Ketika manusia kali pertama diciptakan , Allah meminta semua makhluk sujud kepada Adam,. Hanya Iblis satu satunya yang tidak bersedia sujud. Sementara malaikat hanya mempertanyakan ” Mengapa manusia harus diciptakan. Bukankah manusia itu kelak akan menciptakan kerusakan dimuka bumi. ” Namun Allah menjawab ” Aku lebih tahu apa yang tidak kamu ketahui” . Sejak itu Iblis ditakdirkan menggiring manusia untuk membangun kejahatan. Manusia juga diciptakan Tuhan untuk menebarkan kebaikan sebagai wakil Tuhan. Jadi manusia disebelah disini dan Iblis disebelah sana. Ada dinding yang jelas dan transference oleh aturan dan dogma kitab suci untuk memisahkan antara yang hitam dan putih.
Dalam kehidupan selanjutnya antara yang hitam dan putih melebur manjadi abu abu. Manusia dan Iblis saling memanfaatkan.. Tidak tahu siapa memanfaatkan siapa. Yang jelas manusiapun membangun system yang sehingga kejahatan tersetructure dalam kebijakan Public dan budaya materialisme, hedonismo. Premanisme bersandal jepit dan berdasi ada disetiap sudut kehidupan. Akibatnya mungkin kini baru disadari oleh Iblis bahwa manusia memang pantas disujud. Manusia ternyata lebih canggih dari Iblis soal menciptakan kerusakan ketika mereka masuk dalam wilayah abu abu. Bahkan ada anekdot mengatakan , “ disini iblispun terampas pekerjaannya…”
Dalam ruang abu abu inilah bersemayam komunitas elite yang punya dokrin dan bahasa yang sama. Seperti komunitas pengusaha bicara tentang “ buy low , sell high and pay later. Dan later , never comes. Kredit macet adalah biasa.. Politisi menggantinya menjadi “promised now and pay tomorrow. Tapi tomorrow never come. Amanah menjadi bahan tertawaan sarapan pagi. Diluar komunitas mereka adalah komunitas lain layaknya deretan barang dietalage yang sudah dibandrol. Soal harga tergantung tempat dan packaging. Semakin mewah tempatnya dan indah packaging nya maka semakin mahal pula harganya. Suara bisa dibeli, hukum diperdagangkan, Image bisa dibangun. Ketulusan , jangan tanya,! Apalagi keadilan.
Maka lihatlah ketika waktu berlalu dan tahun berganti , yang terjadi adalah permainan sirkus kepatutan moral. Kualitas bukan ukuran tapi loyalitas sebagai penentu. Kader partai berkualitas tersingkir . digantikan oleh kader yang loyal berbagi kepada partai. Barang tidak perlu berkualitas tapi cukup ciptakan image agar konsumen loyal .Semua itu , dikemas dalam retorika magic word ; we care you, we serve you. Lagi lagi iblispun kalah jauh dengan manusia soal menggoda dan menghasut. Diruang elite itu kebusukan. kerakusan tersembunyi dibalik pidato, ruang seminar , keramah tamahan dan senyuman. Tidak ada persahabatan sejati yang ada hanyalah kepentingan. Akan selalu berbeda pendapat selagi pendapatan tidak sama.
Komunitas elite , komunitas abu abu , komunitas yang merampas tugas Iblis dan mengacaukan tugas manusia. Hingga , tidak perlu diperdebatkan tentang makro ekonomi yang tinggi harus dibayar dengan semakin luasnya gap antara yang kaya dan miskin. Jangan pula disesalkan bila alam dikuras menimbulkan bencana bagi orang banyak. Jangan pula bersedih bila potensi alam diobral kepihak asing. Jangan pula terkejut bila ulama lebih suka tampil di TV daripada hadir bersama misionaris di daerah terpencil. Jangan pula meratap bila daerah kumuh harus digusur untuk pembangunan super block Jangan pula marah bila porno aksi dan porno graphi adalah keseharian yang kita lihat di TV dan dijalanan. Semua itu ada pembenaran dalam retorika yang sulit dipahami oleh komunitas yang berwajah muram , yang berada di kubuk perkotaan, didesa desa , dibalik gunung dan lembah , dipulau pulau terpencil. Komunitas yang akrab dengan PHK, pernggusuran, bencana Alam, kelaparan, wabah penyakit, kebodohan , pengangguran.
Besok tahun 2008 menjemput kita. 2007 ada dibelakang kita. Tentu komunitas elite direpublik ini akan tertawa dalam kemenangan. Diluar itu terdapat mereka yang hanya diam memaknai tahun baru karena esok masih tanda tanya atau mungkin mereka bingung karena tidak pernah tahu tentang tahun , apalagi mempertanyakannya. Masa lalu itu berhubungan dengan masa kini , dan masa depan seperti kata orang bijak ” Dengan berdiam tentang kezoliman, dengan menguburkannya jauh didalam diri kita...., kita menanamnya” Kelak kejahatan yang ditanam kemarin dan hari ini akan tumbuh berlipat ganda...Semua terserah anda untuk menyikapi sang waktu dan memaknai pergantian tahun...Ingatlah firman Allah ” Demi waktu , sesungguhnya manusia itu hidup dalam keadaan merugi. Kecuali , orang yang beriman dan melakukan perbuatan baik, saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran.”
Dalam kehidupan selanjutnya antara yang hitam dan putih melebur manjadi abu abu. Manusia dan Iblis saling memanfaatkan.. Tidak tahu siapa memanfaatkan siapa. Yang jelas manusiapun membangun system yang sehingga kejahatan tersetructure dalam kebijakan Public dan budaya materialisme, hedonismo. Premanisme bersandal jepit dan berdasi ada disetiap sudut kehidupan. Akibatnya mungkin kini baru disadari oleh Iblis bahwa manusia memang pantas disujud. Manusia ternyata lebih canggih dari Iblis soal menciptakan kerusakan ketika mereka masuk dalam wilayah abu abu. Bahkan ada anekdot mengatakan , “ disini iblispun terampas pekerjaannya…”
Dalam ruang abu abu inilah bersemayam komunitas elite yang punya dokrin dan bahasa yang sama. Seperti komunitas pengusaha bicara tentang “ buy low , sell high and pay later. Dan later , never comes. Kredit macet adalah biasa.. Politisi menggantinya menjadi “promised now and pay tomorrow. Tapi tomorrow never come. Amanah menjadi bahan tertawaan sarapan pagi. Diluar komunitas mereka adalah komunitas lain layaknya deretan barang dietalage yang sudah dibandrol. Soal harga tergantung tempat dan packaging. Semakin mewah tempatnya dan indah packaging nya maka semakin mahal pula harganya. Suara bisa dibeli, hukum diperdagangkan, Image bisa dibangun. Ketulusan , jangan tanya,! Apalagi keadilan.
Maka lihatlah ketika waktu berlalu dan tahun berganti , yang terjadi adalah permainan sirkus kepatutan moral. Kualitas bukan ukuran tapi loyalitas sebagai penentu. Kader partai berkualitas tersingkir . digantikan oleh kader yang loyal berbagi kepada partai. Barang tidak perlu berkualitas tapi cukup ciptakan image agar konsumen loyal .Semua itu , dikemas dalam retorika magic word ; we care you, we serve you. Lagi lagi iblispun kalah jauh dengan manusia soal menggoda dan menghasut. Diruang elite itu kebusukan. kerakusan tersembunyi dibalik pidato, ruang seminar , keramah tamahan dan senyuman. Tidak ada persahabatan sejati yang ada hanyalah kepentingan. Akan selalu berbeda pendapat selagi pendapatan tidak sama.
Komunitas elite , komunitas abu abu , komunitas yang merampas tugas Iblis dan mengacaukan tugas manusia. Hingga , tidak perlu diperdebatkan tentang makro ekonomi yang tinggi harus dibayar dengan semakin luasnya gap antara yang kaya dan miskin. Jangan pula disesalkan bila alam dikuras menimbulkan bencana bagi orang banyak. Jangan pula bersedih bila potensi alam diobral kepihak asing. Jangan pula terkejut bila ulama lebih suka tampil di TV daripada hadir bersama misionaris di daerah terpencil. Jangan pula meratap bila daerah kumuh harus digusur untuk pembangunan super block Jangan pula marah bila porno aksi dan porno graphi adalah keseharian yang kita lihat di TV dan dijalanan. Semua itu ada pembenaran dalam retorika yang sulit dipahami oleh komunitas yang berwajah muram , yang berada di kubuk perkotaan, didesa desa , dibalik gunung dan lembah , dipulau pulau terpencil. Komunitas yang akrab dengan PHK, pernggusuran, bencana Alam, kelaparan, wabah penyakit, kebodohan , pengangguran.
Besok tahun 2008 menjemput kita. 2007 ada dibelakang kita. Tentu komunitas elite direpublik ini akan tertawa dalam kemenangan. Diluar itu terdapat mereka yang hanya diam memaknai tahun baru karena esok masih tanda tanya atau mungkin mereka bingung karena tidak pernah tahu tentang tahun , apalagi mempertanyakannya. Masa lalu itu berhubungan dengan masa kini , dan masa depan seperti kata orang bijak ” Dengan berdiam tentang kezoliman, dengan menguburkannya jauh didalam diri kita...., kita menanamnya” Kelak kejahatan yang ditanam kemarin dan hari ini akan tumbuh berlipat ganda...Semua terserah anda untuk menyikapi sang waktu dan memaknai pergantian tahun...Ingatlah firman Allah ” Demi waktu , sesungguhnya manusia itu hidup dalam keadaan merugi. Kecuali , orang yang beriman dan melakukan perbuatan baik, saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran.”