Sunday, May 09, 2010

Pertemuan

Tahun 2003 saya pergi menunaikan ibadah Haji. Ketika itu usia saya genap 40 tahun. Saya bersyukur karena dalam usia tergolong muda saya mendapatkan kesempatan melaksanakan ritual rukun islam kelima yang memang membutuhkan phisik yang kuat. Walau keluarga dan teman teman menyarankan agar saya pergi dengan ONH plus tapi saya lebih memilih Haji Generic alias Haji Mandiri. Memang betul betul mandiri. Mengurus diri sendiri tanpa ada guide. Kami mengorganisir diri kami dengan membentuk rombongan. Tentu rombongan itu ada ketuanya. Kami menyebutnya “Karo”. Dari rombongan ini dibentuk lagi regu , yang juga ada ketuanya , disebut Karu. Anda bisa bayangkan qualifikasi anggota rombongan haji mandiri ini. Mereka bukanlah orang kaya berlebih harta. Mereka orang sederhana namun berniat besar untuk pergi haji. Diantara mereka ada yang pekerjaan sehari hari tukang sate di Tanah Abang, yang PNS bukanlah kelas pejabat tapi pegawai rendahan. Umumnya usia mereka tidak lagi muda. Rata rata diatas 40 tahun. Bahkan ada yang sudah diatas 50 tahun. Mungkin saya termuda diantara rombongan Haji dari Tanah Abang – Jakarta Pusat.

Keakraban ketika melaksanakan ibadah haji sangat terasa. Kami selalu bersama sama. Bila ada yang sakit , kamipun bersama sama menolong, Bila ada yang kekurangan uang, kamipun tergerak untuk saling berbagi. Saya menduga kebersamaan itu hanya sebatas melaksanakan ibadah haji. Tapi setelah kembali ketanah air ,kamipun sepakat untuk berhubungan terus sebagai sebuah ikatan keluarga besar ex Rombongan haji tahun 2003.. Acara arisan dan pengajian dijadikan perekat diantara kami. Tak terasa lebih enam tahun berlangsung. Selama kurun waktu itupula kami selalu berkumpul. Bukan hanya diacara rutin, tapi bila ada anggota yang sakit atau menikahkan anaknya , seluruh anggota datang berkumpul. Tak terasa diantara mereka kebanyakan sudah pension dan rumah mereka tidak lagi berada di Jakarta Pusat. Ada yang sudah pindah ke Bandung, Serang, Cikampek, Depok. Tapi walaupun begitu , kami tetap saling berkunjung dalam setiap acara rutin.

Ada yang unik dalam setiap pertemuan itu kami tidak pernah mengundang ustadz untuk memberikan ceramah. Kami membuat kesepakatan diantara kami untuk masing masing harus mampu menjadi penceramah. Tuan rumah yang mendapat giliran acara pertemuan rutin itu akan bertindak sebagai penceramah. Setelah ceramah agama usai, kamipun melakukan diskusi agama. Siapapun bebas untuk bercerita apa saja yang berhubungan dengan akidah dan muamalah. Ketika ada yang cerita, yang lainnya mendengar. Kadang berbagai problem keluarga dan keseharian dikantor, ditempat usaha , dibicarakan., Kami selalu setia menjadi pendengar bila ada yang merasa gundah. Mungkin tak banyak yang bisa kami perbuat namun kebersamaan itu telah memberikan dorongan moral, bahwa kami peduli dan akan salalu saling mendoakan.

Ada teman yang juga pergi haji tiga tahun lalu nampak terkejut ketika mengetahui acara pertemuan rombongan haji saya terus berlangsung. Karena menurut dia , paling lama acara itu dipertahankan selama setahun. Setelah itu saling melupakan. Mungkin karena kesibukan atau memang tidak ada urusan untuk bertemu lagi. Bukankah di era sekarang orang ingin bertemu karena ada kepentingan pribadi yang diukur dari laba dan rugi. Alhamdulillah , bagi kami pertemuan itu bertahan bukan karena kepentingan materi tapi karena kami memang saling merindukan. Bertemu karena Allah dan rindu karena Allah.

Saya tidak tahu apakah kami termasuk haji yang mabrur atau tidak. Yang pasti hal yang sangat sulit dalam hidup diakhir zaman ini adalah mempertahankan silahturahmi tanpa ada kepentingan apapun kecuali karena dorongan cinta Allah. Kerinduan untuk saling menjaga, peduli dan tentu saling mendoakan. Inilah yang sulit. Dan kami telah diuji selama lebih enam tahun untuk semakin dekat dalam ikatan silahruhmi tanpa ada maksuh lain kecuali kecintaan kepada sahabat dengan tulus. Bukankah Silaturahmi adalah kunci terbukanya rahmat dan pertolongan Allah SWT. .

Cerdas berlogika dan bersikap.

Mengapa kegiatan ekonomi itu terbelah.Ada yang formal dan ada yang informal. Ada yang kaya dan ada yang miskin. Ada yang melimpah sumber day...