Adakah pelajaran berharga dari Rasul tentang kekalahan yang menyakitkan ? Adakah pelajaran berharga dari Rasul , rasa senang atas kemenangan berakhir kepada kekalahan yang mempermalukan ? demikian pertanyaan yang diajukan oleh teman ketika kami berbicara tentang menyikapi kegagalan. Teman ini melanjutkan, bahwa dulu ketika Perang Uhud, pasukan Nabi yang penuh percaya diri setelah mencapai kemenangan dalam perang Badar tampil gagah berani menjemput sahid. Nabipun mengatur strategi dengan begitu rapinya. Diminta semua pasukan mentaati taktik dan strategi itu dengan sebaik baiknya. Ketika perang berlangung dengan posisi diatas angin atas musuh kafir ( pasukan Abu sofian ), terjadi kekacauan barisan pertahanan. Pasukan pemanah yang diminta untuk tetap diposisinya diatas bukit, terjun kebawah untuk ikut memperebutkan harta rampasan. Pada saat itulah kaveleri musuh dibawah pimpinan Khalid Bin Walid melakukan pukulan balik.
Tanpa terduga , serangan dari balik bukit pasukan kavelery musuh itu membuat kacau pertahanan pasukan muslim. Keadaan menjadi terbalik. Kalau tadinya Pasukan Islam sudah hampir mencapai kemenangan, kini tersudut. Akhirnya mengalami kekalahan. Dalam perang Uhud itu, banyak sahabat Rasul yang gugur termasuk pamanya Hamzah. Nabipun mengalami luka luka dalam perang itu. Bahkan sholatpun Nabi harus sambil duduk karena banyak luka ditubuhnya. Inilah kisahnya. Kata teman saya. Ini sebuah pembelajaran yang sangat mahal bagi kaum muslim ketika itu. Bahwa disiplin dalam perjuangan , disiplin mengikuti perintah panglima adalah sangat penting. Ya, dalam kehidupan sekarang ini, dalam situasi pribadi maupun organisasi maka kedisiplinan sangat penting. Dunia ini adalah the battle of life. Hanya mereka yang cerdik, disiplin dan pandai mengorganisir dengan baiklah yang akan tampil sebagai pemenang.
Seorang teman lainnya, hanyalah tamat SMU. Dia tak pernah masuk perguruan Tinggi. Tapi kemampuannya dalam mengorganisir diri telah mampu membuatnya lebih baik dibandingkan orang yang tamatan perguruan tinggi. Ketika orang lain sibuk memanjakan diri dalam pergaulan kampus, teman itu sibuk membaca buku, ikut kursu, seminar , belajar sendiri. Ketika orang lain sibuk membaca buktu diktat ekonomi dari dosen agar dapat nilai tinggi, teman ini telah membedah habis buku karangan Peter Drucker dan lain lain, Dia mendapat lebih tentang bagaimana mengembangkan pasar, menghadapi kompetisi, kemampuan berkomunikasi. Ketika orang sibuk mencapai index prestasi dikampus, teman itu sibuk merintis usaha. Ketika orang lain sibuk mencari pekerjaan setelah tamat kuliah, teman itu sudah menjadi pengusaha yang tergolong sukses. Siapakah yang menjadi pemenang ? tentu teman itu. Walau dia hanya tamatatan SMU. Hanya karena dia disiplin dan mampu mengorganisir dirinya sendiri.
Kebanyakan dari kita, merasa selalu diatas angin dengan potensi yang ada. Merasa kekayaan alam negeri hanya bisa digali lewat berdoa siang malam. Tapi lupa mengorganisir diri untuk menghadapi the battle of life. Sementara orang lain , mungkin juga orang kafir bekerja keras siang malam mengais rezeki di bumi Allah ini. China dengan komunitas diatas 1 miliar orang , dengan sumber daya alam yang terbatas, cuaca yang ekstrim, menjadi komunitas yang ulet untuk menjadi pemenang dalam perdagangan International. Ketika negara lain ,rakyatnya sibuk bagaimana memilih pemimpin yang tepat , memilih para elite, merubah strukture UU, rakyat china lebih memfocuskan diri melakukan transformasi dari masyarakat yang lemah menjadi masyarakat yang kuat lewat kerja keras dan berhemat. Ketika negara lain sibuk berkosumsi, china menjual dengan laba rendah. Akhirnya mereka memenangkan the battle of life.
Berbagai kegagalan yang datang pada diri kita. Berbagai kekecewaan yang menyakitkan akibat kalah, bahkan kita menyebutnya semua itu adalah bencana. Kita terpuruk dalam rintihan doa mengharapkan pertolongan dari Allah. Padahal ketika kakalahan itu datang, ketika kegagalan itu mendera, itulah pertolongan Allah sesungguhnya kepada kita. Ingatlah Firman Allah “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui" (QS Al Baqarah 216). Lewat peristiwa yang menyakitkan itu, Allah berdialogh dengan kita tentang sabar dan ikhlas melewati sunattullah. Bahwa masih ada proses yang terlupakan pada diri kita untuk kita lengkapi, perbaiki. Agar kita sempurna mencapai kemenangan yang sesungguhnya.
Maka tariklah hikmah dengan berpikir positip terhadap segala peristiwa yang datang dalam hidup kita. Agar kita menjadi komunitas yang kuat dan pandai mengorganisir diri dalam menghadapi the battle of life.