Thursday, February 14, 2008

Syirik ?

Apa yang kita katakan atau terucap dari mulut kita maka itu akan dimintai pertanggungan jawab di akhirat kelak. Orang bijak berkata bahwa mulutmu harimau mu. Ya, dengan kata kata kita bisa tergelincir dalam syirik. Ini merupakan dosa terbesar diantara dosa. Bahkan Allah dapat mengampuni dosa apapun selain syirik. Apa yang membuat kita tergelincir dalam syirik? Bila kita meng idolakan manusia dan memberikan penghormatan berlebihan hingga kita menyebutnya ”tuan. Nabi bersabda sebagaimana di riwiayatkan oleh Abu Daud "Janganlah kalian memanggil orang munafik dengan panggilan tuan karena jika dia memang seorang tuan, maka dengan panggilan itu kalian telah membuat Tuhan kalian murka." Mungkin kita jarang menyebut seseorang yang dihormati itu dengan tuan, walau ada juga disebagian kecil budaya pembantu (jongos ) memanggil induk semangnya dengan sebutan Tuan atau juragan ( gan ).

Tapi hakikatnya bila sebutan itu diiringi oleh rasa takut maka apapun panggilan kita sudah sama dengan berTuhan-kan orang lain. Kalau kita ingin memanggil seseorang dengan sebutan “bapak” “ pak “ bu” tak lain karena kita menghormati orang itu secara pantas. Rasa hormat lebih kepada menjaga etika untuk mengasihi. Bukan karena rasa takut.. Ya, rasa takut, seperti takut tidak naik pangkat, takut permohonan tidak disetujui, takut orang tidak beli, takut orang tidak mencintai. Kita dengan entengnya merasa tak berdosa bila menghamba kepada orang yang lebih tinggi jabatannya. Yang lebih tinggi hartanya. Yang lebih tinggi ilmunya. Tanpa disadari kita sudah terjebak dalam syirik. Dalam setiap sholat kita selalu berikrar bahwa ”sholatku, hidupku, matiku hanya untuk Allah ”. Tapi dalam kehidupan sehari hari kita berharap kepada manusia untuk naik pangkat, untuk dapat modal, untuk mendapatkan kemudahan urusan dunia. Maka itu sudah sama saja dengan meperTuhan-kan manusia.

Era sekarang adala era puji , era jaim dan sembahan kepada manusia. Ini benar benar budaya brengsek. Itu sama saja kita minta tolong kepada Allah dan juga kepada manusia. Sifat seperti ini , menurut sabda Rasulullah, berarti telah menyekutukan Allah. Syrik. Apalagi orang yang kita hormati dan takuti itu adalah orang munafik, sungguh aqidah kita sudah terjual hanya karena mengharapkan imbalan duniawi.Yang wajib di takuti adalah Allah. Yang wajib tempat kita minta tolong adalah Allah.Titik!. Mungkin sudut pandang orang lain tentang mengharapkan selain kepada Allah, adalah sudut pandang seni promosi atau seni menjual. Karena manusia sangat senang dihormati dan dipuja. Bila manusia sudah senang maka tentu apa saja keinginan akan terpenuhi. Wah, ini sangat salah.

Ketahuilah bahwa ada proses yang disebut dengan aksi reaksi. Bila kita berharap gaji naik atau pangkat naik maka bekerja benarlah , jujurlah, perbanyaklah ilmu, maka gaji dan pangkat akan naik.. Kalau anda inginkan modal untuk berusaha maka belajarlah untuk menabung, berhemat, tingkatkan kinerja dan kemampuan skill serta kejujuran. Akan banyak orang bermodal yang membutukan integritas dan reputasi seperti itu. Mereka tahu kemampuan anda dan dia yakin modalnya akan bertambah karena anda. Bila anda bicara dengan mereka untuk dapatkan modal maka itu adalah bicara tentang sinergi, tentang kolaborasi, tentang kemitraan. Bukan penyembahan. Pribadi yang baik , yang punya rasa tanggung jawab tidak akan mengalami kesulitan untuk dicintai orang lain, Pria dan wanita adalah manusia yang suka akan pribadi yang baik untuk saling mencintai. Jadi tidak perlu bujuk rayu dengan sembahan seakan ”hidupku sirna tanpamu”. Andai upaya kebaikan itu semua tidak membuahkan hasil, maka anda sudah mendapatkan nilai ibadah disisi Allah. Tidak perlu nilai disisi manusia.

Ya, dalam budaya keseharian, harus ada kemauan untuk berubah dari pribadi yang menyembah manusia menjadi penyembah Allah. Penyembah kebenaran , kebaikan dan keadilan, untuk hanya beribadah kepada Allah. Maka memberi dan menerima akan menjadi wahana saling berbagi bukan penindasan psikis. Rasa hormat akan terbangun seiring terbentuknya cinta dan kasih sayang didalam diri manusia. Bukan soal siapa kamu tapi apa yang bisa aku perbuat untuk kamu dan selanjutnya berserah diri kepada Allah., Karena Allah tempat kembalinya semua urusan. Ya, kan.

Friday, February 08, 2008

Tafakkur

Kemarin saya bertemu dengan sahabat terbaik saya. Dia baru saja kembali dari berlibur bersama keluarganya. Dua minggu dihabiskan untuk bukan hanya berlibur tapi juga bertafakkur. Banyak pihak dalam kalangan islam yang menolak ritual tafakkur karena dianggap bid’ah. Pemikir islam liberal termasuk yang menentang keberadaan tafakkur yang dianggap sebagai sumber kemunduran umat. Bagi mereka pemahaman unsur psikologis, biologis sosial dan kultural sebagai unsur-unsur pembentukan perilaku manusia, dengan alasan, mudah didefinisikan jika dibandingkan dengan sisi spiritual. Padahal inilah yang membuat umat islam renta dengan pengaruh budaya materialitis dan tersesat ditengah kebenaran Al-quran dan hadith.

Awal dari segala perbuatan adalah kegiatan berfikir dan kognitif dialam sadar. Berdasarkan hal itu, orang perlu bertafakur sehingga dengan mudah melaksanakan segala ibadah dan ketaatan lainnya. Dalam hal ini Al Ghazaly dalam Ihya'nya mengatakan: "Jika ilmu sudah sampai dihati, keadaan hati akan berubah, jika hati sudah berubah, perilaku anggota badan akan berubah. Perbuatan mengikuti keadaan (hal), keadaan mengikuti ilmu, dan ilmu mengikuti pikiran, oleh karena itu pikiran adalah awal dan kunci segala kebaikan, dan yang menyingkapkan keutamaan tafakkur. Pikiran lebih baik daripada dzikir, karena pikiran adalah dzikir plus". (Abu Hamid Al Ghazaly, Ihya' ulumuddin jilid IV hal. 389).

Sebagaimana kegiatan berfikir adalah kunci kebaikan dan amal shaleh, ia juga merupakan segala perbuatan lahir dan batin. Oleh karena itu, hati yang selalu merenung atau bertafakkur tentang ketinggian dan keagungan Allah Swt, serta memikirkan kehidupan akhirat, akan dapat membongkar dengan mudah niat-niat jahat yang terlintas dalam benaknya. Karena, ia memiliki kepekaan dan ketajaman sebagai hasil dzikir dan tafakkurnya yang berkesinambungan itu. Setiap kali terlintas suatu niat jahat atau buruk kedalam hati, maka pikiran, perasaan dan pandangan baiknya dapat segera mengetahui dan menguasainya, lalu menghancurkan keberadaannya. Seperti anggota badan yang sehat dapat menolak dan menghancurkan penyakit yang mencoba menghinggapinya.

Seorang yang alim yang menyambung malam dan siang dengan tafakkur tentang keagungan Allah, tentang kehidupan dunia dan akhirat adalah seorang yang terjaga. Manakala terlintas sedikit saja niat jelek yang mencoba menghampirinya, api kebaikan akan menghantamnya atau membakarnya, seperti lemparan api yang menjaga langit dari intaian syetan yang hendak mencuri pendengaran; "sesungguhnya orang-orang yang bertakwa apabila mereka ditimpa was-was dari syetan, mereka mengingat Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya" (QS 7:201).

Jadi, tafakkur memanfaaatkan segala fasilitas pengetahuan yang digunakan manusia dalam proses berfikir. Tafakkur adalah menerawang jauh dan menerobos alam dunia kedalam alam akhirat, dari alam ciptaan menuju kepada pencipta. Loncatan inilah yang disebut al ibrah, melihat jauh sarat pengetahuan. Berfikir kadang hanya terbatas, pada upaya memecahkan masalah-masalah kehidupan dunia, yang mungkin terlepas dari emosi kejiwaan, sedang tafakkur dapat menerobos sempitnya dunia ini menuju alam akhirat yang luas, keluar dari belenggu materi menuju alam spiritual yang tiada batas. Mungkin hal ini yang dimaksudkan oleh psikolog sebagai kecerdasan jiwa yang hebat.

Perwujudan tafakkur memiliki dan melalui tiga fase dan berakhir pada fase keempat, yang disebut istilah "syuhud". Pertama adalah memahmi ilmu pengetahuan dari kemampuan berpikir, melihat, meraba dan merasakan. Sama seperti kita mengagumi internet yang dapat berkomunikasi tanpa mengenal ruang dan waktu, pada fase ini antara pandangan seorang mukmin dan orang kafir tidak ada bedanya Selanjut fase kedua , yaitu apabila kekaguman ini membuat hati bergolak dan memuji kebesaran Allah yang telah menciptakan akal yang sehingga membuat dunia tanpa batas . Fase ini tadhawwuk, pengungkapan rasa kekaguman terhadap ciptaan atau susunan alam yang indah, fase ini dapat dirasakan, baik oleh orang mukmin maupun oleh orang kafir, tanpa melihat sisi keimanan atau sisi kekufuran. Akan tetapi, pada fase pengetahuan ketiga yang menghubungkan antara perasaan akan keindahan ciptaan dan kerapian tatanan alam dengan penciptanya yang maha agung dan maha tinggi, merupakan nikmat besar yang hanya dapat dirasakan oleh orang mukmin.

Fase-fase tersebut merupakan perjalanan yang akan dialami oleh setiap orang yang melakukan tafakkur. Pada fase-fase ini adakalanya orang hanya sampai kepada keadaan primitif yaitu fenomena alam, baik yang kasat mata maupun yang abstrak (ghaib), yang oleh orang tertentu dimanfaatkan untuk melihat (kasyaf), yang lebih halus, pengobatan, dan kekuatan yang luar biasa. Jarang yang sampai menuju Syuhud, Padahal syuhud adalah kunci pembuka hijab dan juga kunci membuka pintu sorga. Dan sifat syuhud tiada lain adalah sabar, ikhlas, tawadhu (rendah hati) dan sifat terpuji lainnya. Akhlak tersebut tidak dipaksakan, tetapi muncul apa adanya sebagai refleksi syuhud.

Saturday, February 02, 2008

Uang ?

Uang adalah konspirasi yang tak diucapkan. Dia mungkin hadir dalam ruang sempit dan sejuk. Kita juga tahu bahwa ia hanyalah selembar kertas atau selembar cek atau logam atau emas. Dia menjadi status dan khayalan bagi siapa saja. Berpindah terbang semudah angin dari satu rekening kerekening lintas benua. Tapi bagaimanapun , kita semua , membuat uang begitu penting. Money is the second god on the world, begitu kata orang Yahudi. Sejumlah uang menggiring orang berdemotrasi. Sejumlah uang Pemilu tidak lagi rahasia. Sejumlah uang dapat berinitial suap atau upeti atau hadiah atau apa saja yang tentu menggairahkan bagi yang menerima. Rezim otorites terbentuk dan uang mengalir kepundi penguasa. Demokrasi terbentuk dan uang mengalir kekantong anggota dewan dan partai. Ini budaya setua peradaban manusia sejak dahulu kala.

Uang, bahkan ia sanggup membuat kumpulan orang orang terhormat di senayan menjadi betah disana. Menciptakan ruang berdebat dan bertanya kepada pemerintah. Disana lebajikan menjadi hablur manakala uang berbicara walau tak bersuara. Koalisi dibentuk dan uang terdistribusi. Kompromipun menjadi kewajaran selagi pendapatan sama. Namun, karena uang pula BI dengan integritas tinggi pencetak uang terjebak diruang terhormat itu. Uang ada di BI dan mengalir keruang DPR komisi IX. Para petinggi ketika itu berkuasa , ada yang sekarang duduk sebagai ketua BPK dan satu lagi besan President dan sebagian sekarang menjabat sebagai dewan Gubernur. Uang berbicara dan besuara. Semua berdalih dan berlindung dibalik hokum. Uang, jarak antara hokum dan moral memang tidak ada. Jarak antara nasionalis dan criminal tidak ada.

Bagaimana suatu tugas moral terpilih atas nama rakyat harus menetapkan tarip dari sebuah kompromi tentang kebijakan masa depan pengelolaan moneter Negara seperti RUU Likuidasi Bank, RUU Lembaga Penjamin Simpanan, RUU Kepailitan, dan RUU Transfer dana. Mengapa BI harus mengeluarkan dana dari YPPI (Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia) sebesar Rp. 100 milliar. Inilah yang harus dijawab oleh hukum daripada mengejar siapa yang menerima dan memberi. Tapi lagi lagi esensi moral memang tidak pernah tersentuh hokum manakala berbica soal uang. Peristiwa korupsi berupa uang sogok telah membuat perhatian public teralihkan dari masalah esensi tentang keberadaan RUU itu sendiri.. Padahal masalah ini lebih penting diusut untuk mengetahui sejauh mana manfaat UU tersebut untuk kesejahteraan rakyat. Mengapa pejabat BI begitu berambisi untuk meng golkan RUU sehingga uang bertaburan dalam setiap pembahasan Rancangn Undang Undang.? Mengapa ?

Dari informasi yang saya dapat dari pejabat bank asing mengatakan bahwa ini semua berkaitan dengan RUU Lembaga Penjamin Simpanan dan RUU transfer dana. Sebagian lembaga Asuransi Asing dan Lokal berusaha mengambil manfaat dari RUU Lembaga Penjamin Simpanan. Busness Re insurance dari Lembaga Penjaminan Simpanan memang menyangkut business dengan fee raksasa. Ini ladang business baru dan peluang besar untuk mendapatkan untung dari system moneter bebas. Juga ada pesan sponsor agar BI melakukan modernisasi Transfer Dana dan menghilangkan border dengan Global Payment Management System. Akibatnya lintas dana menjadi borderless dan serba digital atau script less. Ini adalah grand design untuk meng integrasikan system moneter kita kedalam globalisasi pengelolaan dana. Dengan UU ini maka International Private Banking menjadi legitimate untuk interconnection dengan Offshore Financial Center ( OFC) , tentu tujuannya adalah memanjakan pemilik rekening kakap dan uangpun dapat bebas berbicara tanpa bersuara tak terlacak. Akhirnya uang dalam system kapitalisme modern memang harus "non disclosure" atau tidak mengenal transfarance. Demokrasi , paradox bila soal uang, tidak ada bedanya dengan rezim otoriter...Siapakah sponsor dibalik ini semua ???

Pemerintah

Saya sering datang berkunjung kekantor instansi pemerintah. Tentu setiap kedatangan saya dengan alasan berbeda.. Saya bukanlah satu satunya pengunjung. Di instansi pemerintah itu selalu saja ramai dikunjungi orang.. Ramai atau tidak pengunjung namun suasana kantor tetap dengan irama yang sama. Seperti pegawai negeri yang asyik baca koran. Berdiskusi soal acara sinetron yang tadi malam ditonton. .Berbisisk bisik diantara mereka. Kadang terdengar juga suara tawa tertahan. Ketika pulang , maka kesimpulan saya juga sama bahwa saya memandang satu bentuk yang bernama pemerintah, yang tak lebih menyerupai loby hotel.

Anehnya, setiap orang berbicara tentang pemerintah bila harga melambung, jalanan macet, jalanan berlubang. Seakan ”pemerintah ” adalah kata kunci untuk dimintai pertolongan. Saya bingung bila eksistensi pemerintah masih dianggap ada. Bagaimana kita bisa berharap kepada orang orang yang suka duduk di kantor sambil diskusi soal sinetron, baca kora , berbisik bisik dan kadang kala beristirahat lebih dari 8 jam sehari atau bahkan ada yang datang sebentar dan kemudian pulang. Bagaimana bisa dipahami bila soal sepele perijinan butuh waktu lebih dari 30 hari untuk sampai kemeja walikota setelah berputar putar dari satu meja kemeja berikutnya. Disebelah lain,lihatlah kelakuan elite politik disenayan. Tidak jauh beda. Rapat paripurna diisi oleh manusia kardus yang tertidur pulas. Rapat kerja yang hanya dihadiri segelintir anggota. Selebihnya ngobjek diluar. Hebatnya , Republik ini tidak runtuh, walau jembatan rubuh, bendungan jebol, Jalan rusak berat , rel kereta dicuri orang, rumah sakit di BOT kan , Universitas di komersialkan. Republik ini semakin pongah dan kantor Pemerintah terus direnovasi dari tahun ketahun.

Mungkin, dari sudut kacamata orang asing , ini adalah negeri ajaib karena dengan APBN yang 70% habis terkuras untuk belanja pegawai negeri , republik ini masih utuh dan rajin membagi bagikan uang kepada rakyatnya lewat Bantuan Tunai Langsung. Ada alasan yang terus diungkapkan dalam setiap seminar bahwa birokrasi ada bukti kekuatan dari mesin pemerintahan yang efektive. Benarkah itu ? Ini bukan keajaiban melainkah upaya kolektive saling memahami dari keberdaan system yang korup. Lihatlah , pemerintah membiarkan para pegawainya berpura pura kerja supaya merekapun bisa terus berpura pura menggaji mereka. Masyarakatpun larut dengan budaya pura pura ini karena semua bisa dibuat pura pura legal untuk mendapatkan cap dan tanda tangan. Dengan ini dapat disimpukan adalah ,pertama jadilah birokrasi sebagai ilusi tentang ketertiban dan keadilan. Kedua, sebagai tempat menampung lapangan kerja bagi mereka yang bermental sapi

Penjara yang setiap hari tidak berhenti kedatangan pendatang baru. Rumah sakit tidak pernah sepi dari mereka yang sakit kurang gizi. Infrastructure ekonomi yang terus rusak tambal sulam tapi gedung pemerintah terus dipercantik dan ditambah. Lembaga barupun terus bermunculan dan pegawai barupun ditambah. Republik ini tetap saja exist dan birokrasi tetap jalan. Karena rakyat membayar pajak dan pegawai minta disuap oleh rakyat. Bila sudah begini maka pemerintahan bermakna ketertiban dan keadilan adalah sebuah fiksi. Fiksi ini harus terus dibangun karena masyarakat takut dengan revolusi yang akan melahirkan chaos. Itu sebabnya negara bukanlah status yang menarik bagi Karl Max dan menjengkelkan bagi penganut neo liberal. Kalr Max , membayang negara akan terdulusi bila masyarakat sama rata sama rasa terbentuk. Neo liberal yang dimotori oleh Partai Republik AS , juga berpikir peran negara harus terdulusi bila mekanisme pasar bekerja dan terintegrasi secara global.

Bagi orang cerdas , energic , inovative, negara tidak lebih adalah a necessary evil. Makhluk jahat yang dipaksakan ada karena takdir namun harus diminimalkan perannya, kalau ingin peradaban manusia terjaga adil. Yang minimal ini, adalah negara yang mengurus catat mencatat, tidak teknorat, tidak sentralisasi. Peran negara dilaksanakan oleh organisasi yang diisi oleh orang orang yang bermental negarawan, amanah dan religius. Para ahli dan professional berada di obit luar pemerintahan untuk menjadi fuel dan rakyat sebagai mesin untuk terciptanya masyarakat madani. Mungkinkah ini dapat terjadi di Indonesia , ditengah situasi jual beli kekuasaan terus terjadi...

Sunday, January 27, 2008

Soeharto

Dari kematian Soeharto ada pertanyaan bisu, tentang salah dan tidak salah.Ajal memang membuat banyak hal jadi tak jelas. Kita tidak tahu kenapa sebuah kehidupan yang bergairah pada suatu saat akhirnya terhenti dan kenapa selalu ada yang akan hilang dari sebuah kebersamaan. Orang bijak berkata bahwa waktu adalah sebilah pedang. Ia benar. Waktu mengukir proses, tapi juga memenggal. Umur memendek, rambut menipis, jantung melemah, kayu dikusen akan melepuk dan bumi kian kehilangan kesejukan. Seakan hidup hanya energy hangat yang mesti luput, seperti matahari yang pelang pelan meluputkan diri dari ladang. Hidup adalah ketidak berdayaan sejati. Semua berlalu dalam proses menuju kepastiaan,. Kematian.

Soeharto atau Orde baru memang lahir dengan rasa jenuh, mungkin jijik , mungkin gentar terhadap apa yang disebut ”Politik pluralisme”. Sebelum 1966, partai partai pegang peranan penting dalam menampung aspirasi rakyat. Mereka berperan pula merumuskan semua kebijakan atas nama rakyat dan menggerak massa untuk melaksanakan kebijakan itu. Dari atas turun kebawah dan dari bawah meluas keseluruhnya. Soeharto menciptakan kekuasaan dari kejenuhan ” era lama”. Ini tuntutan rakyat yang tak pernah menuai janji politisi tentang hidup makmur dan sejahtera. Ini soal pilihan situasional bila partai harus diciutkan, hak bersuara harus dibungkam, ulama masuk penjara, lawan politik diasingkan. Semua itu dengan satu keyakinan tentang perlunya stabilitas politik , stabilitas ekonomi , stabilitas keamanan. Rakyat tidak butuh kebebasan asalkan mereka tidak sulit membeli pangan, papan dan sandang. Soehato memenuhi janjinya walau harus berhutang kepihak asing. Rakyat butuh stabilitas. Ini soal pilihan dari kekesalan masalalu yang harus antri beras dan makan katul.

Kini , mengenang Soeharto adalah ketakutan tentang militer. Kita tak ingin apapun yang berbau militer hadir dalam ruang diskusi. Kita tidak ingin militer ikut bersuara. Semua yang berbau militer adalah anti HAM. Semua yang berbau agama adalah teroris atau anti pluralisme. Demokrasi tiran yang dikemas dalam jargon pluralisme, kebebasan sebebasnya. Sehingga syah saja bila president dan wakilnya jadi bahan dagelan di TV. Demokrasi terbebas didunia. Pers terbebas didunia, Porgnographi terbebas didunia. Korupsi terbebas didunia. Inipun adalah pilihan situational akibat masa lalu menakutkan. Kini tidak ada lagi demontrasi kesenayan. Disana tidak ada pekik. Yang ada hanyalah loby politik dan kompromi. Tawar menawar akan menjadi galib dan orang akan mulai melihat kebajikan dari kompromi. Tidak ada lagi suasana yang dibentuk oleh krisis. Dan kehidupan kini tidak jauh beda ketika era Soekarno, antri minyak, antri beras dan busung lapar. Sepuluh tahun setelah pilihan kita. Apakah kita puas dengan kebebasan? Apakah kita merindukan stabilitas ? waktu terus berjalan dan terasa hambar, seperti sekedar mencuci botol bekas. Tapi adakah ia akan kehilangan makna dihadapan kita ?

Soekarno, Soeharto, juga adalah kita semua. Yang kadang lupa ketika menuangkan anggur kedalam gelas sambil duduk berdiskusi diruang terhormat, kita sebetulnya hidup dalam keangkuhan dihadapan sang waktu. Padahal tak ada satupun manusia dapat tabah menghadapi Maut, walau tadinya begitu yakin memperalat dunia tempat kita berada. Kita memang tidak berdaya , lemah dan zolim dengan segala pilihan kita. Hidup juga tak menakjubkan hanya karena retorika tentang sang maha Ada, sang maha Suci. Retorika tentang kebebasan,kesetaraan, perdamaian. Hidup tidak menentramkan tentang stigma militer dan sipil, tentang demokrasi dan otoriter. Hidup menakjubkan dan menentramkan karena kita, disituasi yang mendung , memetik buah yang ranum dan mencicipinya , dan membaginya...Bisakah

"Selamat jalan Pak Harto..."

Friday, January 18, 2008

Restorasi

Teman saya yang kebetulan adalah salah satu direksi diperusahaan raksasa disuatu Negara tetangga. Dia nampak bingung dan tidak habis piker dengan menyaksikan keadaan perusahaannya dari tahun ketahun terus menurun kinerjanya. Padahal perusahaan ini menguasai resource yang sangat besar. Juga pasar yang sangat besar dan bahkan hampir menguasai 70 % pasar domestic. Tapi mengapa sangat lemah sekali menghadapi kompetisi. “Apakah SDM yang tidak berkualitas ?” tanya saya. Dia jawab bahwa “ hampir semua lini meneger S2 bahkan ada yang S3. Soal SDM kita terbaik “ Terus saya coba bertanya lagi dengan teman ini “ apakah anda sudah melakukan management audit dan financial audited secara menyeluruh “ ? Dia jawab bahwa “ sudah dan hasilnya selalu ada solusi untuk perbaikan namun nyatanya perbaikan tidak pernah terjadi. “ Memang perusahaannya belum bangkrut tapi sedang menuju kebangkrutan total. Dia resah.

Secara pribadi dia meminta saya untuk membaca seluruh data keuangan perusahaan dan memberikan kesempatan saya untuk meninjau lingkungan perusahaannya. Saya bersama team saya tidak membutuhkan waktu berlama lama untuk mencari tahu tentang kondasi perusahaan ini dan juga tidak butuh waktu lama untuk memberikan terapi agar perusahaan dapat keluar dari krisis. Hasilnya saya sampaikan kepeada teman ini bahwa hampir dua pertiga resource perusahaan terpakai untuk kegiatan operasional yang tidak ada hubungannya dengan pengembangan perusahaan. Seperti research, Pengembangan technology produksi, pelatihan , perluasan sinergi investasi. Perusahaan dengan resource yang besar memang mampu meningkatkan penjualan namun biaya operasional semakin meningkat dan harga juga terus turun karena factor kompetisi.Akibatnya laba semakin terkuras. Lambat namun pasti pesaing semakin kuat dan penjualan menurun sementara harga tidak bisa dikoreksi karena sudah terlanjur jatuh. Perusahaanpun semakin terjebak dengan high cost, low selling price. Ini jebakan mematikan. Jalan keluarnya hanya satu , yaitu restructurisasi dan rasionalisasi. Nah inilah yang sulit karena para petinggi perusahaan sudah terlanjur senang dengan segala facilitas yang ada dan malas untuk mengambil resiko untuk tujuan restucturisasi dan rasionalisasi. Mereka terus asik dengan berbagai strategy tanpa melihat kenyataan dimana structure perusahaan sudah tidak sehat untuk bersaing dan eksis.

Apa yang dialami oleh teman saya ini , sebetulnya juga banyak dialami oleh perusahaan raksasa. Memang diluar mereka nampak hebat. Apalagi dengan fasilitas direksi dan managemern,yang berstandard international. Tapi mengapa berbagai perusahaan raksasa yang tadinya terdaftar dalam 500 fortune dan akhirnya rontok dimakan banyak skandal. Dan itu terjadi sangat cepat. Jawabnya sederhana bahwa mereka para penangggung jawab terjebak dengan permainan akuntasi dalam mengotak atik neraca keuangan perusahaan. Juga didukung oleh Financial analysis yang gemar memasukkan data data prediksi dengan segala asumsi asumsi yang dipaksakan agar hasilnya memuaskan pemegang saham dan akhirnya tetap memberikan kesempatan direksi untuk terus memburu impiannya. Ini disebut dengan penyakit fundamental , yang tidak mau melihat data fundamental. Asumsi dan rasio keuangan selalu dijadikan acuan untuk menilai kinerja perusahaan. Dari sinilah banyak celah terjadinya skandal dikala perusahaan diambang kehancuran.

Keadaan tersebut diatas tidak jauh berbeda dengan situasi negara kita sekarang. Walau begitu banyak analisa makro dibuat dan digambarkan dengan berbagai asumsi untuk rencana kedepan namun nyatanya negara tidak pernah keluar dari masalah. Rasio pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat tidak ada hubungannya. Semua itu hanya ada dalam catatan pejabat otoritas moneter. Padahal senyatanya fundamental negara kita memang sangat lemah. Coba bayangkan pada tahun 2007, APBN mncapai Rp. 763 triliun. Dari sejumlah ini 70% habis untuk biaya operasional yang tidak ada kaitannya dengan peningkatan sumber daya manusia, research dan tekhnology , perluasan infrastructure., dll. Hanya 30% dari total APBN dipakai untuk tujuan pembangunan. Namun dari 30% ini daya serapnya hanya 70% atau 21 % dari total APBN. Artinya Seluruh pegawai negara baik itu xecutive, legislative, yudikatif menghabiskan anggara sebesar 70% dari APBN dengan kinerja hanya 21% dari total APBN. Ini artinya bila asumsi satu berbanding satu maka kemampuan organisasi negara adalah sebesar minus 300% dari hasil yang dicapai.

Kondisi diatas sangat tidak efisien. Jalan keluarnya hanyalah melalui restructurisasi dan rasionalisasi. Tapi banyak restucturisasi dan rasionalisasi mengalamai kegagalan karena tidak didukung oleh perbaikan system dan pengembangan budaya yang beroirientasi kepada hasil dan tanggung jawab. Restructure hutang adalah mutlak apapun resikonya. Walau akan diembrgo oleh luar negeri. Mengalokasinya untuk peningkatan sumber daya manusia dan perbaikan lingkungan. Reorientsi kebijakan investasi dari investor private kepada investor financial untuk memperkuat pasar uang / modal domestik sebagai financial resouce dalam negeri. Reorientasi kebijakan industri dalam negeri yang mendorong pertumbuhan industri pengolah hasil pertanian dan tambang. Reorientasi pasar dalam negeri dengan memberikan ruang dan akses seluas mungkin bagi UKM untuk eksis. Reorientasi kebijakan privatisasi BUMN melalui standard Public Service Obligation. Disisi hukum adalah memberikan kekuatan penuh kepada president untuk mengambil kebijaksanaan dengan menghidupkan kembali Garis Besar Haluan Negara sebagai ketetapan MPR, yang merupakan payung dari semua UU tentang kebijakan dibidang moneter, fiskal, budaya, sosial. Law enforcement secara systematis untk mengikis pratek korupsi disegala bidang. Reorganisasi birokrasi yang sesuai dengan demokratisasi pelayanan.

Disinilah dituntut keberanian dan tekad dari semua eksponen bangsa untuk menerima ini sebagai suatu kenyataan untuk kemudian melakukan restorasi secara menyeluruh. Walau terapi ini sangat menyakitkan dan penuh dengan penderitaan , tidak akan masalah kalau itu bertujuan untuk kehormatan dan harga diri sebagai negara berdaulat. Masalahnya adakah keberanian dari elite politik untuk melakukan ini ? Selagi tidak ada keberanian maka negeri ini tidak akan pernah bisa keluar dari masalah. Siapapun kelak yang jadi president.

Saturday, January 12, 2008

HANURA

Didalam diri kita ada tiga hal yang membentuk kita dan juga menentukan pribadi kita. Yaitu hati nurani , akal dan nafsu. Kalau dianalogikan maka Hati Nurani itu adalah Hakim Agung. Akal adalah raja. Nafsu adalah Laskar. Artinya dalam diri kita haruslah akal sebagai raja yang tunduk dengan keputusan hati nurani sebagai Hakim Agung untuk memerintahkan nafsu ( laskar ) untuk berbuat dan bertindak. BIla kita mampu mengoranisir ketiga hal ini dalam kehidupan kita maka kita akan menjadi manusia prima sebagai rahmatan lilalamin. Namun bila nafsu sebagai raja maka nurani sebagai hakim agung akan diabaikan dan akal kita akan menjadi moster untuk menyesatkan dan menindas orang lain. Bila Nurani sebagai raja dan akal sebagai hakim maka nafsu akan lemah berbuat dan kita akan hidup dalam philosopy tanpa berbuat apapun.

Sebagai Hakim agung maka nurani begitu pentingnya dalam diri kita.. Nurani sebetulnya berasal dari bahasa Arab ( =NUR) yang berarti cahaya. Kemudian ditambah menjadi NURANIYYUN yang artinya “bersifat cahaya”. Dalam Al Qur'an, nurani disebut dengan nama bashirah, (Q/75;14-15) yang mengandung arti pandangan mata batin sebagai lawan dari pandangan mata kepala. Bagi orang yang nuraninya sehat, pandangan mata hatinya lebih tajam menembus dimensi ruang dan waktu, berbeda dengan “mata kepala” yang sangat terbatas jangkauan pan­dangannya. Bagi orang yang “mata hatinya” buta, maka ketajaman penglihatan “mata kepala” tidak banyak membantu menemukan kebenaran (Q/22:46 ). Nurani bagaikan kotak hitam (black box) di dalam hati, sebagai sub sistem yang bekerja secara konsisten ter­hadap kebenaran dan kejujuran.. Dengan demikian nurani adalah cahaya yang ditem­patkan oleh Allah di dalam hati setiap manusia; Cahaya ini pula yang menyebabkan manusia rindu kepada Tuhan, yang menyebabkan manusia bisa menangis ketika berdoa, yang menyebabkan manusia tak terkecoh oleh godaan rendah harta duniawi dan sebaliknya bisa melihat dengan jelas tingginya nilai keutamaan kebajikan yang bersifat ukhrawi.

Hati dalam bahasa arab disebut qalbu . Sifat hati ini tidak pernah konsisten dan suka berdalih yang subjective.. Berlainan dengan nurani, karena tabiatnya yang bolak balik. Hati boleh mencari-cari dalih pembenar, akal boleh membuat rumusan yang logis membenarkan dirinya, tetapi nurani tetap konsisten membisikkan bahwa yang salah tetap salah, dan yang benar tetap benar. Itulah sebabnya mengapa nurani harus menjadi Hakim Agung dalam diri kita untuk berbuat dan bersikap. Jiwa manusia merupakan kesatuan sistem, oleh karena itu berfungsinya nurani juga bisa disebut sebagai sehat­nya hati (qalbun salim) atau seperti yang dikatakan oleh Imam Fakhr ar Razi dalam tafsir al Kabir, sebagai akal yang prima (al `aql as salim).

Bila digabungkan Hati dan Nurani maka sebetulnya pesan yang ingin disampaikan oleh Partai HANURA adalah anda boleh membanggakan akal dan pengetahuan , beretorika tentang pembenaran dihadapan orang lain tapi anda tidak bisa membohongi nurani anda sendiri. Maka dapat disimpulkan bahwa apabila nurani anda berfungsi maka hatinya pasti sehat , yang sehingga mampu menggunakan akal dengan prima untuk melaksanakan program sesuai pesan yang disampaikan oleh nurani. Pesan apakah itu ? Pesan dari rakyat kepada pemimpinnya yang mengharapkan keadilan social.

Sebetulnya nama HANURA lebih tepat untuk icon dunia agar planet bumi ini dapat menjadi tempat yang tentram dan damai. Tapi bagi Wiranto, nama HANURA merupakan repliksi dari perjalanan panjangnya sejak dari ajudan President, Komandan Tempur, Panglima. Semua tugas itu dilaluinya dengan istiqamah. Loyalitasnya kepada tugas lebih karena sifat pribadinya yang selalu mendengar “bisikan nuraninya”. Itu sudah dibuktikan nya dengan mengawal tuntutan rakyat mengamankan suksesi dari Pak Harto ke Habibie dan akhirnya ke kaum reformis. Seperti yang dikatakan oleh Joseph W. Prueher, Panglima Komando Pasukan AS diPasifik, pada 1998 menuliskan "Untuk Jenderal ketahui, kekaguman saya kepada Jenderal begitu besar karena Jenderal telah berhasil menciptakan suatu kondisi dan melaksanakan peralihan kepemimpinan dengan tertib di Indonesia dan dengan cara yang selalu berpijak kepada konstitusi. Padahal, sebulan yang lalu hanya beberapa orang saja yang berpikiran bahwa Jenderal akan mampu melaksanakannya."

Mungkin takdir akan lberkata lain bila Wiranto menggunakan surat perintah KOPKKN (Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban Nasional) --yang oleh banyak pihak dapat disamakan dengan Supersemar (surat sakti yang telah digunakan Soeharto menumbangkan Soekarno di tahun 1966)-- untuk menjadi dictator. Padahal ketika itu seluruh kekuatan militer ada ditangannya dan president terpilih secara demokratis ( Pak Harto ) sudah memberikan mandate kepadanya..Ketika reformasi menang maka yang menang adalah akal sehat seorang Wiranto yang mampu senantiasa berbuat karena “nurani” nya. Publik dan kaum reformasi pada khususnya harus mengakui ini semua.

Bila Wiranto terpilih sebagai president maka pertanyaannya adalah apakah mungkin dia dapat melaksanakan tuntutan HANURA, sementara system negara yang terbangun melalui berbagai UU selama reformasi telah menempatkan bangsa Indonesia kedalam kubangan masalah dengan korban rakyat yang lemah bersaing ditengah era globalisasi. Apakah hati nurani Wiranto tergugah untuk menggerakkan akal dan nafsunya untuk berperang melawan segala kekuataan yang telah membuat system negara ini tidak berkeadilan kecuali kepada pemodal ? Apakah Wiranto hanya sebagai follower atas program /UU yang sudah dibuat oleh pemerintah sebelumnya atau merestorasinya sesuai dengan tuntutan Hati Nurani Rakyat tentang keadilan dan kedaulatan sebagai bangsa yagn merdeka. … Yang pasti pengalaman dan didikan TNI , penguasaan cara berpikir strategis serta nurani yang selalu sebagai hakim untuk berbuat dan bertindak maka wiranto pantas disebut "pemimpin" ditengah arus globalisasi untuk megembalikan negeri berdaulat disegala bidang. KIta lihat nanti..

Akhlak atau spiritual

  Apa pendapat bapak soal kenaikan pajak PPN 12 % “ tanya Lina. Peningkatan tarif PPN tujuannya tentu untuk meningkatkan penerimaan negara d...