Saturday, March 06, 2010

Krisis spiritual

Ketika anda merasakan gejala depresi, rasa malu tak beralasan,keterasingan diri,kesepian,dendam,putus asa, menganiaya diri. Gejalan ini biasanya diikuti oleh kecanduaan Narkoba, gangguan pencernaan, gila kerja, suka berjudi,doyan belanja , doyan ngerumpi, doyan olah raga beresiko. Maka ketahuilah bahwa anda sedang menuju proses kebangkrutan spiritual. Kebanyakan orang tidak mengetahui bahwa dirinya sedang menuju kebangkrutan itu. Bahkan sebagian mereka nampak hidup sehat dan sejahtera dengan luka bernanah dihatinya. Tanpa disadari luka ini akan meracuni dirinya dan membuat dirinya semakin jauh dari kesejatiannya. Bila tidak segera diobati maka mereka akan menjadi racun dalam masyarakat dan merusak peradabaan kasih sayang.

***

Resesi terbesar bukalah krisis ekonomi tapi adalah krisis kehilangan nilai nilai ( krisis moral ) . Krisis moral adalah krisis spiritual. Karena kehidupan sekuler yang berorientasi kepada pasar dan laba , telah mempertanyakan kepada siapa kita menyembah dan benarkah kesetiaan ( Keimanan ) kita kepada sesuatu yang tidak nampak. "Jika ada, biarkan aku melihat; jika tidak ada, biarkan saja." . Pada hal ketika itu hati bergetar dan mengatakan, "Aku di sini, sebagai sebuah kesempurnaan, dan aku tidak di luar Anda. Aku tidak di atas; aku tidak di bawah ini; aku bukan ke samping. Aku ada dimana mana” Tapi itu tidak lagi terdengar karena agama baru yang dibawa lewat media massa telah melahirkan Tuhan baru untuk disembah. Tuhan itu adalah Pangsa pasar dan Index, Rating , uang.

Mekanisme pasar telah menjadi Hadith dan Kapitalisme telah menjadi Al Quran. Sehingga tak ada lagi yang bisa diselesaikan dengan diawali bismillah. Hari ini bukan Ka’bah yang harus dijadikan kiblat tapi bursa saham. Ketika rapat paripurna Kasus Century, dimedia ditampilkan Indek saham. Selagi Indek Saham stabil maka semua baik baik saja. Lantunan Salawat Badar tidak membuat hati anggota dewan bergetar untuk diam dan berdamai dalam berbeda pendapat. Hari ini bukan Sajadah dan ka’bah, kita sekarang memiliki hedge fund,mortgage –backed securities, reksadana, 144A dan bonus akhir tahun. Iman kita kepada masa depan dan harapan agar indek saham terus meningkat dan Global Bond (SUN ) RI tetap laku dijual, harta property terus naik.

Keamanan dan harapan dimasa depan semua terasa dekat dengan kita sebagai kayakinan dengan pertumbuhan ekonomi yang masih positip. Soal kemiskinan , keterbelakangan, bencana dan globalisasi disikapi kacamata pasar, bahwa semuanya on tract atau lebih baik dari yang dulu. Berhala ini disembah dengan all at cost. Seharusnya bahagia yang didapat. Tapi nyatanya , Pasar telah menjadi silent leader bagaikan tuhan yang membuat penguasa , politisi tak berdaya untuk hidup dalam dusta dihadapan rakyat. Siapakah sebetulnya pemimpin ? Pasar atau mereka yang ada digedung Parlemen atau di Istana ? Yang kaya atau miskin tersedot untuk menjadikan sosok pahlawan seseorang yang berhasil membangun kekuatan pasar,tidak penting bila dinding api soal moral dan hukum dilewati.

Bahkan pasar mempunyai imam , da’i dan sufi. Para pengamat , analis pasar uang menjadi acuan bagi banyak orang untuk menyembah pasar. Bila terjadi krisis maka merekapun menyebut sebagai accident , yang selalu terjadi sebagai sebuah karya agung pasar yang menghukum keculasan. Ibarat Tuhan,kesalahan pasar adalah kesalahan manusia. Pasat tidak boleh disalahkan. Menyalahi pasar akan menimbulkan efek sistemik. Bencana berantai sebagai ujud hukum besi pasar. Penguasa dan politisi , agamawan, budayawan, harus dijauhkan dari setiap kebijakan membela sistem pasar ini. Mereka yang mempertanyakan sistem pasar ini disebut sebagai bid’ah alias sesat. Kaum bid’ah ini disebut pencinta otoriter,perusak HAM dan teroris. Harus dienyahkan lewat sistem hukum yang bopeng dan bau nanah.

Namun, krisis ini memberi kita kesempatan, bukan hanya untuk menjadi lebih pintar dan lebih bijaksana tentang kehidupan ekonomi kita, tetapi untuk mengubah sesuatu yang jauh lebih dalam - untuk menolak penyembahan berhala pasar yang kita sembah, untuk mengekspos berhala-berhala yang telah menjerat kita, dan untuk mengurangi "Pasar" untuk "pasar," meminta pasar untuk kembali melayani kita, bukan sebaliknya. Pasar adalah untuk menjadi "yang berarti, dan bukan akhir." Saatnya agama dijadikan indikator dan guiden untuk menentang berhala ”pasar dan mengingatkan kita bahwa Allah adalah penguasa diatas segala galanya. Marilah kita juga ingat bahwa manusia hanyalah pelayan, ciptaan Allah, bukan majikan. Dan kita manusia adalah orang-orang yang memimpin pasar - bukan sebaliknya. Hanya dengan cara itu kita terhindar dari kebangkrutan spiritual secara koloktif.

Monday, March 01, 2010

Mahfud MD

Mahfud MD adalah sosok yang kita kenal sebagai pejabat public yang rendah hati. Nama lengkapnya adalah Muhammad Mahfud MD. Kini menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi , yang juga merangkap sebagai hakim Kontitusi. Peraih gelah Doktor dari Universitas Gajah Mada. Pernah menjabat sebagai Menteri Pertahanan pada Kabinet Persatuan Nasional. Saya tidak pernah bertemu dengan beliau tapi ketika menonton acara Kick Andy di Metro TV, saya tertegun dengan kata katanya “ dalam hidup saya , saya berusaha berkerja hati hati agar tidak melakukan kesalahan. Makanya saya tidak pernah ragu untuk berbicara apa adanya termasuk mengatakan kebenaran dan berbuat untuk itu tanpa kawatir apapun.. Itu juga dasarnya mengapa dia menjadikan sidang MK terbuka untuk umum soal kasus Bibit –Chandra yang bernuansa politik.

Latar belakangnya sebagai intelektual Islam dan juga aktifis Islam serta pengajar pada Universitas Islam Indonesia, telah menuntunnya menjadikan hidupnya untuk berdakwah dalam situasi dan kondisi apapun. Dimanapun dia berada , apapun jabatannya, dia jadikan itu semua sebagai bagian dari dakwah. Sebagai pejabat Publik dia tidak ragu mengatakan tentang pejabat legislative yang lemah karena mental yang suka berdagang politik dan system rekrutmen yang salah. Begitupula posisi Eksekutif yang masih menjaga budaya KKN. Yudikatif yang masih suka memperdagangkan kasus. Ketiga hal itu dikatakannya bukanlah paranoid tapi sebuah realita yang diungkapkannya sebagai seorang guru besar dan pejabat public. Kadar kebenarannya tidak perlu diragukan.

Belakangan ada yang membuat saya tersentak lagi , yaitu usulannya agar Indonesia meng adopsi hokum China dalam memerangi korupsi. Lagi lagi ini bukanlah usulan dari sembarang orang. Bukan oleh demontran jalanan atau pengamat bayaran. Bukan!. Ini ungkapan dari seorang Mahfud yang juga pejabat tinggi Negara yang mengawal UUD 45 dengan track record bersih. Semua sudah tahu bahwa China dianggap berhasil menekan angka korupsi dengan mereformasi hokum. Ancaman hokuman mati bagi pejabat yang korup dan pengawasan ketat bagi pejabat yang ingin keluar negeri. Pembatasan transfer keluar negeri bagi pejabat maupun keluarganya. Publikasi terhadap harta dan kegiatan usaha keluarga pejabat. Pengawasan ketat atas rekening bank bagi pejabat dan keluarganya.

Menurut dia jika pola China itu diterapkan di Indonesia maka akan ada perubahan konstitusi terutama aturan yang mengatur tentang ilustrasi atau pemutihan. Pedulinya terhadap penghapusan budaya korupsi di Indonesia bukan hanya tanpa berbuat. Ketika dia menjabat Menteri Era Gus Dur , dia pernah akan menggodok regulasi ilustrasi dan pemutihan namun regulasi itu tidak sempat digodok karena Gus Dur lebih dulu dilengserkan. Makanya kini dia berkata jika pola pemberantasan korupsi di China itu diterapkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono maka peringkat korupsi Indonesia akan jauh dari negara-negara terkorup dunia..Indonesia kini berada pada peringkat 4 dan kadang-kadang bergerak di posisi 5 negara terkorup di dunia, bahkan Indonesia pernah meraih peringkat 2 negara terkorup di dunia atau hanya kalah dari Fiji.

Dari seorang Mahfud MD, ditengah kesibukannya sebagai pejabat Publik, masih ada waktu untuk membaca novel Laskar Pelangi. Yang tak sungkan menjawab vulgar berapa gaji dia terima perbulan. Yang tetap hidup sederhana namun tak takut mengungkapkan kebenaran. Mahfud MD ,yang kita kenal, dimanapun dia , tetap kita tahu bahwa dia adalah ulama sejati yang tak henti berdakwah dalam bentuk pemikiran maupun karya ditengah belantara birokrasi Negara yang brengsek.. Melihat dia, kita melihat optimisme bahwa negeri ini akan berubah. Karena kita tidak perlu menunggu 1000 pejabat bersih untuk berubah. Cukup hitungan jari saja, keadaan akan berubah. Mari kita berdoa untuk Indonesia yang lebih baik dan mulailah cerdas memilih pemimpin…

Sunday, February 21, 2010

Etos Kerja

Kerja itu adalah Syariat. Manusia wajib bersyariat sebagai sebuah ketetapan dari Allah ( Sunattullah ). Karena ini adalah wajib maka sifat kasih sayang Allah memberikan manusia bekal untuk melaksanakan kewajibannya itu. Allah memberikan fasilitas kita tubuh dengan indra yang mampu berinteraksi dengan lingkungan kita, Allahpun memberikan kita akal agar mampu menyikapi lingkungan dimana kita harus bersyariat. Allahpun memberikan kita nafsu untuk merasakan nikmat dari hasil syariat itu. Singkatnya samudera kehidupan ini adalah samudera syariat yang di design oleh Allah. Maka tentunya tujuannya juga pasti yaitu untuk beribadah kepada Allah.

Cara, metode, untuk bersyariat melahirkan banyak baku dibidang management, tekhnik , falsafah, budaya, sosial, ekonomi dan lain sebagainya.. Islam berkiblat kepada Al Quran dan Hadith soal bersyariat ini agar tujuan bersyariat sesuai dengan kehendak Allah. Ada empat hal yang dijadikan dasar Islam dalam bersyariat.

1. Kerja Ikhlas,
Ikhlas disini merupakan hakikat kita bersyariat. Bahwa apapun yang kita kerjakan semata mata untuk beribadah kepada Allah, yang mempunyai ketatapan hukum yang pasti. Walau Allah maha pengasih lagi penyayang namun Allah menyediakan juga Neraka. Walau Allah maha perkasa dan pengurus namun tidak pernah mengirim makanan kesangkar burung. Artinya untuk mencapai sorga anda harus bersyariat seperti yang ditentukan oleh Allah lewat Rukun Islam. Begitu pula bila anda ingin sukses berkerja, bisnis , memimpin maka anda harus ikuti sebagaimana Nabi Muhammad berbuat.. Karena hakikatnya adalah ibadah maka Islam tidak melihat karya dunia sebagai reward dari syariat. Tapi amalan dihadapan Allah,niat ikhlas dibalik perbuatan itu.

Orang yang bekerja keras siang dan malam , merintis usaha dengan berderai derita nestapa, tidak akan mengeluh bila hasilnya tak kungjung diraih. Karena dia yakin bahwa Allah tidak melihat apa yang mampu dia hasilkan tapi niat dibalik perbuatan itu. Hasil, hanyalah cobaan , samahalnya dengan tak ada hasil. Dua duanya cobaan dunia untuk meraih kesempurnaan dihadapan Allah. Makanya etos islam , yang ikhlas adalah kekuatan ESQ tertinggi , yang tak bisa ditandingi oleh etos budaya manapun didunia ini. Etos ini dapat hidup dalam susah maupun senang, dalam tekanan mapun lapang, dalam terjepit mapun longgar.. Repliksinya akan nampak dalam kehidupan kesehariannya, dia petarung gagah berani melawan segala hambatan, percaya diri, sabar dan tahan banting dalam situasi dan kondisi apapun.

2. Kerja Cerdas.
Allah memberi kita akal dan jiwa , tujuannya agar kita cerdas dalam bersyariat. Samudera kehidupan ini bukanlah tempat yang mudah dan nyaman. Semua yang ada disekitar kita didunia ini adalah cobaan bagi kita untuk kita bersikap cerdas. Bekerja sebagai karyawan untuk mendapatkan gaji cukup itu cerdas. tapi tanpa pendidikan cukup dan ketrampilan prima maka itu adalah tidak cerdas. Orang lain sibuk belajar menimba ilmu kita malah asyik berzikir dan bermimpi. Memulai bisnis dan meraih sukses sebagai wiraswata adalah cerdas. Tapi hanya mau memulai dengan uang ditangan maka itu tidak cerdas. Hanya sibuk dengan impian tapi tak berdaya ketika modal tak kunjung datang. Sementara orang lain bermimpi dan berbuat dengan apa yang bisa dia buat dan berhasil Kita kecewa kepada Allah karena tidak adil memeberikan modal. Padahal orang lain mendapat modal karena dia bergerak keatas, kebawab, kesamping dan akhirnya menemukan modal untuk berkembang.

3. Kerja Keras.
Allah memberikan nikmat atas indra , akal, jiwa , tubuh yang begitu sempurna. Ini bukan hanya dielus elus saja. Bukan hanya dipandangi saja. Ini harus dikerahkan semua untuk mekasanakan syariat. Hujan deras bila saatnya bersyariat ya haru bergerak. Tidak usah kawatir soal cuaca karena Allah mendesign tubuh kita dengan sempurna dan adabtip dengan cuaca panas mapun dingin. Tak banyak waktu yang tesedia untuk kita kecuali umur pada saat kita bersyariat. Maka harus gunakan kesempatan umur itu dengan kerja keras. Jangan menunggu bantuan fasiltias ada, jangan menunggu gaji besar, jangan menunggu modal datang, jangan menunggu cuaca nyaman, jangan tunggu besok atau nanti, bekerja keraslah dalam situasi dan kondisi apapun.. Kerja keras adalah tanda anda hidup dan begerak. Selagi anda jaga momentum ini maka takdir Allah akan berlaku untuk anda dengan kasih sayang allah.

4. Kerja benar
Apabila kita melangkah kejalan yang benar maka kita akan sampai pada tujuan yang sebenarnya. Kita harus bisa membedakan jalan yang benar belum tentu menuju ketempat yang sebenarnya. Kapitalisme adalah langkah yang benar tapi menimbulkan tiran secara sistematis hingga menimbulkan ketidak adilan, maka ini tujuannya tidak benar. Ini harus ditinggalkan. Laba setinggi tingginya adalah jalan yang benar untuk berbisnis tapi ternyata laba tinggi membuat kita over production karna pasar menciut. Maka ini tbukan tujuan yang benar. Kerja dengan gaji tinggi itu jalan yang benar tapi menimbulkan konsumsi yang tinggi juga adalah salah. Bersaing itu bagus tapi membuat orang lain teraniaya adalah tujuan yang salah. Kerja itu penting tapi menyediakan hidup hanya untuk syariat juga salah. Harus ada keseimbangan antara hablumminnallah dengan hablumminannas.

Kerja benar harus selalu tahu jalan yang benar untuk sampai pada tujuan yang sebenarnya. Hidup soal memilih dan Alam terbentang dengan begitu banyak pilihan kita. Jangan taklik dengan satu jalan atau cara. Bersikap ikhlas akan membuat kita dituntun untuk menentukan cara dan tujuan yang benar. Kemudian kita berbuat dengan cerdas dalam bersikap dan bekerja keras melewati itu semua. Insya Allah , apapun hasilnya , syariat telah menjadi bagian dari cara kita beribadah kepada Allah.

Wallahualam.

Tuesday, February 16, 2010

Zaman

Zaman adalah sebuah potret tentang masa kini dan masa lalu. Zaman, bercerita banyak untuk kita renungkan. Para pemuda di Zaman era Bung Hatta, Syahrir, Soekarno dan lainnya hanya berkumpul ketika berbicara tentang nasif bangsa, tentang masa depan bangsa yang bernama Indonesia. Mereka tak banyak. Hanya segelintir orang saja ketika itu. Namun karena mereka zaman terbentuk untuk lahirnya semangat kebersamaan mengusir penjajahan. Apa yang membuat mereka yang selintir itu mampu menyulap emosi jutaan rakyat yang takut kepada penjajah menjadi gagah berani untuk melawan? Ternyata energy magnit yang keluar dari setiap kata katanya. Sikap dan tekadnya menjadi energi raksasa menarik jutaan rakyat untuk masuk dalam satu barisan yang teratur.

Menurut ilmu pengetahuan bahwa semakin kecil suatu materi semakin besar energinya. Manusia termasuk materi yang terkecil dibandingkan kehidupan alam semesta.. Magnit jantung manusia adalah 5 kali magnit bumi. Walau kita masih lebih besar dibanding makhluk bakteri atau virus namun pada diri kita terdapat potensi yang mampu menggerakan energi itu menjadi kekuatan .Hanya saja magnit itu tetap tersimpan sebagai potensi. Keluarnya magnit manusia itu ternyata ada proses di alam mikrokosmos kita ,dimana GEN kita berperan untuk menyalakannya. Misteri GEN ternyata berhasil mengungkapkan hubungan “perasaan” dengan hubungan proses nyala / padam Gen itu sendiri. Artinya ada “ sesuatu”yang maha dahsyat ikut berperan mempengaruhi GEN kita bergerak.!

Kekuatan cinta yang tulus tanpa syarat itulah yang mampu menggerakan Gen positip kita untuk melahirkan magnit berantai hingga memukau semua orang yang ada disekitar kita. Cinta yang unconditional ini mengalirkan energi listrik yang raksasa , hingga dapat mempengaruhi perasaan takut menjadi berani, perasaan lelah menjadi tegar, perasaan kawatir menjadi percaya diri, perasaan lemah menjadi kuat. Nabi Muhammad dalam perang badar membuktikan itu. 300 pasukan muslim dengan senjata ala kadarnya mampu mengalahkan 1000 lebih pasukan kafir. Sjahrir dan Hatta, Mohammad Roem mampu memukau politisi Belanda dan AS ketika dimeja perundingan tentang kemerdekaan. Nabi, para pendiri negara kita , adalah mereka yang dilahirkan oleh zaman dimana cinta itu segala galanya.

Kecintaan kepada sesuatu dialam semesta ini sebagai repliksi dari kecintaan kepada Allah yang maha pemberi cinta , telah mampu membangkitkan Gen positip mereka untuk menjadi magnit lahirnya kebersamaan melawan ketidak adilan dimuka bumi. Islam yang dikomandoi Nabi dari kota kecil “ Madinah” telah menjalar kekuatan magnitnya sampai keseluruh jazirah Arab. Setelah beliau wafat, Islam terus berkembang sampai keseluruh dunia. Soekarno ,ketika berhasil menjadi presiden terpilih Indonesia, juga mampu mengalirkan magnit cinta itu keseluruh dunia. Kemerdekaan di Afrika dan Asia dari jajahan asing karena sebuah inspirasi tentang kegigihan Soekarno, tentang magnit yang dipancarkan oleh para pria /wanita Indonesia yang tampil gagah berani melawan segala bentuk penjajahan dimuka bumi. Kala itu kita dibanggakan oleh sepertiga penduduk planet bumi. Dikenal sebagai pembaharu dan digaris depan menuju peradaban yang lebih baik.

Lantas mengapa kita sebagai bangsa kini tidak lagi mampu membangkitkan potensi magnit itu dari dalam diri kita seperti halnya para pendiri negara kita dulu ? Kenapa mayoritas muslim di Indonesia tidak mampu seperti generasi awal kebangkitan Islam ? Kita menjadi komunitas bangsa yang resah, takut, pecundang dihadapan asing dan paranoid ? Mengapa ?

Ternyata biang persoalannya adalah karena kekuatan cinta sudah sirna pada diri kita. Cinta tak lagi tulus. Ketika cinta sudah bersyarat maka cahaya kebebasanpun kabur. Kita terisolasi dengan berbagai kondisi untuk bisa bergerak. Gen positip kita semakin sulit untuk menyala. Magnit pada diri kita terserap karena kecintaan kepada uang. Kita kemaruk soal harta, jabatan dan kesenangan dunia. Kita sibuk setiap hari berpikir dan bertindak untuk mendapatkan harta ,jabatan. Pada waktu bersamaan Gen negatif kita malah yang muncul. Rasa kawatir menjelma menjadi penyakit jantung. Rasa takut menjelma menjadi penyakit paranoid ( sakit jiwa ). Rasa lemah menjelma menjadi pecundang. Dan akhirnya lahirlah budaya brengsek yang semakin membuat kita hidup dalam paradox.

Senoga kita bisa menyadari ini semua untuk kembali kepada hakikat kita dilahirkan untuk cinta hanya kepada Allah agar pantas disebut sebagai rahmat bagi alam semesta.

Friday, February 05, 2010

Rasul kita

Nabi Muhammad SAW, adalah rasul akhir zaman yang ditampilkan oleh Allah sebagai Nabi yang tunduk dengan sunattullah. Tidak ada kehebatan Nabi seperti Hercules yang berotot baja. Atau seperti Nabi Musa yang tinggi besar serta dapat merubah tongkat jadi ular. Atau seperti Ibrahim yang tak tersentuh oleh api. Nabi Sulaiman yang bisa bicara dengan binatang. Nabi Daud yang bisa melunakkan besi. Nabi kita ini, Nabi yang terluka ketika memimpin pasukan di medan perang. Sakit karena diguna gunain oleh dukun jahat. Harus berlari dan bersembunyi karena dikejar kaumnya yang jahat. Terusir dari kota kelahirannya. Sejak kelahiran sampai dewasa selalu dirudung duka karena orang yang di cintainya, yang melindunginya diambil Allah.

Apabila GEN merupakan sunatullah manusia yang menyimpan memori hard disk keturunan manusia maka benarlah Allah sudah mempersiapkan manusia terbaik untuk menjadi pemimpin dunia ini secara sunatullah pula. Dia bukan keturunan jongos dan juga bukan keturunan preman. Soal bibit dan bobot maka , Nabi Muhammad adalah terlahir dari keturunan yang berkualitas tinggi. Keluarga bangsawan dari Bani Ismail AS , terhormat diantara kaumnya serta petarung gagah berani di antara suku yang ada di Jazirah Arab. Juga dikenal sebagai pembela agama Tauhid ( Agama Nabi Ibrahim).. Ayahnya ,Abdullah bin Hasyim adalah putra terbaik budinya dari sepuluh bersaudara. Ibunya , Aminah binti Wahab, wanita berbudi dan tegar dalam keimanan kepada Allah. Orang menghindari lari ke keluar kota ketika Mekah diserang oleh Pasukan Gajah namun Aminah memilih tetap di kota Mekah dan menyerahkan perlindungan dirinya kepada Allah.

Tidak seperti Nabi isya yang terlahir dari ruh Allah tanpa Ayah dan dapat berbicara ketika bayi. Diangkat sebagai rasul dalam usia muda. Namun Muhammad , membutuhkan proses berinteraksi yang lama diantara kaumnya sampai batas usia matang, yaitu 40 tahun. Life begins at forty . Sampai dengan usia empat puluh tahun, Nabi Muhammad diuji ke pribadiannya dan terbukti dikenal luas oleh kaumnya bahwa dia orang yang jujur dan rendah hati. Ini juga sunatullah untuk memberikan keyakinan kepada kaumnya ketika dia diangkat sebagai rasul dan menyampaikan risalah Agama. Bahwa berita yang disampaikannya adalah benar karena disampaikan oleh orang yang benar dan sudah teruji kebaikannya seumur hidup.

Walau dia terlahir dari keluarga besar bangsawan dan dihormati dikalangan kaumnya namun dia hidup sebagai yatim dan diasuh oleh kakeknya 'Abd al-Muththalib dan kemudian oleh pamannya Abu Thalip. Pamannya bukanlah termasuk orang yang kaya diantara saudara saudaranya yang saudagar. Itulah sebabnya Muhammad dari sejak masa kecil , remaja, hidup mandiri , bekerja sebagai penggembala ternak. Dapat dibayangkan kehidupan seorang yatim yang tinggal dengan seorang paman yang miskin dengan banyak anak. Sudah jelas tak seindah hidup bersama orang tua sendiri. Tapi dari latar belakang yatim lagi piatu itu , dan hidup menumpang dengan keluarga paman, membuat Nabi terlatih mengelola dirinya sendiri untuk sempurna. Terbukti setelah dewasa dia tampil sebagai enterpreneur yang hebat.

Sebagai rasul , Nabi Muhammad SAW , tidak ditempatkan diantara kaum yang modern, intelektual dan beradab seperti bangsa Romawi.. Dia terlahir di kota Mekah yang jauh dari peradaban modern dan terpencil.. Dikenal sebagai kaum penjelajah, terbelakang dan kuno.Ini juga sunatullah untuk menjadikan seorang terbaik maka dia harus mampu tumbuh menjadi baik dilingkungan yang buruk. Pemimpin memang seharusnya ditempa dari masalah dan kesulitan untuk menjadikan dia sempurna. Kita pahami itu sebagai sunatullah ulat didalam kepompong yang berusaha keluar untuk menjadi kupu yang indah.

Nabi akhir zaman ini menutup usianya dihadapan keluarga dan sahabatnya namun ketika dimakamkan tak ada sahabat terbaiknya mengantar sampai keliang kubur karena semua sibuk memikirkan siapa penggantinya setelah beliau wafat untuk meneruskan misinya sebagai rahmat bagi alam semesta. Dari seorang Rasul, kekasih Allah, yang namanya bersanding indah bersama Allah dipintu gerbang sorga , kita mendapatkan pelajaran berharga tentang sunatullah. Itulah hakikat manusia yang harus sadar bahwa hidup bukanlah tempat untuk bersenang senang tapi adalah proses untuk menjadi sempurna, sebagaimana firman Allah tentang sosok pribadi Muhammad "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung."(Al-Qalam: 4) Dan untuk itu tidak mudah dan tidak manja...

Tuesday, February 02, 2010

SBY

“Your president is very tolerant with the law and culture. His political style truly humbled” Kata teman saya ketika saya bertemu dalam satu kesempatan. Teman ini terkesan dengan sikap presiden dalam menyelesaikan berbagai masalah politik dalam negeri maupun luar negeri. Ungkapan ini acap saya dengar dari slogan Partai Demokrat yang mengutamakan politik egeliter, santun dan saling hormat menghormati serta menempatkan hukum diatas segala galanya. Sikap ini adalah cermin dari pribadi seorang SBY. Padahal” He is a soldier with a four-star” lanjut teman saya yang seakan memperkuat logika bahwa sikap SBY adalah antagonis terhadap latar belakang dia dibesarkan.

Saya tak mengenal terlalu jauh tentang SBY. Tapi saya tahu betul bahwa didekatnya ada sahabat saya yaitu Achmad Mubarok, yang saya kenal baik. Achmad Mubarok adalah seorang tokoh religius yang dibesarkan dikalangan NU dan intelektuali yang rendah hati. Pernah satu kesempatan sebelum Partai Demokrat berkibar atau exist, saya sempat bertanya sikapnya yang selalu diam dalam setiap debat diskusi. Kesan saya dia terlalu lemah untuk berbeda pendapat. Tapi apa jawabannya atas sikapnya ” sikap diam saya bukanlah tidak sependapat atau sependapat dengan orang lain tapi hanya sekedar meyakinkan orang itu bahwa saya bersedia mendengar. Mungkin itu lebih baik bagi dia daripada saya menyangkalnya. ” Itulah pribadi sahabat saya ini dan itu pula mungkin dia cocok untuk terus bersama SBY.

Achmad Mubarok bukanlah orang yang doyan dengan kekuasaan dan kehormatan. Dia tak ingin duduk di DPR walau kesempatan untuk itu ada. Diapun tak ingin duduk di kabinet walau dia sangat dekat dengan SBY.Penguasaan agama yang begitu luas dan pergaulan yang luas dikalangan pelajar Islam didalam maupun luar negeri telah menempatkannya sebagai pribadi yang tawadhu. Tak sulit baginya untuk mematahkan setiap argumen orang dalam tesis agama maupun sekular tapi dia memilih menjadi pendengar yang baik. Bila dia berbicara maka itu karena orang meminta dia berbicara. Seperti kotbah agama, atau dalam forum diskusi. Kadang kata kata yang keluar dari mulutnya terkesan pedas” Kebenaran itu kalau disampaikan oleh orang yang berbeda paham kadang terdengar sangat pedih.” dan dia tidak peduli bila karena itu orang kecewa dengannya.

Begitulah tentang sahabat saya itu yang dipercaya oleh SBY sebagai Wakil Ketua Umum Partai Demokrat. Saya tidak tahu apakah SBY dalam sikap kesehariaannya sebagai presiden dipengaruhi oleh Achmad Mubarok. Tapi kata orang bijak, sikap kita dipengaruhi oleh orang terdekat kita” . Kenyataanya yang ada dimana situasi politik kita yang diwarnai oleh gaya politik para elite yang sarat dengan kepentingan golongan, memang terkesan mendapat ruang kebebasan dalam bersikap dan berbicara.. Pansus DPR , protes LSM , Protes Tokoh Masyarakah adalah repliksi dari pribadi SBY yang memang tahu betul bahwa orang membutuhkan untuk didengar. Dengan kekuasan yang ada ditangannya, dan dukungan significant dari rakyat, tak sulit bagi SBY untuk meredam itu semua tapi dia memilih untuk menghadapinya dengan santun.

Bagi kebanyakan orang menilai SBY bersikap lambat dan tidak tegas. Sebetulnya kita lupa bahwa sebuah tindakakan yang bijak bukanlah dinilai dari apa yang kita lihat dan dengar tapi lebih daripada itu apa yang kita rasakan. Disinilah seseorang dituntut untuk berdialogh dengan dirinya, juga dengan Tuhan. Akal ditempatkannya sebagai raja dalam dirinya namun nuraninya sebagai hakim agung untuk menilai dan kemudian memanfaatkan nafsunya sebagai laskar untuk bertindak. Itulah sebabnya sikap dan perbuatannya terkesan lambat dan tidak tegas karena nafsu dibawa komando akal yang loyal kepada nurani sebagai hakim agung dalam dirinya.

Masalah bangsa ini adalah masalah karakter. Kita ingin semua serba cepat dan mudah, yang dibungkus oleh sikap paranoid tentang segala hal. Ya, kita benci neoliberal tapi bukan berarti kita membenci semua hal tentang liberalisasi yang akhirnya membuat kita kembali ke sistem yang otoriter business dan kekuasaan. Kita marah dengan korupsi tapi bukan berarti kita harus terjebak dengan paranoid buta. Seharusnya dengan concern kita yang besar terhadap korupsi dan neoliberal, dasar kita semua bersikap seperti Firman Allah ( Al Baqarah : 45) ”Mintalah bantuan pada sabar dan shalat; dan sesungguhnyalah yang demikian itu benar benar berat kecuali bagi mereka yang khusyu” . Demikianlah tentang SBY...Wallahualam

Monday, February 01, 2010

Syekh Siti Jenar

Syekh Siti Jenar adalah ulama controversial. Konon katanya Siti Jenar tidak mati dalam hukuman tapi mati sesuai kehendaknya sendiri dihadapan para Walisongo. Konon nya lagi setelah minum air tirtanirmaya ( air tanpa bayangan) dalam sekejap Siti Jenar berubah menjadi jenazah. Inilah kematian yang dipilihnya , dimana bila saat nya tiba tak ada memiliki keinginan apapun. Kuburan Siti Jenar masih misteri.Menurut cerita para Walisongo , jenazah Siti Jenar berubah menjadi anjing sebelum dimakamkan. Namun cerita dari pengikut Siti Jenar , tidak. Itu akibat ulah dari kebohongan para Walisongo yang mengganti mayat Siti Jenar menjadi anjing agar pengikutinya sadar bahwa gurunya sesat. Bahkan cerita dari pengikut ajaran Siti Jenar ini dikaitkan dengan konspirasi kekuasaan Sultan Demak dan para Walisongo yang ingin menjauhkan ajaran Siti Jenar dari masyarakat. Alasannya adalah ajaran Siti Jenar mengajarkan kebebasan Individu dalam beragama dan bersosial. Kelompok Utan Kayu menyebut bahwa Siti Jenar adalah ulama yang mengajarkan tentang al-musyârakah yang bertumpu kepada kesetaraan dan kebersamaan. Kira kira sama dengan sistem demokrasi sekarang. Ajaran ini yang awalnya diperkenalkan di Cirebon , akhirnya meluas sampai ke seluruh tanah jawa.Ajaran ini cepat diterima masyarakat , khususnya rakyat jelata yang merasa tertindas oleh penguasa dan bangawan.

Inti dari ajaran Siti Jenar adalah manunggalin kawula Gusti (Tarekat Akmaliyah) atau penyatuan Tuhan dengan Manusia. Bila Tuhan itu maha perkasa dan maha adil maka tak ada alasan bila manusia menjadikan yang lain tidak perkasa dan tidak berkuasa, menjadi terdakwa. Manusia itu utuh dalam segala sifat yang dimiliki oleh Allah. Mandiri tak tergantung siapapun. Karena itu pula sholat berjamaah di Masjid dianggap mengingkari eksistensi manusia. Bahkan manusia itu tidak perlu sholat lima waktu. Karena intinya manusia ya Tuhan. Didunia ini, manusia itu mati dan baru hidup ketika jasad lepas dari raga. Yang membuat gerah para pemimpin tempo dulu terhadap ajaran Siti Jenar adalah kehebatan ilmu nalarnya ( Ilmu logika/akal) yang membuat hal yang gaip menjadi mitos untuk diragukan kebenarannya. Logika mereka sangat kuat hingga hampir sulit dikalahkan dalam setiap debat dengan orang yang memahami agama secara dangkal. Bahkan bagi orang yang ilmu agamanya cetek bisa sesat seketika. Kemudian ajaran ini mengharamkan kebenaran karena pendapat orang lain atau pendapat para penguasa ataupun ulama. Kebenaran itu absolut yang menyatu dengan Tuhan yang bersemayam di kalbu manusia. Jadi manusia tidak butuh pendapat orang lain kecuali pendapat kalbunya. Sementara ketika itu agama ( ulama ) sudah menyatu dengan kekuasaan dan kaum bangsawan. Makanya Siti Jenar diancam hukum mati oleh Sultan Demak.

Kita bisa berprasangka baik tentang Siti Jenar yang marah karena ulama semakin dekat kepada penguasa hingga menzolimi rakyat jelata. Karena ada hadith nabi ” Apabila kamu melihat seorang ulama bergaul erat dengan penguasa maka ketahuilah bahwa dia adalah pencuri. (HR. Ad-Dailami). Saya tidak tahu sahih nya hadith ini namun ada juga firman Allah “Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya (yang tidak menjalankan Al Qur’an dan Hadits) [Al A’raaf:3]. Ini mungkin dijadikan pijakan bersikap dan inti dari ajaran Siti Jenar. Namun yang anehnya, kemarahan Siti Jenar menggiring akalnya kepada dirinya sebagai Tuhan dan melupakan eksistensinya sebagai hamba Allah yang harus tunduk dengan sunatullah.

Inti dari manusia adalah menyatu dengan hukum dan ketetapan dari Allah ( sunatullah). Bukan menyatu dengan Allah. Untuk melaksanakan Hukum dan ketetapan Allah itu, manusia wajib bersyariat. Allah memang memberikan makanan kepada burung tapi tidak pernah menempatkannya kedalam sangkar. Kualitas manusia tergantung dari kualitas syariatnya ( Ikhtiarnya ). Begitupula, kualitas beragama seseorang ditentukan oleh syariatnya. Dalam tasawuf jenjang itu adalah syariat, hidayat, hakikat, dan ma’rifat. Ibarat tangga maka manusia tidak bisa langsung lompat ke anak tangga terakhir ( ma’rifat). Harus mengikuti sunnatullah. Proses ini harus dilewati setahap demi setahap.. Inilah yang tidak diakui oleh Siti Jenar. Akibatnya dia dinyatakan aliran sesat oleh para Wali,

Manusia tidak akan bisa mendapatkan hidayah ( Petunjuk ) dari Allah tanpa berusaha ( bersyariat) lewat bersyahadat, sholat, puasa, zakat, Haji. Syariat itu harus dilakukan dengan sungguh sungguh berdasarkan rukun iman agar dapat meraih ”hidayah ” dari Allah. Jadi untuk meraih ”hidayah/ Petunjuk ” saja begitu panjangnya syariat yang harus kita tempuh. Bila kita sudah mendapatkan ”hidayah ” maka syariat kita harus lebih berkualitas dengan memperdalam taffakur yang intens untuk mendapatkan ” hakikat ”. Nah, bila hakikat ini didapat maka , jalan terakhir meraih kesempurnaan adalah menuju ma’rifat.. Pada fase ini manusia sudah menjadi mukhlis, insan kamil. Tapi jalan menuju itu panjang dan penuh dengan cobaan yang tak sedikit. Jadi bukan hanya eling...

Kualitas elite rendah..

  Dari diskusi dengan teman teman. Saya tahu pejabat dan elite kita   berniat baik untuk bangsa ini. Namun karena keterbatasan wawasan dan l...