadi benar benar hanya sebagai pendamping tanpa hak otoritas membeli. Ok lah.

Ketika hidup dilanda badai dan goncangan datang. Lanjut cerita teman itu. Kesulitan ekonomi mulai membuat layar bahtera rumah tangga miring dilamun ombak. Ada rasa ragu untuk melangkah. Takut untuk menatap haluan. Dalam situasi itu seharusnya dorongan semangat datang dari istri semakin kuat agar tak gentar untuk terus menghadapi badai. Namun bukannya dorongan semangat yang datang justru dihantam kata kata yang menyingkapkan semua kesalahan yang pernah dia buat. Itu terus diulang ulang. Dia tak bisa berbuat banyak kecuali mendengar dalam kesabaran. Ya dia lemah. Ya dia tidak konsentrasi menghadapi masalah. Ya dia banyak lalainya. Ya dia boros. Ya semua kesalahannya tergambarkan dengan untaian kata dibawah letupan emosi yang tak sudah. Pening. Dia harus berubah.!

lanjut cerita teman itu, ketika badai berlalu, angin mulai berhebus dengan pasti mendorong bahtera melaju dengan gagah. Ada rasa bangga untuk sedikit berharap mendapatkan pujian. Namun jangankan pujian malah sifat curiga yang berlebihan datang. Sedikit parlente disikapi dengan curiga. Sedikit agak konsumtif dibilang lupa pernah susah. Sedikit mau bergaya dibilang engga ingat umur. Semua salah. Salah. Lantas dimana benarnya ? mungkin sebagian orang yang bernasif sama dengan dia akan mengatakan gagal mendapatkan istri yang soleha. Benarkah saya gagal bila mendapatkan istri tidak seperti qualifikasi soleha yang digambarkan seperti Khadijah atau Fatimah Zahra?. Yang selalu berlembut wajah berbicara dengan suami. Yang selalu tampil rapi ketika berangkat tidur. Benarkah? Tanyanya dengan tekanan kata membuat saya tersentak dan juga bertanya hal yang sama.

Dengan tersenyum teman itu melihat saya seakan menunggu reaksi saya atas pertanyaannya. Saya hanya diam. Bagi dia , lanjutnya, kehadiran istri dalam hidup tak ubahnya kehadiran Allah dalam disetiap detak jantungnya. Betapa tidak.? dia yang boros, yang malas, pragmatis, pesimis, mudah kalah, kadang tidak sabar , disikapi istrinya dengan sifat yang membuat dia tidak nyaman. Letupan emosi istri lewat bahasa oral dan tubuh telah menelanjangi nafsu egonya. Tak ada sedikitpun ego nafsunya bisa berlindung dari segala alasan untuk meyakinkan bahwa dia benar. Tida ada. Walau diluar sana begitu banyak orang memujinya namun dirumah , tak ada pujian kecuali koreksi tiada henti. Tentu dengan cara istrinya yang special membuat dia harus berkaca dengan kesalahannya. Setiap hari setiap detik dalam kebersamaanya bersama istri dirumah , proses membunuh egonya berlangsung efektif.

Benarlah, berlalunya waktu, tanpa dia sadari sifat boros , malas, pragmatis, pesimis ,mudah kalah, tak sabar dan segala sifat negatif saya sebagai pria yang juga sebagai kepala rumah tangga telah bermetamorfosa menjadi orang yang hidup dalam kesabaran, hemat namun tidak pelit, istiqamah, rendah hati, optimis dan tak mudah menyerah. Anehnya istripun bermetamorfosa menjadi seperti apa yang dia impikan. Kata teman itu dengan senyum bahagia. Seakan dia memberikan hikmah kepada saya tentang perjalanan kehidupan rumah tangganya. Bahwa jodoh adalah hak Allah yang juga Allah lebih tahu mengapa kita harus bertemu dan akhirnya menikah. Dihadapan Istri, tak ada lagi topeng, lahir batin kita telanjang. Yang paling tahu siapa kita ya pasangan kita. Merekalah yang akan menjadi mentor kita untuk saling mengingatkan dan menjaga walau kadang karena iut membuat kita tidak nyaman.

Ya, Allah hadir dalam kehidupan kita lewat orang terdekat kita, yang kita cintai. Allah memberikan hadiah terindah kepada kita yaitu berupa cinta yang merupakan produk sorga. Yang karenanya membuat kita tentram untuk melewati goncang hidup. Lewat hadiah inilah Allah mendidik kita untuk menjalankan agama. Bukankah Rasul pernah bersabda bahwa menikah itu sama saja melaksanakan setengah kewajiban agama, yang tak lain saya maknai setengah jalan untuk berlatih menjadi sempurna di hadapan Allah.

Jadi, bila suasana hati istri kadang menimbulkan letupan emosi yang membuat anda tertekan, kesal, tak nyaman, janganlah buru buru berburuk sangka yang segera menjadikan Khadijah atau Fatimah sebagai pembanding. Jangan cepat melihat definisi wanita sholeha seperti apa kata Al Quran dan Hadith, yang sehingga anda beralasan untuk mencari wanita lain sebagai istri. Jangan! Ketahuilah bahwa wanita sejati tidak tersedia di etalage. Ia harus anda ciptakan sendiri lewat proses kesempurnaan akhlak anda. Anda bukanlah Rasul dan tentu anda juga bukan sekelas Ali Bin Abithalip. Anda hanyalah pria akhir zaman yang hidup mudah berkeluh kesah dan selalu ingin gampangan. Lihatlah wajah istri anda, disitulah Allah hadir dan berdialog dengan anda , untuk mengkoreksi anda dalam proses menjadi sempurna.

Saturday, September 24, 2011

Akses informasi


Tadi pada waktu dipesawat saya bertemu dengan anak muda. Dia bercerita baru kembali dari Guangzou setelah perjalanan ke Timur Tengah. Ada sedikit geramnya karena melihat salah satu penumpang yang membawa barang belanjaan cukup banyak. Dia bilang, orang Indonesia memang gemar belanja. Kalau punya , jadi maniak belanja. Saya hanya tersenyum. Ketika saya tanyakan kerjaannya. Dia mengaku sebagai pengusaha tanpa kantor namun omzet puluhan juta dollar setahun. Saya sempat berkerut kening. Apakah anak muda ini pialang saham ? Kalaupun benar, dalam kondisi sekarang tak bisa berharap banyak untung besar. Dalam keadaan tanda tanya itu, dia menjelaskan bidang usaha yang sedang digeluti. Dia memanfaatkan pasar Electronic audio system di Afrika dan Timur Tengah serta Amerika Latin. Jadi dia Exportir. Wah hebat. Tapi bagaimana tanpa kantor? Apalagi pasti engga ada pabrik dan gudang.

Dia menjelaskan seluk beluk bisnisnya. Dia membuka virtual office di Paris ,Francis. Tujuannya mendapatkan peluang kredit ekport yang memang disediakan pemerintah Francis dalam rangka memacu pendapatan devisa negara. Disamping itu hegemoni politik Eropa di Afrika dan Timur Tengah memang kuat sekali. Tentu ini nilai plus nya bila dia membawa bendera Francis dalam perdagangan international. Kantor beralamat di Paris tapi komunikasi telp , email, fax diforward langsung ke email pribadinya dan telp cellularnya. Berkat IPAD, dia bisa mobile mengelola bisnisnya. Dia membeli merek dagang Francis dari perusahaan pailit karena krisis global. Dengan merek dagang ini dia mendatangi pabrik Electronic di Guangzho ( china ) untuk dijadikan rekanan sebagai perakit merek dagangnya. Dan lucunya , pabrik di China itu setuju saja bila didepan Pabrik itu dipasang papan nama Merek dagangnya. Kemudian dia photo pabrik itu untuk melengkapi brosur dagangnya.

Karena perusahaannya terdaftar di Francis maka dalam setiap pameran dagang international yang disponsori oleh pemerintah francis, perusahaanya pasti diikut sertakan. Pihak pabrik mitranya bersenang hati menjadi bagian dalam pameran itu walau harus memakai label perusahaan dia.. Dari situlah dia mendapat pesanan dari berbagai negara. Ketika pesanan datang, dia tinggal hubungi bank di Paris untuk memberikan fasilita LC back to back ke Pabrik di China. Ketika barang selesai dibuat dan dilakukan pengirimana, dalam BL ( Bill of Lading ) menyebutkan Loading Port : China, Origin : Francis. Setelah pengepalan ke importir selesai maka secara cross settlement ( selisis beli dan jual ) menjadi labanya. Demikian sederhananya proses bagaimana dia mendatangkan dollar kerekening banknya. Tanpa kantor , tanpa karyawan dan hidup mobile mengitari belahan dunia dalam layanan bisnis class. Luar biasa.

Dia, adalah anak muda. Menurutnya usianya baru 34 tahun. Dia lulusan Fakultas Teknik Elecro disalah satu PTS di Jakarta. Saya tanya, bagaimana dia bisa mengetahui peluang itu dan akhirnya bisa mengikuti proses bisnis hingga menjadi sebuah peluang yang menguntungkan. Dia jawab bahwa dia sangat menyukai electronic khususnya Audio. Dari kegemarannya itu membuat dia pemerhati produk Audio , termasuk berseluncur didunia maya untuk mendapatkan informasi uptodate. Dengan aktif dalam forum blogger Audio membuka pintu dia masuk komunitas bisnis Audio secara global. Dari itu dia membaca, melihat dan merasakan seuatu yang bisa dia perbuat. Dia tidak ada modal, juga tidak ada pengalaman sebagai pengusaha. Lantas bagaimana memulainya.Dia menjawab, lagi lagi karena faktor imformasi membuatnya widevision dan menuntunnya mendapatkan solusi hingga cita citanya terkabulkan sebagai produsen electronic kelas dunia dengan omzet puluhan juta dollar.

Itulah sekilas bagaimana anak muda jaman sekarang menjadi generasi informasi digital. Mereka lulus universitas namun tidak terjebak dengan budaya gampangan untuk hidup senang melalui bekerja. Tapi berwiraswasta dengan keilmuannya. Ya, ilmu terbuka lebar, forum diskusi terbuka luas, ajang interaksi sosial, budaya , ekonomi, politik, agama, semakin meluas tanpa batas. Ini semua adalah berkah dan sekaligus sebagai fakta bahwa pada intinya manusia itu hanya berlainan dari suku dan kulit namun hakikatnya satu keluarga besar untuk saling melengkapi. Alangkah baiknya bila dalam diskusi di forum dunia maya, itu dijadikan sarana saling berbagi informasi pengetahuan baik dalam bentuk pengalaman praktis maupun dari bacaan buku.. Dari praktisi yang bicara atas dasar pengalaman , membuat yang belum pengalaman menjadi pengalaman, Dari pengetahuan orang yang gemar baca buku, membuat yang malas baca buku menjadi tahu isi buku. Banyak lagi manfaatnya asalkan kita sadar bahwa forum bukanlah ajang aktualisasi ”aku” tapi memang sharing knowledge. That was all.

Saturday, September 17, 2011

Cinta dan hakikat

Jam 4 sore usai bersibuk diri dengan urusan yang melelahkan. Badan terasa lemah. Teman saya mengatakan bahwa tubuh saya tidak punya masalah hanya mungkin otak saya overload. Makanya tubuh bereaksi untuk minta istirahat.Ini proses recovery, katanya. Ya dia minta saya untuk refresh system tubuh saya. Caranya ya istirahat sebelum memulai aktifitas kembali. Saya butuh istirahat, tidur barang sejenak. Tapi tidak mungkin karena setelah sholat ashar saya juga harus sholat Maghrib. Kalau tidur setelah ashar,bisa bablas sholat maghrib. Saya memilih untuk sauna yang memang disediakan fasilitanya oleh pengelola apartement. Ketika usai sauna saya bersantai diruang istirahat sambil nonton TV yang menayangkan Discovery Channel.

ketika itu parhatian saya teralihkan kepada sepasang suami istri lanjut usia. Mereka sambil duduk bersebelahan dikorsi santai nonton TV dan tangan mereka tetap saling menggenggam. Kadang kadang nampak sang suami melirik istrinya dengan wajah tersenyum. Begitupula sang istri. Tak berapa lama nampak pula sang suami pergi kemeja mengambil minuman. Saya perhatikan, suami itu membawa dua cangkir teh. Satu cangkir untuk istrinya dan satunya untuk dia. Mungkin karena saya perhatikan , kedua pasangan itu tersenyum ramah kepada saya. Mereka menanyakan kwarganegaraan saya dengan ramah maka akhirnya dialogh terjadi. Dalam dialogh itu saya sempat bertanya bagaimana dalam usia lanjut mereka masih nampak mesra. Dengan tanggap sang suami menjawab bahwa awalnya ketika mengenal istrinya lebih didorong karena kecantikan phisik dan performance lainnya tapi berlalunya waktu , yang tersisa hanya rasa persahabatan. Ternyata nilai persahabatan itulah yang membuat mereka tak terpisahkan.

Ketika muda, istri yang cantik, kulit yang kencang, langkah yang anggun. Sang pria juga nampak ganteng, perkasa, langkah yang tegap. Wanita mengutamakan performance pria dan begitupula sang pria. Lewat itulah cinta bertaut dan selanjutnya proses hubungan terjadi secara systematis hingga bermetamorfosa menjadi hubungan persahabatan. Yang ganteng, yang cantik,yang kaya, yang segalanya yang dulu dibanggakan ,setelah umur bertambah, rambut mulai memutih, langkah semakin loyo, wajah semakin berkerut, maka yang tersisa tinggalah nilai persahabatan. Maha Besar Allah. Menciptakan eksistensi manusia yang begitu sempurna. Pada intinya performance tetaplah performance yang dapat lekang oleh waktu tapi hakikatnya tak berubah yaitu cinta kasih.

Mungkin sebagian orang mempertanyakan apa perbedaan antara keluarga dan teman. Yang bisa saya katakan adalah bahwa kita tidak pernah punya teman sejati tanpa mempertimbangkan dirinya sebagai bagian nyata dari hidup kita. Mereka hadir didalam hati kita sebagai sebuah rumah yang menjadi tempat untuk pulang, tempat yang hangat di mana cinta bersemayam. Didalam ruang hati itulah kekurangan menjadi cukup, kesempitan menjadi lapang, kepanasan menjadi sejuk, kekeringan menjadi tempat subur. Mereka akan selalu tahu bagaimana cara untuk menemukan jalan dan menempkkan diri disetiap pojok ruang hati kita. Karena didalam hati itu semua nampak terang benderang dengan cahaya ilahi untuk lahirnya kebahagiaan bagi semua.

Ada cerita dan bisa dijadikan analogi bijak. Seorang bijak kedatangan tamu. Para tamu meminta nasehat bagaimana hidup bisa dekat dengan hakikat hingga tidak tertipu dengan penampilan. Orang bijak itu menghidangkan teh hangat dengan teko dan beberapa cangkir yang beraneka ragam. Ada cangkir cantik terbuat dari keramik, Kristal yang indah, stainless yang berkilau dan adapula cangkir yang buruk. Ketika teh dihidangkan semua tamu memilih cangkir yang indah dan cantik. Sementara cangkir yang buruk tak ada satupun yang menyentuhnya. Setelah masing masing telah menuangkan teh dalam cangkirnya, sang bijak berkata bahwa lihatlah ada beraneka ragam cangkir tapi yang terpilih hanyalah cangkir yang indah dan cantik. Tak ada satupun yang memilih cangkir buruk. Padahal cankir buruk atau indah , isinya tetap sama yaitu teh. Hakikatnya adalah teh bukan cangkir. Tapi kita lebih memilih cangkir dan mengabaikan teh sebagai hakikat.

Begitupula dalam kehidupan ini. Begitu banyak kita terjebak dengan apa yang kita inginkan. Sebetulnya itu hanyalah permainan nafsu agar kita melupakan hakikat. Orang kaya , wanita cantik, pria gagah , berkuasa, hanyalah fotomorgana yang dapat lekang karena waktu dan situasi. Tapi hakikat manusia tetaplah manusia yang diminta Allah untuk menghidupkan cinta dihatinya. Siapapun kita, apapun profesinya, apapun kehebatannya, apapun penderitaanya, hakikatnya semua sama yaitu mencari keridhoaan Allah. Cara menjalaninya juga sangat sederhana, kendalikan nafsu untuk menjadi terbatas dan lapangkan hati menjadi tak terbatas. Dengan cara itu, perjalanan waktu akan membuat orang terdekat kita maupun lainnya akan merasa tentram untuk saling membahagiakan.

Wednesday, September 14, 2011

Peduli

Sampai di stasiun Luohu ( Shenzhen) jam sudah menunjukan pukul 10 malam. Perut mulai terasa perih untuk mita diisi. Saya melangkah keluar stasiun dan kemudian menyeberang jalan kearah Shangrila Hotel. Terus menyusuri jalan. Disisi trotoar jalan nampak berjejer restoran cepat saji. Saya memilih KFC yang mudah dan cepat untuk segera menuju hotel. Walau sudah mendekati tengah malam namun antrian didepan kasir masih cukup panjang. Dengan sabar saya ikut antrian sambil menerima telp dari teman. Ketika itu dibelakang saya nampak seorang pria dengan pakaian kumal. Aromanya cukup menusuk hidup. Namun saya tetap menahan tanpa mendekap hidung saya. Pria itu tersenyum kearah saya. Saya mengangguk dengan ramah. Di belakang pria itu sudah ada pula antrian tiga orang. Namun sekonyong konyong nampak menejer restoran itu mendekati pria itu. Dengan ramah manager itu menuntun pria itu mendekati kasir. Dengan ramah pula manager itu memohon pengertian para pelanggan agar mengutamakan pria itu. Semua mengangguk.

Saya lihat pria dengan pakaian kumal itu berusaha mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong kecil yang kumuh. Ternyata itu uang receh. Pria itu menghitung dengan lambat setiap sen uang dan diletakan diatas meja kasir. Proses itu berlangsung cukup lama. Mungkin ada lebih 5 menit. Tak ada satupun pelanggan yang menggerutu. Tetap sabar menanti dan memperhatikan. Begitupula sang kasir tetap tersenyum memperhatikan pria itu menghitung uang sen demi sen. Akhirnya pria itu terdiam ketika tak ada lagi sen uang yang bisa dia keluarkan dari dalam kantong. Uagnya tidak cukup! Pria itu menoleh kebelakang dan melirik kekiri kekanan. Nampak seperti orang bingung. Sang manager memperhatikan dengan seksama. Dengan lembut dia membujuk pria itu untuk keluar dari antrian. Namun dengan seketika salah satu pelanggan yang ada dibelakang antrian bersegera mengatakan bahwa dia akan mencukupi uang pria itu. Kemudian serta merta yang lain para pelanggan membuka dompetnya untuk memberi pria itu uang. Semua berlangsung dengan cepat dan spontan.

Saya terkejut melihat situasi itu. Bagaimana masyarakat China yang bergulat dengan kehidupan keras dan berkompetisi dalam segala hal namun dapat spontan berbuat untuk cinta kasih. Ketika hal ini saya ceritakan sama teman keesokan harinya, Teman saya tertawa sambil menjelaskan bahwa di china orang mudah sekali berempati kepada seseorang yang punya keberanian berbuat. Pria kumal itu , dia miskin. Namun dia punya hasrat, dia tak malu untuk melangkah pasti kedalam restoran yang diperuntukan bagi orang berduit. Dia tidak takut akan resiko diusir karena tidak qualified sebagai konsumen. Bagi dia , masuk dalam restoran itu saja sudah berkah tersendiri. Bila apresiasi pelanggan lain begitu tinggi , itupun tak lain bagian dari budaya kami yang sangat menghargai kemauan orang lain sekecil apapun. Kami suka menjadi bagian dari effort orang lain , apalagi terkesan impossible. Jadi kalau para pelanggan lain spontan membantu , itu tidak aneh. Demikian penjelasan teman saya. Saya sempat tertegun.

Lanjut teman saya itu lagi, yang sangat dibenci oleh orang China adalah orang yang suka mengemis dan terlalu banyak rencana namun miskin berbuat. Orang china tidak peduli soal resiko. Bagi mereka berbuat jauh lebih baik walau sebesar apapun resiko daripada tidak berbuat sama sekali. Karena bila telat atau tidak berbuat sama sekali itu sama saja menerima resiko pasti, yaitu kehilangan waktu. Bukankah waktu begitu berharga dan merupkan berkah Tuhan tak ternilai bagi kita. Ia lebih dari apapun didunia ini. Jadi orang yang suka menunda berbuat dan kadang lebih terkesan menunggu orang lain membantu untuk baru berbuat , tak lain memenggal umurnya tanpa nilai apapun. Itu orang bodoh dan hidup sangat menyedihkan tanpa harus dikasihani. Demikian simpul teman saya.

Memang suksesnya China dalam bidang pembangunan ekonomi lebih karena disebabkan oleh semangat kerja keras dan tidak takut mengambil resiko berdasarkan setiap keyakinan meraih peluang. Mereka juga tak segan untuk merubah dirinya atau hijrah dalam segala hal hanya sekedar keyakinan untuk berbuat lebih baik. Namun dari itu semua , mereka tidak menyukai kekerasan.. Mereka cinta kedamaian. Mungkin itu sebabnya sebagian besar rakyat China tidak peduli dengan politik dan kekuasaan. Bagi mereka selagi pemerintah memberikan kesempatan mereka untuk berkembang maka itu lebih dari cukup. Siapapun memerintah , mereka akan patuh. Itulah yang dijadikan dasar oleh elite politik china untuk menggerakan potensi populasi dan budaya sebagai modal membangun china menjadi kekuatan ekonomi dunia.

Seharusnya pemerintah menyadari bahwa membangun negeri ini melihat dan mengenal betul karakter bangsa dan kemudian menjadikan karakter bangsa itu sebagai kekuatan untuk membangun peradaban. Populasi ndonesia yang mayoritas Islam dengan budaya gotong royong adalah kekuatan yang lebih dahsyat dibandingkan bangsa manapun. Tapi apa hendak dikata budaya kita terkikis oleh budaya luar, para elite politik membangun melihat dengan standard etika moral dari luar yang belum tentu bisa diterapkan di Indonesia. Maka jadilah berbagai aturan dan hukum tidak impelementative bagi tujuan membangun peradaban ala indonesia.

Pemerintah Suriah jatuh.

  Sebelum tahun 2010, kurs pound Syuriah (SYP) 50/1 USD. Produksi minyak 400.000 barel/hari. Sejak tahun 2011 Suriah dilanda konflik dalam n...