Umar Bin Khatap berjalan ditengah malam. Ketika melintasi rumah Penduduk, sang khalifah melihat seorang ibu yang memasak diatas tungku, Yang dimasak itu adalah batu. Tujuannya agar anak anaknya dapat diam dari tangis akibat lapar. Tidak ada yang ditunggu oleh ibu itu dari masakan itu. Tapi si anak menanti sesuatu dengan harap dan akhirnya tertidur. Umar menyaksikan itu semua. Dia menangis. Seorang Umar yang perkasa, Petarung gagah berani dimedan laga dalam membela panji islam. Namun berurai airmata hanya karena melihat seorang ibu yang memasak batu untuk anak anaknya yang lapar. Mungkin kini kita membaca kisah itu melihat Umar menangis karena gagal bertanggungjawab kepada rakyatnya atau menyaksikan sebuah batas kekuatan seorang ibu untuk berusaha tidak mengecawakan anak anaknya.
Tidak mudah air mata jatuh. Ia akan berurai dengan sendirinya tanpa bisa ditahan. Ini sebuah cara jiwa berdialogh untuk didengar orang lain. Namun jiwa hanya terompet hati, peniup sesungguhnya adalah ruh. Didalam hati manusia bersemayam ruh yang suci dan tak tertembus oleh apapun. Dia selalu bercahaya untuk menanggapi sinyal sinyal dari akibat permainan akal dan nafsu. Cahaya itu adalah Cinta. Ketika Jibril mengantar Rasul Mi’raj, Jibril berhenti didepan gerbang sidratul muntaha. Rasul bertanya mengapa Jibril tidak bisa menemaninya. Jibril berkata “ didalam sana ada Cinta. Sayapku akan terbakar bila masuk kewilayah itu. Mengapa “ Cinta adalah anugerah terindah dari Allah yang hanya diperuntukan kepada makhluk yang bernama Manusia. Cinta adalah produk sorga dari sekian banyak produk yang ada di sorga.. Keberadaan manusia adalah cara Allah merepliksikan keberadaannya dan didalam hati itulah cinta bersemayam..
Dari sekian Surat yang terdapat didalam Al Quran hanya satu yang tidak diawali “bismillahirrahmanirrahim ( dengan nama Allah yang maha pengasih lagi penyayang). Artinya setiap titah sang Khalik selalu diawali dengan sifat agungnya yang maha pengasih lagi penyayang. Sifat kasih sayang Allah mengalahkan amarahNya. Nabipun mensunahkan agar apapun perbuatan kita , selalu diawali oleh membaca bismillahirrahmanirrahim. Mengapa ?. Apapun yang kita lakukan didunia ini adalah sebagai repliksi kehadiran Allah. Kehadiran Cinta. Kita boleh melakukan apapun didunia ini atas nama Allah selagi sifatnya pengasih penyayangnnya juga dipakai. Umar Abdul Azis tak henti menangis disetiap tahajudnya karena kecintaannya kepada rakyat dan membagikan semua hartanya kepada Baitul Maal. Itupula sebabnya Umar Bin Khatap menangis. Karena cinta!.
Bila raga nutrisinya adalah makanan. Namun cinta nutrisinya adalah kasih sayang Kalau raga kita sakit, kita sibuk mencari obatnya. Tapi kalau cinta kita sakit, kita tidak peduli untuk mengobatinya. Kh Ahmad Dahlan tak bisa meneruskan membaca semua isi Al Quran karena selalu menangis ketika membaca surat Al Maun. Ia Seorang Ulama hebat kenyang ilmu tapi lapar kasih sayang karena hasrat cinta yang bersemayam dihatinya. Sampai akhirnya berdiri organisasi sosial bernama Muhammadiah. Cinta butuh nutrisi yang sehat. Nutrisi itu sudah diberi menu yang tepat oleh Allah dalam surat AL Maun. Ini bukan soal meminta dan memberi tapi soal nutrisi. Inilah yang banyak orang salah persepsi dan menimbulkan cinta yang serba bersyarat. Padahal cinta itu adalah konsep : bukan apa yang anda pikirkan tapi apa yang anda lakukan. Bukan apa yang anda pelajari tapi apa yang anda ajarkan. Bukan apa yang anda dapat tapi apa yang anda berikan. Sebuah SOP kehidupan untuk kemuliaan manusia sebagai rahmat bagi alam semesta.
Kita begitu peduli kemiskinan karena tidak adanya pakaian, makanan dan kesehatan. Tapi orang tidak peduli penyebabnya, yang bersumber pada kemiskinan cinta. Cinta itu hanya setitik noktah didalam hati yang bercahaya. Namun setitik itu akan terus membesar bila selalu disiram dengan perbuatan memberi karena kasih sayang. Ia akan meredub ketika orang berilmu malas membela orang lemah karena tak dibayar. Orang kaya malas berbagi harta karena takut berkurang hartanya.. Orang berkuasa malas melindungi rakyat lemah karena kemaruk soal harta.. Para hakim malas menegakan keadilan karena suka disuap. Para ulama malas berdakwah bila dibayar dibawah tarif. Ketika itulah cinta semakin meradang sakit dan akhirnya padam. Maka kemuliaan manusia tak lagi nampak. Manusia tak lebih sama dengan binatang sebagai makhluk yang bernyama. Keagungan cinta sebagai produk sorga terhalau tergantikan oleh bara merah didalam hati untuk lahirnya paradox kehidupan.