Wednesday, May 12, 2010

al-kautsar

Ketika awal Nabi Muhammad menyiarkan agama islam, tak banyak orang mau mendengarkan seruannya. Umumnya yang tertarik adalah kaum duapha dan hamba sehaya ( budak).. Para pedagang kaya raya dan terhormat di Kota Makkah mengejeknya dan kadang menyakitinya. Nabi tetap teguh dalam menyampaikan risalahNya. Tentu dalam proses perjuangan menegakan kalamulah dapat kita bayangkan tentang sesuatu yang tidak mudah. Nabi , dituntun Allah untuk terus melangkah melewati berbagai rintangan. Bahkan ketika Nabi sampai pada titik terendah semangat perjuangannya, Allah memerintahkan Jibril untuk membawa rasul menuju Mi’raj untuk menghadap singgasana Allah. Ini sebagai cara Allah meyakinkan Rasul untuk jangan lemah dan teruslah bergerak.

Setelah sepuluh tahun di Madinah , setelah sepuluh tahun hijrah dari kota kelahirannya Makkah, Nabi kembali ke kota Makkah dengan 10,000 bala tantara muslim yang siap bertempur bila kaum kafir makkah mengingkari perjanjian Hudaibiyah dan tentu tujuan utama adalah menciptakan perdamaian. Kedatangan Nabi , disambut dengan suka cita oleh penduduk Makkah karena kelompok Kafir dibawah pimpinan Abu Sofian melarikan diri. Nabi dan pasukannya tidak memburu kelompok kafir dan bahkan menghormatinya. Tidak nampak sama sekali sikap Nabi layaknya pemenang perang. Dua puluh tahun perjuangan masa ke Nabiannya yang lebih banyak dukanya berhadapan dengan kaum kafir , tak menyiratkan dendam apapun. Pada saat itulah Allah berfirman Innâ a‘thainâ ka al-kautsar fashalli lirabbika wanhar inna syâni’aka huwa al-abtar “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al-Kautsar. Maka salatlah kamu, dan berkurbanlah. Sesungguhnya pembenci-mu itulah yang akan binasa. (QS Al-Kautsar, 108:1-3).

Ketika sampai pada puncak kemenangan, Janji Allah terpenuhi sudah kepada Rasul “sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata (Q.S. Al-Fath)., namun pada waktu bersamaan Allah memerintahkan Rasul untuk “Sholatlah ( tegakan sholat ) dan berkorbanlah. Allah memberi Alkautsar kepada Rasul. Ini adalah nikmat yang berlebih. Apakah nikmat itu ? yaitu nikmat untuk berbuat kebaikan; dorongan untuk menegakkan kebenaran ( menegakan sholat ), dan ikhlas dalam melakukan apapun karena Allah. TIdak ada perintah Allah untuk menumpuk harta dan kekuasaan setelah mencapai kemenangan. . TIdak ada. Secara universal dapat ditegaskan bahwa perintah kepada orang yang mendapatkan kekuasaan dan harta , ilmu adalah perintah untuk semakin dekat kepada orang miskin, semakin berani menegakkan kebenaran, semakin ikhlas melakukan itu semua.

Orang kaya, berilmu, berkuasa adalah tiga kelompok yang paling bertanggun jawab untuk melaksanakan kebaikan sebanyak mungkin dimuka bumi ini. Karena mereka telah diberi nikmat berlebih oleh Allah dibandingkan orang lain. Ditangan tiga kelompok inilah perubahan dapat terjadi. Semuanya sangat mudah berubah bila dilakukan oleh salah satu dari tiga kelompok ini apalagi bila dilakukan secara berjamaah. Dapat dibayangkan bila orang berilmu, kaya, dan berkuasa berkolaborasi untuk menindas kaum lemah ( duafa ) maka kerusakan secara sistematis dengan korban massive dapat terjadi dengan mudah. Namun bila mereka berkolaborasi untuk kebaikan maka kesejahteraan bagi orang banyak dapat terjadi dengan mudah. Inilah makna dari alkautsar. Diminta kepada orang kaya, berilmu dan berkuasa untuk ikhlas menegakan sholat ( kebenaran) dan berkorban.

Yang menyedihkan diakhir zaman ini adalah orang kaya, berilmu, berkuasa semakin besar kemaruk soal harta. Sangat sulit menemukan orang kaya yang ikhlas berkorban harta untuk orang miskin. Sangat sedikit orang berilmu yang mengajari orang dengan gratis atau tidak mengutamakan bayaran. Sangat sedikit penguasa yang ikhlas mengorbankan kepentingan politiknya demi kebenaran dan keadilan bagi rakyatnya. Mereka ini telah gagal melaksanakan perintah Allah karena kesuksesan mereka tidak dalam berkah Allah dan mereka tentu tidak pantas disebut sebagai Al Kautsar (orang yang banyak memberi untuk jalan meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat).

wallahualam bissawab

Sunday, May 09, 2010

Pertemuan

Tahun 2003 saya pergi menunaikan ibadah Haji. Ketika itu usia saya genap 40 tahun. Saya bersyukur karena dalam usia tergolong muda saya mendapatkan kesempatan melaksanakan ritual rukun islam kelima yang memang membutuhkan phisik yang kuat. Walau keluarga dan teman teman menyarankan agar saya pergi dengan ONH plus tapi saya lebih memilih Haji Generic alias Haji Mandiri. Memang betul betul mandiri. Mengurus diri sendiri tanpa ada guide. Kami mengorganisir diri kami dengan membentuk rombongan. Tentu rombongan itu ada ketuanya. Kami menyebutnya “Karo”. Dari rombongan ini dibentuk lagi regu , yang juga ada ketuanya , disebut Karu. Anda bisa bayangkan qualifikasi anggota rombongan haji mandiri ini. Mereka bukanlah orang kaya berlebih harta. Mereka orang sederhana namun berniat besar untuk pergi haji. Diantara mereka ada yang pekerjaan sehari hari tukang sate di Tanah Abang, yang PNS bukanlah kelas pejabat tapi pegawai rendahan. Umumnya usia mereka tidak lagi muda. Rata rata diatas 40 tahun. Bahkan ada yang sudah diatas 50 tahun. Mungkin saya termuda diantara rombongan Haji dari Tanah Abang – Jakarta Pusat.

Keakraban ketika melaksanakan ibadah haji sangat terasa. Kami selalu bersama sama. Bila ada yang sakit , kamipun bersama sama menolong, Bila ada yang kekurangan uang, kamipun tergerak untuk saling berbagi. Saya menduga kebersamaan itu hanya sebatas melaksanakan ibadah haji. Tapi setelah kembali ketanah air ,kamipun sepakat untuk berhubungan terus sebagai sebuah ikatan keluarga besar ex Rombongan haji tahun 2003.. Acara arisan dan pengajian dijadikan perekat diantara kami. Tak terasa lebih enam tahun berlangsung. Selama kurun waktu itupula kami selalu berkumpul. Bukan hanya diacara rutin, tapi bila ada anggota yang sakit atau menikahkan anaknya , seluruh anggota datang berkumpul. Tak terasa diantara mereka kebanyakan sudah pension dan rumah mereka tidak lagi berada di Jakarta Pusat. Ada yang sudah pindah ke Bandung, Serang, Cikampek, Depok. Tapi walaupun begitu , kami tetap saling berkunjung dalam setiap acara rutin.

Ada yang unik dalam setiap pertemuan itu kami tidak pernah mengundang ustadz untuk memberikan ceramah. Kami membuat kesepakatan diantara kami untuk masing masing harus mampu menjadi penceramah. Tuan rumah yang mendapat giliran acara pertemuan rutin itu akan bertindak sebagai penceramah. Setelah ceramah agama usai, kamipun melakukan diskusi agama. Siapapun bebas untuk bercerita apa saja yang berhubungan dengan akidah dan muamalah. Ketika ada yang cerita, yang lainnya mendengar. Kadang berbagai problem keluarga dan keseharian dikantor, ditempat usaha , dibicarakan., Kami selalu setia menjadi pendengar bila ada yang merasa gundah. Mungkin tak banyak yang bisa kami perbuat namun kebersamaan itu telah memberikan dorongan moral, bahwa kami peduli dan akan salalu saling mendoakan.

Ada teman yang juga pergi haji tiga tahun lalu nampak terkejut ketika mengetahui acara pertemuan rombongan haji saya terus berlangsung. Karena menurut dia , paling lama acara itu dipertahankan selama setahun. Setelah itu saling melupakan. Mungkin karena kesibukan atau memang tidak ada urusan untuk bertemu lagi. Bukankah di era sekarang orang ingin bertemu karena ada kepentingan pribadi yang diukur dari laba dan rugi. Alhamdulillah , bagi kami pertemuan itu bertahan bukan karena kepentingan materi tapi karena kami memang saling merindukan. Bertemu karena Allah dan rindu karena Allah.

Saya tidak tahu apakah kami termasuk haji yang mabrur atau tidak. Yang pasti hal yang sangat sulit dalam hidup diakhir zaman ini adalah mempertahankan silahturahmi tanpa ada kepentingan apapun kecuali karena dorongan cinta Allah. Kerinduan untuk saling menjaga, peduli dan tentu saling mendoakan. Inilah yang sulit. Dan kami telah diuji selama lebih enam tahun untuk semakin dekat dalam ikatan silahruhmi tanpa ada maksuh lain kecuali kecintaan kepada sahabat dengan tulus. Bukankah Silaturahmi adalah kunci terbukanya rahmat dan pertolongan Allah SWT. .

Tuesday, May 04, 2010

Trustee

Suatu saat anda terkejut bila seseorang yang bukan “siapa siapa “ lantas menjadi “siapa” dan dibicarakan oleh orang ramai. Dia tampil di media massa , layaknya selebritis. Masuk dalam deretan orang terkaya. Dia kaya raya dengan berderet perusahaan yang terdaftar di bursa. Anda bisa saja bingung. Pemahaman tradisional bersusah susah dahulu, senang kemudian tak terdengar lagi. Mereka tampil dalam prinsip, bersenang senang dahulu dan , senang selamanya kemudian. Kalau orang berlayar harus berakit tapi dia tak butuh berlayar karena dia ada jet first class yang dapat melintasi samudera luas.

Siapakah mereka itu dan mengapa mereka tampil begitu cepat? Sebetulnya keberadaan mereka tak lebih karena sebuah fenomena management. Dulu sebelum IT system melilit dunia jadi satu, konglomerasi diperlukan untuk menjaring orang dan mengontrol orang secara phisik. Holding company diperlukan untuk membuat orang berbaris lurus kearah kiblat yang sama. Tapi sejak IT system dengan database online terhubung secara virtual maka konglomerasi menjadi cyber. Holding company hanyalah berupa paper company ( nama tanpa phisik ). Para pemodal yang disebut “ Private Investor/equity “ dapat terus mengembangkan usahanya berskala global tanpa diketahui keberadaannya. Jauh dari kejaran media massa , apalagi populeritas

Para private investor itu berlindung dibalik global financial system. Mereka memilik financial resource berskala raksasa dan tersembunyi di undisclosed account Financial Center. Mereka bergerak lincah menggunakan tangan tangan fund manager, lawyer, auditor,financial analysis untuk mengambil alih project , membangun project, menciptakan aliansi /sinergi /kolaborasi. Jaringan tebaran modal tidak lagi masuk kewilayah kertas saham atau obligasi tapi masuk ke jaringan kaum muda yang ambisius dan terdidik. Para kaum muda yang dijadikan target sebagai “trustee “ adalah mereka yang matang karena didikan kampus terbaik atau diperusahaan terbaik. Value kaum muda inilah yang diangkat untuk menjadi “Trustee” sebagai komandan digaris depan; berhadapan dengan karywan, public, mitra, pemerintah untuk memuaskan private investor.

Para trustee itu mendapatkan wewenang yang begitu besar untuk mengembangkan nilai uang dan para private investor menikmati pertumbuhan uangnnya tampa harus berlelah lelah memimpin rapat, menilai laporan keuangan dan sibuk loby sana loby sini. Kehidupan social mereka berbeda dengan trustee itu sendiri. Mereka hidup tak dikenal oleh orang banyak. Mereka tetap hidup sederhana dan bebas menikmati hubungan sosialnya dengan siapapun tanpa terkungkung protocol. Mereka jauh dari media massa. Mereka jauh dari rutinitas management yang menyesakan. Mereka memiliki dirinya sendiri dan tentu mampu mengontrol "sang trustee" lewat IT system yang terhubung dimanapun mereka berada.

Lantas bagaimana fenomena ini terus berkembang dan bahkan menjadi pilihan utama oleh para private equity untuk mengembangkan uangnnya. ? Apakah mereka tidak kawatir akan penyalah gunaan dana atas wewenang yang begitu besar kepada seseorang yang ditempatkan sebagai trustee itu ? Kekawatiran itu sangat kecil sekali. Karena alasan sederhana bahwa business adalah manusia itu sendiri. Mengelola business adalah mengelola manusia dengan menempatkan manusia pada nilai rasa hormat. Dengan prisip inilah potensi seseorang yang tadinya tenggelam menjadi muncul. Kekurangannya menjadi tidak relevan. Itulah yang membuat sesorang yang biasa biasa saja namun ketika ditunjuk sebagai trustee , dia menjadi berkilau.

Itu semua karena menempatkan hubungan yang harmonis antara professional dan pemodal. Sebuah hubungan rasa hormat. Inilah yang kadang terlupakan oleh pemikir kapitalis yang telah membuat konglomerasi hancur dan menjadi beban Negara dan public dengan hutang tak terbilang. Dan fenomena ini sebetulnya kembali kepada fitrah manusia untuk ikhlas berbagi dan saling menghormati…

Saturday, April 17, 2010

Berbuat baik ?

Thomas Alfa Edison tidak pernah terpikirkan untuk menjadi terkenal bila berhasil menemukan lampur pijar. Tidak pernah. Dia hanyalah pria yang tak pernah mengenyam pendidikan formal. Pemalu dan lebih banyak menyendiri. Tapi kegigihannya untuk berbuat sesuatu telah menghasilkan dunia terang benderang sampai kini oleh keberadaan lampu. Mungkin Thomas tidak kaya raya karena penemuan itu tapi namanya harum sampai kini. Larry Page dan Sergey Brin ,juga adalah dua pemuda yang tak selesai program doktor, yang bermimpi untuk berbuat sesuatu bagi orang lain. Ketika mereka memulai ide menemukan mesin pencari ( Search Engine ) tidak pernah terpikirkan mereka akan kaya raya karena itu. Mereka hanya berpikir untuk mendapatkan sesuatu agar orang dapat mudah menemukan alamat di dunia maya.

Warren Buffet awalnya hanya berpikir untuk mengelola saham yang berpotensi dimasa depan. Dia tidak pernah berpikir untuk meningkatkan nilai saham yang dikuasainya melalui permainan bursa. Dia hanya menanti nilai saham naik karena fundamental emiten itu sendiri. Maka kini dia dikenal sebagai investment manager pootfollio terbaik. Awalnya dia tidak pernah berpikir untuk menjadi kaya raya seperti saat ini karena penguasaan saham. Banyak sekali terjadi perubahan didunia ini justru lahir dari impian untuk berbuat tanpa mengharapkan apapun. Orang orang seperti ini berbuat dan terus bergerak tanpa mengejar simbol sukses. Mereka melangkah kearah tabir yang sebagian orang menilai gelap. Tapi bagi mereka langkah itu adalah terang karena mereka berbuat dengan jiwa dan raganya menuntun untuk terus melangkah.

Orang orang yang mengawali langkahnya karena untuk kepentingan orang lain , kesuksesannya tak pernah jauh dari orang lain. Larry Page dan Sergey Brin telah menjadikan suasana kantornya menjadi tempat sebuah keluarga yang hangat lahir batin. Dinobatkan oleh majalah fortune sebagai kantor terbaik. Karena dia menempatkan SDM segala galanya dan menjadikan google dengan motto ” Dont be evil. Warren Baffet telah menyumbangkan USD 30 miliar hartanya untuk kepentingan sosial. Juga berhasil menarik seorang miliuner muda Bill Gates untuk bergabung dalam program sosialnya. Telah mempengaruhi banyak jutawan untuk lahirnya Humanitarian Capitalisme, Telah ikut berperan terbentuknya Global Social Democrat untuk kehidupan dunia lebih baik. Ketika crisis global, Warren Baffet tetap aman. Google tetap aman. Mereka tidak beragama Islam tapi mereka melakukan hakikat sunattulah dengan benar maka mereka mendapatkannya.

Hakikat sunnatullah adalah berbuat dengan syariat yang benar sesuai mau Allah. Syariat yang benar adalah berbuat baik untuk orang lain. Dimanapun kita berada, apapun profesi kita maka budaya kita adalah berbuat baik untuk orang lain. Titik. Karena inilah hakikat Allah. Hakikat pengasih lagi penyayang. Kita menyembah Allah tapi bila kita tidak bisa melakukan sifat kasih sayang Allah kepada orang lain maka itu sama saja kita melawan Allah. Allah telah menegaskan dalam QS- AL Qashash: 77 ” berbuat baiklah (kepada orang lain ) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu”. Ini tegas sekali. Firman Allah ini bersifat holistik bagi semua manusia, tak penting dia islam mapun non islam. Selagi manusia berbuat baik maka .. Allah bersama orang yang berbuat baik. ( QS – AL Ankabuut 69). Inilah sunnatullah. Soal sorga atau neraka , itu soal lain..Karena ini soal hak Allah untuk memberikan rahmat kepada siapapun.

Kemakmuran suatu bangsa karena para pemimpinnya tidak pernah berpikir untuk dirinya sendiri tapi lebih memikirkan untuk orang lain. Umar Abdul Azis telah membuktikan itu dengan menyerahkan seluruh hartanya kepada Baitul Maal Ketika dia diangkat sebagai Kalifah. Maka sunnatullah berlaku untuk kemakmuran rakyat yang dipimpinnya. Sukses seseorang yang teraktualkan dalam bentuk keluarga sakinah, persahabatan yang tulus, lingkungan yang damai, badan yang sehat, rezeki yang cukup , tak lain karena sunnatullah berlaku dari tabungan kebaikan dimasa lalu untuk kepentingan orang lain. Tidak akan datang kesuksesan dengan bibir berbusah karena zikir tapi lupa berjihad untuk orang lain. Tak akan datang kesuksesan dengan doa siang dan malam tapi malas untuk berbuat bagi orang lain dan gemar menumpuk harta.

Wallahualam..

Wednesday, April 14, 2010

THE LAZY WAY TO SUCCESS

Sesuai judulnya yang bombastis dan kontroversial, buku ini membahas bagaimana cara menghindar dari pekerjaan. Mindset yang terbangun sejak kecil, orang yang tak mau kerja identik dengan malas. menurut Fred Gratzon, justru orang-orang malaslah yang bisa memecahkan masalah sulit yang dihadapi manusia dalam hidupnya. Gratzon mengacak-acak mindset yang telah didesak-desakkan oleh orang tua kita sejak kecil. Contohnya kita selalu disuruh untuk bekerja keras agar tercapai cita-cita, sehingga kelak akan mendapatkan kebahagiaan. dan sampai detik ini belum ada orang yang membantahnyai.

Menurut Gratzon, kerja keras bukanlah dasar kesuksesan. kerja keras sama sekali tidak ada hubungannya dengan kesuksesan. Jika mereka yang sukses karena kerja keras, itu hanyalah suatu kebetulan belaka dan bukan karena sebab akibat. Lebih keras, penulis yang membawahi ribuan karyawan ini menegaskan, kesuksesan berbanding terbalik dengan kerja keras. Orang yang mendukung keutamaan nilai kerja keras sebenarnya mereka melakukan tindakan yang merendahkan kemanusiaan. Gratzon, menghamparkan fakta-fakta yang mendukung oponinya. kemajuan dan keunggulan peradaban yang ada sekarang ini diciptakan oleh orang-orang yang bosan, tak mau memakai cara-cara lama dalam melakukan sesuatu. nelayan menemukan layar, karena tak ingin capek mendayung. orang memasang bajak ke punggung sapi karena enggan mencangkul.

Begitu juga apa yang dialami para biarawan Italia abad kegelapan saat belum ditemukannya angka arab, ia harus mengalikan angka romawi CDXXXIV x IX, betapa susahnya. Karena ditemukannya angka 0, perkalian itu menjadi lebih mudah. Dalam hal ini, kasus ini bisa diselesaikan dengan ketiadaan (0). Lalu bagaimana bisa menemukan cara-cara jenial tersebut kalau malas? gampang. ia punya saran: jalani hidup seperti permainan. Kita masih ingat bagaimana kita memperlakukan permainan pada masa bocah. Kita melakukan semuanya dengan senang, tanpa beban. tiap detik harus fun abis! karena dalam kondisi fun, otak menghasilkan neurontransmitter yang disebut endorfin. mirip morfin yang bisa menghilangkan rasa sakit dan menawarkan perasaan nyaman dan tenang. dalam keadaan seperti itu maka ide-ide keren akan berebut bermunculan.

Agar tetap bisa senang, lakukan apa yang menurut anda adalah panggilan jiwa anda. ide seperti ini sebenarnya sudah pernah diulas oleh paulo coelho dalam novel fenomenal sang alkemis. Coelho menyebutnya dengan legenda pribadi. jadi buku ini idenya cukup basi, hanya cara penyampaiannya yang kontroversial dan bombastis. Benar bahwa cara penyampaiannya yang sengaja dipaksakan seolah mengaitkan ngaitkan berbagai hal sebagai analogi untuk pembenaran tesisnya. Padahal kenyataanya tak ada satupun cara mudah yang bisa didapat oleh peradaban modern dewasa ini tanpa kerja keras. Segala sesuatu yang besar lahir karena dorongan rasa ingin tahu. Dari rasa ingin tahu itu bergerak kepada ingin mencari tahu. Dari mencari tahu , timbulah semangat untuk berbuat sesuatu. Dari berbuat inilah menimbulkan effort yang besar , kerja keras siang dan malam melewati berbagai hambatan untuk lahirnya aktualitas..

Keliatannya tulisan Gratzon, ikut memberikan pembenaran latar belakang kehancuran ekonomi AS dan Eropa serta Jepang dewasa ini, yang melahirkan budaya malas , konsumtive dan kehilangan etos sebagai pembaharu. Padahal kebangkitan Ekonomi AS paska perang dunia kedua lebih disebabkan etos kerja keras visioner yang merupakan fuel besar membuat bangsa AS memimpin perubahan diabad 21. Hari ini kita melihat fakta kehebatan ekonomi China karena etos kerja keras. Tapi ada yang menarik apa yang ditulis oleh Gratzon bahwa At the end of the day, it's not what I learned but what I taught, not what I got but what I gave, not what I did but what I helped another achieve that will make a difference in someone's life....and mine" Ini menyiratkan bahwa pada akhirnya hakikat manusia bukanlah mendapatkan tapi memberi…dan itu hanya mungkin bila kita berbuat,bukan malas. Ya,kan..

Friday, April 09, 2010

Bandul

Saya seperti keledai atau lebih tepat kuda penerjang bukit. Hidup saya selalu ditekan oleh tuntutan yang tidak bisa saya hindari. Saya harus menghidupi ribuan karyawan. Bayar bunga bank , angsuran hutang Bank dan belum lagi harus ngemong pejabat. Setiap saya bangun pagi , terasa begitu berat beban yang menghimpit sehingga saya tidak pernah tau lagi keindahan mentari pagi. “ Demikian teman saya bertutur. Dulu puluhan tahun lalu, dia juga pernah mengeluh betapa sulitnya hidup serba diatur dan terjebak dengan rutinitas sebagai karyawan. Dia putuskan untuk berhenti kerja. Ingin mandiri. Kini dia tidak lagi merasa hidup serba teratur. Karena tidak ada yang mengatur. Dia tidak lagi menghadapi rutinitas yang membosankan karena dia sebagai creator dan leader. Tapi dia sekarang menghadapi “tuntutan yang tidak bisa dihindari. Artinya dalam rentang waktu hidupnya , dia telah melakukan kesalahan. Hidup sebagai karyawan, itu salah. Juga hidup sebagai pengusaha juga salah. Lantas mana yang benar. Mungkin dia dulu menyalahkan tuhan ketika menjadi karyawan. Dan kini tentu dia akan menyesali mengapa tuhan menjadikannya sebagai pengusaha. 'Dan sedikit sekali daripada hamba-Ku yang tahu berterima kasih (bersyukur)." (QS. Sabda': 13).

Teman saya yang lain juga pernah bertutur bahwa dia sangat kecewa karena gagal mendaki gunung himalaya setelah berhasil menaklukan Gunung Jaya Wijaya. Tapi jauh sebelumnya dia pernah mengeluhkan karena belum berkesempatan mendaki gunung Jaya Wijaya. Saya tidak tau apa yang akan dikeluhkan bila dia telah berhasil menaklukkan Gunung Himalaya. Mengejar puncak ego adalah sifat manusia pada umumnya dan sebagaimana firman Allah"Sesungguhnya Allah sentiasa melimpahkan kurnia-Nya kepada manusia (seluruhnya), tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur." (QS. al-Baqarah: 243).

Manusia acap kali terjebak dalam egonya. Karena dia selalu melihat dari sisi negatif atas takdir yang menimpanya. Dia tidak mampu menerima apa yang disebut sisi “ kelebihan dan kekurangan, Kebaikan dan keburukan “. Dua kata yang selalu bersanding. Keseimbangan yang mengharuskan kita untuk terus bergerak. Layaknya ayunan bandul jam. Ayunan kekiri dan kekayan yang selalu sama. Tapi ayunan itu akan tetap bergerak apabila tempat bertumpu ayunan itu kuat. Keterhentian ayunan itu akan membuat proses terhenti. Kekiri atau Kekanan. Dua duanya selalu tidak nyaman karena tidak ada keseimbangan. Tidak ada warna. Hidup akan menjadi hampa. Kita harus mempunya kekuatan untuk mempertahankan bandul kehidupan dalam situasi dan kondisi apapun. Karena itu pasti akan terjadi seiring waktu berlalu. “ Sesungguhnya Kami (Allah) menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya agar Kami menguji mereka siapakah antara mereka yang terbaik perbuatannya."(QS. al-Kahfi:7).

Tidak berlebihan bila orang bijak berkata “ Aku membutuhkan kesulitan agar aku dapat mengerti makna kemudahan. Aku membutuhkan penderitaan agar aku dapat memahami kebahagiaan. Aku memahami kebencian orang lain bila mengharuskan aku untuk belajar mencintai orang lain. “ Seharusnya hidup bukanlah untuk dianalisa apalagi dikeluhkan tapi dilalui sambil melihat langkah dibelakang dan mensyukuri setiap apapun yang kita terima. " Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur." (QS. An-Nahl:78).

Begitupula kita selalu inginkan segala sesuatu dapat berjalan sesuai apa yang kita mau.. Kita tidak menyadari bahwa setiap hasil adalah suatu reward dari kesabaran , ketekunan dan kerja keras. Proses ini bergulir tanpa bisa kita hindari. Kualitas dan kuantitas reward sangat tergantung kualitas kita melewati proses waktu itu. Setiap manusia mempunya kualitas sendiri sendiri dan sehingga mempunyai reward sendiri2 sesuai takarannya. Itu sebabnya takdir manusia menjadi berbeda. Ada karyawan , ada pengusaha dan penguasa , ada kaya , ada miskin. Menyadari ini akan membuat kita disadarkan bahwa hidup terlalu singkat bila kita hanya sibuk menilai reward. Reward materi tidak memberikan apaapa kecuali kehampaan. Sementara menanamkan kepuasan , rasa syukur terhadap diri sendiri karena mampu memuaskan orang lain dan menghidarkan diri dari segala perbuatan maksiat adalah buah yang tak ternilai. Apapun buahnya , kita telah menentukan pilihan kita secara benar. 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih'." (Q.s. Ibrahim: 7

Saturday, April 03, 2010

Anas Urbaningrum

Kini Partai Demokrat sedang memilih calon Ketua Umum. Pertarungan memprebutkan calon Ketua Umum nampak menarik karena menampilkan ciri khas democrat; bersaing secara sehat dan terbuka. Tapi yang lebih menarik adalah agenda menampilkan tokoh muda kepuncak pimpinan partai . Ini merupakan agenda brilian dari Partai Demokrat untuk memberikan kesempatan kepada tokoh muda tampil. Maklum saja hampir semua partai politik di Indonesia selalu menampilkan tokoh tua dipuncak pimpinan. Pertarungan perebutan Ketua Umum sekarang menjadi perhatian luas public. Karena SBY periode mendatang tidak mungkin ikut lagi dalam putaran Pemilu Calon president. UU hanya membatasi dua periode untuk president.

Ada tiga calon yang memperebutkan kursi Ketua Umum, Yaitu Andi Malarangeng, Anas Urbaningrum dan Marzuki Alie. Ketiga tokoh ini dikenal luas oleh public dan merupakan tokoh yang bersinar ketika awal reformasi. Namun dari ketiga tokoh ini , maka menurut saya Anas Urbaningrum mempunyai kualifikasi paling pas untuk menjadi Ketua Umum Partai Demokrat. Apalagi dikaitkan dengan tantangan kedepan dimana Partai Demokrat harus menyediakan calon president sebagai pengganti SBY.

Siapakah Anas Urbaningrum.? Sejak SD hingga perguruan tinggi, Anas selalu juara. Anas juga meraih predikat mahasiswa teladan dan lulusan terbaik Universitas Airlangga. Dia dikenal aktif berorganisasi sejak SMP. Saat sekolah di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kunir, Blitar dia tercatat sebagai Sekretaris OSIS. Lalu menjadi Pengurus OSIS SMA Negeri Srengat, Blitar. Dari OSIS, Anas melangkah lebih jauh, memimpin organisasi kemahasiswaan berskala nasional, HMI. Dia adalah tokoh muda yang tampil bersinar ketika diawal reformasi. Dengan posisinya sebagai Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam ( HMI) periode 1997-1998, dia aktif memberikan dorongan kepada mahasiwa untuk tampil digaris depan menjatuhkan rezim Orba.

Posisinya di HMI bukan didapat dengan mudah. Semua tahu bahwa HMI adalah organisasi mahasiswa yang banyak melahirkan tokoh politik nasional. Sistem pendidikan politik dan kaderisasi yang berkompetisi dalam nafas perjuangan Islam interlektual, telah menempatkan HMI diperhitungkan sebagai pencipta elite nasional yang bergengsi. Kader HMI ada disemua Partai Politik, dan selalu bersinar dimanapun mereka berada. Intelektualitas Anas tak perlu diragukan. Beberapa buku berhasil ditulisnya Menuju Masyarakat Madani : Pilar dan Agenda Pembaruan(1997), Ranjau-Ranjau Reformasi: Potret Konflik Politik Pasca Jatuhnya Soeharto (1999), Jangan Mati Reformasi (1999).Melamar Demokrasi ( 2004), Islamo-demokrasi: Pemikiran Nurcholish Madjid (2004), Pemilu Orang Biasa (2004) serta Menjemput Pemilu 2009.

Anas dibesarkan dalam lingkungan agama yang ketat. Melihat sosok Anas kita melihat sosok intelektual islam. Soal kepribadian ,dia duplikat Nurcholish Madjid, santun penuh tolerant dan selalu bersikaf tenang dalam situasi kondisi apapun. Soal gaya politik, dia duplikat Akbar Tanjung. Diplomatis dan rendah hati serta olah kata yang sempurna. Kongres Bahasa Indonesia ke-9 yang digelar dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2008, memilih Anas sebagai satu satunya tokoh politik yang yang menggunakan bahasa Indonesia dengan baik. Pencalonannya dirinya sebagai ketua Umum Partai Demokrat didukung penuh oleh elite partai Demokrat yang berasal dari Islam, seperti Akhmad Mubarok dan lain.

Ada sifat khas Anas yang juga merupakan teladan dari Rasul bahwa dia tidak pernah memaksakan diri untuk tampil berkuasa. Dia menghindari kampanye menokohkan dirinya lewat iklan dan poster besar seperti Andi Malarangeng. Dia adalah politisi yang menempatkan akhlak mulia diatas segala galanya. Dikenal bersih dan disenangi oleh siapapun. Penyejuk ditengah terik panas komplik elite politik. Dia bersandar kepada politik akal sehat dan nurani. Itulah sebabnya dia tidak perlu meminta dukungan SBY untuk maju sebagai calon ketua umum. Terpilihnya Anas sebagai ketua Umum adalah kemenangan Partai democrat dalam regenerasi tanpa kehilangan moto sebagai “partai yang santun”. Selamat berjuang Bung Anas di Munas PD, Semoga Allah meridhoi perjuangan anda. Bukan masalah menang atau kalau tapi adalah niat untuk beribadah kepada ALlah..maka dimanapun anda berada, anda tetap menang...

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...